36
Populasi dalam penelitian ini adalah eksternal auditor yang bekerja di kantor akuntan publik di DKI Jakarta dan BPKP Pusat dan internal auditor yang bekerja di
Badan Usaha Milik Negara BUMN, dan BPK Pusat yang semuanya berlokasi di DKI Jakarta.
Kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini ditetapkan sebagai berikut: 1. Auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik KAP yang ada di Jakarta
dan sesuai dengan Directory KAP per Februari 2015 yang dipublikasikan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia IAPI.
2. Auditor yang bekerja di BUMN yang ada di Jakarta dan sesuai dengan Daftar BUMN yang diterbitkan oleh Kementrian BUMN per Februari 2015.
3. Auditor yang bekerja di BPK dan BPKP wilayah Jakarta per Februari 2015. 4. Auditor memiliki nomor register akuntan atau tidak, pernah melaksanakan
pekerjaan audit dengan pengalaman minimal dua tahun.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua cara, yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan. Berikut penjelasannya:
1. Penelitian Pustaka Library Research Peneliti memperoleh informasi yang berkaitan dengan topik yang
sedang diteliti melalui buku, jurnal, tesis, skripsi, website resmi dan perangkat lain yang berkaitan dengan judul penelitian.
37
2. Penelitian Lapangan Field Research Pada penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah auditor yang
bekerja di KAP wilayah Jakarta dan BPKP Pusat yang biasa dikenal dengan sebutan eksternal auditor, dan auditor yang bekerja di BUMN wilayah Jakarta
dan BPK Pusat yang dikenal dengan sebutan internal auditor. Metode pengumpulan data lapangan dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode angket atau kuesioner, Bungin 2011:133 menjelaskan bahwa metode angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang
disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden, setelah diisi, kuesioner dikirim kembali atau dikembalikan kepada peneliti.
Waktu pengumpulan data dimulai dengan penyebaran kuesioner pada tanggal 16 April 2015 dan batas pengumpulan kuesioner adalah tanggal 16 Mei
2015. Peneliti memperoleh data dengan memberikan kuesioner secara langsung maupun melalui perantara. Sebelum kuesioner diberikan kepada responden
sesungguhnya, terlebih dahulu dilakukan pre-test kuesioner terhadap 20 mahasiswa S1 akuntansi yang dipilih secara random. Pre-test kuesioner
bertujuan untuk mengetahui apakah kuesioner yang digunakan dalam mengumpulkan data dapat dengan mudah dipahami, dan responden tidak
mengalami kesulitan dalam menangkap maksud yang diajukan dalam kuesioner. Data primer diperoleh dengan menggunakan daftar pertanyaan yang
telah terstruktur dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi dari sampel sebagai responden penelitian.
38
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data, uji non-response bias, uji normalitas data dan uji hipotesis.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif diperlukan untuk memberikan gambaran umum, mengenai responden yang dilihat dari nilai rata
– rata mean, standar deviasi, varian, maksimum, sum, range, kurtosis, dan skewness
kemencengan distribusi Imam Ghozali. 2009:19.
2. Uji Kualitas Data
Untuk mengetahui keandalan suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel penelitian, maka diperlukan uji reliabilitas dan
validitas Hair, Black, Balbin, dan Anderson, 2009: 75. Untuk menguji kualitas data yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan, maka
diperlukan uji validitas dan reliabilitas. Terdapat dua jenis uji kualitas data yang dilakukan dalam penelitian ini:
a. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau andal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau
stabil dari waktu ke waktu Imam Ghozali, 2009:45. Imam Ghozali 2009:46 menyebutkan bahwa pengukuran reliabilitas dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu:
39
1 Repeated Measure atau pengukuran ulang: Disini seseorang akan disodori pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda, dan
kemudian dilihat apakah ia tetap konsisten dengan jawabannya. 2 One Shot atau pengukuran sekali saja: Disini pengukurannya hanya
sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Kriteria
pengujian dilakukan dengan menggunakan pengujian Cronbach Alpha
α. Suatu variabel dikatakan andal jika memberikan nilai Cronbach Alpha 0.70.
b. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu
kuesioner. Kuesioner dikatakan dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut Imam Ghozali, 2009:49. Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan Pearson Correlation, yaitu dengan cara
menghitung korelasi antara nilai yang diperoleh dari pertanyaan –
pertanyaan. Apabila Pearson Correlation yang didapat memiliki nilai di bawah 0.05 dimana artinya data yang diperoleh adalah valid Imam Ghozali,
2009.
