Spektrofotometer UV untuk Pemeriksaan DNA Polymerase Chain Reaction PCR
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DNA. Enzim ini diisolasi dari bakteri termofilik atau hipertermofilik, sehingga bersifat termolabil sampai suhu 95
o
C. Aktivitas Taq polymerase tergantung dari jenisnya dan asal bakteri
tersebut diisolasi. Handoyo dan Rudiretna, 2000 d.
Nukleotida atau deoxyribonucleaside triphosphate dNTP Nukleotida merupakan bahan dasar untuk membentuk DNA
baru yang bertindak sebagai building block DNA yang diperlukan dalam proses pemanjanan DNA Rahman et. al., 2013. Ia terdiri
atas dATP, dTTP, dGTP, dan dCTP. dNTP akan menempel pada gugus
–OH pada ujung 3’ dari primer, kemudian membentuk untai baru yang komplementer dengan untai DNA template.
e. Dapar dan MgCl
2
Dapar dibutuhkan untuk menjaga pH medium tetap berada pada pH yang sesuai agar proses PCR dapat berlangsung dan
menstabilkan enzim DNA polimerase. Sedangkan MgCl
2
yang menyediakan ion Mg
2+
bertindak sebagai kofaktor yang berfungsi untuk menstimulasi aktivitas DNA polymerase. Dengan adanya
MgCl
2
ini akan meningkatkan interaksi primer dengan DNA template yang membentuk kompleks larut dengan dNTP.
Umumnya dapar PCR sudah mengandung senyawa MgCl
2
yang diperlukan. Namun, lebih disarakan agar dapat PCR dan MgCl
2
dipisahkan Handoyo dan Rudiretna, 2000. 2.7.2.
Tahapan PCR Tahapan PCR melibatkan 5 tahap, yaitu 1 pradenaturasi DNA
template; 2 denaturasi DNA template; 3 penempelan primer pada DNA template annealing; 4 pemanjangan primer extension, dan
5 pemantapan post-extension. Tahap 2 sampai 4 merupakan tahapan berulang siklus, dimana pada setiap siklus terjadi duplikasi
jumlah DNA. Tahapan PCR biasanya terdiri atas 20-35 siklus. Penggunaan jumlah siklus yang terlalu banyak dapat meningkatkan
jumlah produk yang non target.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2.8. Tahapan Proses PCR
Sumber: www.flmnh.ufl.edu
1. Pemisahan atau Denaturasi
Pada tahap ini, DNA untai ganda akan membuka menjadi dua untai tunggal. Hal ini disebabkan karena suhu denaturasi yang
tinggi menyebabkan putusnya ikatan hidrogen diantara basa-basa yang komplemen. Enzim Taq polymerase diaktifkan pada tahap ini
Rahman et. al., 2013. Denaturasi biasanya dilakukan antara suhu 90-95
o
C selama 3 menit untuk meyakinkan bahwa molekul DNA target yang ingin dilipatgandakan jumlahnya benar-benar telah
terdenaturasi menjadi untai tunggal. Untuk denaturasi berikutnya, waktu yang diperlukan hanya 30 detik pada suhu 95
o
C atau 15 detik pada suhu 97
o
C. Suhu denaturasi dipengaruhi oleh sekuen DNA target. Jika
DNA target kaya akan G-C maka diperlukan suhu yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena ikatan hidrogen pada G-C lebih
banyak dibandingkan ikatan A-T. Selain itu, suhu denaturasi juga tidak boleh terlalu tinggi dan waktu denaturasi yang terlalu lama,
karena dapat mengakibatkan hilangnya atau berkurangnya aktivitas enzim Taq polymerase Sambrook et. al., 1989.
2. Penempelan Annealing
Proses ini biasanya dilakukan pada suhu 50-60
o
C. Dengan terjadinya penurunan suhu, primer dapat menempel pada untai
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DNA tunggal Rahman et. al., 2013. Primer akan menuju daerah yang spesifik, dimana daerah tersebut memiliki komplemen dengan
primernya. Pada proses penempelan ini, ikatan hidrogen akan terbentuk. Selanjutnya enzim Taq polymerase akan berikatan,
sehingga ikatan hidrogen tersebut akan menjadi sangat kuat dan tidak akan putus kembali. Spesifisitas PCR sangat tergantung pada
suhu melting T
m
primer. Temperatur penempelan yang digunakan biasanya 5
o
C di bawah T
m
Sambrook et. al., 1989. Jika suhu yang digunakan pada tahap penempelan ini tidak tepat, primer tidak
akan mengikat di DNA template atau terikat di bagian yang salah. Waktu yang dibutuhkan untuk tahap ini adalah sekitar 1-2 menit
Rahman, et. al., 2013. 3.
