Efektifitas Metode Simulasi terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara dengan SADARI di SMA Negeri 1 dan SMA Citra Harapan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

(1)

EFEKTIFITAS METODE SIMULASI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG UPAYA DETEKSI DINI KANKER

PAYUDARA DENGAN SADARI DI SMA NEGERI 1 DAN SMA CITRA HARAPAN PERCUT SEI TUAN

KABUPATEN DELI SERDANG

TESIS

Oleh

YUSTIA HAYATI 117032211/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

THE EFFECTIVENESS OF SIMULATION METHOD ON TEENAGERS’ KNOWLEDGE AND ATTITUDE ABOUT EARLY DETECTION

OF BREAST CANCER WITH SADARI AT SMA NEGERI I AND SMA CITRA HARAPAN, PERCUT SEI TUAN,

DELI SERDANG DISTRICT

THESIS

By

YUSTIA HAYATI 117032211/IKM

MAGISTRATE IN PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

EFEKTIFITAS METODE SIMULASI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG UPAYA DETEKSI DINI KANKER

PAYUDARA DENGAN SADARI DI SMA NEGERI 1 DAN SMA CITRA HARAPAN PERCUT SEI TUAN

KABUPATEN DELI SERDANG

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

YUSTIA HAYATI 117032211/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : EFEKTIVITAS METODE SIMULASI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG UPAYA DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DENGAN SADARI DI SMA NEGERI 1 DAN SMA CITRA

HARAPAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG

Nama Mahasiswa : YUSTIA HAYATI Nomor Induk Mahasiswa : 117032211

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M)

Ketua Anggota

(dr. Yusniwarti Yusad, M.Si)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(5)

Telah Diuji

pada Tanggal : 28 Mei 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M Anggota : 1. dr. Yusniwarti Yusad, M.Si

2. Dra. Syarifah, M.S 3. Asfriyati, S.K.M, M.Kes


(6)

PERNYATAAN

EFEKTIFITAS METODE SIMULASI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG UPAYA DETEKSI DINI KANKER

PAYUDARA DENGAN SADARI DI SMA NEGERI 1 DAN SMA CITRA HARAPAN PERCUT SEI TUAN

KABUPATEN DELI SERDANG

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2013

Yustia Hayati 117032211/IKM


(7)

ABSTRAK

SADARI merupakan metode paling efektif dan efisien untuk menemukan kanker payudara pada stadium dini. Masalah utama pada SADARI adalah ketidakteraturan dan jarang dilakukan dengan benar. Sehingga perlu adanya intervensi berupa pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik. Kanker payudara dapat ditemukan secara dini dengan pemeriksaan sadari. Deteksi dini dapat menekan angka kematian sebesar 25-30%.

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis efektifitas metode simulasi terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri tentang upaya deteksi dini kanker payudara dengan SADARI di SMAN 1 dan SMA Citra Harapan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Jenis penelitian adalah quasi eksperimen dengan rancangan

Non Equivalent Control Group. Populasi seluruh remaja putri di SMAN 1 sebanyak 443 orang dan SMA Citra Harapan sebanyak 213 orang. Sampel berjumlah 80 orang terdiri dari 40 orang kelompok perlakuan dan 40 orang kelompok kontrol. Data dianalisis dengan tahapan univariat dan bivariat menggunakan uji wilcoxon.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan pengetahuan remaja pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah dengan nilai p=0,008, dan terdapat perbedaan sikap remaja pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah dengan nilai p=0,046. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak ditemukan perbedaan pengetahuan dan sikap tentang deteksi dini kanker payudara sebagai SADARI.

Para remaja agar bisa menerapkan SADARI dengan rutin dalam kehidupan sehari-hari sebagai upaya deteksi dini kanker payudara.


(8)

ABSTRACT

SADARI is one of the efforts to detect breast cancer. The main problem of SADARI is the very irregular and seldom used properly. Therefore, intervention such as counseling and direct demonstration is needed to increase knowledge and attitude, and practice. Early detection will reduce mortality rate of 25% to 30%.

The aim of the research was to analyze the effectiveness of simulation method on knowledge and attitude of female teenagers on early detection of breast cancer, using SADARI at SMAN I and SMA Citra Harapan. The type of the research was quasi experiment with Non Equivalent Control Group design. The population was 443 female students at SMAN I and 213 female students at SMA Citra Harapan. The samples were 80 female students that comprised 40 students in the treatment group and 40 students in the control group. The data were analyzed by using univatriate and bivatriate stages, using wilcoxon.

The result of the research showed that there was the difference in the teenagers’ knowledge in the treatment group before and after the treatment with the value of p = 0.008, there was the difference in the teenagers’ attitude in the treatment group before and after the treatment with the value of p = 0.046, while there was no difference in knowledge and attitude in the control group about early detection of breast cancer as SADARI.

Teenagers should be able to implement SADARI regularly in their daily life in order to detect breast cancer as early as possible.


(9)

KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul "Efektifitas Metode Simulasi terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara dengan SADARI di SMA Negeri 1 dan SMA Citra Harapan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang”.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis, dalam menyusun tesis ini mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Ketua dan Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(10)

4. Dr. Drs. Kintoko Rochadi, M.K.M selaku ketua komisi pembimbing dan dr. Yusniwarti Yusad, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

5. Dra. Syarifah, M.S dan Asfriyati, S.K.M, M.Kes selaku penguji tesis yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

6. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 dan SMA Citra Harapan yang telah berkenan memberikan izin untuk melakukan penelitian dan sehingga tesis ini selesai. 7. Dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Teristimewa buat suami Yudhi Hadianto beserta anakku Bambang Prasetyo yang selalu memberi doa, kasih sayang, motivasi dan berkorban baik moril maupun materil kepada penulis.

9. Orang tuaku tercinta, Ayahanda Marwoto dan Ibunda .Leginah yang telah memberikan kasih sayang selama ini.

10. Rekan – rekan seperjuangan Mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Angkatan 2011 Minat studi Kesehatan Reproduksi.


(11)

Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Juli 2013 Penulis

Yustia Hayati 117032211/IKM


(12)

RIWAYAT HIDUP

Yustia Hayati, lahir pada tanggal 3 Agustus 1973 di Tebing Tinggi, sudah menikah dan dikaruniai seorang anak dengan alamat jalan Tempuling gang ibu No.71 Medan.

Penulis menamatkan Sekolah Dasar di SD Negeri 165728 pada tahun 1985, kemudian pada tahun 1988 menamatkan SMP Negeri 1 Tebing Tinggi, menamatkan Sekolah Perawat Kesehatan di SPK Pemda Tebing Tinggi pada tahun 1991 dan menamatkan Program Pendidikan Bidan Departemen Kesehatan Republik Indonesia di Medan tahun 1993 dan pada tahun 2004 menamatkan Akademi Kebidanan di Akbid Depkes RI Medan, pada tahun 2005 menamatkan program pendidikan D-IV Bidan Pendidik di Fakultas Kedokteran Universitan Sumatera Utara Medan.

Penulis memulai karir sebagai bidan PTT pada tahun 1993 sampai 2005 kemudian bekerja sebagai PNS di Puskesmas Tanjung Rejo Kabupaten Deli Serdang dari tahun 2006 sampai dengan sekarang, dan sebagai tenaga pendidik dosen tidak tetap di Akbid Widya Husada Medan sampai dengan saat ini.


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Hipotesis ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 1

2.1 Sadari sebagai Upaya Deteksi Dini ... 11

2.1.1 Deteksi Dini ... 11

2.1.2 Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) ... 11

2.1.3 Cara Melakukan SADARI ... 13

2.2 Kanker Payudara ... 17

2.2.1 Etiologi dan Faktor Resiko ... 18

2.2.2 Gejala Kanker Payudara ... 20

2.2.3 Stadium Kanker Payudara ... 20

2.2.4 Pencegahan Kanker Payudara ... 22

2.3 Remaja ... 22

2.3.1 Perkembangan Fisik Remaja ... 23

2.4 Efektivitas ... 25

2.4.1 Defenisi Efektivitas ... 25

2.4.2 Cara Pengukuran Efektivitas ... 26

2.4.3 Pendekatan Efektivitas ... 26

2.4.4 Masalah Pengukuran Efektivitas ... 28

2.5 Metode Simulasi ... 29

2.6 Pengetahuan dan Sikap ... 33

2.6.1 Pengetahuan ... 33

2.6.2 Sikap ... 36

2.7 Perubahan Perilaku Individu ... 38


(14)

2.9 Kerangka Konsep... 43

2.10 Alur Penelitian ... 44

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 45

3.1 Jenis Penelitian ... 45

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 46

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 46

3.2.2 Waktu Penelitian ... 46

3.3 Populasi dan Sampel ... 46

3.3.1 Populasi ... 46

3.3.2 Sampel ... 46

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 48

3.4.1 Uji Validitas ... 49

3.4.2 Uji Realibitas ... 49

3.4.3 Prosedur Pengumpulan Data... 51

3.5 Variabel dan Defenisi Operasional ... 52

3.5.1 Variabel Penelitian ... 52

3.5.2 Defenisi Operasional ... 53

3.6 Metode Pengukuran Data ... 53

3.7 Metode Analisis Data... 54

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 55

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 55

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMAN 1 Percut Sei Tuan... 55

4.1.2 Visi dan Misi SMAN 1 ... 55

4.1.3 Sarana dan Prasarana SMAN 1 Percut Sei Tuan ... 56

4.1.4 Gambaran Lokasi Penelitian SMA Citra Harapan Percut Sei Tuan ... 57

4.1.5 Visi dan Misi SMA Citra Harapan ... 57

4.1.6 Sarana dan Prasarana SMA Citra Harapan Percut Sei Tuan 57

4.2 Analisis Univariat ... 58

4.2.1 Karakteristik Responden ... 58

4.2.2 Gambaran Pengetahuan Remaja tentang SADARI pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol Sebelum Metode Simulasi (Pre) ... 59

4.2.3 Gambaran Pengetahuan Remaja tentang SADARI pada Kelompok Perlakua n dan Kontrol Setelah Metode Simulasi (Post) ... 63

4.2.4 Gambaran Sikap Remaja Putri tentang SADARAI pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol Sebelum Metode Simulasi (Pre) ... 66