40
3. Uji Normalitas Data
Screening terhadap normalitas data merupakan langkah awal yang harus dilakukan untuk setiap analisis multivariat, khususnya jika tujuannya adalah
inferensi. Jika terdapat normalitas, maka residual akan terdistribusi secara normal dan independen Imam Ghozali, 2009:27. Pada penelitian ini, pengujian
terhadap normalitas data akan dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov, dimana syarat sekelompok data dikatakan normal apabila
probabilitasnya diatas 0.05.
4. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis untuk penelitian ini adalah dengan menggunakan Independent Sample t-Test atau uji t dua sampel. Uji t dua sampel digunakan
untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata
– rata mean yang berbeda. Uji t dua sampel dilakukan dengan cara membandingkan perbedaan antara dua nilai mean dengan standar error dari
perbedaan mean dari kedua sampel Imam Ghozali, 2009:60. Pada prinsipnya, tujuan uji t dua sampel ini adalah ingin mengetahui
apakah ada perbedaan mean antara dua populasi, dengan melihat mean dua sampelnya Singgih Santoso, 2014:248. Uji t dua sampel dilakukan dalam dua
tahapan; tahapan pertama adalah menguji apakah varians dari dua populasi bisa dianggap sama atau tidak melalui nilai levene test.
41
Selanjutnya dilakukan pengujian untuk melihat nilai t-test untuk menentukan apakah terdapat perbedaan nilai rata
– rata secara signifikan atau tidak Imam Ghozali, 2009:61. Pada dasarnya, uji t mensyaratkan adanya
kesamaan varians dari dua populasi yang diuji Singgih Santoso, 2014:61. Menurut Singgih Santoso 2014: 253, dasar pengambilan keputusan
adalah sebagai berikut: 1 Jika probabilitas 0.05, maka H
o
diterima, atau H
a
ditolak. Ini berarti, tidak terdapat perbedaan persepsi yang mencolok antara
eksternal auditor dan internal auditor terhadap efektivitas red flags untuk mendeteksi kecurangan di perusahaan.
2 Jika probabilitas 0.05, maka H
o
ditolak, atau H
a
diterima. Jika ini terjadi, berarti terdapat perbedaan persepsi yang mencolok antara
eksternal auditor dan internal auditor terhadap efektivitas red flags untuk mendeteksi kecurangan di perusahaan.
42
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Pada sub-bab ini akan diuraikan definisi dari masing – masing variabel yang
digunakan, berikut dengan operasional dan cara pengukurannya. 1. Persepsi Auditor
a. Persepsi Eksternal Auditor Mahmud 1990 dalam Rukmawati dan Chariri 2011 mengungkapkan
bahwa persepsi merupakan faktor psikologis yang mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi perilaku seseorang. Perbedaan persepsi
sangat dipengaruhi oleh interpretasi yang berbeda pada setiap individu atau kelompok.
Robbins 2008 menyatakan bahwa persepsi adalah proses dimana individu mengatur dan menginterpretasikan kesan sensoris mereka, guna
memberikan arti bagi lingkungan mereka. Sama halnya dengan ketika auditor baik itu independen maupun internal, mereka dapat memiliki
persepsi yang sama atau berbeda terhadap beberapa jenis metode deteksi kecurangan, bahkan walaupun metode yang digunakan sama persis, pasti
akan terjadi perbedaan persepsi atas tingkat efektivitas metode tersebut. Variabel ini diukur dengan membedakan jenis respondennya yaitu
auditor eksternal yang bekerja baik itu di KAP dan BPK Pusat yang berlokasi di DKI Jakarta, dengan menggunakan acuan instrumen dari
Moyes dan Faizal 2013.