Pemanjangan atau polimerasi Extention Primer yang telah menempel pada DNA template akan
mengalami pemanjangan pada sisi 3 nya dengan penambahan dNTP yang komplemen dengan template oleh DNA polimerase.
Umumnya reaksi pemanjangan extension atau polimerasi, terjadi pada suhu 72-78
o
C. Hal ini disebaban karena suhu tersebut merupakan suhu optimum untuk Taq polymerase. Kecepatan
penyusunan nukleotida oleh enzim tersebut pada suhu 72-78
o
C diperkirakan antara 35 sampai 100 nukleotida per detik,
bergantung pada dapar, pH, konsentrasi garam, dan molekul DNA target. Dengan demikian, untuk produk PCR sepanjang 2000
pasang basa, waktu 1 menit sudah lebih dari cukup untuk tahap pemanjangan primer ini.
Jumlah siklus yang dibutuhkan untuk amplifikasi tergantung pada jumlah salisan DNA template yang ada pada saat mulai reaksi dan
efisiensi pemanjangan dan amplifikasi primer. Produk DNA pada siklus amplifikasi pertama akan menjadi cetakan pada siklus
berikutnya. Dibutuhkan sedikitnya 25 siklus untuk memperoleh tingkat amplifikasi sekuens target yang diterima Sambrook et. al., 1989.
Secara teori, hubungan kuantitatif antara jumlah awal sekuens target
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
X
o
dan jumlah produk PCR setiap siklus X
n
ketika fase eksponensial adalah X
n
= X
o
1+E
n .,
dimana E adalah nilai antara 0 tidak ada amplifikasi atau 1 setiap amplikon tereplikasi setiap
siklus Vaerman, et. al., 2004. 2.7.3.
Real-Time PCR Real-Time PCR juga dikenal sebagai quantitative real time
polymerase chain reaction Q-PCRqPCR atau kinetic polymerase chain reaction. Real-Time PCR adalah suatu metoda analisis yang
dikembangkan dari reaksi PCR. RT-PCR adalah suatu teknik pengerjaan PCR di laboratorium untuk mengamplifikasi sekaligus
mengkuantifikasi jumlah target molekul DNA hasil amplifikasi tersebut, yang bersifat sensitif, spesifik, dan reprodusibel untuk asam
nukleat Vaerman et. al., 2004; Arya et. al., 2005. Pada PCR konvensional, pengamatan hasil amplifikasi DNA
dilakukan menggunakan elektroforesis gel agarosa pada end-point amplifikasi DNA tersebut. Sedangkan analisis menggunakan Real-
Time PCR memungkinkan untuk dilakukan pengamatan pada saat reaksi berlangsung. Keberadaan DNA hasil amplifikasi dapat diamati
pada grafik yang muncul sebagai hasil akumulasi fluoresensi dari probe penanda. Pada Real-Time PCR pengamatan hasil tidak lagi
membutuhkan tahap elektroforesis. Pranawaty et.al., 2012 Konsentrasi awal sekuens target ditunjukkan sebagai fraksi jumlah
siklus C
T
atau Cycle Theshold. Nilai ini dibutuhkan untuk memperoleh adanya awal amplifikasi. Real-Time PCR tidak
terpengaruh terhadap berbagai variasi komponen dalam reaksi dan kurang sensitif terhadap perbedaan efisiensi amplifikasi.
Kemampuan untuk menghitung amplifikasi DNA selama fase eksponensial
dihasilkan dengan
mengembangkan ketelitian
menghitung sekuens target. Terdapat beberapa metode untuk menegaskan spesifisitas produk amplifikasi, yaitu dengan melting
temperatures, probe oligonukleotida yang dilabelkan dengan fluoresensi, metode TaqMan, hibridisasi probe.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Metode TaqMan menggunakan oligonukleotida yang menempel ke sekuens internal dalam fragmen DNA yang diamplifikasi. Biasanya
oligonukleotida, yang terdiri atas 20-24 basa, dilabelkan dengan fluorescent group
pada ujung 5’ dan quencher group pada akhir 3’, dimana mereka dibatasi oleh PO
2
, NH
2
, atau blocked base. Label oligonukleotida tersebut ditambahkan bersama dengan primer untuk
mengamati perubahan amplifikasi sekuens target Sambrook et. al., 1989.
Gambar 2.9. Kerja Fluorescent Dye dan Quencher pada Real-Time PCR
Sumber : www.isu.edu
Hasil peningkatan fluorescent digambarkan melalui kurva amplifikasi yang menunjukkan tiga fasa yaitu fasa awal, fasa
eksponensial atau puncak dan fasa plateau atau stabil Vaerman, 2004.
Gambar 2.10. Bentuk Kurva Real-Time PCR
Sumber: Arya et. al., 2005
29
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta