Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT.Sinabung Industri Farmasi Medan

(1)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SINABUNG INDUSTRI FARMASI MEDAN

PERIODE 23 Mei − 12 Juni 2007

OLEH :

Asmarini, S.Farm

063202003

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2007

1

Asmarini : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT.Sinabung Industri Farmasi Medan, 2007 USU e-Repository © 2008


(2)

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SINABUNG INDUSTRI FARMASI MEDAN

PERIODE 23 Mei − 12 Juni 2007

OLEH:

Asmarini, S.Farm 063202003

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

(Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt.) (Drs. Daniel Azali, Apt.) Staf Pengajar Fak. Farmasi USU Dir. Pabrik PT.Sinabung

Disahkan oleh: Dekan Fakultas Farmasi

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP : 131 283 716


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan YME, atas Berkat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat mengikuti dan menyelesaikan Praktek Kerja Profesi (PKP) di PT. Sinabung Industri Farmasi Medan.

Praktek Kerja Profesi di PT. Sinabung Industri Farmasi telah memperluas wawasan penulis tentang gambaran sebuah industri farmasi, PKP ini akan bermanfaat untuk menambah bekal penulis sebagai calon apoteker sebelum terjun ke lapangan.

Laporan PKP ini disusun berdasarkan pengalaman yang didapatkan selama praktek di PT. Sinabung Industri Farmasi dan ilmu yang penulis peroleh di

bangku kuliah serta tidak lepas dari bimbingan dan pengarahan dari Bapak

Pembimbing, para Staf dan Karyawan PT. Sinabung Industri Farmasi, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. DR. Sumadio Hadisahputra, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi USU.

2. Bapak Drs. Wiryanto, M.S., Apt. selaku Koordinator Program Pendidikan Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi USU.

3. Bapak Drs. Daniel Azali, Apt. dan Ibu Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt. selaku Pembimbing Latihan Kerja Profesi di PT. Sinabung Industri Farmasi, atas segala ilmu, masukan dan waktu yang telah diberikan kepada penulis.


(4)

4. Para Staf dan Karyawan PT. Sinabung Industri Farmasi, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya selama PKP di PT. Sinabung Industri Farmasi.

Harapan penulis semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan menjadi masukan bagi PT. Sinabung Industri Farmasi dan penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Medan, Juni 2007


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PENGESAHAN...ii

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI...v

DAFTAR GAMBAR...viii

DAFTAR LAMPIRAN ...ix

BAB I. PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Latihan Kerja Profesi ... 2

BAB II. TINJAUAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK ... 3

2.1 Sumber Daya Manusia ... 3

2.2 Bangunan ... 4

2.3 Peralatan... 7

2.4 Sanitasi dan Higiene... 7

2.5 Produksi ... 8

2.6 Pengawasan Mutu ... 9

2.7 Inspeksi Diri ... 10

2.8 Penanganan Keluhan Terhadap Obat, Penarikan Kembali Obat dan Obat Kembalian... 10

2.8.1 Keluhan dan Laporan ... 10

2.8.2 Penarikan Kembali Obat Jadi... 11


(6)

2.9 Dokumentasi ... 13

BAB III. TINJAUAN PT. SINABUNG INDUSTRI FARMASI... 14

3.1 Sejarah... 14

3.2 Visi dan Misi ... 15

3.3 Lokasi dan Sarana Produksi ... 15

3.4 Personalia ... 17

3.5 Struktur Organisasi ... 17

3.6 Produksi ... 18

3.6.1 Unit Tablet ... 19

3.6.2 Unit Kapsul ... 22

3.6.3 Unit Liquida/Sirup ... 23

3.7 Permasalahan Dalam Produksi... 24

3.8 Pengawasan Mutu ... 24

3.9 Research and Development (R & D) ... 31

3.10 Validasi ... 32

3.10.1 Pengertian Validasi ... 32

3.10.2 Pembagian Validasi... 32

3.10.3 Ruang Lingkup Validasi ... 33

3.11 Pengelolaan Limbah... 33

3.12 Boiler... 34

BAB IV. PEMBAHASAN... 37

4.1 Personalia ... 37


(7)

4.3 Peralatan... 38

4.4 Sanitasi dan Higiene... 38

4.5 Produksi ... 39

4.6 Pengawasan Mutu ... 39

4.7 Inspeksi Diri ... 40

4.8 Penanganan Keluhan terhadap Obat, Penarikan Kembali Obat dan Obat Kembalian... 40

4.9 Validasi ... 40

4.10 Dokumentasi ... 41

BAB V . KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

5.1. Kesimpulan ... 42

5.2 Saran... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

GAMBAR ... 44


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Multi – Effect Distilled Water Machine... 44 Gambar 2. Mesin Fluidbed Dryer... 45 Gambar 3. High Speed Mixer SHK – 220 FB... 46


