Manajemen Dakwah Politik PKS
Kota Depok)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh : ADE PRIATNA
108053000027
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(2)
(3)
(4)
ii
Dengan ini saya menyatakan :
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang saya ajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Maret 2014
(5)
iii
Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yangtelah melimpahkan Rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapatmenyelesaikan penulisan skripsi ini dengan
judul ―Manajemen Dakwah Politik PKS(Study Dewan Perwakilan
Daerah (DPD) Partai Keadilan Sejahtera Kota Depok)‖. tepatpada waktunya.
Sholawat dan Salam, barokah yang seindah-indahnya, mudah-mudahanselalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang telah membawa kitadari zaman kegelapan menuju zaman Ilmiah yaitu Dinul Islam.
Penulismenyampaikanterimakasih yang
sebesar-besarnyakepadaKeduaOrangtuatercintaIbuSaedahdanBapakMuhari (alm).Yang
senantiasaberdo’adanmemberikansemangatjuangtakkenallelahsampa isaatini, sehinggaskripsiinidapatterselesaikan.
Penulisan Skripsi ini dimaksud untuk memenuhi salah satu persyaratandalam menyelesaikan program Sarjana Ilmu Dakwah dan Imu Komunikasi UINJakarta sebagai wujud serta partisipasipenulis dalam mengembangkan dan mengaktualisasikan ilmu-ilmu yang telahpenulis peroleh selama dibangku kuliah.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semuapihak yang telah menbantu penulisan skripsi ini, baik
(6)
iv
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah &Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dr. Suparto, M. Ed, MA selakuWakilDekanBidangAkademik
3. Drs. Jumroni, M.si
selakuWakilDekanBidangAkademikumum
4. Drs. WahidinSaputra, MA
selakuselakuWakilDekanBidangKemahasiswaan
5. Bapak Cecep Castrawijaya, MM dan Bapak Mulkanasir,
S.Pd, MM selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
6. Bapak Drs. Sihabuddin Noor, MA selaku Dosen
Pembimbing, yang telah membimbing dan mengarahkann penulisan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
telah memberikan ilmunya kepada penulis selama 4 tahun.
8. M. Supariyono, A.Mdselaku Ketua UmumDPD PKS Kota
Depok, yang telah menberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di DPD PKS Kota Depok.
(7)
v dengan baik.
10.Segenap pengurus DPD PKS kota Depok, yang telah
meluangkanwaktunya untuk membantu penulis mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
11.Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
skripsi ini Semoga Allah SWT, melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya kepada kita semua. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa didunia ini tidak ada yang sempurna. Begitu juga dari penulisan skripsi ini, yang tidak luput dari kekurangan dan kesalahan.
Akhirnya dengan segala bentuk kekurangan dan kesalahan, penulisberharap sungguh dengan rahmat dan izin-Nya mudah-mudahan skripsi inibermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pihak-pihak yang bersangkutan.
Jakarta, 25 Maret2014
(8)
vi
Ade Priatna (108053000027), 2014. “Manajemen Dakwah Politik PKS (Study DewanPerwakilan Daerah(DPD) Partai Keadilan Sejahtera Kota Depok)”. Skripsi Jurusan Manajemen Dakwah, FakultasIlmu Dakwah & Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta. Dr. Sihabuddin Noor, MA
Untuk melaksanakan Amar ma’ruf nahi munkar, dakwah memerlukan
media atau sarana penunjang, baik lisan, tulisan bahkan politik. Melalui media ini dakwah akan dapat disebarkan secara luas, selain juga dapat menterjemahkan perilaku kehidupan masyarakat. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Endang Saifuddin Ansari bahwa dengan cara-cara ini Islam dapat diterjemahkan secara lebih leluasa termasuk soal politik.Sudah menjadi kata sepakat bagi para ahli, bahwa perkembangan pemikiran politik itu mempunyai hubungan langsung yang
tidak terpisah dengan perkembangan sejarah (Political Science History). Soal ini
terbukti jelas dalam ―Pemikiran Politik Islam‖ di mana Sejarah Islam itu sendirilah yang membawa dan mencetuskan ―Politik Islam‖.
BerdasarkanhaltersebutmakarumusanmasalahdalampenelitianiniapakahMan ajemenDakwahPolitik DPD PKS Kota Depokdapatmeningkatkantujuandakwah
Islam dalamberpolitik di Kota
Depokdengancarapolitikpemerintahanmelaluikekuasaan,
kegiatandanaktifitasdakwah yang dilakukanoleh PKS Kota Depok. Penelitian ini menggunakan pendekatan Deskriptif-Kualitatif. Diharapkandengan menggunkan pendekatan tersebut penulis mendapatkan gambaran yangobjektif, faktual, akurat dan sistematis, mengenai masalah-masalah yang ada diobyek penelitian. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan interview danobservasi. Kemudian hasil penelitian tersebut dianalisis dengan tahapan reduksidata, penyajian data dan yang terakhir adalah verifikasi atau menarik kesimpulan
Hasil dari penelitian ini adalah:pertama,Bahwa konsep dakwah politik yang di
jalankan oleh DPD PKS Depokdiantaranya melalui : Dakwah bit Tadwin, Dakwah Fardiyah, Dakwah bil Lisan, Dakwah bil Haal yang rutin mereka lakukan baik
terhadap kader, simpatisan maupun masyarakat umum di Kota Depok.kedua,
kunci keberhasilan Manajemen Dakwah Politik itu berorientasi pada pengenalan nilai-nilai dasar Islam dan dilakukan di berbagai kesempatan dakwah yang merupakan pembentukan opini umum Islami, penyebaran fikrah Islam yang benar dan menyeluruh.
(9)
vii
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
KATA PENGANTAR... iii
ABSTRAKSI ...vi
BAB IPendahuluan A. LatarBelakangMasalah ………...…... 1
B. PembatasandanPerumusanMasalah………...…...… 10
C. TinjauanPustaka ………...…. 10
D. MetodologiPenelitian …………...………. 12
E. TujuandanManfaatPenelitian………... 22
F. SistematikaPenulisan ...23
BAB IILandasan Teori Konsep Dakwahdan Politik A. KonsepDakwah 1. PengertianDakwah ……….………. 25
2. Unsur-unsurDakwah ……….………... 26
3. HukumDakwah ……….………….. 34
4. Prinsip-prinsipDakwah ……….………... 35
B. KonsepPolitik Islam 1. PengertianPolitik ……….... 41
2. PolitikDalamPandangan Islam ……….. 46
3. HubunganPolitikdanDakwah ………... 49
C. KonsepManajemenDakwahPolitik 1. PengertianManajemenDakwah ……….…………. 52
2. Fungsi-fungsiManajemenDakwah ……….……… 54
(10)
viii
B. VisidanMisiPartaiKeadilanSejahtera ………. 59
C. Lokasi DPD PKS Kota Depok ……… 61
D. Keanggotaan Partai Keadilan Sejahtera ... 61
E. StrukturKepengurusan ……….. 64
BAB IVAnalisisManajemen Dakwah Politik DPD PKS Kota Depok A. AplikasiKonsepManajemenDakwahPolitik …...………….... 65
B. AnalisisAplikasiManajemenDakwahPolitik……….. 79
BAB VPenutup 1. Kesimpulan ……… 83
2. Saran ………..84
DAFTAR PUSTAKA ... 85 LAMPIRAN-LAMPIRAN
(11)
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama dakwah yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah. Kemajuan dan kemunduran umat Islam sangat berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang
dilakukannya. Predikat Khaira Ummah (umat yang paling baik dan pilihan)
hanyalah diberikan Allah Swt. kepada kelompok umat yang aktif terlibat dalam kegiatan dakwah. Sekaligus Islam telah mengatur segala sesuatu baik mengenai ekonomi maupun dagang atau soal hidup sosial dan lain
sebagainya hingga tidak ada satu soal sekecil apapun yang ditinggalkan.1
Islam tampil di dunia untuk menyebarluaskan dakwah dan panggilan Allah di bumi dan membawa kabar gembira bagi penduduknya, sekaligus untuk membangun suatu pemerintahan yang menjamin kehidupan manusia yang teratur dan terarah dan memberikan perlindungan kepadanya dari kejahatan dirinya sendiri dan kejahatan orang lain. Oleh karena itu, sifat, watak atau karakteristik negara menurut konsepsi Islam tidak pernah terpisah dari jiwa dakwah dan medannya. Negara harus berjalan secara harmonis dengan kegiatan dakwah, persis seperti bertemunya ujung sungai
1
Fuad Mohd. Fachruddin, Pemikiran Politik Islam, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1988), 174
(12)
dan hilirnya.2 Dakwah Islam yang telah berlangsung sekian lama ini pada intinya adalah sebuah proses dan upaya tabligh dalam arti menyampaikan kebenaran ajaran agama untuk membangun tatanan kehidupan yang penuh kedamaian dan jauh dari dendam masa lalu serta berusaha menatap ke depan yang lebih baik.
Berdakwah merupakan salah satu fenomena yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kita. Dakwah membuat masygul akal pikiran kita. Dakwah bisa menggerakkan pelbagai naluri kita dan menempati tempat yang sentral dalam kehidupan kita, apalagi di dalam era yang sarat dengan
krisis akidah sepeti sekarang ini.3 Perjuangan Islam sepanjang sejarahnya
dapat dilihat sebagai usaha kaum Muslim memenuhi gambaran al-Qur’an
itu, khususnya berkenaan dengan tugas kewajibannya bagi kemanusiaan. Tugas itu juga sering diungkapkan dalam kalimat aslinya dalam bahasa
Arab, yaitu “Amar ma‟ruf nahi munkar”. Karena tugas Amar ma‟ruf nahi
munkar itulah umat Islam selalu terlibat dalam perjuangan melawan setiap
bentuk kezaliman.4
Untuk melaksanakan Amar ma‟ruf nahi munkar, dakwah
memerlukan media atau sarana penunjang, baik lisan, tulisan bahkan politik. Melalui media ini dakwah akan dapat disebarkan secara luas, selain juga dapat menterjemahkan perilaku kehidupan masyarakat. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Endang Saifuddin Ansari bahwa dengan
2
Muhammad Husin Fadhlullah, Metodologi Dakwah Dalam al-Qur‟an, (Jakarta: Lentera, 1997), 12
3 Ibid, 7 4
Nurcholish Madjid, Cita-Cita Politik Islam Era Reformasi, (Jakarta: Paramadina, 1999), 43
(13)
cara ini Islam dapat diterjemahkan secara lebih leluasa termasuk soal politik.5
Banyak ayat Al-Qur’an yang mengungkap masalah dakwah. Tetapi,
dari sekian banyak ayat yang memuat prinsip-prinsip dakwah itu ada satu ayat yang memuat sandaran dasar dan fundamen pokok bagi metodologi dakwah. Ayat yang dimaksud adalah sebagai berikut :
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Q.S An-Nahl: 125)
Banyak yang tidak menyadari bahwa politik menyangkut kekuasaan, cara menggunakan kekuasaan serta proses pengelolaan pemerintahan dan negara maka politik termasuk salah satu alat untuk dakwah. Sudah menjadi kata sepakat bagi para ahli, bahwa perkembangan pemikiran politik itu mempunyai hubungan langsung yang tidak terpisah dengan perkembangan
sejarah (Political Science History). Soal ini terbukti jelas dalam ―Pemikiran
Politik Islam‖ di mana Sejarah Islam itu sendirilah yang membawa dan mencetuskan ―Politik Islam‖. Dengan kata lain dapat disebut, bahwa ―Politik Islam‖ dengan ―Sejarah Islam‖ sejalan dan masing-masing
5
Endang Saifuddin Ansari, WawasanIslam; Pokok-Pokok Pikiran Tentang Islam dan Umatnya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), Cet. Ke-4, 178
(14)
sempurna menyempurnakan ibarat darah dan daging. Maka tidaklah dapat diketahui mana yang menimbulkan yang lain laksana ayam dan telur dan mana yang menjadi sebab dan mana pula yang menjadi musabbab ibarat kata dan bahasa. Kait mengait ini didapatkan di dalam ―Sejarah Islam‖ secara keseluruhan, sejarah tidak terpisah dari politik dan politik adalah sebahagiaan daripada sejarah. Kalau diambil arti politik yang luas itu, maka didapatkan bahwa politik itu terkadang ditimbulkan oleh pribadi manusia, terkadang oleh sekelompok manusia dan terkadang pula oleh satu aliran
tertentu.6 Sistem politik dalam pandangan Islam adalah hukum atau
pandangan yang berkaitan dengan cara bagaimana urusan masyarakat
dikelola dan diatur dengan hukum Islam.7 Setelah runtuhnya rezim orde
baru, proses demokrasi di Indonesia mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini terlihat dengan berubahnya sistem kepartaian, dari tiga partai
menjadi sistem multi partai.8
Alam reformasi telah melahirkan banyak partai politik, baik yang berlabel agama maupun non agama. Ada partai politik yang menggunakan label agama, seperti Partai Kristen dan Partai Islam (PI), sedangkan partai politik nonagama, diantaranya berlabel sosialisme, nasionalisme, dengan
berbagai variannya.9 Pandangan-pandangan mengenai unsur-unsur lain,
misalnya mengenai konsep dan ideologi perjuangan umat Islam, yang
6
Fuad Mohd. Fachruddin, Pemikiran Politik Islam, 11 7Hafidz Abdurrahman, diskursus ―
Islam Politik Spiritual” (Bogor : Al-Azhar Press, 2007), 202
8
http:// Partisipasi Politik Non Muslim Dalam Partai Politik Islam (Analisa Terhadap PK Sejahtera) _ Garam Manis.htm
9
(15)
menjadi bagian integral dari batang tubuh politik Islam, menjadi jelas
dengan sendirinya.10
Sebagai contoh peran dakwah dalam politik, pada masa kejayaan umat Islam era Khalifah Abbasiah, hingga Turki Usmani dan Kerajaan Islam Aceh masa Sultan Iskandar Muda, semua aktifitas dakwah Agama ditopang oleh para pemegang kekuasaan atau pelaku politik, bahkan mereka
sendiri juga merupakan politisi-politisi yang sekaligus sebagai da’i,
sehingga kita tidak heran bagaimana jayanya Islam dan kaum Muslimin ketika itu.
Satu hal yang sangat menggembirakan apabila semangat untuk mendakwahkan Islam tumbuh di masyarakat dan pemerintah kita. Karena hal yang demikian berarti umat ini mulai menuju kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Maka langkah apapun yang bisa kita lakukan untuk mendukung masyarakat atau pemerintah kita dalam menghidupkan ajaran-ajaran Islam ini, hendaknya kita berikan dukungan.
Profesionalisme politik yang tipikal Islam harus dirumuskan. Dikalangan umat dibina dan ditumbuhkan kader yang tangguh berakidah kuat, berakhlaq mulia, menguasai persoalan politik serta kaitannya dengan masalah sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya. Syaikh Hasan Al Banna menegaskan, ―Setelah batasan global dari makna Islam yang syamil dan substansi makna politik yang luas dan tidak terkait dengan kepartaian ini, saya bisa mengatakan secara terus terang bahwa seorang muslim tidak akan
10
Bahtiar Effendy, “Islam dan Negara” Transformasi Pemikiran dan Praktik Politik Islam di Inonesia (Jakarta : Paramadina), 43
(16)
sempurna Islamnya kecuali jika ia seorang politisi, mempunyai jangkauan pandangan yang jauh, dan mempunyai kepedulian yang besar terhadap umatnya‖.
Allah berfirman : "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyeru kepada yang ma'ruf dan mencegah yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imran : 104)
Telah sama-sama diketahui bahwa cara yang efektif untuk mencegah kemungkaran adalah dengan terlibat dalam pengambilan kebijakan atau kekuasaan. Apabila kekuasaan berada di tangan orang-orang salih, atau didukung oleh orang-orang salih, maka memiliki kesempatan yang lebih besar untuk menolak kemungkaran dalam kehidupan masyarakat luas. Sebaliknya, jika kekuasaan di tangan orang zhalim, maka akan bisa digunakan untuk mengembangkan kemungkaran dan kezhaliman secara luas. Salah satu sarana perubahan yang cukup efektif dalam sistem demokrasi saat ini adalah partai politik.
Diskursus seputar politik dakwah dan dakwah politik terus bergulir yang berawal sebenarnya dari sebuah kekhawatiran akan terjadinya distorsi pemetaan antara dakwah dan politik di ranah kenegaraan. Politik identik dengan kekuasaan yang berarti menghalalkan segala cara, sementara dakwah adalah untuk kebaikan dan perbaikan masyarakat yang jelas tujuan dan misi yang diembannya. Lewat kiprah partai politik tersebut, diharapkan gerakan dakwah memiliki peran dan pengaruh positif dalam mengelola
(17)
pemerintahan Negara. Dalam hal ini jelas kebenaran ajaran Islam bahwa berpolitik bagian dari dakwah dan dakwah merupakan tujuan dari berpolitik.
Tentu karena ini wilayah politik maka strategi dan upaya yang dilakukan harus juga sesuai dengan praktik perpolitikan dengan senantiasa mengacu kepada koridor nilai-nilai Islam yang universal. Di sini setiap kita dituntut arif mencermati setiap strategi kebijakan yang coba dijalankan oleh sebuah partai yang menjadikan dakwah sebagai basis aktivitasnya. Munculnya sejumlah partai yang menggunakan simbol dan asas Islam atau yang mempunyai pendukung utama komunitas Islam, maka tidak terlalu salah untuk mengatakan bahwa yang dimaksudkan adalah munculnya
kembali kekuatan politik Islam.11
Paradigma ini terus berlangsung sekian lama sampai lahirnya PKS, sebuah partai yang mengusung jargon dan misi dakwah dalam praktik perpolitikannya. Partai Keadilan Sejahtera (PKS), sebelumnya bernama Partai Keadilan (PK), hadir menjadi sebuah alternatif cara pandang Islam yang baru, selain NU dan Muhammadiyah. Partai Keadilan Sejahtera memberikan harapan baru bagi masyarakat Indonesia yang memiliki karakter : muda, religius Islam, loyal pada organisasi, berjiwa nasionalisme, dan peduli pada persoalan internasional (wa bil khusus Palestina). Beda dengan gerakan politik berhaluan Islam yang lain. Mereka jelas mengambil jalur politik bergabung dengan sistem demokrasi dengan nilai-nilai perjuangan Ikhwanul Muslimin yang teramat kental.
11
Bahtiar Effendy, “(Re)Politisasi Islam” Pernahkan Islam Berhenti Berpolitik?, 195
(18)
Sejak awal idiom partai dakwah merupakan tantangan terbesar bagi para politikus Muslim. Di satu pihak, nilai Islam harus selalu hadir dalam keseharian politik mereka. Manakala sistem perpolitikan yang sekian lama berlangsung justru berseberangan dengan nilai dakwah dan politik Islam itu sendiri, tentu kekhawatiran itu wajar saja muncul karena memang mempertemukan politik dengan dakwah merupakan satu fenomena dan ijtihad yang baru di arena perpolitikan Indonesia yang sekian lama jauh dari nilai dakwah atau sama sekali tidak beririsan dengan dakwah. Karenanya menjadi sebuah keharusan jika kita memberikan kesempatan bagi munculnya sebuah partai Islam, yang mengaspirasikan suara umat muslim untuk mewujudkan cita-cita plitik yang tidak pernah padam mengingat tugs
dakwah amar ma‟ruf nahi munkar.
Ini bisa saja menjadi upaya politisasi dakwah dalam konotasi positif, yaitu mengemas dakwah dalam kemasan politik yang menjunjung tinggi nilai kebaikan dan kemanusiaan. Atau akan menjadi dakwahisasi politik, dalam arti membawa dakwah dalam wilayah politik sehingga praktik dakwah sedikit demi sedikit akan bergeser menjadi praktik yang sesuai
dengan nilai siyasah syar'iyyah yang dijunjung tinggi oleh Islam. Pada
tataran ini, kembali semangat menjunjung siyasah syar'iyyah dalam wilayah
politik praktis direduksi perannya atau dimarginalkan.
PKS pada dasarnya adalah partai dakwah, yang tidak berhenti pada peraihan suara, suara bagi PKS adalah sarana untuk melompat ke tahapan berikutnya, maka PKS tidak hanya melakukan ekstentifikasi atau perluasan
(19)
dakwah melalui pemilu dan kampanye akan tetapi setelah itu berlanjut ke
tahap berikutnya yaitu melakukan intensifikasi.12
Kondisi yang demikian mengandung indikasi bahwa persoalan dakwah akan semakin berat dan meningkat. Untuk penanggulangan dakwah tidak mungkin dilakukan sendiri-sendiri dan sambil lalu, tetapi hendaklah dilakukan secara bekerjasama dalam satu kesatuan yang teratur rapi. Hal ini menghendaki adanya tenaga-tenaga terampil dan mampu untuk mengelola dan mengatur pelaksanaan dakwah atau disebut dengan manajemen dakwah. Kemampuan itu dimulai dari mengidentifikasikan masalah menyusun rencana yang tepat, mengorganisir para pelaksana (sumber daya manusia) dan daya lainnya yang tersedia, menggerakkan kepada pencapaian tujuan dan melakukan penggendalian atau pengawasan terhadap tindakan-tindakan dakwah.
Manajemen sangat diperlukan dalam mencapai tujuan dakwah, karena manajemen merupakan suatu sistem dan metode atau teknik untuk melakukan pengelolaan yang baik, mendapatkan hasil yang memuaskan, menghindarkan perbuatan yang merugikan dan mubazir, menghindari kesalahan dan kekeliruan dan upaya untuk menegak kebenaran dalam suatu lembaga. Semua itu akan terwujud jika manajemen tersebut sesuai dengan
nilai-nilai dan prinsip-prinsip dalam al-Qur’an dan Hadis. Seperti efesiensi
yang mengajarkan kepada manusia untuk tidak boros, seimbang, pencapaian manfaat dan adil. Dalam bekerja dan mengambil keputusan
12
Adi Andriana, “Momentum Politik Dakwah PKS‖. Terbit 31 Maret 2014, (diakses pada tanggal 15 Apri 2014 dari
(20)
hendaklah memegang prinsip berfikir positif, bermusyawarah, disiplin, kebersamaan dalam hal-hal yang konstruktif dan sebagainya.
Atas dasar pemikiran tersebut, penulis mencoba mengangkat
pembahasan yang terangkum dalam skripsi yang berjudul: “Manajemen
Dakwah Politik Partai Keadilan Sejahtera” (Study Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Partai Keadilan Sejahtera Kota Depok).
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Banyak hal yang terkait mengenai aktifitas dakwah PKS. Namun, fokus pembatasan masalah hanya pada Konsepsi Manajemen Dakwah DPD PKS Depok sebagai partai politik Islam.
2. Perumusan Masalah
Untuk memperjelas permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, maka penulis merumuskan masalah-masalah sebagai berikut:
a. Apa Saja Aplikasi Konsep Manajemen Dakwah Politik DPD PKS Depok?
b. Bagaimana Analisis Dari Manajemen Dakwah Politik DPD PKS Depok?
C. Tinjauan Pustaka
Melihat dari banyaknya partai-partai Islam yang muncul pada masa setelah Orde Baru ini, PKS muncul sebagai partai yang berideologi Islam
(21)
dengan beragam kegiatan serta aktivitas dakwah politiknya dalam upaya merebut kekuasaan demi tujuan dakwah itu tercapai. Skripsi tentang PKS ini juga sebelumnya sudah pernah dibuat dalam bentuk skripsi diantaranya :
Karya Miftahuddin (S1, PPI, FUF, 2008) yang berjudul Pengaruh
Ideologi Ikhwanul Muslimin Terhadap Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Beliau menjelaskan proses pengaruh ideologi Ikhwanul Muslimin terhadap Partai Keadilan Sejahtera terjadi melalui proses transfer pemikiran yang dibawa oleh para sarjana-sarjana dari Timur Tengah tahun 1980-an yang
membentuk sebuah gerakan yang terkenal dengan istilah “tarbiyah”.
Dari tinjaun pustaka diatas dapat dipahami bahwa aktivitas ataupun kegiatan dakwah politik PKS sedikit banyak terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran Ikhwanul Muslimin. Namun dalam penelitian yang penulis buat
jauh berbeda yaitu “Manajemen Dakwah Politik Partai Keadilan Sejahtera
(PKS) Kota Depok (Study Manajemen Dakwah Politik Partai Keadilan Sejahtera)‖
(22)
D. Metodologi Penelitian
A. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif, karena fokus penelitiannya adalah Manajemen Dakwah Politik. Penelitian kualitatif
memiliki karakteristik antara lain: ilmiah, manusia sebagai alat (instrument),
menggunakan metode kualitatif, analisis data secara induktif, teori dari
dasar (grounded theory), deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada
hasil, adanya batas yang ditentukan, fokus, adanya kriteria untuk keabsahan data, desain penelitian yang bersifat sementara, dan hasil penelitian
dirundingkan dan disepakati bersama.13
Moleong dalam Metodologi Penelitian Kualitatif mengutip dari Bogdan dan Taylor, mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang atau pelaku yang dapat diamati.14 Pendekatan
kualitatif digunakan untuk mengungkapkan data deskriptif dari informasi tentang apa yang mereka lakukan, dan yang mereka alami terhadap fokus penelitian. Pendekatan ini merupakan suatu proses pengumpulan data secara sistematis dan intensif untuk memperoleh pengetahuan tentang Manajemen Dakwah Politik, yang mana penelitian ini dilakukan di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Depok.
13
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), 8-13
14
(23)
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kantor DPD PKS kota Depok yang beralamat di Margonda Raya Gg. Beringin No. 07, Kemiri Muka, Beji, Depok. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2013.
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Adapun sumber data yang digali dalam penelitian ini terdiri dari sumber data utama yang berupa kata-kata dan tindakan, serta sumber data tambahan yang berupa dokumen-dokumen. Sumber dan jenis datanya dibagi
kedalam kata-kata dan tindakan,sumber data tertulis, foto dan statistik.15
Sehingga beberapa sumber data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi:
1. Sumber data primer, yaitu sumber data yang diambil peneliti
melalui wawancara dan observasi. Sebagaimana yang
diungkapkan Moleong bahwa: ‖Kata-kata dan tindakan
orang-orang yang di amati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis dan melalui perekaman video atau audio tape, pengambilan foto, atau film. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau
15
(24)
pengamatan berperan serta sehingga merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan bertanya‖.16
2. Sumber data sekunder, yaitu sumber data diluar kata-kata dari
tindakan yakni sumber data tertulis. Sumber tertulis dapat dibagi atas sumber dari buku dan majalah ilmiah, sumber data arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi yang digunakan penulis dalam penelitian ini.
