BAB III GAMBARAN UMUM
A. Riwayat Hidup Mario Teguh
Mario Teguh lahir dari seorang ibu berdarah Bugis, Sulawesi Selatan dan Arab dengan latar belakang Muhammadiyah serta ayah berdarah Tionghoa
berlatar belakang Nahdlatul Ulama. Meski ada darah Arab namun darah Tionghoa lebih dominan meninggalkan ciri pada raut wajah Mario. Akibatnya
Mario Teguh selalu disangka sebagai seorang nonmuslim, namun yang pada kenyataannya Mario Teguh adalah seorang muslim sejak lahir.
1
Mario Teguh adalah salah satu motivator terkenal di Indonesia. Bila semula tidak banyak yang mengenal sosok Mario Teguh karena sekitar 10 tahun yang lalu
kata-kata bijaknya hanya disiarkan melalui radio saja, maka setelah salah satu stasiun swasta menayangkan acara Golden Ways dengan pembicara Mario Teguh,
sejak saat itulah karirnya mulai meningkat tajam dan mulai dikenal banyak orang. Apalagi Mario Teguh dan tim manajemennya juga memanfaatkan situs jejaring
sosial untuk lebih mendekatkan diri kepada masyarakat. Bisa dilihat di akun faceboknya yang memiliki ribuan teman dan berapa jumlah komentar serta status
like pada setiap status yang dibuat oleh Mario Teguh. Tidak bisa dipungkiri bahwa selain memiliki banyak penggemar, juga tidak
sedikit kelompok orang yang tidak suka dengan Mario Teguh. Namun walaupun demikian, pada tahun 2010 lalu MURI Museum Rekor Indonesia memberikan
penghargaan kepada Mario Teguh sebagai Motivator yang memiliki banyak penggemar. Ini membuktikan bahwa eksistensi seorang Mario Teguh tetap diakui
1
TV one, Satu Jam Lebih Dekat, Jakarta, Penerbit Hikmah, 2010, h. 120
di negeri ini terlepas dari adanya beberapa pandangan miring mengenai profile seorang Mario Teguh
. Berikut adalah Biografi lengkap Mario Teguh :
1. Profile Mario Teguh
Nama Asli : Sis Maryono Teguh Lahir
: Makassar, 5 Maret 1956 Pasangan : Linna Teguh
Anak : Audrey Teguh
: Marco Teguh Orang tua : Gozali Teguh
: Siti Maria ibu
2
2. Pendidikan
a. Jurusan Arsitektur New Trier West High setingkat SMA di Chicago,
Amerika Serikat, 1975. b.
Jurusan Linguistik dan Pendidikan Bahasa Inggris, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang S-1.
c. Jurusan International Business, Sophia University, Tokyo, Jepang.
d. Jurusan Operations Systems, Indiana University, Amerika Serikat, 1983
MBA.
3
Rekam jejak pendidikan Mario ternyata cukup menarik juga. Dimulai saat ini bersekolah di New Trier West High, sebuah sekolah kejuruan yang berada
di Chicago, Amerika Serikat. Ia masuk pada tahun 1975 dan mengambil jurusan arsitektur. Pada waktu itu memang cita-cita belum terlalu nampak.
2
Wikipedia, Mario Teguh, artikel di akses pada 16 oktober 2014 dari http:id.wikipedia.orgwikiMario_Teguh
3
Wikipedia, Mario Teguh.
Setelah itu, ia kembali ke tanah air dan meneruskan pendidikan di IKIP Malang. Ada dua alasan kenapa Mario memilih IKIP. Pertama karena kondisi
tubuh Mario sedang sakit, kedua karena keterbatasaan biaya. Ongkos sekolah di IKIP relatif lebih murah saat itu ketimbang kuiah di tempat lain. Disana ia
mengambil jurusan studi awalnya, yaitu jurusan Linguistik dan pendidikan Bahasa Inggris.
Setelah menamatkan S1 nya di IKIP. Minatnya terhadap arsitektur membawanya ke Amerika seritat. Loh, dananya dari mana ? Mario Teguh
adalah seorang yang cerdas sehingga berhasil lolos seleksi beasiswa yang di berikan pemerintah Amerika serikat melalui perwakilannya di Indonesia.
Pendidikan tinggi yang dinikmati Mario Teguh bukan hanya di Negeri Paman Sam. Di Negeri Matahari terbit, jepang pun Mario sempat belajar bisnis
Internasional. Dan keberuntungan masih berpihak kepada Mario, sehingga sekali lagi, Mario mendapatkan beasiswa di Negeri Matahari terbit Jepang.
4
Banyaknya bidang ilmu yang telah Mario Teguh pelajari tentunya membuat makin luas juga wawasannya. Ditambah dengan berbagai culture
yang Ia pelajari semasa kuliah di luar negeri juga menjadi tambahan pengalaman seorang Mario Teguh. Memang tak banyak orang memilih bidang
studi yang “meloncat loncat” layaknya beliau, namun Ia membuktinya bahwa perjalanan panjangnya tersebut bisa menghasilkan “sesuatu” yang berharga
baginya nanti.
4
TV one, Satu Jam Lebih Dekat, Jakarta, Penerbit Hikmah, 2010, h. 119-120