(15)

4.2.5 Gambaran Sikap Remaja Putri tentang SADARI pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol Setelah Metode Simulasi

(Post) ... 69

4.3 Uji Perbedaan ... 73

4.3.1 Efektifitas Simulasi Remaja Putri terhadap Peningkatan Pengetahuan tentang Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara dengan SADARI ... 73

4.3.2 Efektifitas Simulasi Remaja Putri terhadap Peningkatan Sikap tentang Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara dengan SADARI ... 75

BAB 5. PEMBAHASAN ... 77

5.1 Gambaran Pengetahuan Remaja Sebelum dan Sesudah Dilakukan Intervensi Simulasi ... 77

5.2 Gambaran Sikap Remaja Sebelum dan Sesudah Dilakukan Intervensi Simulasi ... 80

5.3 Perbedaan Pengetahuan Remaja Sebelum dan Sesudah Dilakukan Intervensi Simulasi ... 82

5.4 Perbedaan Sikap Remaja Sebelum dan Sesudah Dilakukan Intervensi Simulasi ... 85

5.5 Efektivitas Intervensi Simulasi terhadap Pengetahuan dan Sikap Rem aja ... 87

5.6 Keterbatasan Penelitian ... 88

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN... 89

6.1 Kesimpulan ... 89

6.2 Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91 LAMPIRAN


(16)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Pengetahuan ... 50 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Sikap... 50 4.1 Distribusi Karakteristik Responden ... 58 4.2 Distribusi Pengetahuan Remaja Putri tentang SADARI pada Kelompok

Perlakuan dan Kontrol sebelum Metode Simulasi (Pre) ... 60 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Putri tentang SADARI pada

Kelompok Perlakuan dan Kontrol sebelum Metode Simulasi (Pre) ... 62 4.4 Gambaran Pengetahuan Remaja tentang SADARI pada kelompok

Perlakuan dan Kelompok Kontrol setelah Metode Simulasi (Post) ... 63 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Putri tentang SADARI pada

Kelompok Perlakuan setelah Metode Simulasi (Post) ... 66 4.6 Gambaran Sikap Remaja tentang SADARI pada Kelompok Perlakuan dan

Kelompok Kontrol sebelum Metode Simulasi (Pre) ... 67 4.7 Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Putri tentang SADARI pada

Kelompok Perlakuan dan Kontrol sebelum Metode Simulasi (Pre) ... 69 4.8 Gambaran Sikap Remaja tentang SADARI pada Kelompok Perlakuan

setelah Metode Simulasi (Post) ... 70 4.9 Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Putri tentang SADARI pada

Kelompok Perlakuan dan Kontrol setelah Metode Simulasi (Post) ... 72 4.10 Hasil Uji Beda Proporsi Tingkat Pengetahuan responden pada Kelompok

Perlakuan dan Kontrol ... 73 4.11 Hasil Uji Beda Proporsi Tingkat Sikap Responden pada Kelompok


(17)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1 Pemeriksaan Payudara di Depan Cermin ... 14

2.2 Pemeriksaan Kedua Tangan di Pinggang ... 15

2.3 Pengamatan Perubahan Bentuk Payudara... 15

2.4 Pemeriksaan Posisi Berbaring ... 16

2.5 Bagan Proses Inovasi-Adopsi ... 42

2.6 Kerangka Konsep Penelitian ... 43


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 96

2 Satuan Acara Penyuluhan ... 100

3 Materi Simulasi ... 102

4 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 111

5 Hasil Statistik ... 115

6 Master Data ... 151

7 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 153


(19)

ABSTRAK

SADARI merupakan metode paling efektif dan efisien untuk menemukan kanker payudara pada stadium dini. Masalah utama pada SADARI adalah ketidakteraturan dan jarang dilakukan dengan benar. Sehingga perlu adanya intervensi berupa pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik. Kanker payudara dapat ditemukan secara dini dengan pemeriksaan sadari. Deteksi dini dapat menekan angka kematian sebesar 25-30%.

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis efektifitas metode simulasi terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri tentang upaya deteksi dini kanker payudara dengan SADARI di SMAN 1 dan SMA Citra Harapan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Jenis penelitian adalah quasi eksperimen dengan rancangan

Non Equivalent Control Group. Populasi seluruh remaja putri di SMAN 1 sebanyak 443 orang dan SMA Citra Harapan sebanyak 213 orang. Sampel berjumlah 80 orang terdiri dari 40 orang kelompok perlakuan dan 40 orang kelompok kontrol. Data dianalisis dengan tahapan univariat dan bivariat menggunakan uji wilcoxon.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan pengetahuan remaja pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah dengan nilai p=0,008, dan terdapat perbedaan sikap remaja pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah dengan nilai p=0,046. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak ditemukan perbedaan pengetahuan dan sikap tentang deteksi dini kanker payudara sebagai SADARI.

Para remaja agar bisa menerapkan SADARI dengan rutin dalam kehidupan sehari-hari sebagai upaya deteksi dini kanker payudara.


(20)

ABSTRACT

SADARI is one of the efforts to detect breast cancer. The main problem of SADARI is the very irregular and seldom used properly. Therefore, intervention such as counseling and direct demonstration is needed to increase knowledge and attitude, and practice. Early detection will reduce mortality rate of 25% to 30%.

The aim of the research was to analyze the effectiveness of simulation method on knowledge and attitude of female teenagers on early detection of breast cancer, using SADARI at SMAN I and SMA Citra Harapan. The type of the research was quasi experiment with Non Equivalent Control Group design. The population was 443 female students at SMAN I and 213 female students at SMA Citra Harapan. The samples were 80 female students that comprised 40 students in the treatment group and 40 students in the control group. The data were analyzed by using univatriate and bivatriate stages, using wilcoxon.

The result of the research showed that there was the difference in the teenagers’ knowledge in the treatment group before and after the treatment with the value of p = 0.008, there was the difference in the teenagers’ attitude in the treatment group before and after the treatment with the value of p = 0.046, while there was no difference in knowledge and attitude in the control group about early detection of breast cancer as SADARI.

Teenagers should be able to implement SADARI regularly in their daily life in order to detect breast cancer as early as possible.


(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada akhir abad 20 prevalensi penyakit menular mengalami penurunan, sedangkan penyakit tidak menular cenderung mengalami peningkatan. Penyakit tidak menular (PTM) dapat digolongkan menjadi satu kelompok utama dengan faktor risiko yang sama (common underlying risk factor). Penyakit tidak menular mengalami peningkatan karena perubahan gaya hidup masyarakat seperti pola konsumsi yang lebih mementingkan makanan berlemak, kurang serat, maupun yang diproses seperti diawetkan, diasinkan, dan diasap (DepKes RI, 2008).

Menurut Organisasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) 8-9 % wanita akan mengalami kanker payudara.Ini menjadikan kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Laporan WHO tahun 2005 jumlah perempuan penderita kanker payudara mencapai 1.150.000 orang,dan 700.000 diantaranya tinggal dinegara berkembang termasuk Indonesia (DepKes RI, 2008).

Berdasarkan data Globocan (IARC) di negara maju kanker payudara menempati urutan pertama seluruh kanker pada perempuan (incidence rate 38 per 100.000 perempuan), kasus baru ditemukan 22,7% dengan jumlah kematian 14% per tahun dari seluruh kasus kanker pada perempuan didunia Kanker leher rahim menempati urutan kedua dengan incidence rate 16 per 100.000 perempuan, kasus baru yang ditemukan 9,7% dengan jumlah kematian 9,3% per tahun dari seluruh


(22)

kasus kanker pada perempuan di dunia (DepKes RI, 2010). Di Indonesia data dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) pada tahun 2010 kanker payudara menempati urutan pertama dari seluruh kanker dengan proporsi sebesar 28,7 % dan kanker leher rahim menempati urutan kedua sebesar 12,8 % (PusKom RI, 2013).

Di Inggris setiap tahunnya 24.000 wanita terdiagnosis kanker payudara dan 15.000 diantaranya meninggal dunia karena penyakit ini. Di Amerika jumlah penderita payudara tidak begitu banyak dibanding dengan jumlah penderita kanker jenis lainnya. Hal ini dikarenakan di negara tersebut kesadaran untuk melakukan deteksi dini sudah berkembang baik. Kebanyakan kanker payudara ditemukan di stadium awal, sehingga bisa diobati dan disembuhkan. Sedangkan di negara Indonesia, kebanyakan kasus kanker payudara ditemukan pada stadium lanjut, ketika penyembuhan sudah sulit dilakukan (Tilong, 2012).

Di Swiss Angka kejadian payudara berkisar 70-75 kasus per-1000, penduduk setiap tahun. Di benua Australia, satu dari sebelas wanita meninggal akibat kanker payudara setiap tahunnya. Sebaliknya, di Asia, kanker payudara mempunyai insiden rendah. Diperkirakan di Jepang berkisar 15 hingga 18 kasus per-100.000 penduduk pertahun. Kuwait sekitar 15 hingga 17 per-100.000 penduduk, dan di Cina kejadiannya di bawah 10 kasus per-100.000 penduduk per-tahun (Suryaningsih,2009).

Untuk menanggulangi masalah penyakit kanker akibat transisi epidemiologi di Indonesia, maka perlu dilakukan peningkatan pengendalian penyakit kanker secara nasional karena kanker payudara merupakan kanker nomor dua terbanyak yang


(23)

menyebabkan kematian pada perempuan di Indonesia sehingga memerlukan intervensi yang memadai melalui pencegahan dini atau deteksi dini.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia dengan Nomor 796/MENKES/SK/VII/2010 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim, penanggulangan secara terpadu harus dilaksanakan agar keberhasilan program pengendalian kanker dengan deteksi dini dapat dilaksanakan dengan baik dan diikuti dengan pengobatan adekuat. Hal ini berdasarkan fakta bahwa lebih dari 50% perempuan yang terdiagnosis kanker tidak pernah melakukan penapisan atau deteksi dini.

Di Negara-Negara Asia, insiden kanker payudara mencapai 20 per 100.000 penduduk (Medicastore, 2002). Disamping itu, berdasarkan data Globocan,

International Agency for Research on Cancer (IARC) (2002), didapatkan estimasi

insiden kanker payudara di Indonesia sebesar 26 per 100.000 perempuan (Depkes RI, 2008).

Dalam Hopkins (2008) menyebutkan kanker payudara adalah penyebab kematian akibat kanker paling besar bagi perempuan pada usia 18 hingga 54 tahun, dan perempuan yang berusia lebih muda dari 45 tahun memiliki resiko terjangkit kanker payudara kembali, berjumlah 25% lebih tinggi dibandingkan perempuan yang lebih tua. Serta usia yang paling umum terdeteksinya tahap-tahap pertama kanker payudara adalah 5 tahun atau lebih sebelum menopause. 30% kanker payudara adalah DCIS (Duktal Carcinoma In Situ) dengan kemungkinan dapat disembuhkan


(24)

sebanyak 99%. Dan dalam Tilong (2012) disebutkan sekitar 8 dari 10 kanker payudara adalah jenis IDC (Invansif Duktal Carcinoma).

Penelitian Prastiwi (2009) menyatakan bahwa ada hubungan antara penggunaan kontrasepsi oral dengan peningkatan risiko kanker payudara dan diketahui bahwa perempuan pengguna kontrasepsi oral memiliki risiko dua kali lebih besar daripada perempuan yang bukan pengguna kontrasepsi oral untuk mengalami kanker payudara (OR=2,20; 95%CI 0,78-6,21). Penelitian Urban, et al (2012) juga menyatakan bahwa penggunaan kontrasepsi oral berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya kanker payudara ( OR 1,66 95%CI 1,28 – 2,16, p < 0,001).

Insiden kanker payudara meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Usia perempuan yang lebih sering terkena kanker payudara adalah diatas 40 tahun, yang disebut dengan “cancer age group”. Namun usia muda juga bukan jaminan aman dari kanker payudara (Luwia, 2003).

Saat ini telah banyak ditemukan penderita kanker payudara pada usia muda, bahkan tidak sedikit remaja putri usia empat belas tahun menderita tumor di payudaranya. Dimana tumor yang terjadi bisa menjadi kanker, bila tidak terdeteksi lebih awal. Meskipun tidak semuanya ganas, tetapi ini menunjukkan bahwa saat ini sudah ada tren gejala kanker payudara yang semakin tinggi di usia remaja (Lily, 2008).

Data yang tercatat dari RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari-Desember 2008, tercatat 121 kasus kanker payudara tercatat pada stadium I-IV (Rekam Medik) (Rahmah, 2009). Pada tahun 2009 didapati sebanyak 222


(25)

wanita (83,1%) yang menderita kanker payudara dari sejumlah 267 orang yang menderita neoplasma payudara (Taha, 2010). Tahun 2011 terdapat 292 orang yang menderita kanker payudara pada usia < 20 tahun sebanyak 7 orang di RSUP H. Adam Malik Medan (Mala, 2012). Data diperoleh dari rekam medik Rumah Sakit Haji Medan pada tahun 2010-2012 terdapat 168 kasus kanker payudara. Sedangkan data dari RSUD. Dr. Pirngadi jumlah penderita kanker payudara yang berobat ke RSUD dr. Pirngadi tahun 2006-2010 sebanyak 350 orang dan terjadi peningkatan jumlah penderita setiap tahunnya. Dimana dari data tahun 2011 tersebut, ditemukan 2 kasus kanker payudara pada remaja usia 17 tahun dan 18 tahun (Rahma, 2009).

Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan fisik maupun perubahan biologis yang dalam perkembangan selanjutnya berada di bawah control

hormone-hormon khusus. Pada wanita, hormon-hormon ini bertanggung jawab atas

permulaan proses ovulasi dan mensturasi, juga pertumbuhan payudara. Pada masa ini sudah seharusnya para remaja puteri mulai memperhatikan perubahan yang ada pada dirinya, misalnya pada payudaranya.

Menurut Jane Wardle dari Badan Penelitian Kanker Amal Inggris, sebagian besar remaja putri disetiap negara tidak menyadari faktor pola hidup dapat mempengaruhi resiko mereka terserang kanker payudara. Hanya 5% yang menyadari bahwa menyantap makanan, minuman alkohol serta kurang berolahraga beresiko terserang kanker payudara (Kollinko, 2007).

Masa remaja adalah masa kritis bagi para remaja yang mengakibatkan kanker, karena kelenjar payudara mengalami pertumbuhan cepat selama masa itu. Oleh


(26)

karena itu diperlukan upaya deteksi dini dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri (Sadari). Tindakan ini sangat penting sebelum terlanjur menjadi kanker pada stadium lanjut. Ada sekitar 70% pasien kanker terlambat dideteksi dan baru datang ke dokter pada stadium lanjut (Wibisono, 2009).

Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern yang juga mengubah norma-norma dan gaya hidup mereka, dimana gaya hidup dan pola makan merupakan faktor penting yang dapat memicu kanker payudara. Untuk di Indonesia makanan yang bisa memengaruhi remaja terkena kanker payudara adalah gorengan, fastfood dan junk food, ditambah lagi remaja saat ini kurang melakukan aktifitas fisik dan olahraga (Setiati, 2009).

Saat ini program dari pemerintah belum terfokus pada promosi tentang pengendalian dan pelaksanaan SADARI bagi remaja, tapi masih berfokus pada pelaksanaan mamografi saja dan tekhnik SADARI masih dianggap awam karena masih sedikitnya jumlah wanita yang rutin melakukan SADARI setiap bulan. Penemuan dini kanker payudara dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan yang mudah dan dapat dilakukan sendiri, yaitu pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) Rasjidi, 2009).

SADARI merupakan metode yang paling efektif dan efisien untuk menemukan kanker payudara pada stadium dini. Masalah utama pada SADARI adalah ketidakteraturan dan jarang sekali dilakukan dengan benar. Sehingga perlu


(27)

adanya intervensi berupa pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik (Erniyati, 2006).

Menurut hasil penelitian Handayani dkk, (2012) menunjukkan bahwa hasil penelitian diperoleh sebanyak 92 responden (45,5%) memiliki pengetahuan kurang tentang prosedur SADARI. Hasil penelitian Siallagan (2010) menunjukkan bahwa sikap remaja putri di SMA Surya Nusantara Kota Tebing Tinggi pada kategori baik yaitu 33 responden (46,4%).

Umumnya, kanker payudara terdeteksi pertama kali oleh penderitanya sendiri. Untuk itu, agar kanker tersebut dapat dideteksi lebih awal, pemeriksaan payudara sendiri perlu dilakukan secara rutin setiap bulan oleh para wanita, baik wanita yang beresiko tinggi maupun wanita tanpa resiko. Selain mudah untuk dilakukan, pemeriksaan ini juga membuat para wanita merasa nyaman karena pemeriksaan ini dilakukan sendiri tanpa bantuan orang lain.

Kanker payudara dapat ditemukan secara dini dengan pemeriksaan sadari. Deteksi dini dapat menekan angka kematian sebesar 25-30%. Pemeriksaan payudara sendiri (Sadari) sangat penting dianjurkan kepada masyarakat karena hampir 86% benjolan di payudara ditemukan oleh penderita sendiri (Saryono, 2009).

Salah satu strategi untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa terhadap kesehatan adalah melalui pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan yang diberikan secara dini, akan memudahkan remaja mencapai sikap dan tingkah laku yang diinginkan yaitu sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab.


(28)

Beberapa bentuk metode pendidikan kesehatan yang sering dilakukan misalnya penyuluhan atau ceramah, namun kenyataannya metode ini belum memberikan kontribusi pengetahuan yang memadai bagi siswa dan cenderung membosankan. Maka perlu dilakukan metode lain seperti simulasi, hal ini cenderung dinilai lebih bermuatan, karena sifatnya tidak monoton dan langsung berdasarkan analisis kasus, dan melibatkan objek secara menyeluruh dan aktif.

Menurut Syaefuddin (2002), metode simulasi dapat digunakan untuk menyampaikan materi pendidikan kesehatan dalam bentuk demonstrasi, permainan curah pendapat dan dramatisasi serta menonton video. Metode ini bertujuan untuk melatih dan memahami konsep atau prinsip dari pendidikan yang disampaikan sehingga dapat memecahkan masalah yang berhubungan dengan kesehatan

Survei awal pada 10 siswi di SMAN 1 Percut Sei Tuan, ditemukan 6 orang (60%) yang tidak mengetahui tentang kanker payudara. Dalam wawancara tersebut terdapat 4 orang yang melakukan pemeriksaan payudara sendiri, siswi juga mengatakan kurangnya informasi yang didapat tentang SADARI sedangkan SADARI ini sangat penting dilakukan pada usia remaja sebagai tindakan deteksi dini atau sebagai tindakan pencegahan (preventif) untuk mencegah kanker payudara.

Adanya fakta bahwa kanker payudara dapat dicegah secara dini dengan melakukan SADARI menimbulkan ketertarikan tersendiri bagi peneliti untuk meneliti bagaimana efektifitas metode simulasi terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri tentang upaya deteksi dini kanker payudara dengan SADARI di SMAN 1 dan SMA Citra Harapan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.


(29)

1.2 Perumusan Masalah

Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah semakin meningkatnya penderita kanker payudara sehingga peneliti ingin melihat pengaruh efektifitas metode simulasi terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri tentang upaya deteksi dini kanker payudara dengan SADARI di SMAN 1 dan SMA Citra Harapan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis efektifitas metode simulasi terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri tentang upaya deteksi dini kanker payudara dengan SADARI di SMAN 1 dan SMA Citra Harapan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

1.4 Hipotesis

Terdapat efektifitas metode simulasi terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri tentang upaya deteksi dini kanker payudara dengan SADARI di SMAN 1 dan SMA Citra Harapan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Sebagai sarana penambah pengetahuan bagi remaja puteri di SMAN 1 dan SMA Citra Harapan Percut Sei Tuan agar melaksanakan program SADARI untuk deteksi dini kanker payudara.


(30)

2. Bagi Dinas Kesehatan agar aktif untuk mensosialisasikan program pengendalian kanker payudara dengan SADARI pada seluruh wanita usia subur.

