Hakikat dan Fungsi Gadai Syariah Rukun dan Syarat Sah Gadai Syariah

“Sesungguhnya Rasulullah saw., pernah membeli makanan dengan berutang dari seorang Yahudi dan Nabi menggadaikan sebuah baju besi kepadanya”. HR. Bukhari dan Muslim.

3. Hakikat dan Fungsi Gadai Syariah

Dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 283 dan begitu juga dalam hadits Rasulullah saw. dari Ummul Mu’minin ‘Aisyah ra. yang diriwayatkan Abu Hurairah, dijelaskan bahwa gadai pada hakikatnya merupakan salah satu bentuk muamalah, dimana sikap menolong dan sikap amanah sangat ditonjolkan. Maka pada dasarnya, hakikat dan fungsi Pegadaian dalam Islam adalah semata-mata untuk memberikan pertolongan kepada orang yang membutuhkan dengan memintamenyerahkan marhun sebagai jaminan dan bukan untuk kepentingan komersil dengan mengambil keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa menghiraukan kemampuan orang lain. Produk rahn disediakan untuk membantu nasabah dalam pembiayaan kegiatan multiguna. Rahn sebagai bentuk pinjaman, berarti Pegadaian Syariah hanya memperoleh imbalan atas biaya administrasi, penyimpanan, pemeliharaan, dan asuransi marhun, maka produk rahn ini biasanya hanya digunakan untuk keperluan sosial-konsumtif seperti kebutuhan hidup, 20 pendidikan, dan kesehatan. Sedangkan rahn sebagai produk pembiayaan, berarti Pegadaian Syariah memperoleh bagi hasil dari usaha rahin yang dibiayainya. 3

4. Rukun dan Syarat Sah Gadai Syariah

a. Orang yang berakad: 1 Yang berhutang Rahin 2 Yang berpiutang Murtahin Syarat yang terkait dengan orang yang berakad, adalah cakap bertindak hukum baligh dan berakal. b. Sighat ijab qabul c. Utang Marhun bih d. Barang yang dijadikan agunan Marhun Syarat marhun menurut pakar Fiqh adalah 4 : 1 Marhun itu dapat dijual dan nilainya seimbang dengan marhun bih. 2 Marhun itu bernilai harta dan boleh dimanfaatkan halal. 3 Marhun itu jelas dan tertentu. 4 Marhun itu milik sah rahin. 5 Marhun itu tidak terkait dengan hak orang lain. 21 3 Sasli Rais, Pegadaian Syariah: Konsep dan Sistem Operasional: Suatu Kajian Kontemporer Jakarta: UI-Press, 2005, h.41. 4 Nasrun Haroen, Fiqh muamalat Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007, h.254. 6 Marhun itu merupakan hak milik yang utuh, tidak berupa bagian dalam kepemilikan bersama. 7 Marhun itu boleh diserahkan, baik materinya maupun manfaatnya.

5. Persamaan dan Perbedaan antara Gadai dengan Rahn