perannya hanyalah membantu problem solver memecahkan masalah. Setelah suatu masalah selesai terpecahkan, kedua siswa saling bertukar tugas. Sehingga
semua siswa memiliki kesempatan untuk menjadi problem solver dan listener. Verbalisasi pengucapan merupakan fitur utama dari TAPPS. Tujuan dari
verbalisasi selama proses pemecahan masalah adalah untuk membuat pemikiran dalam masing-masing individu menjadi eksplisit. Scott dalam Mochlisin 2012: 3
menjelaskan bahwa verbalisasi dari pemikiran dalam ini menunjukkan pola pemikiran dan membawa pemikiran subkesadaran ke pemikiran kesadaran
subconscious thought to consiousness, yang memungkinkan seseorang yang sedang memecahkan masalah untuk memonitor rantai alasannya dan
mengidentifikasi kesalahan yang ada. Dengan mengajari siswa metode verbalisasi pikiran, pembelajaran TAPPS
membuat siswa bersentuhan dengan proses mental bawah sadar. Dengan begitu, mereka belajar untuk mengorganisasi dan menilai
kualitas pemikiran mereka sendiri. Mendengarkan secara seksama bagaimana orang lain memecahkan suatu
masalah dapat mengembangkan sikap menghargai berbagai cara yang seseorang tempuh untuk menciptakan solusi yang logis. Mochlisin 2012: 4 menjelaskan
secara keseluruhan proses verbalisasi memiliki mamfaat, yaitu 1 mengurangi pemikiran impulsif, 2 meningkatkan keahlian mendengarkan aktif, 3 mening-
katkan keahlian berkomunikasi, 4 membangun rasa puas ketika memecahkan suatu masalah, dan 5 membangun rasa percaya diri yang sehat dalam meme-
cahkan masalah.
5. Kemampuan Analisis
Benyamin S. Bloom dalam Arikunto 2008: 116 mengelompokkan kemampuan kognitif manusia menjadi 6 kelompok yang terurut menurut kesukarannya yang
selanjutnya sering disebut sebagai Taksonomi Bloom, yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Seorang siswa
tidak akan dapat mengembangkan kemampuan analisisnya jika ia tidak menguasai pengetahuan, pemahaman dan aplikasi matematikanya.
Kemampuan analisis matematis adalah kemampuan memisahkan materi ke dalam bagian-bagiannya yang perlu, mencari hubungan antara bagian-bagiannya dan
mengamati sistem bagian-bagiannya, mampu melihat komponen-komponennya, serta membedakan fakta dari khayalan ke dalam analisis itu termasuk juga
kemampuan menyelesaikan soal-soal matematika yang tidak rutin, menemukan hubungan, membuktikan dan mengomentari bukti matematis,serta merumuskan
dan menunjukkan benarnya suatu generalisasi matematis. Suherman dan Sukjaya 1990: 49 menyatakan bahwa kemampuan analisis adalah
kemampuan untuk merinci atau menguraikan suatu masalah soal menjadi bagian-bagian yang lebih kecil komponen serta mampu untuk memahami
hubungan diantara bagian-bagian tersebut. Bloom dalam Forehand 2005: 1 menyatakan bahwa aspek analisis dibagi
menjadi 3 kategori, yaitu analisis bagian, analisis hubungan dan analisis struktur yang terorganisasikan. Analisis unsur misalnya melakukan pemisahan fakta, un-
sur yang terdefinisikan, argumen, aksioma, dalil, hipotesis dan kesimpulan. Contoh analisis hubungan adalah analisis hubungan antara unsur-unsur dari suatu
matematika misalnya grup dan pola. Sedangkan analisis struktur yang terorgani-
sasikan misalnya kemampuan mengenal unsur-unsur dan hubungannya dengan struktur yang terorganisasikan.
Dapat disimpulkan bahwa kemampuan analisis matematis adalah kemampuan untuk memecah atau menguraikan suatu materi atau informasi menjadi
komponen-komponen yang lebih kecil sehingga lebih mudah dipahami. Indikator kemampuan analisis dalam penelitian ini di antaranya 1 kemampuan untuk
menguraikan suatu definisi, teorema, lemma dan aksioma dalam menyelesaikan persoalan matematis, 2 membandingkan dan membuat diagram dalam menyele-
saikan persoalan matematis, dan 3 mengaplikasikan suatu definisi, teorema, lema dan aksioma untuk menyelesaikan suatu masalah matematis.
B. Kerangka Pikir