3. Penelitian ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah keilmuan dan pengembangan pengetahuan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). 4. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian


(31)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SADARI sebagai Alat Deteksi Dini Kanker Payudara 2.1.1 Deteksi Dini

Deteksi dini kanker adalah usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas dengan menggunakan tes, pemeriksaan, atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara tepat untuk membedakan orang-orang yang kelihatannya sehat, benar-benar sehat dengan tampak sehat tetapi sesungguhnya menderita kelainan (Rasjidi, 2009).

2.1.2 Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

Hampir 85% kejadian kanker payudara ditemukan pertama kali oleh penderita itu sendiri dengan menemukan atau merasakan adanya gejala-gejala kanker payudara. Oleh karena itu dikembangkanlah metode pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) atau disebut juga breast self exam (BSE). SADARI merupakan salah satu cara untuk mendeteksi dini kanker payudara. SADARI adalah suatu teknik pemeriksaan dimana seorang wanita memeriksa payudaranya sendiri dengan melihat dan merasakan dengan jari untuk mendeteksi apakah ada benjolan atau tidak pada payudaranya (Singh dkk., 1999).

SADARI adalah pemeriksaan yang dilakukan sebagai deteksi dini kanker payudara. Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan yang sangat mudah dilakukan oleh setiap wanita untuk mencari benjolan atau kelainan lainnya. SADARI dilakukan


(32)

dengan posisi tegak menghadap kaca dan berbaring, dilakukan pengamatan dan perabaan payudara secara sistematis (Dalimartha, 2007), sedangkan Ihea (2003) menyatakan bahwa Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah salah satu cara untuk mendeteksi dini kanker payudara.

SADARI dianjurkan dilakukan secara intensif pada wanita mulai usia remaja, segera ketika mulai pertumbuhan payudara sebagai gejala pubertas. Pada wanita muda, agak sedikit sulit karena payudara mereka masih berserabut (fibrous), sehingga dianjurkan sebaiknya mulai melakukan SADARI pada usia remaja karena pada umumnya pada usia tersebut jaringan payudara sudah terbentuk sempurna. Pemeriksaan ini tidak hanya dilakukan oleh wanita yang berisiko tinggi, tetapi sebaiknya dilakukan oleh seluruh wanita karena sekitar 75% kasus kanker payudara ditemukan pada wanita yang tidak dianggap berisiko tinggi.

Pemeriksaan SADARI dilakukan secara rutin setelah haid, sekitar 1 minggu dari hari pertama haid terakhir. Karena pada saat itu payudara akan terasa lebih lunak dan longgar sehingga memudahkan perabaan. SADARI dilakukan 3 hari setelah menstruasi atau 7-10 hari dari menstruasi karena pada saat itu pengaruh hormon ovarium sudah hilang sehingga konsistensi payudara tidak lagi keras seperti menjelang menstruasi (Swart et al., 2010).

Pemeriksaan payudara secara rutin sangat diperlukan untuk mendeteksi adanya kanker atau tumor pada payudara sedini mungkin. Hal ini terutama bagi wanita yang memiliki resiko tinggi terkena kanker payudara. Semakin dini kanker tersebut ditemukan dan segera ditangani, akan memberikan harapan kesembuhan dan


(33)

harapan hidup yang semakin besar (Luwia, 2003). Tujuan dilakukannya skrining kanker payudara adalah untuk deteksi dini. Wanita yang melakukan SADARI menunjukan tumor yang kecil dan masih pada stadium awal, hal ini memberikan prognosis yang baik. SADARI hanya untuk mendeteksi dini adanya ketidak normalan pada payudara, Dengan melakukan SADARI sejak dini akan membantu deteksi kanker payudara pada stadium dini sehingga kesempatan untuk sembuh lebih besar (Rasjidi,2009).

2.1.3 Cara Melakukan SADARI

Ada 3 langkah tata laksana yang sederhana dalam melakukan SADARI, yaitu (Indonesian Breast Selft Examination, 2003):

1. Pemeriksaan di Kamar Mandi

Memeriksa kedua payudara sambil berdiri ketika mandi. Menaruh satu tangan di belakang kepala, sementara tangan yang satu melakukan gerak pijatan memutar searah jarum jam di daerah jaringan payudara, putting, dan jaringan di bawah ketiak. Kemudian mengulangi cara ini pada payudara yang sebelah lagi. Gunakan tangan kanan untuk memeriksa payudara sebelah kiri dan tangan kiri untuk payudara sebelah kanan. Bagi kebanyakan wanita, paling mudah untuk merasakan payudaranya adalah ketika payudaranya sedang basah dan licin, sehingga paling cocok adalah ketika sedang mandi.


(34)

Gambar 2.1. Pijatlah Payudara Saat Mandi 2. Pemeriksaan di Depan Cermin

Berdiri di depan cermin sambil kedua kedua tangan diletakkan di sisi tubuh, angkat kedua lengan dan amati dengan saksama kulit di payudara apakah ada kerutan, lekukan, perubahan ukuran atau bentuk. Melihat apakah ada perubahan bentuk simetri pada kedua payudara. Kemudian mengamati juga apakah puting susu masuk ke dalam atau ada cairan aneh yang keluar dari puting (baik itu cairan bening, seperti susu, berwarna kuning, atau bercampur darah). Kemudian ulangi pengamatan dengan kedua tangan di pinggang dada dibusungkan dan kedua siku ditarik kebelakang Setelah itu meletakkan kedua tangan di belakang kepala dan melakukan hal serupa.. Seluruh pengamatan in bertujuan mengetahui adanya benjolan yang terletak dengan dengan kulit. Selanjutnya meletakkan kedua tangan di samping pinggul lalu amati payudara.


(35)

Gambar 2.2. Bercermin dengan Kedua Tangan di Pinggang

Gambar 2.3. Angkat Kedua Tangan Cermati Setiap Perubahan pada Payudara 3. Pemeriksaan dalam Posisi Baring

Untuk memeriksa payudara anda sebelah kanan, letakkan bantal atau handuk yang dilipat dibawah bahu kanan anda. Tempatkan tangan kanan dibelakang kepala. Posisi ini membuat penyebaran jaringan payudara merata diatas dada. Gunakan 3 jari


(36)

tengah dari tangan kiri dan susun jari-jari tersebut dalam keadaan rata. Tekan secara mantap dengan gerakan lingkaran kecil. Geserkan jari-jari tersebut dari satu posisi ke posisi selanjutnya. Jangan angkat jari-jari lepas dari payudara sebelum keseluruhan jaringan payudara telah diperiksa. Dalam pemeriksaan tersebut temukan tanda-tanda seperti benjolan, penebalan atau keadaan yang tidak normal bagi anda. Pemeriksaan keseluruhan payudara meliputi tulang selangka, tulang dada dan daerah dibawah lengan. Pada akhir pemeriksaan, pijat puting susu dari masing-masing payudara secara lembut diantara ibu jari dan jari telunjuk. Bila ditemukan adanya pelepasan cairan jernih atau darah, sebaiknya laporkan pada dokter anda secepat mungkin. Setelah selesai melakukan pemeriksaan lengkap pada buah dada sebelah kanan, lakukan juga pemeriksaan pada buah dada sebelah kiri dengan cara yang sama. Bandingkan apa yang ditemukan pada kedua buah dada.


(37)

2.2 Kanker Payudara

Kanker atau neoplasma merupakan suatu penyakit akibat adanya pertumbuhan yang abnormal dari sel-sel jaringan tubuh yang dapat mengakibatkan invasi ke jaringan-jaringan normal. Definisi yang paling sederhana yang dapat diberikan adalah pertumbuhan sel-sel yang kehilangan pengendaliannya. Kanker dapat menyebar pada bagian tubuh tertentu seperti payudara (Smeltzer, 2002).

Kanker Payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara. Kanker payudara terjadi karena adanya kerusakan gen yag mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel-sel pada payudara, sehingga sel-sel ini tumbuh dan berkembang biak tanpa dapat dikendalikan. Sel kanker ini dapat menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh (Mardiana, 2004).

Kanker payudara adalah masa ganas yang berasal dari pembelahan diluar kendali sel-sel yang ada di jaringan payudara. Kanker payudara dapat berasal dari jaringan payudara itu sendiri atau dari jaringan lain yang merupakan hasil metastase dari kanker lain (Hopkins,2008). Kanker payudara muncul sebagai akibat sel-sel yang abnormal terbentuk pada payudara dengan kecepatan tidak terkontrol dan tidak beraturan. Sel-sel tersebut merupakan hasil mutasi gen dengan perubahan-perubahan bentuk, ukuran maupun fungsinya. Kanker payudara dapat menyebar ke organ lain seperti paru-paru, hati, dan otak melalui pembuluh darah. Kelenjar getah bening aksila ataupun supraklavikula membesar akibat dari penyebaran kanker payudara melalui pembuluh getah bening dan tumbuh di kelenjar getah bening.


(38)

Untuk menentukan lokasi tumor, payudara dibagi menjadi empat kwadran. Kwadran lateral (pinggir) atas, lateral bawah, medial (tengah) atas, dan medial bawah. Daerah sentral adalah daerah sekitar putting susu. Bagian terbesar kanker payudara terletak pada kwadran lateral atas dengan penjalarannya ke arah ketiak (Dalimartha, 2004).

2.2.1 Etiologi dan Faktor Resiko

Menurut Ramli (1997), dapat dicatat bahwa faktor etiologi kanker payudara sampai saat ini belum diketahui pasti, namun dapat dicatat pula bahwa penyebab itu sangat mungkin multifaktorial yang saling mempengaruhi satu sama lain, antara lain: 1. Konstitusi genetika

a. Adanya kecenderungan pada keluarga tertentu lebih banyak kanker payudara

daripada keluarga lain.

b. Adanya distribusi predileksi antar bangsa atau suku bangsa. c. Pada kembar monozigot, terdapat kanker yang sama.

d. Terdapat persamaan lateralitas kanker buah dada pada keluarga dekat dari penderita kanker buah dada.

e. Seorang dengan Klinifelter akan mendapat kemungkinan 66 kali dari pria

normal.

2. Pengaruh hormon

a. Kanker payudara umumnya pada wanita, pada laki-laki kemungkinan ini

sangat rendah.