D. Teknik Pengambilan Data
Adapun teknik pengambilan sumber data dalam penelitian ini adalah
menggunakan teknik bola salju (snow bolling sampling). Yang dimaksud
dengan teknik bola salju adalah:
‖Peneliti memilih responden atau sample secara berantai, jika pengumpulan dari data responden atau sample ke-1 sudah selesai, peneliti minta agar responden kelurahan-2, lalu yang ke-2 juga memberikan rekomendasi untuk responden ke-3, dan selanjutnya. Proses bola salju ini berlangsung terus sampai peneliti memperoleh data yang cukup sesuai kebutuhan‖.17
Dari keterangan diatas, maka sumber data utama yang menjadi sumber informasi dalam penelitian ini adalah: ketua umum dpd pks depok yang nantinya akan memberikan pengarahan kepada peneliti dalam pengambilan sumber data, dan memberikan informasi serta rekomendasi kepada informan lainnya seperti; para anggota dalam kepengurusan dpd pks
16
Ibid 17
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 115
(25)
depok. Sehingga semua data-data yang diperlukan peneliti terkumpul sesuai dengan kebutuhan penelitian.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa metode antara lain:
1. Metode Interview
Metode interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal, melakukan percakapan yang bertujuan untuk memperoleh informasi dari
terwawancara.18 Peneliti mengumpulkan data dengan cara mewawancarai
secara langsung dengan pihak-pihak yang bersangkutan, terutama penasehat, ketua, dan para anggota ta’mir. Dalam metode interview peneliti memakai pedoman wawancara berstruktur. Dalam wawancara berstruktur semua pertanyaan telah dirumuskan dengan cermat biasanya secara tertulis sehingga pewawancara dapat menggunakan daftar pertanyaan itu sewaktu melakukan interview atau jika mungkin menghafalkan diluar kepala agar
percakapan lebih lancar dan wajar.19
2. Metode Observasi
Metode observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan. Dengan
18
M.Nasution, Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 113 19
(26)
observasi dapat kita peroleh gambaran yang lebih jelas tentang
kehidupan sosial, yang sukar diperoleh dengan metode lain.20
Observasi digunakan untuk memperoleh data dilapangan dengan alasan untuk mengetahui situasi, menggambarkan keadaan, melukiskan bentuk. Guga dan Lincoln. menyebutkan observasi dalam penelitian kualitatif, yaitu: ada beberapa alasan mengapa penelitian kualitatif menggunakan pengamatan:
a. Pengamatan didasarkan pada pengamatan langsung, b. Pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat perilaku kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya, c. Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan bidang usaha yang profesional maupun pengetahuan yang diperoleh secara langsung dari data, d. Sering terjadi ada keraguan data yang diperoleh dengan teknik wawancara, jalan yang terbaik untuk mengecek kepercayaan data adalah dengan pengamatan, e. Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit dan dalam kasus-kasus tertentu di mana teknik komunikatif lainnya tidak memungkinkan, pengamatan dapat
menjadi alat yang sangat bermanfaat.21
20
Ibid, 106 21
(27)
Dalam penelitian ini metode observasi yang digunakan adalah observasi dengan partisipasi. maka dari itu peneliti mengamati dengan langsung kegiatan yang ada pada lembaga serta
hal-hal yang terkait dengan penelitian ini.22
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat,agenda dan sebagainya.23 Adapun
penelitian ini, metode dokumentasi ini digunakan dengan cara memeriksa dan mencatat dokumen yang diperlukan dalam penelitian. Dokumen yang dikumpulkan dan dianalisis peneliti adalah dokumen yang berkaitan dengan kondisi ta’mir masjid sebagai lokasi penelitian dan dokumen yang berkaitan dengan fokus dan masalah penelitian. Dokumen yang dianalisis yaitu struktur organisasi, profil keangotaan program-program atau kegiatan usaha ta,mir masjid, data-data yang dihasilkan peneliti tersebut diharapkan mampu menjawab rumusan masalah pada penelitian ini.
F. Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
22
M. Nasution, Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 152 23
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 231
(28)
disarankan oleh data.24 Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan berlangsung secara
terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh25. Aktivitas
dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion
drawing/verification.26
1. Data reduction
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan semakin lama peneliti di lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencari bila diperlukan.27
2. Data display (penyajian data)
24
Lexy Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif , 280 25
Milles,and Huberman, M.A. Qualitative Data Analysis. Terjemahan Tjejep RR ( Jakarta : UI Press :1982), 87
26
Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi, (Bandung : Alfabeta. 2011), 334 27
(29)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and huberman menyatakan ―yang paling sering digunakan untuk menyajikan data
dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.28
3. Conclusion drawing/verification
Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih besifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang valid dan konsisten saat peneliti kembali
kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.29
G. Pengecekan Keabsahan Data
Moleong berpendapat bahwa "Dalam penelitian diperlukan suatu teknik pemeriksaan keabsahan data. Sedangkan untuk memperoleh keabsahan temuan perlu diteliti kredibilitasnya dengan menggunakan teknik
sebagai berikut:30
1. Persistent Observation (ketekunan pengamatan) yaitu mengadakan observasi secara terus menerus terhadap objek
28
Ibid, 339-340 29
Ibid, 343 30
(30)
penelitian guna memahami gejala lebih mendalam terhadap
berbagai aktivitas yang sedang berlangsung di lokasi penelitian.31
Dalam hal ini berkaitan dengan peranan Bidang Usaha masjid dalam kemandirian Masjid.
2. Triangulasi yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau perbandingan terhadap data. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data dengan cara "membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan
alat yang berbeda dalam metode kualitatif".32
H. Tahapan Penelitian
1. Tahap Pra Lapangan
Dalam taraf pra lapangan peneliti akan melakukan observasi terus terang atau tersamar. Observasi terus terang atau tersamar dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Sehingga mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau
31
Ibid, 329 32
(31)
dilakukan dengan terus terang, maka peneliti tidak akan diijinkan
untuk melakukan observasi.33
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
a. Pengumpulan data, pada tahap ini yang dilakukan peneliti dalam mengumpulkan data adalah:
1) Wawancara dengan Ketua Umum DPD Partai Keadilan
Sejahtera Kota Depok.
2) Wawancara dengan para anggota bidang DPD Partai
Keadilan Sejahtera Kota Depok.
3) Observasi langsung dan pengambilan data langsung dari
lapangan.
4) Menelaah teori-teori yang relevan.
b. Mengidentifikasi data
Data yang sudah terkumpul dari hasil wawancara, dokumentasi dan observasi diidentifikasi agar memudahkan peneliti dalam menganalisa sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
3. Tahap Akhir Penelitian
a. Menyajikan data dalam bentuk deskripsi.
b. Menganalisa data sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
33
(32)
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
1) Untuk mengkaji Apa Saja Aplikasi Konsep Manajemen Dakwah
Politik yang diterapkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mampu menopang dakwah, sebagai perwujudan eksistensi partai yang berbasis Islam.
2) Dapat memberikan gambaran yang jelas, Bagaimana Analisis
Dari Manajemen Dakwah Politik PKS Kota Depok sebagai partai yang memiliki karakter ke-Islaman, sehingga mampu menghubungkan atau mensinergiskan dakwah Islam terhadap politik.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini diharapkan dari penelitian ini adalah :
a. Manfaat Akademis : Penelitian ini diharapkan memberikan
kontribusi khasanah ilmu pengetahuan kepada mahsiswa/i agar dapat mengkaji lebih jauh bagaimana aplikasi konsep manajemen dakwah politik PKS Kota Depok.
b. Manfaat praktis : penelitian ini diharapkan dapat menambah
informasi, wawasan serta acuan bagi peneliti mengenai manajemen dakwah politik PKS.
(33)
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam menguraikan materi yang akan dibahas dan sekaligus agar pembaca dapat memahami uraian selanjutnya, maka penulis mensistemasikan pembahasan yang akan ditulis kedalam bab-bab sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan. Bab ini menjelaskan seputar Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II Landasan Teori. Bab ini menjelaskan seputar teori yang berisikan mengenai Pengertian Manajemen, Manajemen Dakwah, Dakwah dan Politik, Pengertian Manajemen Dakwah Politik, Perspektif Dakwah dan Politik dan Hubungan dan keterkaitan Dakwah dan Politik.
BAB III Gambaran Umum Tentang PKS. Bab ini akan
menjelaskan tentang Latar Belakang Sejarah
Berdirinya PKS Depok, Keanggotaan Partai Keadilan Sejahtera, Struktur Organisasi, Landasan Filosofi Partai dan Visi dan Misi Politiknya. Item di atas
untuk menjelaskan bagaimana doktrin dan
(34)
BAB IV Memaparkan Hasil analisis dan temuan-temuan tentang Manajemen Dakwah Politik DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Depok berupa Aplikasi Konsep Manajemen Dakwah Politik PKS dan Bagaimana Aplikasinya Dalam Manajemen Dakwah Politik tersebut.
BAB V Bab ini merupakan akhir dari pembahasan yang berisi tentang kesimpulan terhadap pembahasan data-data yang telah di analisis dan saran-saran
(35)
25
LANDASAN TEORI KONSEP MANAJEMEN DAKWAH
DAN POLITIK
A. Konsep Dakwah 1. Pengertian Dakwah
Dakwah ditinjau dari segi Etimologi berasal dari bahasa Arab, yaitu
bentuk isim Masdar dari kata daa‟a yad‟u da‟watan yang artinya menyeru,
memanggil, mengajak dan menjamu.34 Berdasarkan Ensiklopedi Islam,
dakwah adalah masdar (kata dasar) dari kata kerja da‟a-yad‟u yang berarti
panggilan, seruan atau ajakan.35 Kata daa‟a mengandung arti mengajak,
menyeru dan memanggil, maka sebagai ajakan, seruan, panggilan kepada Islam.
Adapun pengertian lain mengatakan kata dakwah diambil dari kata daa‟a yang artinya memanggil, menyeru, dan menghimpun manusia untuk suatu perkara dan menganjurkan mereka untuk mengamalkannya
sebagaimana yang terdapat dalam surat QS.Yunus : 2536
34
Muhammad Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Yayasan penyelenggara Penerjemahan/Penafsiran Al-Qur’an), (1973), 127
35
Ismah Ismail, Ensiklopedi Islam, Vol-1 (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997), 280
36
(36)
“Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang Lurus (Islam)”. (QS.Yunus : 25)
Sedangkan secara istilah dakwah didefinisikan dengan
mengemukakan pendapat bahwa dakwah ialah sebagai setiap kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah Swt. Sesuai dengan garis aqidah, yaitu syari’at dan akhlaq
Islamiyah.37 Dalam buku Prinsip dan Kode Etik Dakwah, dakwah ialah
mengajak dan mengumpulkan manusia untuk kebaikan serta membimbing
mereka kepada petunjuk dengan cara ber amar ma‟ruf nahyi munkar.38
Sedangkan konsep dakwah menurut penulis adalah seruan atau ajakan yang berupa amar ma’ruf nahyi munkar baik melalui perbuatan ataupun perkataan.
