Mekanisme Manajemen Risiko Pegadaian Syariah

proses bisnis, manajemen risiko yang baik, dan mengimplementasikan prinsip-prinsip dasar pengelolaan perusahaan yang baik good corporate governance, yang didukung oleh sistem teknologi informasi yang sesuai kebutuhan, budaya berbasis kinerja, serta sumber daya manusia yang profesional dan kompeten. Menyadari hal tersebut, maka pengawasan yang semakin peka dan sikap hati-hati dalam merespon setiap perkembangan, menjadi sangat penting. 1

A. Mekanisme Manajemen Risiko Pegadaian Syariah

Manajemen risiko memberi perlindungan kepada para pemangku jabatan terhadap akibat buruk yang mungkin terjadi karena adanya risiko. Hal ini dilakukan melalui perlakuan risiko sesuai prosedur manajemen risiko yang akan memberikan dua hal berikut: Pertama, dampak negatif yang terjadi tidak akan seburuk sebelumnya, karena telah dilakukan langkah-langkah antisipasi melalui proses perlakuan risiko. Kedua, dengan adanya manajemen risiko, para pemangku jabatan terkait dapat mengambil keputusan lebih baik informed decision. Ini terjadi karena adanya informasi yang tersedia dalam proses manajemen risiko. Begitu juga bila risiko tersebut berdampak positif. Kesempatan untuk meraih peluang dapat diketahui lebih dulu dari pesaing, sehingga peluang tersebut dapat direbut. Pegadaian Syariah merupakan suatu divisi dari Perum Pegadaian, oleh karena itu manajemen risiko pada Pegadaian Syariah menginduk pada 72 1 PERUM Pegadaian, Profil PERUM Pegadaian Jakarta: PERUM Pegadaian, Laporan Tahunan 2009, h.10. manajemen risiko Perum Pegadaian. Proses manajemen risiko adalah suatu proses yang bersifat berkesinambungan, sistematis, logik dan terukur yang digunakan untuk mengelola risiko-risiko di perusahaan. Mekanisme assessment manajemen risiko Perum Pegadaian meliputi empat kegiatan, yaitu identifikasi, pengukuran, penilaian, dan pengelolaan. Setelah melakukan assessment risiko kemudian Perum Pegadaian melakukan pemantauan, dan pengendalian. 1. Identifikasi Proses identifikasi risiko dimulai dengan proses penetapan kriteria dan parameter risiko, pengidentifikasian peristiwa risiko yang mungkin terjadi, permasalahan yang menjadi penyebab pemicu utama timbulnya risiko, sumberfaktor penyebabnya internal dan eksternal dan perkiraan skor likelihood and impact. Hasil dari proses ini adalah tersusunnya register risiko Perum Pegadaian. Setiap organisasi adalah unik, mempunyai karakter, sifat, sasaran bisnis, dan stakeholder yang tidak sama. Oleh karena itu, setiap organisasi harus menyusun sendiri kriteria risiko yang paling sesuai. Proses identifikasi risiko Perum Pegadaian dilakukan dengan cara mengidentifikasi risiko yang melekat pada setiap produk, fungsi, aktivitas dan proses. Proses identifikasi tersebut dilakukan terhadap seluruh jenis risiko yang mungkin dapat terjadi, tingkat kemungkinan terjadinya, besaran dampaknya dan faktor penyebab 73 atau pemicu timbulnya risiko. Proses identifikasi yang dilakukan oleh Manajemen Risiko Perum Pegadaian dilakukan pada awal periode, yaitu ketika suatu produk atau aktivitas diinisiasi dan direview dikaji ulang secara berkala sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun. Proses ini sangat penting, karena risiko yang tidak teridentifikasi pada proses ini tidak akan ditangani pada proses-proses selanjutnya. 2. Pengukuran Tujuan memahami risiko adalah untuk mengelola risiko. Sesuai dengan prinsip ekonomi, setiap perusahaan dibatasi oleh sumber daya dalam rangka mencapai nilai perusahaan setinggi-tingginya. Direksi perlu membuat prioritas risiko. Proses pengukuran dan pemetaan risiko Pegadaian dilakukan dengan menghitung besarnya probabilitas terjadinya suatu risiko. Risiko yang diidentifikasi tersebut dikategorikan dan dipetakan ke dalam 3 tiga peringkat yaitu, risiko dengan dampak yang tinggi high risk, sedang medium risk, dan rendah low risk yang didasarkan kepada frekuensi terjadinya dan dampak yang ditimbulkan. Untuk risiko yang dikategorikan sebagai risiko ”tinggi high”, penanganannya dilakukan secara komprehensif menyeluruh, termasuk melakukan perubahan kebijakan internal dan penyesuaian strategi. Sedangkan untuk risiko dengan kategori ”sedang medium” dan ”rendah low” cukup 74 dilakukan pemantauan oleh divisi terkait, pemimpin wilayah dan manajer cabang. 