(39)

c. Ternyata pengobatan hormonal banyak memberikan hasil pada kanker payudara lanjut.

Terjadinya kanker payudara. Beberapa diantaranya, adalah (Yayasan Kanker Indonesia, 2008):

1. Usia, Penyakit kanker payudara meningkat pada usia remaja keatas.

2. Pemakaian obat-obatan, misalnya seorang wanita yang menggunakan therapy obat

hormon pengganti {hormone replacement therapy (HRT)} seperti hormon

esterogen akan bisa menyebabkan peningkatan resiko mendapat penyakit kanker payudara.

3. Diet yang tidak sehat/tidak seimbang. Pola makan yang tidak seimbang yang menyebabkan risiko munculnya penyakit kanker antara lain kebiasaan makanan cepat saji (fast food).

4. Faktor lain yang diduga sebagai penyebab kanker payudara adalah; tidak menikah, menikah tapi tidak punya anak, melahirkan anak pertama sesudah usia 35 tahun, tidak pernah menyusui anak.

5. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa penyakit kanker payudara meningkat pada orang yang sering menghadapi kondisi stress (goncangan jiwa) dan juga bagi wanita yang sebelumnya mengalami menstruasi dibawah usia 11 tahun.

7. Paparan di tempat kerja (paparan dari gelombang elektromagnetik).

8. Wanita yang obesitas (kegemukan) pasca menopause, mengkonsumsi lemak, dan konsumsi alkohol berlebihan (Setiati, 2009).


(40)

2.2.2 Gejala Kanker Payudara

Gejala dan pertumbuhan kanker payudara tidak mudah dideteksi karena awal pertumbuhan sel kanker payudara tidak dapat diketahui dengan mudah. Gejala umumnya baru diketahui setelah stadium kanker berkembang agak lanjut, karena pada tahap dini biasanya tidak menimbulkan keluhan. Penderita merasa sehat, tidak merasa nyeri, dan tidak mengganggu aktivitas.

Beberapa gejala klinis dari kanker payudara :

1. Benjolan, adanya benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan.

Semakin lama benjolan tersebut semakin mengeras dan bentuknya tidak beraturan. 2. Perubahan kulit pada payudara, kulit tertarik (skin dimpling), benjolan yang dapat

dilihat (visible lump), gambaran kulit jeruk (peu d’orange), eritema, ulkus

3. Kelainan pada putting, Puting tertarik (nipple retraction), eksema, cairan pada puting (nipple discharge) (Suryaningsih dan Sukaca, 2009).

2.2.3 Stadium Kanker Payudara

Pembagian stadium menurut Portmann dalam Suryaningsih (2009) yang disesuaikan dengan aplikasi klinik yaitu:

1. Stadium I : Tumor terbatas dalam payudara, bebas dari jaringan sekitarnya, tidak ada fiksasi/ infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya (otot). Besar tumor 1 - 2 cm dan tidak dapat terdeteksi dari luar. Kelenjar getah bening regional belum teraba. Perawatan yang sangat sistematis diberikan tujuannya adalah agar sel kanker tidak dapat menyebar dan tidak berlanjut pada stadium selanjutnya. Pada stadium ini, kemungkinan penyembuhan pada penderita adalah 70%.


(41)

2. Stadium II : Tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5 - 5 cm, sudah ada satu atau beberapa kelenjar getah bening aksila yang masih bebas dengan diameter kurang dari 2 cm. Untuk mengangkat sel-sel kanker biasanya dilakukan operasi dan setelah operasi dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal. Pada stadium ini, kemungkinan sembuh penderita adalah 30 - 40 %.

3. Stadium III A : Tumor sudah meluas dalam payudara, besar tumor 5 - 10 cm, tapi masih bebas di jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening aksila masih bebas satu sama lain. Menurut data dari Depkes, 87% kanker payudara ditemukan pada stadium ini.

4. Stadium III B : Tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah dan ada edema (lebih dari sepertiga permukaan kulit payudara), ulserasi, kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain atau ke jaringan sekitarnya dengan diameter 2 - 5 cm. Kanker sudah menyebar ke seluruh bagian payudara, bahkan mencapai kulit, dinding dada, tulang rusuk dan otot dada.

5. Stadium IV: Tumor seperti pada yang lain (stadium I, II, dan III). Tapi sudah disertai dengan kelenjar getah bening aksila supra-klavikula dan Metastasis jauh. Sel-sel kanker sudah merembet menyerang bagian tubuh lainnya, biasanya tulang, paru-paru, hati, otak, kulit, kelenjar limfa yang ada di dalam batang leher. Tindakan yang harus dilakukan adalah pengangkatan payudara. Tujuan pengobatan pada stadium ini adalah palliatif bukan lagi kuratif (menyembuhkan).


(42)

2.2.4. Pencegahan Kanker Payudara

Kanker payudara dapat dicegah dengan beberapa tindakan sebagai berikut : 1. Hindari makanan berkadar lemak tinggi, dari hasil penelitian, konsumsi makanan

berkadar lemak tinggi berkorelasi dengan peningkatan kanker payudara. 2. Jaga kesehatan dengan mengkonsumsi buah dan sayur segar.

3. Berikan air susu ibu (ASI) pada anak selama mungkin, hal ini dapat mengurangi risiko terkena kanker payudara.

4. Lakukan pemeriksaan SADARI setiap bulan (Rasjidi,2009).

2.3 Remaja

Menurut Asrori (2009) yang mengutip pendapat Hurlock, remaja (adolescence) berasal dari bahasa latin yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Sementara itu Yusuf (2000) mengatakan bahwa, fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.

Batasan yang tegas pada remaja sulit ditetapkan, tetapi periode ini biasanya digambarkan pertama kali dengan penampakan karakteristik seks sekunder pada sekitar usia 11 sampai 12 tahun dan berakhir dengan berhentinya pertumbuhan tubuh pada usia 18 sampai 20 tahun (Wong dkk, 2009).


(43)

2.3.1. Perkembangan Fisik

Tahap Perkembangan Remaja yaitu : 1. Remaja Awal

Seorang remaja pada tahap mi masih terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang mdnyertai perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis.

2. Remaja Madya

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan “narcistic” yaitu mencintai din sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau matrealis dan sebagainya.

3. Remaja Akhir

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini :

a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatun dengan orang-orang lain dan pengalaman-pengalaman baru.


(44)

d. Egosentrisme diganti dengan kescimbangan antara kepentingan din sendiri dengan orang lain.

e. Tumbuh dinding yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (the public).

Pada masa remaja, pertumbuhan fisik berlangsung sangat pesat. Dalam perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yaitu ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder. Berikut ini adalah uraian lebih lanjut mengenai ciri-ciri sekunder primer dan sekunder pada remaja puteri :

a. Ciri-ciri seks primer remaja perempuan

Jika remaja perempuan sudah mengalami menarche (menstruasi), menstruasi adalah peristiwa keluarnya cairan darah dari alat kelamin perempuan berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak mengandung darah.

b. Ciri-ciri seks sekunder remaja perempuan

Menurut Sarwono (2011), Ciri-ciri seks sekunder pada masa remaja adalah Pinggul lebar, bulat, dan membesar, puting susu membesar dan menonjol, serta berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat. Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang pori-pori bertambah besar, kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif lagi. Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan, dan tungkai. Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu. Pada saat perempuan dilahirkan, banyak sel telur berisi cairan yang dinamai folikel. Satu dianatar dua hormon itu bertugas mempengaruhi folikel dengan


(45)

merangsang pertumbuhan, sehingga diberinama hormon perangsang folikel. Pada mulanya folikel yang tumbuh sedikit. Sementara itu sel-sel yang mengelilinginya membuat hormon sendiri yang disebut esterogon. Hormon inilah yang membuat seorang anak perempuan menjadi wanita setelah remaja, menurut usia rata-rata terjadilah tahap-tahap perubahan pada remaja, yaitu:

a) 9-10 tahun : Tulang pinggul mulai tumbuh ke bentuk yang khas untuk pinggul

wanita, lemak mulai tertimbun, membentuk garis-garis tubuh yang khas pada wanita, puting susu mulai tumbuh.

b) 10-11 tahun : puting susu semakin membesar

c) 12-13 tahun : lingkaran disekitar putting susu mulai terbentuk

d) 12-14 tahun : payudara berkembang lebih lanjut, dan putingnya semakin

menghitam

e) 15-17 tahun : lemak disekitar pinggul dan payudara semakin tebal (Lewellyn & Jones, 2005)

2.4 Efektifitas

2.4.1 Definisi Efektifitas

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, efektifitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai nilai efektif, pengaruh atau akibat, bisa diartikan sebagai kegiatan yang bisa memberikan hasil yang memuaskan, dapat dikatakan juga bahwa efektifitas merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan, dan menunjukan derajat kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang dicapai. Jadi


(46)

pengertian efektifitas adalah pengaruh yang ditimbulkan atau disebabkan oleh adanya suatu kegiatan tertentu untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai dalam setiap tindakan yang dilakukan (Starawaji, 2009).

Dapat disimpulkan bahwa pengertian efektifitas adalah keberhasilan suatu aktifitas atau kegiatan dalam mencapai tujuan dan target, sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya, dan apabila tujuan dan target dapat tercapai sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya, dikatakan efektif dan sebaliknya apabila tujuan dan target tidak dapat tercapai sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya maka aktifitas itu dikatakan tidak efektif.

2.4.2 Cara Pengukuran Efektifitas

Terdapat cara pengukuran terhadap efektifitas yang secara umum dan yang paling menonjol adalah sebagai berikut :

1. Keberhasilan program 2. Keberhasilan sasaran

3. Kepuasan terhadap program 4. Tingkat input dan output

5. Pencapaian tujuan menyeluruh (Cambel dalam Starawaji, 2009)

2.4.3 Pendekatan Efektifitas

Pendekatan efektifitas digunakan untuk mengukur sejauh mana aktifitas itu efektif. Ada beberapa pendekatan yang digunakan terhadap efektifitas yaitu:


(47)

1. Pendekatan sasaran

Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam pengukuran efektifitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkatan keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran tersebut. Selain tercapainya tujuan, efektifitas juga selalu memperhatikan faktor waktu pelaksanaan. Oleh karena itu dalam efektifitas selalu terkandung unsur waktu pelaksanaan. Tujuan tercapai dengan waktu yang tepat maka program tersebut efektif..

2. Pendekatan sumber

Pendekatan sumber mengukur efektifitas melalui keberhasilan suatu lembaga dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu lembaga harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara keadaan dan sistem agar dapat efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan sistem suatu lembaga terhadap lingkungannya, karena lembaga mempunyai hubungan yang merata dengan lingkungannya dimana dari lingkungan diperoleh sumber-sumber yang merupakan input lembaga tersebut dan out put yang dihasilkan juga dilemparkannya pada lingkungannya.

3. Pendekatan proses

Pendekatan proses menganggap sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan dengan lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara terkoordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan perhatian


(48)

terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang dimiliki lembaga, yang menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan lembaga.

2.4.4 Masalah dalam Pengukuran Efektifitas

Efektifitas selalu diukur berdasarkan prestasi, produktivitas dan laba. Pengukuran efektifitas dengan menggunakan sasaran yang sebenarnya dan memberikan hasil dari pada pengukuran efektifitas berdasarkan sasaran resmi dengan memperhatikan masalah yang ditimbulkan oleh beberapa hal berikut :

1. Adanya macam-macam output

Adanya bermacam-macam output yang dihasilkan menyebabkan pengukuran efektifitas dengan pendekatan sasaran menjadi sulit untuk dilakukan. Pengukuran juga semakin sulit jika ada sasaran yang saling bertentangan dengan sasaran lainnya. Efektifitas tidak akan dapat diukur hanya dengan menggunakan suatu indikator atau efektifitas yang tinggi pada suatu sasaran yang seringkali disertai dengan efektifitas yang rendah pada sasaran lainnya. Dengan demikian, yang diperoleh dari pengukuran efektifitas adalah profil atau bentuk dari efek yang menunjukkan ukuran efektifitas pada setiap sasaran yang dimilikinya. Selanjutnya hal lain yang sering dipermasalahkan adalah frekuensi penggunaan kriteria dalam pengukuran efektifitas seperti yang dikemukakan oleh R.M Steers yaitu bahwa kriteria dan penggunaan hal-hal tersebut dalam pengukuran efektifitas adalah :

a. Adaptabilitas dan fleksibilitas b. Produktivitas


(49)

d. Keterbukaan dalam komunikasi e. Keberhasilan pencapaian program

f. Pengembangan program (Steers dalam Starawaji, 2009) 2. Subjektivitas dalam adanya penilaian

Pengukuran efektifitas dengan menggunakan pendekatan sasaran seringkali mengalami hambatan, karena sulitnya mengidentifikasi sasaran yang sebenarnya dan juga karena kesulitan dalam pengukuran keberhasilan dalam mencapai sasaran. Hal ini terjadi karena sasaran yang sebenarnya dalam pelaksanaan. Untuk itu ada baiknya bila meninjau kedalam suatu lembaga untuk mempelajari sasaran yang sebenarnya karena informasi yang diperoleh hanya dari suatu lembaga untuk melihat program yang berorientasi ke masyarakat sering dipengaruhi oleh subjektivitas. (Steers dalam Starawaji, 2009).

2.5 Metode Simulasi

Simulasi adalah kegiatan pembelajaran yang memberi kesempatan kepada pembelajar untuk meniru satu kegiatan yang dituntut dalam pekerjaan sehari-hari atau yang berkaitan dengan pekerjaan sehari-hari atau yang berkaitan dengan tanggung jawabnya. Dapat dikatakan pula bahwa simulasi diartikan sebagai satu kegiatan pembelajaran yang memberi kesempatan kepada pembelajar untuk meniru satu kegiatan atau pekerjaan yang dituntut dalam kehidupan sehari-hari atau yang berkaitan dengan tugas-tugas yang akan menjadi tanggung jawabnya jika kelak pembelajar sudah bekerja.


(50)

Tujuan metode simulasi adalah sebagai berikut : 1) meningkatkan akselarasi pemikiran dan perasaan dengan sikap dan psikomotorik pembelajar, kemampuan pembelajar ditingkatkan dalam keterampilan berkomunikasi sederhana dan kepekaan terhadap aksi orang lain agar terbentuk sikap peduli terhadap lingkungan sekitarnya; 2) menghayati berbagai masalah yang mungkin dihadapi olehg peran yang dimainkan; 3) menggunakan pengalaman perannya dalam simulasi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi; 4) memperoleh persepsi, pandangan ataupun mengalami perasaan kejiwaan dan batin tertentu; 5) menanamkan disiplin dan sikap berhati-hati; 6) memberi kesempatan berlatih menguasai keterampilan tertentu melalui situasi buatan, sehingga pembelajar terbebas dari risiko pekerjaan berbahaya. Sedangkan kelebihan dan kekurangan dari metode simulasi adalah sebagai berikut :

A.Kelebihan:

1) Menguasai keterampilan tanpa membahayakan dirinya atau orang lain dan

tanpa menanggung kerugian;

2) Melibatkan pembelajar secara aktif; dan memberikan kesempatan kepada

pembelajar secara langsung terlibat dalam kegiatan belajar dan melakukan eksperimen tanpa takut-takut terhadap akibat yang mungkin timbul di dalam lingkungan yang sesungguhnya;

3) Meningkatkan berfikir secara kritis, karena pembelajar dilibatkan secara ktif dalam proses pembelajaran;

4) Belajar mengalami suatu kegiatan tertentu; 5) Dapat meningkatkan motivasi pembelajar;


(51)

6) Bermanfaat untuk tugas-tugas yang memerlukan praktek tetapi lahan praktek tidak memadai;

7) Memberi kesempatan berlatih mengambil keputusan yang mungkin tidak dapat

dilakukan dalam situasi nyata;

8) Dapat membentuk kemampuan menilai situasi dan membuat pertimbangan

berdasarkan kemungkinan yang muncul;

9) Dapat meningkatkan disiplin dan meningkatkan sikap kehati-hatian. B. Kekurangan:

1) Kurang efektif menyampaikan informasi umum;

2) Kurang efektif untuk kelas yang telalur besar.

3) Memerlukan fasilitas khusus yang mungkin sulit untuk disediakan di tempat latihan, karena diperlukan banyak alat bantu;

4) Dibutuhkan waktu yang lama, bila semua pembelajar harus melakukannya;

5) Media berlatih yang merupakan situasi buatan tidak selalu sama dengan

situasi sebelumnya, baik dalam hal kecanggihan alat, lingkungan dan sebagainya;

6) Memerlukan waktu dan biaya yang lebih banyak (Syaefuddin, 2002).

Penerapan proses belajar aktif dengan metode simulasi bagi remaja putri dilakukan dengan cara sebagai berikut: fasilitator memberikan lengkap seluruh materi secara tertulis terlebih dahulu kepada remaja puteri untuk dibaca secara mandiri, materi yang diberikan tentang upaya deteksi dini kanker payudara dengan SADARI yang terdiri dari pokok bahasan: kanker payudara, etiologi, gejala, faktor resiko,


(52)

diagnosa dan upaya deteksi dini dengan SADARI. Selanjutnya fasilitator melakukan intervensi simulasi pada kelompok remaja puteri yang mendapat perlakuan,dan fasilitator meluruskan beberapa konsep dalam proses belajar aktif menggunakan metode simulasi pada remaja putri kelompok perlakuan yaitu dengan:

1. Penyuluhan

Fasilitator menyampaikan materi kepada remaja putri yang berada di dalam ruangan mulai dari materi kanker payudara, etiologi dan faktor risiko, gejala, serta diagnosisnya. Kemudian fasilitator menjelaskan tentang upaya deteksi dini kanker payudara dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dan cara melakukannya. Kemudian fasilitator menggali pengetahuan remaja puteri dengan curah pendapat atau bertukar pikiran tentang deteksi dini kanker payudara dengan SADARI. Kemudian fasilitator melakukan klarifikasi hal-hal yang perlu.

2. Video

Fasilitator memutar video tentang prosedur pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) mulai dari melihat perubahan bentuk payudara di hadapan cermin, memeriksa perubahan bentuk payudara dengan posisi berbaring, periksa payudara dengan menggunakan Vertical Strip dan pemutaran, memeriksa payudara dengan secara pemutaran, pemeriksaan cairan di puting payudara, serta memeriksa ketiak.

3. Phantom (Demonstrasi)

Setelah fasilitator memberikan materi dan memutar video kepada remaja putri di SMAN 1, kemudian fasilitatotor melakukan demonstrasi langsung dengan


(53)

menggunakan phantom tentang cara melaksanakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dengan posisi berdiri dan berbaring.

2.6 Pengetahuan dan Sikap Individu 2.6.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu melalui proses belajar. Pengetahuan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba serta pengetahuan di dapat di mana individu berada dan tinggal yaitu faktor budaya mempengaruhi individu berprilaku. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

Tingkat pengetahuan berorientasi kepada kemampuan berfikir, mencakup kemampuan intelektual yang paling sederhana, yaitu mengingat, sampai dengan kemampuan untuk memecahkan suatu masalah yang menuntut individu untuk menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu melalui proses belajar. Pengetahuan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba serta pengetahuan di dapat di mana individu berada dan tinggal yaitu faktor budaya mempengaruhi individu berprilaku. Individu mempelajari apa


(54)

yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

Usia remaja merupakan tahap pembelajaran, dimana remaja mulai tertarik untuk mempelajari hal-hal yang dianggap baru oleh mereka. Media pembelajaran yang didapat oleh remaja melalui aktivitas penglihatan, pendengaran dan tindakan, dimana sumber pembelajaran didapat dari media massa, proses belajar mengajar dan penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan di tempat mereka berada. (Nurhidayah, 2009). Pengetahuan remaja tentang pemeriksaan payudara sendiri dapat diperoleh dari petugas kesehatan, media massa dan lingkungan. Tingkat pengetahuan remaja dapat diukur dengan memberikan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang kanker payudara dan pemeriksaan payudara sendiri.