43
b. Persepsi Internal Auditor Seperti yang telah dipaparkan di atas, bahwa walaupun auditor eksternal
dan internal menggunakan metode deteksi kecurangan yang sama, yaitu metode red flags, persepsi yang dimiliki auditor tersebut bisa saja sama atau
berbeda. Persamaan persepsi bisa terjadi karena ruang lingkup pekerjaan yang tidak jauh berbeda, dimana auditor eksternal sebagai pihak
independen bertanggungjawab untuk mendeteksi kecurangan. Sementara, auditor internal sebagai pihak yang bertanggungjawab
untuk mengawasi pengendalian internal dalam perusahaannya. Namun, perbedaan persepsi juga sangat mungkin terjadi di tingkat efektivitas setiap
metode, karena auditor eksternal dan internal memiliki pertimbangannya masing
– masing, dan pertimbangan ini dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya insting, pengalaman, kondisi perusahaan, dan lain
– lain. Variabel ini diukur dengan membedakan jenis respondennya yaitu
auditor internal yang bekerja baik itu di BUMN dan BPKP Pusat yang berlokasi di DKI Jakarta, dengan menggunakan acuan instrumen dari
Moyes dan Faizal 2013. 2. Efektivitas Red Flags
Analisis mengenai red flags pasti akan dikaitkan dengan pemahaman mengenai fraud. Tuanakotta 2013 menyebutkan bahwa auditor dan
investigator menggunakan tanda bahaya red flags sebagai petunjuk atau indikasi terjadinya fraud atau kecurangan pada sebuah laporan keuangan.
44
Red flags juga bisa dikatakan sebagai suatu kondisi yang janggal atau berbeda dengan keadaan normal. Variabel efektivitas red flags dalam penelitian
ini diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Moyes dan Faizal 2013 dan instrumen terbaru yang dikembangkan oleh Omar 2010.
Variabel ini kemudian diukur dengan menggunakan skala interval Likert yang terdiri atas 5 poin, dimulai dari sangat tidak efektif 1, tidak efektif 2, netral
3, efektif 4 dan sangat efektif 5. a. Opportunity KesempatanPeluang
Tuanakotta 2013:46 mendefinisikan opportunity atau kesempatan sebagai peluang untuk melakukan kecurangan seperti yang dipersepsikan
pelaku kecurangan. Lister 2007: 63 mendefinisikan kesempatan sebagai “bahan bakar yang terus membuat api” atau dengan kata lain, walaupun
individu memiliki tekanan dalam dirinya untuk melakukan fraud, itu tidak akan bisa dilakukan jika tidak ada kesempatan.
Contoh opportunity yang membuat fraud bisa terjadi misalnya; tingginya tingkat turnover di divisi manajemen yang memegang peranan
penting di perusahaan, atau pemisahan tugas yang tidak memadai, atau transaksi yang sifatnya kompleks, atau bahkan struktur manajemen.
Opportunity diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Moyes dan Faizal 2013, dengan menggunakan skala interval Likert
1 sampai 5. Jawaban yang didapat memiliki skor, yaitu; 1 sangat tidak efektif, 2 tidak efektif, 3 netral, 4 efektif, dan 5 sangat efektif.
45
b. Pressure TekananInsentif Pressure atau tekanan yang dirasakan pelaku kecurangan yang
dipandangnya sebagai kebutuhan keuangan yang tidak dapat diceritakannya kepada orang lain perceived non-shareable financial needs, maka dari itu
si pelaku kecurangan mulai mempertimbangkan tindakan illegal seperti menyalahgunakan aset perusahaan atau melakukan salah saji yang
disengaja pada laporan keuangan untuk menyelesaikan masalah keuangannya. Lister 2007:63 juga mendefinisikan pressure sebagai
“sumber panas untuk api” namun tidak berarti karena ada tekanan dalam diri seseorang, lantas orang tersebut akan melakukan fraud.
Dalam penelitian ini, pressure diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Moyes dan Faizal 2013, dengan menggunakan
skala interval Likert 1 sampai 5. Jawaban yang didapat memiliki skor, yaitu; 1 sangat tidak efektif, 2 tidak efektif, 3 netral, 4 efektif, dan 5 sangat
efektif. c. Rationalization Rasionalisasi
Rae dan Subramaniam 2008 melihat pressure berkaitan dengan motivasi karyawan untuk melakukan fraud sebagai akibat dari kerakusan
atau tekanan keuangan pribadi, sementara opportunity adalah kelemahan di dalam sistem yang membuat karyawan mampu memanfaatkan celah
tersebut dan kemudian melakukan fraud, dan rasionalisasi adalah justifikasi dari praktik kecurangan yang dilakukannya.