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tugas Khusus Di PT. Sinabung Industri Farmasi Medan Surat Perintah Produksi Parasetamol Tablet 47

I. Komposisi ... 1

II. Spesifikasi ... 1

III. Penimbangan ... 3

IV. Pembuatan Larutan Pengikat ... 5

V. Pencampuran ... 5

VI. Granulasi Basah ... 6

VII. Pengayakan Basah... 6

VIII. Pengeringan Granulat... 7

IX. Pengayakan Kering ... 7

X. Kalibrasi ... 8

XI. Lubrikasi ... 9

XII. Pencetakan Tablet ... 10

XIII. Rekonsiliasi Hasil ... 5

Lampiran 2. Sertifikat Cara Pembuatan Obat Yang baik Cairan Oral Non Antibiotik ... 60

Lampiran 3. Sertifikat Cara Pembuatan Obat Yang baik Cairan Oral Antibiotik ... 61 Lampiran 4. Sertifikat Cara Pembuatan Obat Yang baik Tablet Oral Non Antibiotik . 62


(10)

Lampiran 5. Sertifikat Cara Pembuatan Obat Yang baik Tablet Salut

Non Antibiotik ..63

Lampiran 6. Sertifikat Cara Pembuatan Obat Yang baik Kapsul Keras Oral Antibiotik ... 64

Lampiran 7. Denah Bangunan PT. Sinabung Industri Farmasi ... 65

Lampiran 8. Struktur Organisasi PT. Sinabung ... 66

Lampiran 9. Contoh Sertifikat Analisis Bahan Baku... 67

Lampiran 10. Produk PT. Sinabung Industri Farmasi ... 68

Lampiran 11. Bagan Proses Pembuatan Tablet ... 69

Lampiran 12. Bagan Proses Pembuatan Tablet Salut Gula ... 70

Lampiran 13. Bagan Proses Pembuatan Kapsul ... 71

Lampiran 14. Mesin Filling Sirup... 72

Lampiran 15. Bagan Botol ... 73

Lampiran 16. Bagan Proses Pembuatan Sirup ... 74

Lampiran 17. Permasalahan Pada Pencetakan Tablet... 75

Lampiran 18. Permasalahan pada Pengerjaan Film Coating... 79

Lampiran 19. Permasalahan pada Pengerjaan Sugar Coating... 80

Lampiran 20. Contoh Sertifikat Analisis Bahan Kemasan ... 81

Lampiran 21. Bak Penampungan Air Limbah Industri PT. Sinabung Industri Farmasi ... 82

Lampiran 22. Daftar Mesin-Mesin dan Peralatan ... 83


(11)

Lampiran 24. Parameter Kritis... 86 Lampiran 25. Rencana Renovasi Bangunan Dan Fasilitas PT. Sinabung ... 88


(12)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan salah satu bagian dari pembangunan nasional. Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, baik secara jasmani, rohani dan sosial sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum.

Salah satu sarana dalam melaksanakan tujuan pembangunan kesehatan adalah industri farmasi. Industri farmasi merupakan tempat bagi profesi apoteker untuk memerankan ilmu dan keahliannya selain di rumah sakit, pemerintahan maupun di apotek.

Industri farmasi merupakan tempat dimana apoteker melakukan pekerjaan kefarmasian terutama menyangkut pengadaan, pengendalian mutu sediaan farmasi, penyimpanan, pendistribusian dan pengembangan obat.

Sasaran utama industri farmasi adalah memproduksi obat jadi dengan mengutamakan keamanan, keefektifan, kualitas dan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Untuk menghasilkan obat jadi yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaannya, setiap industri farmasi harus menerapkan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik).

Salah satu aspek CPOB adalah personalia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya di industri farmasi. Apoteker sebagai personalia profesional harus memahami penerapan CPOB disamping adanya pengetahuan dan keterampilan baik yang berhubungan dengan kefarmasian ataupun kepemimpinan.

Sebagai upaya untuk memberikan wawasan yang luas tentang industri farmasi bagi mahasiswa profesi apoteker, maka Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara bekerja sama dengan PT. Sinabung Industri Farmasi Medan memberikan kesempatan bagi mahasiswa profesi apoteker untuk mengenal lingkungan kerja dan memperluas pengetahuan tentang industri farmasi melalui program Praktek Kerja Profesi Apoteker.