2. Unsur-Unsur Dakwah a. Da’i (Subjek Dakwah)
Da’i secara etimologis berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata
daa‟a yang merupakan bentuk Isim Fa‟il (kata yang menunjukkan pelaku) yang artinya orang melakukan dakwah. Sedangkan secara terminologis da’i
yaitu setiap muslim yang berakal Mukallaf (aqil baligh) dengan kewajiban
dakwah.39 Definisi terminologis tersebut memberi pengertian, bahwa
kewajiban dakwah terbebani kepada setiap muslim yang telah mencapai usia baligh, aqil dan mukallaf, baik laki-laki maupun perempuan. Sehingga
37
Muhammad Sayyid al-Wakil, Prinsip dan Kode Etik Dakwah, Penerjemahan Nabhani Idris (Jakarta Akademika Pressindo, 2002), 1
38
Ensiklopedi Islam, 280 39Ismah Ismail, ―
(37)
secara luas dakwah bukan hanya aktifitas yang diperlukan oleh sekelompok orang, tetapi hanya diaktifkan oleh para ulama, tidak hanya oleh para aktivis kampus, tetapi seluruh elemen dan komponen masyarakat yang mempunyai
kewajiban yang sama.40
Dakwah merupakan kewajiban individu, tetapi harus ada kelompok khusus yang menangani dakwah secara profesional. Kewajiban dakwah secara individu berlaku pada tingkatan wa tawaa shaw bi al-haq wa tawaa shaw bi al-shabr. Sementara itu, secara kolektif, kewajiban dakwah membutuhkan organisasi, menejemen, dan jaringan sosial yang kuat.41
Menjadi seorang da’i adalah suatu tugas yang sangat mulia dan memiliki beban tersendiri, karena semua yang telah didakwahkannya harus bias masuk dan diaplikasikan dalam kehidupan keseharian dari objek
dakwahnya. Idris Abdus Shomad dalam Diktat Ilmu Dakwah membagi
bekal yang harus dimilki oleh seorang da’i menjadi tiga bekal utama yakni:
1. Pemahaman yang benar dan tepat, maksudnya ialah pengetahuan
tentang hal-hal yang terkait dengan dakwah dan konsekuensinya. Baik pengetahuan ke-Islaman maupun pengetahuan ilmu dakwah serta pengetahuan umum yang dapat menunjang dakwahnya.
2. Ke-Islaman yang kokoh, maksudnya ialah keyakinan da’i tentang
kebenaran Islam sebagai isu utama dakwahnya, yakni keimanan
40
Idris Abdu Shomad, Diktat Ilmu Dakwah (Depok:T:pn.,2004), 6 41
Abdullah, “Jurnal Dakwah Islam‖ terbit 13 Februari 2013, (diakses pada tanggal 16 April 2014 dari http://dakwah-islam.org/jurnal-dakwah-islam.html)
(38)
yang melahirkan kecintaanya kepada Allah Swt. Rasul-Nya dan kepada al-Islam, keimanan yang mewujudkan rasa takut hanya kepada Allah Swt. Dan rasa harap kepada rahmat dan keberkahan (daya guna) dari-Nya.
3. Hubungan kuat dengan Allah Swt, yaitu keterkaitan da’i kepada Allah dan sikap tawakkal hanya kepada-Nya, karena keyakinannya bahwa Allah Maha Esa dalam penciptaan Alam Semesta, Pemeliharaan, Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. b. Mad’u (Objek Dakwah)
Mad’u secara etimologis berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata
Da‟a Yad‟u yang merupakan bentuk isim maf‟ul yang artinya orang yang di ajak, atau dikenakan perbuatan dakwah. Secara terminologis Mad’u adalah
objek dan sekaligus subjek yaitu seluruh manusia tanpa terkecuali.42
Siapapun mereka, laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, seorang bayi yang baru lahir ataupun orang tua menjelang ajalnya, semua adalah mad’u dalam dakwah Islam.dkawah tidak hanya ditujukan kepada orang Islam, tetapi juga kepada orang-orang di luar Islam. Intinya dakwah itu ditujukan untuk siapa saja tanpa melihat status sosialnya, ekonomi dan latar belakang mereka. Pernyataan ini sesuai dengan Q.S Saba’: 28
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai
42
(39)
pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui”.
(QS. Saba’: 28)
c. Metode Dakwah
Secara etimologis metode berasal dari dua kata yaitu meta (melalui)
dan hodos (jalan/cara). Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata Methodos yang artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut Thariq. Metode berarti cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran yang
mencapai suatu maksud.43 Sedangkan dakwah seperti yang telah
dikemukakan pada bagian sebelumnya adalah ajakn, seruan manusia untuk
mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.44
Secara teknis operasional, rumusan dakwah diarahkan kepada subjek atau juru dakwah. Pemahaman ini dapat diperoleh dari ayat-ayat yang menjelaskan tentang bagaimana sikap, tindakan atau perilaku yang harus dimiliki oleh seorang juru dakwah dalam menjalankan misi dakwahnya.
Dengan kata lain, pengertian dakwah yang dirumuskan al-Qur’an lebih
ditekankan pada aspek teknis penyampaian dakwah itu sendiri, yakni berupa
sikap, tindakan maupun perilaku dalam berdakwah.45
Metode dakwah seperti yang terdapat dalam Q.S An-Nahl: 125
43
M. Munir, Metode Dakwah (Jakarta: Pemuda Media, 2006), 6 44
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), 43 45
Masmudin, “Dakwah dan Pengembangan Masyarakat‖ terbit 2 Maret 2011, (diakses pada tanggal 16 April 2014 dari
(40)
“serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S An-Nahl: 125)
Dari ayat diatas dapat dijelaskan pada dasarnya dakwah mempunyai beberapa metode diantaranya:
Terbagi menjadi tiga metode dakwah, yaitu sebagai berikut:
1) Al-Hikmah
Kata hikmah berbentuk masdarnya hukuman atau Hakama
yang artinya secara makna aslinya adalah mencegah, jika dikaitkan dengan dakwah akan berarti menghindari hal-hal yang kurang
relevan dalam melaksanakan tugas dakwah.46
Al-hikmah diartikan pula sebagai al-adl (keadilan), al-haq
(kebenaran), al-hilm (ketabahan), al-„ilm (pengetahuan) dan
an-nubuwwah (kenabian), yang tentunya dilihat dari porsinya. Hikmah dalam dunia dakwah mempunyai posisi yang sangat penting, yaitu dapat menentukan sukses tidaknya dakwah. Oleh karena itu, para Da’i dituntut untuk mampu mengerti, memahami sekaligus memanfaatkan latar belakangnya, sehingga ide-ide yang diterima
46
(41)
dirasakan sebagai sesuatu yang menyentuh dan menyejukkan kalbunya.
Lebih lanjut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud an-Nasafi mengartikan hikmah yaitu dakwah bil hikmah dengan dakwah menggunakan perkataan yang benar dan pasti, yaitu dalil yang
menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan.47 Dengan
demikian, jika dikaitkan dengan dakwah, akan ditemui bahwa hikmah merupakan peringatan kepada juru dakwah untuk tidak menggunakan satu metode saja. Sebaliknya, mereka harus konsisten
dengan objek dakwah dan selalu bersumber kepada al-Qur’an dan al
-Hadits.
2) Al-Mau‟izhah Al-Hasanah
Secara bahasa Mau‟izhah Hasanah terdiri dari dua kata, yaitu
Mau‟izhah dan Hasanah. Kata Mau‟izhah berasal dari kata Wa‟adza-ya‟idzu-wa‟adzun-I‟dzatan yang berarti nasehat,
bimbingan, pendidikan dan peringatan. Sementara Hasanah atau
merupakan kebalikan dari sayyi‟ah yang berarti kebaikan.48
Adalah perkataan-perkataan yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasehat dan menghendaki
manfaat kepada mereka atau dengan al-Qur’an.49
47
M. Munir, Metode Dakwah, 10 48
M. Munir, Metode Dakwah, 15 49
(42)
Sedangkan M. Munir dalam buku Metode Dakwah dalam mengklasifikasikan Mau’izhah Hasanah menjadi beberapa bentuk, yaitu:
a. Nasehat atau petuah
b. Bimbingan, pengajaran (Pendidikan)
c. Kisah-kisah
d. Kabar gembira dan peringatan (al-Basyis dan al-Nadzir)
e. Wasiat (pesan-pesan positif)
3) Al-Mujadalah Bi-al-lati hiya ahsan
Dari segi etimologi langkah lafadz mujadalah diambil dari
kata jadala yang bemakna memintal atau melilit. Apabila
ditambahkan alif pada huruf jim yang mengikuti wazan faa‟ala,
jadala dapat bermakna berarti berdebat, dan mujadalah perdebatan.