46
Rasionalisasi ini akan timbut apabila karyawan tersebut tidak memiliki integritas atau alasan moral lainnya. Dalam penelitian ini, rationalization
diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Moyes dan Faizal 2013, dengan menggunakan skala interval Likert 1 sampai 5.
Jawaban yang didapat memiliki skor, yaitu; 1 sangat tidak efektif, 2 tidak efektif, 3 netral, 4 efektif, dan 5 sangat efektif.
d. Capability Kemampuan Wolfe dan Hermanson 2004 memperkenalkan capability sebagai
dimensi yang terbaru untuk melengkapi fraud triangle theory yang diusung Cressey 1953 yang sekarang dikenal dengan nama fraud diamond theory.
Capability didefinisikan sebagai karakter pribadi dari si pelaku kecurangan, secara teoritis kecurangan akan lebih mudah dilakukan apabila si pelaku
cenderung agak memaksa, memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan memiliki kuasa untuk membuat keputusan langsung.
Dalam penelitian ini, capability diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Omar 2010, dengan menggunakan skala interval
Likert 1 sampai 5. Jawaban yang didapat memiliki skor, yaitu; 1 sangat tidak efektif, 2 tidak efektif, 3 netral, 4 efektif, dan 5 sangat efektif.
47
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Dimensi
Indikator Butir
Pertanyaan Skala
Pengukuran
Efektivitas red flags
Y Moyes et
al., 2013 Opportunity
Moyes et al., 2013
Penerimaan dalam kas perusahaan
1 Interval
Pengawasan terhadap pengendalian internal
2 Pemisahan tugas
3 Pengawasan terhadap
aset perusahaan 4
Pencatatan transaksi 5
Rekonsiliasi aset 6
Turnover karyawan dan kinerja staf
7 Sistem otorisasi
transaksi 8
Transaksi tidak biasa 9
Karakteristik persediaan
10 Pressure
Moyes et al., 2013
Regulasi baru 1
Interval Kompensasi
manajamen 2
Kompetisi bisnis dan kejenuhan pasar
3 Pertumbuhan dan
profitabilitas perusahaan
4 Kemampuan margin
perusahaan 5
Kebutuhan terhadap utangtambahan biaya
modal 6
Permintaan barangjasa menurun
7 Kerentanan perusahaan
terhadap kondisi eksternal bisnis
8 Penyetujuan terhadap
utang perusahaan 9
Kepentingan manajemen terhadap
keuangan perusahaan. 10
48
Rationalization Moyes et al.,
2013 Meningkatkan harga
sahamtren pendapatan 1
Interval Perselisihan antar
auditor 2
Memperbaiki margin 3
Indikasi ketidakpuasan karyawan
4 Pendapatan terlapor
5 Catatan pelanggaran
hukum oleh perusahaan 6
Usaha pengurangan risiko
7 Dominasi manajemen
8 Pengendalian internal
9 Perilaku lifestyle
10
Capability Moyes et al.,
2013 Posisi dalam
perusahaan 1
Interval Mampu memanfaatkan
pengendalian internal perusahaan
2 Ego dan kepercayaan
diri yang besar 3
Kepribadian yang persuasive
4 Perilaku tidak jujur
menghindari auditor 5
49
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap auditor eksternal dan internal yang bekerja di Kantor Akuntan Publik KAP, Badan Pemeriksa Keuangan BPK, Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan BPKP, Badan Usaha Milik Negara BUMN serta beberapa perusahaan swasta di wilayah Jakarta. Adapun auditor
yang berpartisipasi dalam penelitian ini meliputi manajer, supervisor, auditor senior, maupun auditor junior dan setingkatnya yang melaksanakan pekerjaan
di bidang auditing. Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner penelitian
secara langsung, seperti dengan cara mendatangi responden, atau via pos, serta secara tidak langsung melalui perantara kepada setiap responden. Penyebaran
kuesioner dilaksanakan mulai tanggal 16 April 2015 hingga 3 Mei 2015. Kuesioner yang disebarkan berjumlah 126 kuesioner dan jumlah kuesioner
yang kembali adalah sebanyak 95 kuesioner atau 75.39. Kuesioner yang tidak kembali sebanyak 28 buah atau 22.22, hal ini mungkin karena waktu
penyebaran kuesioner yang kurang tepat.