(13)

1.2 Tujuan Latihan Kerja Profesi

Praktek Kerja Profesi bertujuan untuk membekali calon apoteker dengan wawasan, pengetahuan dan keterampilan mengenai seluruh aspek dalam industri farmasi terutama yang berhubungan dengan bidang penelitian dan pengembangan, pengawasan mutu dan bagian produksi sesuai dengan pedoman CPOB sehingga dapat menghasilkan calon-calon apoteker yang siap memasuki dunia kerja profesinya.


(14)

BAB II

TINJAUAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK

Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan DepKes RI. No.04510/A/SK/XII/1989 tentang Petunjuk Operasional Penerapan CPOB.

Cara Pembuatan Obat yang Baik menyangkut seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu yang bertujuan untuk menjamin bahwa produk obat yang dibuat senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai tujuan penggunaannya.

Pengawasan menyeluruh pada pembuatan obat sangat penting untuk menjamin bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi. Tidak cukup bila obat jadi hanya sekedar lolos dari serangkaian pengujian, tetapi sangat penting bahwa mutu obat harus dibentuk dalam produk obat tersebut. Semua obat hendaknya dibuat dalam kondisi yang dikendalikan dan dipantau. CPOB meliputi beberapa hal pokok yang menjadi perhatian utama antara lain:

2.1 Sumber Daya Manusia

Jumlah sumber daya manusia pada tiap tingkatan harus memadai dan memiliki pengetahuan, keterampilan serta kemampuan sesuai dengan tugasnya. Setiap karyawan juga harus memiliki kesehatan mental dan fisik yang baik, sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara profesional, memiliki sikap dan kesadaran yang tinggi untuk mewujudkan CPOB.

Struktur organisasi perusahaan sebaiknya dibuat sedemikian rupa sehingga bagian produksi dan pengawasan dipimpin oleh apoteker yang berlainan dan tidak bertanggung jawab satu dengan lainnya. Masing-masing mempunyai wewenang penuh dan sarana yang cukup untuk melaksanakan tugasnya serta tidak boleh memiliki kepentingan lain di luar organisasi pabrik yang dapat menghambat atau membatasi tanggung jawabnya.

14

Asmarini : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT.Sinabung Industri Farmasi Medan, 2007 USU e-Repository © 2008


(15)

Penanggung jawab produksi maupun penanggung jawab pengawasan mutu hendaklah seorang apoteker yang cakap, terlatih dan memiliki pengalaman praktis yang memadai di bidang industri farmasi, sehingga memungkinkan pelaksanaan tugasnya secara profesional. Untuk menunjang dan membantu tugasnya dapat ditunjuk tenaga yang terampil dalam jumlah yang sesuai untuk melaksanakan supervisi langsung di bagian produksi dan pengawasan mutu. Selain itu tersedia juga tenaga yang terlatih secara teknis dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan kegiatan produksi dan pengawasan mutu sesuai dengan prosedur dan spesifikasi yang telah ditentukan.

Seluruh karyawan yang terlibat langsung dalam kegiatan pembuatan obat diberikan pelatihan oleh tenaga yang kompeten mengenai tugasnya sesuai dengan CPOB. Latihan dilakukan secara berkesinambungan dengan frekuensi yang memadai serta menurut program yang tertulis yang telah disetujui penanggung jawab produksi dan penanggung jawab pengawasan mutu.

2.2 Bangunan

Bangunan untuk pembuatan obat sebaiknya memiliki ukuran, rancangan, konstruksi serta letak yang sesuai, memadai agar memudahkan pelaksanaan kerja, pembersihan dan pemeliharaan yang baik. Tiap sarana kerja hendaknya memadai sehingga resiko terjadinya kekeliruan dan pencemaran silang dapat dicegah sedini mungkin.

Menurut International Standardization Organization (ISO), jumlah partikel di udara ruangan:

Nama Kelas Jumlah Partikel

Kelas ISO U.S. FS 209E ISO, m3 FS 209E, ft.3

3 Kelas 1 35,2 1

4 Kelas 10 352 10

5 Kelas 100 3.520 100

6 Kelas 1.000 35.200 1.000

7 Kelas 10.000 352.000 10.000


(16)

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan rancang bangun dan penataan gedung adalah kesesuaian dengan kegiatan produksi, luasnya ruang kerja, pencegahan terjadinya penggunaan kawasan produksi sebagai lalu lintas umum bagi karyawan. Rancang bangun dan penataan gedung harus memenuhi persyaratan:

1. Mencegah resiko tercampurnya obat atau komponen obat yang berbeda.

2. Kegiatan pengolahan bahan bagi produk bukan obat dipisahkan dari ruang produksi obat.

3. Ruang terpisah untuk membersihkan alat yang dapat dipindah-pindahkan dan ruang untuk menyimpan bahan pembersih.

4. Kamar ganti pakaian berhubungan langsung dengan daerah produksi tetapi letaknya terpisah.

5. Toilet tidak terbuka langsung ke daerah produksi dan dilengkapi dengan ventilasi yang baik.

Lokasi bangunan hendaklah sedemikian rupa sehingga dapat mencegah pencemaran lingkungan disekelilingnya seperti pencemaran udara, tanah dan air maupun terhadap kegiatan di sekitarnya.

