Pesan dan Materi dakwah

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pesan-pesan dakwah yang harus disampaikan kepada objek dakwah mad’u mencakup beberapa aspek, sebagai berikut : 1. Aqidah Secara etimologis aqidah berarti ikatan, sangkutan; secara teknis berarti kepercayaan, keyakinan, iman, creed, credo. 9 Pembahasan mengenai aqidah Islam pada umumnya berkisar pada Arkanu „I-Iman rukun iman yang enam. 10 Menurut bahasa, Aqidah diambil dari kata al-Aqd, yaitu mengikat, menguatkan, teguh dan mengukuhkan. Aqidah merupakan keyakinan hidup, yaitu Iman dalam arti khas, yakni pengikraran yang datannya dari hati. 11 Pembahasan mengenai aqidah islam pada umumnya berkisar pada Arkanul Iman rukun iman, yaitu: a. Iman kepada Allah. b. Iman kepada Malaikat-Malaikat-Nya. c. Iman kepada Kitab-kitab-Nya. d. Iman kepada Rasul-rasul-Nya. e. Iman kepada Hari Akhir. f. Iman kepada Qadha dan Qadhar. Aqidah tersebut dalam tubuh manusia ibarat kepalanya. Maka apabila suatu umat sudah rusak, bagian yang harus direhabilitasi adalah aqidahnya terlebih dahulu. Disinilah pentingnya aqidah ini, apalagi ini menyangkut 9 Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwwir Kamus Arab-Indonesia , Surabaya : Pustaka Progresif,1997, cet. 4 h.954 10 Endang Syaefudin Anshari, Wawasan Islam,Jakarta: Rajawali, 1986 Ed. 2,cet. 1,h. 27 11 Endang Syaefudin Anshari, Wawasan Islam, h. 32 kebahagian dunia dan akhirat, aqidah merupakan kunci kita menuju surga. Aqidah juga menjadi dasar bagi seluruh hukum-hukum agama yang berada diatasnya. Aqidah Islam adalah tauhid, yaitu mengesakan Tuhan yang diungkapkan dakam syahadat pertama. Sebagai dasar, tauhid memiliki implikasi terhadap seluruh aspek kehidupan keagamaan seorang muslim, baik ideologi, politik, sosial, budaya pendidikan, dan sebagainya. Aqidah merupakan dasar bagi setiap muslim untuk memberikan arah bagi kehidupan manusia. Dalam hal ini, aqidah bukan saja tertuju pada masalah-masalah yang wajib di imani, akan juga meliputi masalah- masalah yang dilarang Islam, misalnya syirik, ingkar dengan adanya Tuhan dan sebagainya. 2. Syariah Kalau aspek aqidah memuat hal-hal yang berkenaan dengan kepercayaan, keyakinan, dan keimanan, maka aspek syariah berisi tentang susunan, peraturan dan ketentuan yang disyari’atkan Allah dan Rasul-Nya dengan lengkap atau pokok-pokoknya saja, supaya manusia dapat melaksankannya dalam mengatur hubungan dengan Allah, hubungan dengan saudara seagama, hubungan dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, serta hubungannya dengan alam dan kehidupan. Dengan demikian, maka aspek sya ri’at memuat tentang berbagai aturan dan ketentuan yang berasal dari Allah dan Rasul-Nya. Syariah merupakan aturan yang harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, karena syariah yang mengatur hubungan manusia dengan tuhan, dan hubungan manusia dengan manusia, syariah meliputi: a. Ibadah, meliputi: 1 Thaharah 2 Sholat 3 Zakat 4 Shaum 5 Haji b. Muamallah: meliputi: 1 Al-Qununul Khas Hukum Perdata a Muamalah hukum niaga b Munakahat hukum nikah c Waratsah hukum waris d Dan lain sebagainya 2 Al-Qanunul’am hukum publik a Hinayah hukum pidana b Khilafah hukum negara c Jihad hukum perang dan damai d Dan lain-lain 12 3. Akhlak Akhlak berasal dari kata “khuluq”, yang berarti: “perangai, sikap, tingkah laku, watak, budi pekerti. 13 dalam aktifitas dakwah merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi keimanan dan keislaman seseorang. Meskipun akhlak ini berfungsi sebagai pelengkap, bukan berarti masalah akhlak kurang penting dibandingkan dengan masalah keimanan 12 Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 95 13 Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwwir Kamus Arab-Indonesia, h. 364 dan keislaman, akan tetapi akhlak merupakan penyempurnaan keimanan dan keislaman seseorang. 14 Akhlak memiliki peranan penting bagi perjalanan hidup manusia, dimana akhlak merupakan salah satu khazanah muslim yang kehadirannya hingga kini makin dirasakan dan memandu perjalanan hidup manusia agar selamat di dunia dan akhirat. Tidak berlebihan jika misi utama kerasulan nabi Muhammad SWA. adalah untuk menyempurkan akhlak mulia, dan sejarah mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah Rasul antara lain adalah akhlaknya yang mulia. Secara garis besar, akhlak Islam mencakup beberap hal, yaitu 15 : a. Akhlak Manusia terhadap Khalik b. Akhlak Manusia terhadap Makhluk 1 Akhlak terhadap manusia Yaitu: diri sendiri, tetangga dan masyarakat luas lainnya. 2 Akhlak terhadap bukan manusia Yaitu: flora, fauna dan sebagainya. 4. Hubungan Aqidah, Syariah dan Akhlak Tujuan ajaran Islam diberikan Allah kepada manusia adalah untuk mencapai keselamatan semenjak lahir hingga ajal dijemput, bahkan hingga bertemu dengan Dzat yang Maha Merajai Hari Pembalasan Allah SWT. Allah menawarkan kepada kita jalan keselamatan hidup melalui lisan dan perbuatan para Nabi. Disini kita hanya tinggal memilih, mau mengikuti jalan keselamatan itu ataupun tidak. 14 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, Jakarta :Penerbit Amzah, 2009, h. 89-92 15 Endang Syaefudin Anshari, Wawasan Islam. 1 h. 29 Ajaran Islam menjamin keselamatan hidup manusia apabila manusia berpegang teguh kepada ajaran Allah tersebut dan berpegang teguh pada perjanjian dengan manusia, sebagaimana firman Allah :                                       Artinya : “Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, [kecuali jika mereka berpegang teguh pada tali agama Allah dan tali perjanjian dengan manusia], dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir terhadap ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.” Qs. Ali-Imran, 3:112 Berpegang teguh pada ajaran Allah merupakan aqidah. Berpegang teguh pada perjanjian dengan manusia adalah perwujudan akhlak. Aktivitas yang memegang teguh ajaran Allah dan perjanjian dengan manusia merupakan penerapan syari’ah. Den gan kata lain, perbuatan syari’ah yang didasari oleh kelurusan aqidah dan dampaknya adalah akhlak kemanfaatannya dirasakan oleh manusia lain. Contohnya adalah shalat. Perbuatan shalat syar’ah akan bermakna apabila didasari motivasi semata-mata karena Allah aqidah dan berdampak positif bagi perilaku orang yang melaksanakan shalat untuk digunakan dalam kehidupan bermasyarakat dengan orang lain akhlak. Karena seorang Muslim yang baik adalah orang yang memiliki aqidah yang lurus dan kuat yang mendorongnya untuk melaksanakan syariah yang hanya ditujukan kepada Allah sehingga tergambar akhlak yang mulia dalam dirinya. Atas dasar hubungan ini pula maka seorang yang melakukan suatu perbuatan baik, tetapi tidak dilandasi oleh aqidah atau iman, maka ia termasuk ke dalam kategori kafir. Seorang yang mengaku beriman, tetapi tidak mau melaksanakan syariah, maka ia disebut orang fasik. Sedangkan orang yang mengaku beriman dan melaksanakan syariah tetapi tidak dilandasi aqidah atau iman yang lurus disebut orang munafik.

C. Metode Dakwah

Metode dakwah adalah cara- cara yang dipergunakan da’i untuk menyampaikan pesan dakwah atau serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan 16 . Hal ini diperjelas oleh Muh. Ali Aziz yang juga menjelaskan metode dakwah sebagai cara yang dilakukan untuk berdakwah menyampaikan ajaran materi Islam. 17 Dari penjelasan diatas sangat jelas bahwa metode dakwah adalah suatu cara yang dipilih oleh da’i untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah kepada mad’u. Secara terperinci metode dakwah dalam Al- Qur’an terekan pada QS. An- Nahl ayat 105. 16 Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah, h. 21 17 Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 123                           Artimya : “ Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan yang baik, sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang- orang yang mendapat petunjuk”. An- Nahl:105. Dari ayat tersebut, terlukis bahwa ada tiga metode yang menjadi dasar dakwah yaitu : a Hikmah: yaitu dakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitik berartkan pada kemampuan mereka, sehingga di dalam menjalankan ajaran Islam selanjutnya mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberetan. b Muaidzah hasanah: adalah berdakwah dengan memberikan nasihat nasihat atau menyampaikan ajaran Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati mereka. c Mujadalah: yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan membantah dengan cara sebaik-baiknya dengan tidak memberikan tekanan-tekanan dan tidak pula degan mejelekkan yang menjadi mitra dakwah.

D. Media Dakwah

Kata media merupakan jamak dari bahasa latin yaitu medion, yang secara etimologi berarti alat perantara 18 . Sedangkan secara istilah media berarti segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa media dapat berarti segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan. Adapun yang dimaksud dengan media dakwah adalah peralatan yang dipakai untuk menyampaikan ajaran Islam. Media dakwah terbagi menjadi lima, yaitu: a Lisan, media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya. b Tulisan, buku, majalah, surat kabar, korespondensi surat, e-mail, smas, spanduk dan lain-lain. c Lukisan, gambar, karikatur, dan sebagainya. d Audio visual yaitu alat dakwah yang dapat merangsang indera pendengaran atau pengelihatan dan kedua-duanya, bisa berbentuk televisi, slide, ohp, internet, dan sebagainya. e Akhlak, yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam, yang dapat dinikmati dan didengarkan oleh mad’u 19 . Media dakwah merupakan salah satu unsur yang sangat penting diperhatikan dalam aktivitas dakwah. Sebab sebagus apapun metode, materi dan kapasitas seorang Da’i tanpa didukung dengan sebuah media yang tepat seringkali hasilnya kurang memuaskan. 18 Rudi Susilana Cepi Riyana, Media Pembelajaran Bandung: Wacana Prima, 2009, h. 6 19 Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah h. 20-21