Secara terminologis al-mujadala berarti upaya tukar pendapat yang
dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang
diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat.50
d. Materi Dakwah
Pada dasarnya materi dakwah adalah ajaran Islam yang memiliki karakter sejalan dengan fitrah manusia dan kebutuhannya, sirah Nabawiyah mengajarkan kepada kita bahwa materi pertama yang menjadi landasan utama ajaran Islam, yang disampaikan
50
(43)
Rasulullah SAW kepada umat manusia adalah masalah yang berkaitan dengan aqidah salimah. Keimanan yang benar, masalah al-insan, tujuan program, status dan tugas hidup manusia di dunia dan tujuan akhir yang harus dicapainya, dan persamaan manusia
dihadapan Allah SWT.51 Jadi materi dakwah adalah Al-Islam yang
bersumber di Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber utama yang
meliputi aqidah, syariah dan akhlak dengan berbagai macam cabang ilmu yang diperoleh darinya.
e. Tujuan Dakwah
Dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses dalam rangka mencapai suatu tujuan. Tujuan ini dilakukan untuk memberikan arah atau pedoman bagi gerakan langkah kegiatan dakwah, sebab tanpa tujuan yang jelas seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia.52
Salah satu misi kerasulan dari zaman ke zaman senantiasa sama yaitu sebagai da’i yang menyeru kejalan Allah, mereka mengajak umat-Nya agar menyembah hanya kepada Allah Swt. Dan menjauhi illah selain Allah Swt. Berupa ideology, isme-isme dan kepercayaan hidup lainnya. Sehingga tujuan dakwah adalah mengajak umat manusia kepada jalan Islam yang benar dan diridhai Allah Swt. Agar hidup bahagia dan sejahtera didunia dan di akhirat yang pada dasarnya menjadi tujuan akhir manusia hidup di muka bumi ini.
51
Muhammad Idris, Ilmu Dakwah, 17 52
(44)
3. Hukum Dakwah
Hukum menurut M.H. Tirtaatmadja ialah semua aturan (norma) yang harus diturut dalam tingkah laku tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup
dengan ancaman mesti mengganti kerugian –jika melanggar aturan-aturan
itu—akan membahayakan diri sendiri atau harta.
Sedangkan menurut J.C.T. Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto berpendapat bahwa hukum ialah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan tadi berakibatkan diambilnya tindakan,
yaitu dengan hukum tertentu.53
Pengertian dakwah secara bahasa berasal dari bahasa Arab,د و,ع,
yang berarti dasar kecenderungan sesuatu disebabkan suara dan kata-kata.54
Sedangkan secara istilah pengertian dakwah mengalami perkembangan dan perbedaan makna sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan sebagaimana telah dijelaskan di atas. Dengan demikian pengertian hukum dakwah adalah aturan-aturan yang memuat tentang kewajiban dan tata-cara dakwah sesuai dengan hukum Islam.
53
Hasanuddin, Hukum Dakwah, 12 54
Abi al-Husain Ahmad bin Faris bin Zakaria, Mu‟jam Muqayyis al Lughat, (Mesir: Musthafa al Baabi al-Halabi, 1996) dalam Salmadanis, FilsafatDakwah, (Jakarta: Surau, 2003), 76
(45)
4. Prinsip-Prinsip Dakwah
Prinsip mengandung pengertian dasar atau asas kebenaran yang menjadi pokok pada dasarnya berfikir, bertindak dan sabagainya. Pada
esensinya dakwah adalah meletakkan prinsipnya kepada al-Qur’an dan al
-Hadits. Dakwah dapat diartikan sebagai suatu proses yang
berkesinambungan, maksudnya suatu proses yang bukan isidensial, melainkan benar-benar direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara terus menerus oleh para pengemban dakwah dalam rangka mengubah perilaku sasaran dakwah sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah
dirumuskan.55
Pada dasarnya prinsip dakwah yaitu amar ma’ruf nahyi munkar, meskipun demikian tidak menjadikan dakwah sebagai suatu yang mudah untuk dilakukan, tanpa mengindahkan tata cara yang sopan dan santun sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah Saw. Karena dakwah adalah merupakan kewajiban terhadap setiap muslim tanpa memandang asal golongan maupun sosial dari objek dakwahnya.
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan secara seksama agar dakwah dapat dilaksanakan dengan baik
dan menyejukkan pendengar (mad’u), berdasarkan M. Munir yang terdapat
dalam buku Metode Dakwah56 yang memuat prinsip-prinsip dakwah yang
menyejukkan yakni sebagai berikut :
55
Didin Hafidhuddin, Dakwah Faktual (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 77 56
(46)
Pertama, mencari titik temu atau sisi kesamaan. Apabila diamati pola dakwah Rasulallah Saw. Sebelum tiba masanya hijrah, tidak pernah menyeru ummatnya sendiri atau ahli kitab sebutan orang-orang kafir, musyrik atau munafik. Melainkan dengan seruan yang sama dengan dirinya
yakni yaa ayyuhan naas (wahai manusia) atau yaa qaumii (wahai kaumku).
Bahkan untuk orang-orang yang munafik, sebelum jatuhnya kota mekkah
nabi Muhammad Saw. mempergunakan panggilan yaa ayyuhal ladziina
aamanu (wahai orang-orang yang beriman), dan sama sekali tidak pernah
mengucapkan terang-terangan kemunafikan mereka dengan panggilan yaa
ayyuhal munaafiquun (wahai orang-orang yang munafiq).
Kedua, menggembirakan sebelum menakut-nakuti. Sudah menjadi fitrah manusia menyukai hal-hal yang menyenangkan dan membenci kepada yang menakutkan, maka selayaknya bagi para da’i untuk memulai dakwahnya dengan member harapan yang menarik dan menggembirakan sebelum memberikan ancaman. Rasulallah Saw. bersabda dalam hadits yang diriwayakan Muslim.
―Serulah manusia! Berilah kabar gembira dan janganlah membuat
orang lari. ―Seorang da’i seharusnya terlebih dahulu memberikan targhib (kabar gembira) sebelum tarhib (ancaman). Contohnya memberi tahu keutamaan menjalankan sholat pada waktunya sebelum memberi peringatan besarnya dosa meninggalkan sholat. Kabar gembira dan ancaman memang sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dalam berdakwah, karena targhib memberikan perenungan dan penyadaran motivasi untuk menumbuhkan harapan dan optimisme seseorang. Sedangkan tarhib memberikan
(47)
perenungan dan penyadaran kepada seseorang untuk kembali kepada jalan Allah Swt.
Ketiga, memudahkan tidak mempersulit, Rasulallah Saw. selalu menerapkan metode yang mempermudah tidak mempersulit, karena pada dasarnya Allah Swt. menyukai yang mudah dan tidak mempersulit seperti
yang terdapat dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 185 :
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur”. (QS. Al-Baqarah : 185)
Keempat, memperhatikan psikologi mad’u. mengingat bermacam -macam tipe manusia yang dihadapi da’i dan berbagai jenis antara dia dengan mereka serta kondisi psikologis mereka. Setiap da’i yang mengharapkan sejuk dalam aktifitas dakwahnya harus memperhatikan kondisi psikologis mad’u. hal ini menjadi penting, mengingat tidak semua pokok persoalan yang dihadapi seseorang dapat diselesaikan dengan metode penyampaian yang sama.
Dai dalam menyampaikan dakwah lebih asyik memberi materi tentang neraka dan syurga, sudah sepatutnya da’i memanaje materi yang
(48)
dibutuhkan oleh mad’u. Dakwah dilakukan tidak semata-mata dakwah bil-lisan (dengan kata-kata) melainkan dengan aksi social (dakwah bil-hal). Sehingga urgensi manajemen dalam dakwah menjadi takterelakkan, agar dakwah yang dilakukan secara individual dan kelompok baik melalui perkataan, tulisan, lembaga dan berbagai aktivitas sehari-hari menjadi efektif dan sesuai dengan tujuan dakwah Islam. Mengajak manusia dari apa adanya menuju kepada apa yang seharusnya, menyelamatkan orang-orang
agar tidak sampai jatuh ke dalam murka Allah.57
Lebih lanjut Faizhah dan Lalu Muchsin Effendi dalam bukunya Psikologi Dakwah58 menjelaskan bahwa agar dakwah menjadi efektif, masyarakat dakwah khususnya para da’i harus memahami prinsip dakwah yang sesuai dengan kenyataan dakwah di lapangan, yakni sebagai berikut :
1. Dakwah itu harus dimulai kepada diri sendiri (Ibda‟ binafsik)
dan menjadikan keluarganya sebagai contoh bagi masyarakat,
sebagaimana firman Allah Swt. yang terdapat dalam Al-Qur’an
Surat At-Tahrim ayat 6 :
“ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
57
Muhammad Zen, “Signifikansi Manajemen Dakwah Islam Dalam Agenda
Perubahan Sosial” (Tulisan ini di muat di jurnal SIMBOL Tahun 2000), (diakses pada tanggal 15 April 2014 dari http://muhammadzen.wordpress.com/manajemen/)
58
Faizhah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah (Jakarta: Prenada Media, 006), x-xii
(49)
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS. At-Tahrim : 6)
2. Secara mental, da’i harus siap menjadi pewaris para nabi yakni mewarisi pejuangan yang beresiko seperti para nabi juga harus mengalami kesulitan ketika berdakwah kepada kaumnya meski
sudah dilengkapi dengan mu‟jizat.
3. Da’i juga harus menyadari bahwa masyarakat membutuhkan waktu untuk dapat memahami pesan dakwah, oleh karena itu dakwah pun harus memperhatikan tahapan-tahapan sebagaimana dahulu nabi Muhammad Saw. harus melalui tahapan periode Mekkah dan Madinah.