Pengetahuan yang mencakup di dalamnya 6 (enam) tingkatan yaitu (Notoatmodjo, 2003):

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk dalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall)

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima. Oleh karena itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan tentang objek yang diketahui dan dapat diinterpretasikan secara benar. Orang yang sudah


(55)

paham terhadap suatu objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh menyimpulkan meramalkan dan sebagainya.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis diartikan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek terhadap komponen-komponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun.

f. Evaluasi (Evaluation)

Hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang diukur dari objek


(56)

penelitian. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan tersebut di atas (Notoatmodjo, 2003).

2.6.2 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek, dimana manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb yang dikutip dalam Notoatmodjo (2003), salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi adalah merupakan pre-disposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka/tingkah laku terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Allport, sikap merupakan kesiapan mental, yaitu suatu proses yang berlangsung dalam diri seseorang, bersama dengan pengalaman individual masing-masing, mengarahkan dan menentukan respons terhadap berbagai objek dan situasi (Sarwono dan Meinarno, 2009).

Menurut Allport (1954) yang dikutip dalam Notoadmodjo (2007) sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu:


(57)

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.

Sikap adalah konsep yang dibentuk oleh tiga komponen, yaitu kognitif, afektif dan perilaku. Komponen kognitif berisi semua pemikiran serta ide-ide seseorang yang berkenan dengan objek sikap. Isi pemikiran seseorang meliputi hal-hal yang diketahuinya sekitar objek sikap, dapat berupa tanggapan atau keyakinan, kesan, atribusi, dan penilaian terhadap objek.

Komponen afektif dari sikap meliputi perasaan atau emosi seseorang terhadap objek. Adanya komponen afeksi dari sikap, dapat diketahui melalui perasaan suka atau tidak suka, senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Isi perasaan atau emosi pada penilaian seseorang terhadap objek sikap inilah yang mewarnai sikap menjadi suatu dorongan atau kekuatan/daya. Apabila orang suka dengan objek, maka dia akan memilih objek tersebut. Hal ini terjadi karena didorong perasaan dan keyakinan terhadap objek tersebut.

Komponen perilaku dapat diketahui melalui respons subjek yang berkenaan dengan objek sikap. Respons yang dimaksud dapat berupa tindakan atau perbuatan yang dapat diamati dan dapat berupa intensi atau niat untuk melakukan perbuatan tertentu sehubungan dnegan objek sikap. Intensi merupakan predisposisi atau


(58)

kesiapan untuk bertindak terhadap objek sikap. Jika orang mengenali dan memiliki pengetahuan yang luas tentang objek sikap, disertai perasaan yang positif mengenai

kognisinya, maka ia akan cenderung mendekati (approach) objek sikap tersebut.

Sebaliknya, bila orang memiliki anggapan, pengetahuan, dan keyakinan negatif yang disertai dengan perasaan tidak senang terhadap objek sikap, maka ia cenderung menjauhinya. Artinya, ia menentang,menolak dan menghindar dari objek tersebut.

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan, yakni (Notoatmodjo, 2003): a) receiving (menerima), bila seseorang atau subyek mau memperhatikan stimulus yang diberikan obyek; b) responding (merespon), yaitu apabila ditanya memberikan jawaban, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Ini adalah suatu indikasi dari sikap; c) valuing (menghargai), bila seseorang atau mendiskusikan suatu masalah. Ini adalah indikasi dari sikap tingkat tiga; d) bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko. Ini adalah tingkatan sikap yang paling tinggi.

2.7 Perubahan Perilaku Individu

Menurut teori Lawrence Green (1980) perilaku manusia dalam hal kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior causes), kemudian dijabarkan menjadi tiga faktor yaitu: a) faktor predisposisi, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai; b) faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan; c)


(59)

faktor pendorong (reinforcing factor), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dari masyarakat itu sendiri. Di samping itu ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

Implisit dari proses peruibahan perilaku adalah sesuatu ide atau gagasan baru yang diperlukan kepada individu dan diharapkan untuk diterima/ dipakai oleh individu tersebut (Liliweri, 2007). Menurut Rogers (1971) dalam teori Innovation Decision Process, yang diartikan sebagai proses yang dialami oleh seorang individu sejak menerima informasi/ pengetahuan tentang suatu hal yang baru, sampai pada saat dia menerima atau menolak ide baru itu. Menurut Shoemaker (1971), proses adopsi inovasi itu melalui lima tahap, yaitu: 1) mengetahui/ menyadari tentang adanya ide baru itu (awareness); 2) menaruh perhatian terhadap ide itu (interest); 3)

memberikan penilaian (evaluation); 4) mencoba memakainya (trial) dan kalau

menyukainya; %) menerima ide baru (adoption).

Menurut Rogers dan Shoemaker (1971), proses adopsi ini tidak berhenti segera setelah suatu inovasi diterima/ditolak. Situasi ini kelak adapat berubah lagi sebagai akibat dari pengaruh lingkungannya. Proses pembuatan keputusan tentang inovasi ini menjadi empat tahap: 1) individu menerima informasi dan pengetahuan


(60)

berkaitan dengan suatu ide baru (tahap knowledge). Pengetahuan ini menimbulkan minatnya untuk mengenal lebih jauh tentang objek tersebut, dan kemudian petugas kesehatan mulai membujuk atau meningkatkan motivasinya guna bersedia menerima objek/ topik yang dianjurkan; 2) persuasion (pendekatan), yaitu tahap di mana individu membentuk suatu sikap kurang baik atau yang baik terhadap inovasi; 3) tahap decision, yaitu tahap dimana individu mengambil keputusan untuk menerima konsep baru yang ditawarkan petugas kesehatan; 4) tahap implementation, yaitu tahap penggunaan, yaitu individu menepatkan inovasi tersebut untuk dimanfaatkan atau diadopsi; 5) tahap confirmation, yaitu tahap penguatan, dimana individu meminta dukungan dari lingkungannya atas keputusan yang diambilnya.

Menurut WHO yang dikutip dalam Soekidjo (2007), perubahan perilaku dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:

a. Perubahan Alamiah (Natural Change)

Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat didalamnya juga akan mengalami perubahan.

b. Perubahan Terencana (Planned Change)

Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek. Didalam melakukan perilaku yang telah direncanakan dipengaruhi oleh kesediaan individu untuk berubah, misalnya apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan didalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah


(61)

sebagian orang sangat cepat menerima inovasi atau perubahan tersebut dan sebagian orang lagi sangat lambat menerima inovasi atau perubahan tersebut.

2.8 Landasan Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut di atas, maka peneliti dapat merumuskan beberapa landasan teori yang relevan dengan tujuan penelitian. Pendidikan dengan metode partisipatif adalah salah satu metode yang efektif dalam meningkatkan pengetahuan objek/sasaran, di mana ada interaksi antara fasilitator (penyampai informasi) dengan objek (penerima informasi), diantaranya melalui metode diskusi dan simulasi.

Menurut Rogers dan Shoemaker (1978) dapat disimpulkan bahwa, proses perubahan pengetahuan seseorang termasuk pengetahuan dan sikap individu dilalui oleh proses yang panjang, proses adopsi inovasi itu melalui lima tahap, yaitu:

1). Mengetahui/menyadari tentang adanya ide baru itu (awareness); 2) menaruh

perhatian terhadap ide itu (interest); 3) memberikan penilaian (evaluation); 4)

mencoba memakainya (trial), dan kalau menyukainya maka; 5) menerima ide baru


(62)

Communication Channel

Characteristics of the Perceived Decision Making Characteristics of - Sociodeconomic Innovation

Characteristics - Relative Advantage - Personality Variables - Compatibility - Communication - Trialability Behaviour - Observability

Gambar 2.5 Bagan Proses Inovasi-Adopsi

Berdasarkan teori ini proses adopsi tidak berhenti segera setelah suatu inovasi diterima / ditolak.Situasi ini kelak dapat berubah lagi sebagai akibat dari pengaruh lingkungannya.Proses pembuatan keputusan tentang inovasi menjadi beberapa tahap

yaitu individu menerima informasi dan pengetahuan (knowledge), pendekatan

(persuasion) yaitu dimana individu membentuk sikap terhadap inovasi, decision yaitu individu mengambil keputusan untuk menerima konsep baru yang ditawarkan petugas

kesehatan, implementation yaitu individu menempatkan inovasi tersebut untuk

dimanfaatkan atau di adopsi, confirmation yaitu tahap penguatan dimana individu meminta dukungan dari lingkungan atas keputusan yang diambilnya

Knowledge Persuasion Decision Implementation Confirmation

Rejection

Continue

Later Adoption

Discontinuance

Continuejectio n


(63)

2.9 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel devenden

Gambar 2.6. Kerangka Konsep Penelitian

Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan SADARI

Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan SADARI Intervensi Dengan

Metode Simulasi


(64)

2.10 Alur Penelitian

Penjabaran dari kerangka konsep penelitian, maka peneliti dapat menggambarkan alur penelitian sebagai berikut :

Gambar 2.7 Alur Penelitian PRE TEST

Penilaian Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara

dengan SADARI

SMA CITRA HARAPAN (Kelompok Kontrol)

SMA NEGERI 1 (Kelompok Kasus)

Simulasi

Setelah 2-3 hari

POST TEST

Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara dengan


(65)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini eksperimen dengan jenis

quasi eksperimen (eksperimen semu) dengan rancangan Non Equivalent Control Group (Arikunto, 1998) bertujuan untuk mengetahui efektifitas simulasi terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri tentang upaya deteksi dini kanker payudara dengan SADARI di SMAN 1 dan SMA Citra Harapan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini menggunakan dua kelompok, yaitu kelompok yang diberi perlakuan simulasi dan kelompok kontrol. Desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Keterangan: Ye sb

Y

: Pretest untuk kelompok kasus pengetahuan dan sikap tentang upaya deteksi dini kanker payudara dengan SADARI sebelum diberikan perlakuan simulasi.

e ssd

Y

: Posttest untuk kelompok kasus pengetahuan dan sikap tentang upaya deteksi dini kanker payudara dengan SADARI sesudah diberikan perlakuan simulasi.

k-1

Y

: Pretest untuk kelompok kontrol pengetahuan dan sikap tentang upaya deteksi dini kanker payudara dengan SADARI

k-2

X : Intervensi dengan simulasi

: Postest untuk kelompok kontrol pengetahuan dan sikap tentang upaya deteksi dini kanker payudara dengan SADARI.


