Analisis Hasil Isolat DNA
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
africanus Lampiran 4. Namun jika dilihat dari spesies dan lokasi adanya spesies tersebut, yang mungkin diambil bagian tubuhnya dan dijadikan sumber
gelatin hanya babi Sus scrofa. Sehingga, primer tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi kandungan babi pada sampel.
Proses amplifikasi DNA dalam penelitian ini dilakukan dengan metode Hydrolysis Probe. Prinsip kerja metode ini adalah berdasarkan flouresen yang
dihasilkan oleh reporter FAM yang sebelumnya diredam oleh quencher BHQ1. Metode Hydrolysis Probe ini dilakukan dalam 3 tahap, yaitu Pre-
Incubation yang berguna untuk mengaktivasi enzim polimerase yang terkandung dalam LC 480 Probe Master, Amplifikasi dari DNA target yang
terdiri atas 3 proses denaturation, annealing, extention, dan Cooling untuk mengembalikan kondisi alat seperti semula. Masing-masing tahapan
membutuhkan suhu dan waktu yang berbeda-beda sesuai kondisi optimalnya. Sebelum melakukan amplifikasi pada RT-PCR, harus disiapkan terlebih
dahulu PCR mix yang terdiri atas primer forward, primer reverse, probe, dan LC 480 Probe Master sebanyak 15 µl untuk setiap isolat DNA yang ingin
diamplifikasi perhitungan pembuatan PCR mix tertera pada Lampiran 5.
Gambar 4.4. Hasil Amplifikasi Isolat DNA sampel menggunakan Primer Sapi.
Keterangan: db = daging babi, gb = gelatin babi, sb = simulasi cangkang kapsul babi, ds=daging sapi, gs = gelatin sapi, dan ss = simulasi cangkang kapsul sapi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Amplifikasi pada isolat DNA sampel menggunakan primer sapi dilakukan sebanyak 65 siklus. Jumlah siklus yang digunakan cukup banyak, karena
kadar isolat DNA sampel kecil. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa semakin sedikit jumlah DNA yang akan diamplifikasi, maka siklus yang
dibutuhkan akan semakin banyak untuk mencapai Cp Roche
c
, 2008. Berdasarkan gambar 4.4, terlihat bahwa daging sapi, gelatin sapi, dan
simulasi cangkang kapsul sapi dapat teramplifikasi dengan nilai Cp untuk daging sapi 13.87; gelatin sapi 29.64; dan simulasi cangkang kapsul sapi
30.97. Nilai Cp daging lebih kecil daripada gelatin dan simulasi cangkang kapsul sapi disebabkan karena kadar daging yang lebih besar, yaitu 75.88. Hal
ini sesuai dengan penyataan bahwa semakin besar kadar DNA, maka semakin kecil nilai Cp yang didapat. Begitu juga sebaliknya, semakin kecil kadar
DNA, maka semakin besar nilai Cp yang didapat Roche
c
, 2008. Sedangkan untuk cangkang kapsul sampel, dapat terlihat bahwa sampel E mengalami
amplifikasi dengan nilai Cp 57.82. Artinya, cangkang kapsul pada sampel E mengandung gelatin sapi. Nilai Cp yang sangat tinggi pada sampel E dapat
disebabkan karena gelatin yang digunakan untuk formulasi cangkang kapsul tersebut sedikit. Namun pada proses amplifikasi menggunakan primer sapi
tersebut, terjadi kenaikan positif untuk daging babi dengan nilai Cp 33.01. Hal ini dapat disebabkan karena proses pengerjaan yang kurang baik, sehingga
terjadi kontaminasi. Selanjutnya, amplifikasi pada isolat DNA sampel dilakukan menggunakan
primer babi sebanyak 65 siklus. Sama halnya dengan amplifikasi dengan primer sapi, jumlah siklus yang digunakan cukup banyak karena kadar isolat
DNA sampel kecil.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.5. Hasil Amplifikasi Isolat DNA sampel menggunakan Primer Babi.
Keterangan: db = daging babi, gb = gelatin babi, sb = simulasi cangkang kapsul babi, ds = daging sapi, gs = gelatin sapi, dan ss = simulasi cangkang kapsul sapi
Berdasarkan gambar 4.5, terlihat bahwa daging babi, gelatin babi, dan simulasi cangkang kapsul babi dapat teramplifikasi dengan nilai Cp untuk
daging babi 13.57, gelatin babi 40.08, dan simulasi cangkang kapsul babi 43.51. Nilai Cp daging lebih kecil daripada simulasi cangkang kapsul
disebabkan karena nilai kadar daging yang lebih besar, yaitu 59.74. Hal ini sesuai dengan penyataan bahwa semakin besar kadar DNA, maka semakin
kecil nilai Cp yang didapat. Begitu juga sebaliknya, semakin kecil kadar DNA, maka semakin besar nilai Cp yang didapat Roche
c
, 2008. Untuk cangkang kapsul sampel, terlihat bahwa sampel B, sampel C, dan sampel E
dapat teramplifikasi dengan nilai Cp untuk sampel B 53.79, sampel C 31.72, dan sampel E 50.83. Artinya, cangkang kapsul pada sampel C, sampel E, dan
sampel B mengandung gelatin babi. Sampel A dan sampel D tidak mengalami amplifikasi menggunakan
primer sapi maupun primer babi. Artinya cangkang kapsul pada kedua sampel tersebut tidak mengandung gelatin sapi ataupun gelatin babi, melainkan