4. Da’i juga harus menyelami alam fikiran masyarakat sehingga kebenaran Islam bisa disampaikan dengan menggunakan logika
masyarakat. Sebagaimana pesan Rasul : Khatib an as‟ala qadri
„uqulihim dalam menghadapi kesulitan, da’i harus bersabar, jangan bersedih atas kearifan masyarakat dan jangan terbelenggu dalam tipu daya setan, karena sudah menjadi sunnatullah bahwa setiap pembawa kebenaran pasti akan dilawan oleh orang kafir, bahkan setiap nabi pun harus mengalami di usir oleh kaumnya. Seorang da’i harus bisa mengajak, sedangkan yang memberi petunjuk adalah Allah Swt.
5. Citra positif dakwah akan sangat melancarkan komunikasi
dakwah, sebaliknya citra buruk dakwah akan membuat semua aktivitas dakwah menjadi kontra produktif. Citra positif bisa
(50)
dibangun dengan kesungguhan dan konsisten dalam waktu yang lama, tetapi citra buruk dapat dibangun hanya karena oleh satu kesalahan fatal. Dalam hal ini, keberhasilan membangun komunitas Islam, meski kecil akan sangat efektif untuk dakwah. 6. Da’i harus memperhatikan tertib urutan pusat perhatian dakwah,
yaitu prioritas pertama berdakwah sehubungan dengan hal-hal
yang bersifat universal. Yakni Al-Khair adalah kebaikan
universal yang datangnya secara normatif dari Tuhan, seperti
keadilan dan kejujuran, sedangkan Al-Ma‟ruf adalah sesuatu
(51)
B. Konsep Politik Islam 1. Pengertian Politik
Politik diambil dari kata “polis” dalam bahasa Yunani Kuno yang
artinya “kota atau city” ―kota dalam bahasa itu adalah Negara yang
berkuasa, menurut istilah sekarang.59 Kata politik berasal dari bahasa
Inggris yaitu politia yang menunjukkan sifat pribadi atau perbuatan, secara
leksikal, kata asal tersebut berarti acting or judging wisely, well judge,
prudent.60 Politik secara lughah, berasal dari kata „sasa‟, yasuusu‟, siyasatan‟ yang berarti mengurus kepentingan seseorang. Pengarang kamus
al-Muhits mengatakn bahwa, Sustu ar-ra‟iyata siyasatan atau ―berarti saya
memerintahnya dan melarangnya.‖61
Dalam soal ini didapatkan kata Arab yang telah dipakai dalam bahasa Indonesia dalam arti sama ―siasat‖. Dalam arti demikian arti politik/siasat itu sangat luas jangkauannya dan pemakaiannya. Sebab ―Politik‖ yang demikian dipakai dalam segala tindak
tanduk manusia.62
Secara istilah, ―Politik‖ pertama kali dikenal melalui buku Plato
yang berjudul Politiea yang juga dikenal dengan Republik. Kemudian
muncul karya Aristoteles yang berjudul politiea dan menjalankan dua karya tersebut sebagai pangkal pemikiran politik. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam satu system (atau Negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem
59
Fuad. Muhd. Fachruddin, Pemikiran Politik Islam, 1 60
Abdul Muin Salim, Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Al-Qur‟an (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,1994), 34
61
Abdul Qodim Zallum, Pemikiran Politik Islam, 11 62
(52)
politik itu menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih itu.
Untuk melaksanakan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan
kebijaksanaan-kebijaksanaan umum (Public Policies) yang mengatur
pengaturan dan pembagian (distribution) atau alokasi (allocation) dari
sumber-sumber yang ada. Untuk melaksanakan kebijakan itu, perlu
memiliki kekuasaan (power) dan kewenangan (authority) yang akan dipakai
dari proses ini. Cara yang dipakainya dapat bersifat meyakinkan (persuasive) dan jika perlu paksaan (coercion).63
Berdasarkan uraian sebelumnya seperti yang dikemukakan oleh
Miriam Budiarjo dalam bukunya Dasar-dasar Ilmu Politik dapat
disimpulkan bahwa konsep-konsep politik itu terbagi menjadi sebagai berikut :
a. Negara (State)
Negara adalah suatu organisasi dalam sebuah wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya. Sarjana-sarjana yang menekankan Negara sebagai inti dari politik
(politics) memusatkan perhatiannya pada lembaga-lembaga
kenegaraan serta bentuk formulirnya dengan definisi yang bersifat tradisional dan agak sempit ruang lingkupnya.
b. Kekuasaan (Power)
63
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT Dian Rakyat, 1972: reprint, Jakarta: PT Gramedia, 2002), 8
(53)
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang ataupun kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atu kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku sarjana-sarjana yang melihat kekuatan sebagai inti dari politik, beranggapan bahwa politik adalah semua
kegiatan yang menyangkut masalah merebutkan dan
mempertahankan kekuasaan yang biasanya dianggap bahwa
perjuangan kekuasaan (power struggle) ini mempunyai tujuan yang
menyangkut kepentingan seluruh masyarakat.
Pendekatan ini banyak terpengaruh oleh sosiologi, lebih luas ruang lingkupnya dan juga menutup gejala-gejala sosial seperti serikat buruh, organisasi keagamaan, organisasi kemanusiaan dan kaum militer. Bidang ilmu yang membahas khusus masalah ini disebut politikologi studi pembentukan pembagian kekuasaan.
c. Konflik dan Kerjasama
Perbedaan politik yang menjadi ciri dan menjadi sumber dari tindakan-tindakan dari tema-tema politik, adalah perbedaan antara kawan-lawan. Pernyataan ini diperjelas dengan ucapan seorang
negarawan Inggris yang menyatakan “we have no permanent friends
but we have a permanent policies” yang artinya kami tidak
mempunyai kepentingan yang kekal abadi.64
Politik adalah perbuatan kemasyarakatan (yaitu perbuatan yang diarahkan kepada kelakuan orang-orang lain) yaitu bertujuan
64
(54)
untuk mengatur secara mengikat konflik-konflik kemasyarakatan mengenai nilai-nilai. Lebih lanjut dinyatakan, politik terdiri dari pertarungan antara aktor-aktor yang mempunyai keinginan-keinginan yang saling bertentangan mengenai pokok-pokok
pertentangan masyarakat.65
d. Kebijakan (Policy)
Politik adalah aspek dari semua perbuatan yang berkenaan dengan usaha kolektif. Kehidupan politik menurut pendirian yang lazim, meliputi semua aktivitas yang berpengaruh terhadap kebijaksanaan ini. Lebih lanjut dijelaskan bahwa politik adalah tindakan yang dijalankan menurut suatu rencana tertentu, terorganisasi dan terarah yang secara tekun berusaha menghasilkan,
mempertahankan atau merubah susunan kemasyarakatan.66
e. Pembagian (Distibution) atau Alokasi (Allocation)
Harold D. Laswell mengatikan politik dengan siapa memperoleh, bilamana, dengan cara apa? J. J jong mengartikan bahwa :
―…...proses politik akan kita artikan sebagai keseluruhan dari perbuatan-perbuatan daripada interaksi-interaksi antara orang-orang dan hubungan-hubungan dalam ruang ketegangan antara kuasa
65
A. Hoogerwerf. Politikologi: Pengertian dan problem-problem (Jakarta: Erlangga, 1985), 45
66
(55)
Negara dan rakyat Negara, antara pemerintah dan warga penduduk, sebagaimana lebih lanjut dibatasi dan dipengaruhi oleh data-data yuridis. ―Pistis‖, sosial, ekonomi, teknik dan geografis, sepanjang perbuatan-perbuatan dan interaksi-interaksi ini, pemerintahan ini, yang merupakan pembagian (kembali) secara umum dari nilai-nilai non materiil yang berorientasi pada keadaan dan bilamana perlu akan dipertahankan dengan tangan besi.‖67
Secara singkatnya Harold D. Laswell memberikan pengertian
bahwa politik masyaakat Who gets what, when dan how. What disini
terutama berupa kekuasaan atau otoritas pilitik. Sedangkan siapa, kapan, dan bagaimana adalah masalah-masalah yang menentukan
bentuk pengelolaan politik suatu masyarakat.68
Menurut Deliar Noer politik adalah …..segala aktivitas atau sikap yang berhubungan dengan kekuasaan dan bermaksud untuk mempengauhi, dengan jalan mengubah atau mempertahankan, suatu
macam bentuk susunan masyarakat.69 Sedangkan menurut Miriam
Budiarjo politik adalah bermacam kegiatan dalam suatu sisitem politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan
tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tindakan-tindakannya.70
67
Ibid, 45-46 68
Amien Rais, cakrawal Islam Antara cita dan fakta, (Bandung, Mizan, 1991), 30 69
Abdul Muin Salim, Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Al-Qur‟an, 37 70
(56)
2. Politik Dalam Pandangan Islam
Islam adalah satu-satunya agama suci yakni agama Allah Swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw untuk menjadi penutup agama-agama yang telah dibawa sebelumnya oleh para nabi. Islam adalah agama-agama yang paling sempurna. Didalamnya terdapat semua jawaban atas pertanyaan
dalam kehidupan ini yang terdapat dalam al-Qur’an yang merupakan
mu’jizat paling tinggi yang diberikan Allah Swt. kepada Rasulallah Saw.