3. Pemantauan Secara umum pengawasan terhadap implementasi manajemen risiko secara korporat dilakukan oleh Dewan Pengawas melalui komite pemantau risiko. Proses pemantauan risiko, didasarkan kepada Laporan Hasil Pemeriksaan LHP oleh Satuan Pengawas Intern yang dilaporkan setiap bulan kepada Dewan Pengawas, Direksi, dan Jeneral Manajer terkait. Berdasarkan laporan temuan tersebut, dilakukan evaluasi terhadap faktor penyebab dan diambil langkah-langkah perbaikan dan penyempurnaan yang perlu dilakukan. Pengawasan proses atau implementasi dalam Perum Pegadaian dilakukan oleh Satuan Pengawasan Intern yang secara priodik melakukan pemeriksaan terhadap semua divisi atau unit kerja Pegadaian. Hasil dari pemeriksaan tersebut, kemudian dibahas dalam forum manajemen risiko yang menjadi bahan evaluasi dan bahan untuk menentukan kebijakan-kebijakan tertentu terkait risiko yang terjadi, juga dapat mengidentifikasi risiko-risiko baru yang diakibatkan oleh konteks risiko yang berbeda dari konteks risiko sebelumnya. Setelah dilakukan pambahasan atau evaluasi oleh forum manajemen risiko, hasil evaluasi tersebut kemudian dilaporkan kepada pimpinan 75 perusahaan untuk konsultasi tindakan atau perlakuan risiko yang harus dilakukan terhadap risiko yang ditemukan pada pemeriksaan tersebut. Hasil konsultasi tersebut, dilaporkan kepada tiap manajer divisi untuk kemudian disosialisasikan pada tiap unit kerjanya. Untuk proses manajemen risiko pada tiap wilayah dan cabang merupakan tugas dari tiap kepala wilayah dan atau manajer cabang, yang juga bertindak sebagai manajer risiko pada wilayah atau cabangnya tersebut, dan pemantauan dilakukan melalui laporan dari tiap cabang tersebut. Proses sosialisasi manajemen risiko pada Perum Pegadaian memang masih dilakukan secara terpusat, oleh karena itu Sistem Pengawasan Internal harus dilakukan secara komprehensif pada tiap wilayah dan cabang. 4. Pengendalian Pengendalian risiko meliputi upaya untuk menyeleksi pilihan-pilihan yang dapat mengurangi atau meniadakan dampak serta kemungkinan terjadinya risiko, kemudian menerapkan pilihan tersebut dengan menentukan prosedur dan kebijakan atau langkah-langkah yang dipandang perlu guna mengendalikan tingkat risiko yang sudah diidentifikasi tersebut pada tingkat risiko yang dapat diterima. Proses pengendalian risiko merupakan proses yang berulang, mulai dari melakukan assessment terhadap sebuah perlakuan risiko sampai memperkirakan apakah tingkat risiko yang tersisa dapat diterima atau tidak, bila perlakuan ini diterapkan. Bila belum dapat diterima, maka harus 76 dicari alternatif perlakuan risiko lainya. Kemudian dilakukan proses yang sama hingga perkiraan hasil dari perlakuan tersebut menghasilkan tingkat risiko tersisa yang dapat diterima. Gambar 4.1 Kerangka Kerja Manajemen Risiko Perum Pegadaian 2 ASMANstaf MR MANAJER JENERAL DIRBANG DIREKSI RISIKO MANAJER TERKAIT 77 Menyusun rekomendasi perbaikan Dokumentasi hasil analisa dan identifikasi risiko Menyetujui - Analisa dan identifikasi risiko - Rekomendasi perbaikan - Melakukan perbaikan penyempurnaan kebijakan yang diperlukan Menyetujui - Analisa dan identifikasi risiko - Rekomenda si perbaikan Menyetujui - Analisa dan identifikasi risiko - Rekomenda si perbaikan Mengevalua si meriview - Analisa dan identifikasi risiko - Rekomenda si perbaikan Mengumpulkan dokumen-dokumen yang diperlukan RISIKO Melakukan Analisa dan identifikasi risiko 2 Wawancara pribadi dengan Pamuji Gesang Raharjo. Jakarta, 29 Juli 2010.

B. Jenis Risiko yang Dihadapi Pegadaian