(1)

6.2 Saran

1. Diharapkan kepada remaja putri agar bisa menerapkan SADARI dengan rutin dalam kehidupan sehari-hari sebagai upaya deteksi dini kanker payudara. 2. Kepada orang tua siswi agar mencari informasi tentang SADARI, supaya

dapat menginformasikan kepada anaknya tentang bahaya kanker payudara dan cara mendeteksinya sejak dini.

3. Bagi peneliti lain perlu dilakukan penelitian lanjut dengan mengikutsertakan variabel-variabel lain yang lebih spesifik.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Aristiarini, 2010. PR Panjang Tangani Kanker Payudara. Available from:

Asrori, 2009. Psikologi remaja, Jakarta: PT. Bumi Aksara

B.Uno. 2011. Model Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif Efektif. Jakarta: Bumi Aksara

Dalimartha, S., 2004. Kanker Payudara. Dalam: Deteksi Dini Kanker dan Simplisia Antikanker. Penebar Swadaya, Jakarta

Depkes RI, 2008. Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara.

Depkes RI, 2010. Pedoman Tehnis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Erniyati, S, 2006. Perilaku Sadari Wanita Pedesaan dan Wanita Perkotaan. Abstrak, Skripsi PSIK FK USU. Medan

Firman,S.H, 2005. Pengaruh Peer Education terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa SMA Tentang Kesehatan Reproduksi, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba dan Psikotropika di Kota Sibolga Propinsi Sumatera Utara .Tesis.Mahasiswa Program Pasca Sarjana Minat Utama Perilaku dan Promosi Kesehatan Program Study Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta

Guion, A.L.2001. Education methods for extension program (FCSGO13) University of Florida .Institute of Food and Agricultural Sciences.

Handayani, S; Sudarmiati, S., 2012. Pengetahuan Remaja Putri tentang Cara Melakukan Sadari. Jurnal Nursing Studies, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, Halaman 93-100

Hamalik. 2011. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara


(3)

Hidayat,A., 2010. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Health Books Publishing. Surabaya.

Hopkins V., dkk 2008. Kanker payudara Pencegahan dan Pengobatannya, Daras books, Jakarta.

Ihea., 2003. Pemeriksaan Payudara. Available from: http://ihea.info/multicultural_health_education/files/indonesian_b0307_cancer

_info.pdf [Accessed: 12 November 2012] Universitas

Indarsita, D, 2006. Hubungan Faktor Eksternal dengan Perilaku Remaja dalam Hal Kesehatan Reproduksi di SLTPN Medan, Tahun 2002. Jurnal Ilmiah PANMED, 1(1): 14-19.

Kollinko, 2007. Remaja Putri Tak Sadari Pola Hidup Berhubungan Dengan Kanker.(Online),(http://smanempat.awardspace.info/?pilih=news&aksi=lihat &id=12, Diakses 15 November 2012).

Liewellyn. D & Jones(alih bahasa)., 2005. Setiap Wanita. Delapratasa Publishing. Jakarta.

Lily, 2008. Hati – Hati , ABG Rentan Terkena Kanker Payudara. (Online), (http://www. Rileks. com, Diakses 12 November 2012)

Luwia, M. S. 2003. Problematik dan Perawatan Payudara. Jakarta: Kawan Pustaka. Urban, M., et al. 2012. Injectable and Oral Contraceptive Use and Cancer of the

Breast, Cervix, Ovary,and Endometrium in Black South Afrika Woman: Case Control Study, Jurnal Volume 9 Issue 3 e1001182

Mardiana, L., 2004. Kanker Pada Wanita, Pencegahan dan Pengobatan dengan Tanaman obat, Jakarta

Mala, W. R., 2012. Karaktersitik Penderita Kanker Payudara di RSUP H. Adam Malik Medan Priode 2010-2011. KTI Akbid Widiya Husada Medan

Murti, I.R, 2008. Hubungan Antara Frekuensi Paparan Pornografi Melalui Media Massa Dengan Tingkat Perilaku Seksual Pada Siswa SMU Muhammadiyah 3 Tahun 2008. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok

Notoatmodjo, S. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.


(4)

_____________. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta Norlita W. 2005. Efektifitas Simulasi dalam Peningkatan Pengetahuan dan Sikap

tentang Kesehatan Reproduksi Remaja di SMPN Pakanbaru.Tesis.Mahasiswa Pasca Sarjana Program Study Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Utama Magister Kesehatan Ibu dan Anak Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta. Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Salemba Medika. Jakarta

Prastiwi D.E. 2009. Hubungan Kontrasepsi Oral Dengan Kanker Payudara di RSUD Moewardi, Surakarta. Jurnal vol. 2, nomor 3 hal. 187-192.

Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI, 2013. Pidato Menkes dalam memperingati Hari Kanker se-Dunia. Webbsite :www.depkes.go.id. Diakses tanggal 24 Juni 2013.

Rahmah. 2009. SADARI. 2012.

Ramli, M., 1997. Epidemiologi Review of Breast Cancer in Indonesia. Book of Proceedings. Jakggggarta International Cancer Conference 1995, Jakarta. Rasjidi, I., 2009. Kanker Payudara. Dalam : Deteksi dini, dan Pencegahan Kanker

Payudara., Jakarta : Sagung Seto, 54-91.

___________.,2009. Prinsip-Prinsip Deteksi Dini dan Skrining. Dalam : Deteksi dini, dan Pencegahan Kanker Payudara., Jakarta : Sagung Seto, 5-7

Riyanto, A, 2009. Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Jaza Mulia, Yogyakarta. Rogers, Everett M. 1995. Diffusions of Innovations, Forth Edition. New York: Tree

Press

Sastroasmoro, S., 2002. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto

Sarwono. 2011. Psikologi Remaja, Edisi Revisi, Cetakan Keempatbelas, Jakarta: RajaGrafindo Persada.


(5)

Setiati, E., 2009. Kanker Payudara : Pembunuh Nomor Dua Wanita. Dalam : Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita., Edisi 1. Yogyakarta : ANDI, 41-43.

Siallagan, N.H., 2010. Perilaku Remaja Putri tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di SMA Surya Nusantara Kota Tebing Tinggi. Jurnal Akdemi Keperawatan Bina Husada Tebing Tinggi. Volume II No. 3 April 2010 Singh, MM., Devi, R., Walia, I., and Kumar R., 1999. Breast Self Examination for

Early Detection of Breast Cancer. Indian Journal of Medical Sciences 53 (3): 120-126.

Stratawaji, 2009. Efektifitas Pembelajaran http:// Stratawaji .wordpress.com / 2009 /03 /01/ Efektifitas - Pembelajaran. Diakses tanggal 20 pebruari 2013. Suryaningsih, 2009. Kanker Payudara. Paradigm Indonesia, Yogyakarta.

___________., dan Sukaca, B. E., 2009. Gejala-Gejala Kanker Payudara. Dalam: Suryaningsih, E. K., dan Sukaca, B. E., ed. Kanker Payudara. Yogyakarta : Paradigma Indonesia, 35-36.

Smeltzer, S., 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Snell, Richard S., 2006. Extremitas Superior. Dalam : Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta : EGC, 420-422.

Sullivan,R.& Graffikin,L,1997. Instructional Design Skills for Reproduktive Health Profesionals. Maryland: Baltimore.

Swart, R., Downey, L., Lang, J., Thompson P. A., Livingston, R. B., and Stopeck, A.

T., 2010. Breast Cancer. Available from:

Diambil tanggal 20

November 2012

Syaifuddin, 2002. Pembelajaran Tekhnik Melatih Bagi Pelatih:Modul 2 Metode Pembelajaran Jakarta,Depkes RI

Taha. 2010. Prevalensi dan Karakteristik Penderita Kanker Payudara di Departemen Bedah Rumah Sakit Umum Pusat haji Adam Malik Medan.


(6)

Tilong, Adi. 2012. Cegah Kanker dengan Anggur. Diva Press, Yogyakarta Wibisono, Nancy. 2009. Melawan Kanker Payudara. Jakarta:Restu Agung Wong, D., dkk. 2009. Buku ajar keperawatan untuk pediatrik, Jakarta: EGC

Yayasan Kanker Indonesia (YKI). 2008. Kanker Payudara. Diakses pada tanggal 12 November 2012 memalui


Dokumen yang terkait

Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Sadari Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Smk Negeri 3 Tebing Tinggi Tahun 2015

12 91 120

Pengaruh Pengetahuan dan Motivasi Terhadap Sikap Remaja Putri yang Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Sebagai Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara di SMA Negeri 1 Marbau Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2014

5 92 121

PENGARUH PELATIHAN SADARI TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP DAN CARA DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA PADA Pengaruh Pelatihan Sadari Terhadap Pengetahuan, Sikap Dan Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Siswi SMK Dwija Dharma Boyolali.

1 3 16

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KANKER PAYUDARA DENGAN PERILAKU PERIKSA PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO.

0 3 20

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SADARI sebagai Alat Deteksi Dini Kanker Payudara 2.1.1 Deteksi Dini - Efektifitas Metode Simulasi terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara dengan SADARI di SMA Negeri 1 dan SMA Citra

0 1 34

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Efektifitas Metode Simulasi terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara dengan SADARI di SMA Negeri 1 dan SMA Citra Harapan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

0 0 10

II. PENGETAHUAN RESPONDEN TENTANG SADARI - Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Sadari Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Smk Negeri 3 Tebing Tinggi Tahun 2015

0 0 34

Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Sadari Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Smk Negeri 3 Tebing Tinggi Tahun 2015

0 3 12

PENGARUH PENGETAHUAN DAN MOTIVASI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI YANG MELAKUKAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) SEBAGAI UPAYA DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DI SMA NEGERI 1 MARBAU KABUPATEN LABUHANBATU UTARA TAHUN 2014 SKRIPSI

0 0 13

PENGARUH PENYULUHAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI ( SADARI ) DENGAN PENGGUNAAN MEDIA VIDEO TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA PADA SISWI SMA NEGERI 1 SUMBAWA

0 1 114