Dalam al-Qur’an segala hal dalam tentang kehidupan manusia diatur dan
diberikan petunjuknya, seperti tauhid, akhlaq dan ibadah (muamalah). Politik juga dapat disimpulkan atau dikategorikan kedalam bidang ibadah (muamalah), yang didalamnya mengatur tentang hubungan manusia dalam ruang lingkup pemerintahan.
Para ahli sepakat bahwa perkembangan pemikiran politik itu mempunyai hubungan langsung yang tidak terpisah dengan perkembangan sejarah, hal ini dibuktikan dengan jelas dalam ―Pemikiran Politik Islam‖ dimana sejarah Islam itu sendiilah yang membawa dan mencetuskan ―Politik Islam‖ dengan ―Sejarah Islam‖ sejalan dengan masing-masing
saling menyempurnakan ibarat darah dan daging.71
Dalam Islam politik pertama kali dilakukan oleh nabi-nabi, para nabi diutus oleh Allah Swt untuk membentuk manusia, mengadakan masyarakat dan ummat dengan tujuan untuk melaksanakan ajaran-ajaran dan perintah Allah Swt. dalam satu lembaga yang berkuasa ―Divine Soverenigty―. Sebagai contoh yang dialami oleh Nabi Daud As dan Nabi Sulaiman As
71
(57)
yang bertindak sebagai raja. Bukti lain yang tidak kalah mengagumkannya yaitu ketika Nabi Muhammad Saw sebagai Rasulallah mendirikan Negara Madinah yang dimulai dengan peringatan hijrah. Dimana menurut H.A.R Gibb hijrah dapat dipandang pada umumnya sebagai satu titik perubahan yang memberi satu permulaan masa baru dalam hidup :Muhammad‖ dan
akhlaqnya.72
Dengan sendirinya jika ditinjau Negara yang didirikan Rasulallah Saw beserta kaum muslimin di Madinah, maka ia telah melakukan satu tindakan politik jika diukur dengan istilah politik dewasa ini.
Politik dalam Islam disebut siyasah yang bermakna mengatur urusan
ummat, yang dilaksanakan oleh Negara (Pemerintah) maupun ummat.
Dal;am al-Qur’an tidak tertulis secara tekstuil mengenai kata siyasah.
Namun dalam al-Qur’an QS. An-Nisa ayat 58-59 membahas tentang
menyerahkkan amanat dan penghormatan kepada pemimpin.
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran
72
(58)
yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat. [58] Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (QS. An-Nisa : 58-59)
Dua ayat di atas yaitu 58 dan 59 QS. An-Nisa adalah dasar yang telah diturunkan oleh Allah Swt dengan wahyu sebagai poko pertama didalam mendirikan sesuatu kekuasaan, atau suatu pemerintahan, sekaligus untuk menaati pemimpin yang memimpin ummat.
Yang pertama adalah menyerahkan amanat kepada ahlinya. Tegasnya, hendaklah seluruh pelaksana pemerintahan, seluruh aparat pemerintah diberika kepada orang yang bisa memegang amanat, orang yang ahli. Hak pertama ialah kepada rakyat, atau dalam istilah agama, pada ummat pilihan utama puncak pimpinan Negara, yang juga bisa disebut dengan khalifah, sultan dan presiden. Yang kedua ialah pemerintah untuk menaati Allah Swt. Rasul dan Ulil Amri (pemimpin), dengan syariat tidak betentangan dengan hukum-hukum Allah Swt. yang terdapat dalam al-Qur’an dan al-Hadits yang menjadi petunjuk hidup ummat Islam.73
73
(59)
3. Hubungan Politik dan Dakwah
Setelah matang dalam wacana dan ranah ajaran Islam yang syamil, kaffah dan tawazun, muncullah pergulatan antara perlunya kegiatan tarbiyah memasuki pentas politik atau tetap konsisten di jalur dakwah. Dakwah, menurut konseptor sekaligus negarawan dunia, ibnu khaldun, akan menambah kuat solidaritas sosial bagi para pelaku maupun objek dakwah. Akumulasi gerakan dakwah yang profesional dan maksimum, sebagaimana diterapkan Rasulullah, mengakibatkan output yang baik. Pandangan lain menyatakan, Rasulullah ketika menyampaikan amr ma’ruf adalah dalam rangka merealisasikan langkah dakwahnya. Pada saat itu tidak hanya pengikutnya saja menyukai, bahkan kalangan kafir Quraisy sekalipun menaruh simpati. Justru ketika Rasulullah menyampaikan amr ma’ruf pada saat itulah langkah politik Rasulullah dimulai. Karena dengan serta merta para kafir Quraisy merasa terancam status politiknya dan langsung melakukan penyerangan baik fisik maupun psikis terhadap Rasulullah
maupun pengikutnya.74
Hubungan fungsional antara politik dan dakwah sering tidak mengerti dengan baik oleh sementara kaum Muslimin. Sehingga banyak yang menganggap bahwa ketika kegiatan politik berdiri sendiri, terpisah sama sekali dari kegiatan dakwah. Bahkan dalam masyarakat kita, ada kesan kurang positif terhadap kegiatan politik, seolah-olah politik selalu
74
Djony Edward, Efek Bola Salju, Partai Keadilan Sejatera (Bandung : PT. Syaamil Cipta Media, 2006), 73-74
(60)
mengandung kelicikan, hipokrisi, ambisi buta, pengkhianatan, penipu, dan
berbagai konotasi buruk lainnya.75
Dakwah di ranah politik sebenarnya bukan sesuatu yang bid’ah dalam ajaran Islam. Rasulallah SAW dalam sejarah kenabian justru telah menginspirasikan bahwa dakwah di ranah politik merupakan sesuatu
keniscayaan dalam peradaban Islam.76 Sedangkan menurut Prof. DR. M.
Amien Rais, MA, sebagai cendikiawan muslim mengatakan bahwa kegiatan; dakwah dalam Islam sesungguhnya meliputi semua dimensi kehidupan manusia, karena amr ma’ruf dan nahi munkarjuga meliputi segala bidang kehidupan. Tetapi jangan dilupakan bahwa semua pendukung amr ma’ruf dan nahi munkar juga menggunakan segenap jalur kegiatan kehidupan. Secara demikian, kegiatan budaya, politik, ekonomi, sosial, dan
lain-lain, dapat dijadikan kegiatan dakwah islamiyah (da’wah ila Allah)
maupun dakwah jahiliyah, yakni dakwah yang menjadikan neraka sebagai muara akhir (da’wah ila an-nar). Dari pemahaman seperti ini mudah kita mengerti bahwa politik pada hakikatnya merupakan bagian dari dakwah. Politik dapat didefinisikan dengan berbagai cara. Tetapi bagaimanapun ia didefinisikan, satu hal sudah pasti, bahwa politik menyangkut kekuasaan.
Dalam pengertian sehari-hari, politik juga berhubungan dengan cara dan proses pengelolahan pemerintahan suatu Negara. Bagi seorang muslim, kegiatan politik harus menjadi kegiatan yang integral dari kehidupannya
75
M. Amien Rais, Cakrawala Islam, Antara Cinta dan Fakta, (Bandung : Mizan, 1991), cet. Ke- III, 23
76Khuzaifah Hanum, ―
Dakwah, Politik dan Indonesia‖ terbit 22 Mei 2012, (diakses pada tanggal 17 April 2014 dari
(61)
yang utuh. Karena politik adalah alat dakwah, maka aturan permainan yang harus ditaati juga harus pararel dengan aturan permainan dakwh. Misalnya, tidak boleh menggunakn paksaan dan kekerasan, tidak boelh menyesatkan, tidak boleh menjungkir balikan kebenaran, dan juga tidak diizinkan menggunakan induksi-induksi psikotropik yang mengelabui masyarakat. Selain itu, keterbukaan, kejujuran, rasa tanggung jawab, serta keberanian menyatakan kebenaran sebagai benar dan yang batil sebagai batil, harus menjadi cirri-ciri politik sebagai fungsi sebagai sarana dakwah. Politik yang dijalankan oleh seorang muslim, sekaligus yang berfungsi sebagai alat dakwah, sudah tentu bukanlah politik sekuler, melainkan politik yang penuh komitmen kepada Allah SWT. Tujuan yang diletakkan politik seperti ini bukanlah kekuasaan demi kekuasaan, atau pencapaian kepentingan demi kepentingan itu sendiri. Semua itu merupakan sarana atau tujuan antara untuk mencapai tujuan yang sesungguhnya, yaitu pengabdian kepada Allah SWT.
Menurut tinjauan Islam ada dua jenis politik, yaitu politik kualitas tinggi (high Politics) dan politik kualitas rendah (Low Politics). Tetapi paling tidak, ada tiga ciri yang harus dimiliki politik kualitas-tinggi atau mereka yang menginginkan terselenggaranya high Politics. Pertama, setiap jabatan politik pada hakikatnya merupakan amanah dari masyarakat, yang harus dipelihara sebaik-baiknya. Kedua, setiap jabatan politik mengandung pertanggung jawaban (mas’uliyyah, accountability). Ketiga, kegiatan politik
(1)
(2)
(3)
(4)
Putus Rantai Kemiskinan, 20 % Bangku Sekolah Negeri Depok Untuk Warga Miskin
(5)
Galang Dukungan, DPRa PKS Curug Bojongsari selenggarakan lomba memasak antar Majelis Taklim
(6)
Sambut Ramadhan 1434 H, DPRa PK Sejahtera Kelurahan Curug-Bojongsari Kota Depok Selenggarakan Pelayanan Kesehatan Gratis dan Santunan Paket