Permukaan bagian dalam ruangan seperti dinding, lantai dan langit-langit sebaiknya licin, bebas keretakan dan sambungan terbuka serta mudah dibersihkan dan didesinfeksi. Lantai di daerah pengolahan harus dibuat dari bahan kedap air, permukaan rata dan memiliki permukaan yang mudah dicuci. Sudut-sudut antar dinding, lantai dan langit-langit harus berbentuk lengkungan.

Saluran air limbah sebaiknya cukup besar dan mempunyai bak kontrol serta ventilasi yang baik. Lubang pemasukan dan pengeluaran udara, pipa-pipa dan saluran hendaknya dipasang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah timbulnya pencemaran terhadap produk.

Bangunan harus mendapatkan penerangan yang cukup dan mempunyai ventilasi dengan fasilitas pengendali udara termasuk pengaturan suhu dan kelembaban untuk kegiatan dalam bangunan. Disamping itu tersedianya tenaga


(17)

listrik yang memadai akan menjamin kelancaran fungsi peralatan produksi dan laboratorium.

Pintu yang menghubungkan ruangan produksi dan lingkungan luar seperti pintu bahaya kebakaran hendaklah selalu ditutup rapat untuk mencegah masuknya cemaran. Seluruh bangunan termasuk daerah produksi, laboratorium, gedung dan koridor serta daerah sekeliling gudang hendaknya dirawat agar senantiasa bersih dan rapi. Daerah penyimpanan barang harus cukup luas, terang serta tertata rapi untuk memungkinkan penyimpanan bahan produk dalam keadaan bersih dan teratur.

Untuk menjamin mutu obat dan kelangsungan produksi, maka penentuan rancang bangun dan penataan gedung hendaklah dipertimbangkan kesesuaiannya dengan kegiatan-kegiatan lain. Sehubungan dengan itu, maka daerah produksi dibagi atas tiga zona yaitu:

1. Zona hitam (kelas IV)

Zona hitam merupakan zona bebas dimana zona ini bebas dimasuki oleh petugas. Pada zona ini dilakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak memerlukan penjagaan yang terlalu ketat terhadap kontaminasi udara luar dan lain-lain. 2. Zona abu-abu (kelas III)

Zona abu-abu merupakan zona produksi dimana proses produksi berlangsung. Zona ini tidak bebas dimasuki barang atau karyawan. Sebelum memasuki zona abu-abu, karyawan harus terlebih dahulu mencuci tangan dan kaki serta mengenakan pakaian khusus yang bersih. Aliran udara yang masuk ke dalam zona abu-abu harus melalui filter sehingga terjamin tingkat kebersihannya. 3. Zona putih (kelas I dan II)

Zona putih merupakan zona produksi sediaan-sediaan yang dibuat secara aseptis atau steril, seperti sediaan injeksi dan salep mata. Untuk memasuki zona putih karyawan harus mencuci tangan dan kaki serta mengganti pakaian dari zona abu-abu dengan pakaian khusus dan steril. Peralatan yang digunakan harus disterilkan terlebih dahulu, demikian juga ruangan harus dibersihkan dengan desinfektan.


(18)

2.3 Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam produksi obat sebaiknya memiliki rancang bangun dan konstruksi yang tepat, ukuran yamg memadai serta ditempatkan dengan tepat. Hal ini dimaksudkan agar tiap produk obat terjamin keseragamannya dari tiap bets serta memudahkan pembersihan dan perawatannya.

Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan baku, produk antara, produk ruahan atau obat jadi tidak boleh bereaksi yang dapat mengubah identitas mutu dan kemurniannya dari batas yang telah ditetapkan. Peralatan tidak boleh menimbulkan akibat yang merugikan terhadap produk dan sebaiknya dapat dibersihkan dengan mudah, baik bagian dalam maupun bagian luar. Bahan yang diperlukan untuk tujuan khusus misalnya pelumas tidak boleh bersentuhan langsung dengan bahan yang diolah.

Setiap peralatan utama hendaknya diberi nomor pengenal yang jelas. Selain itu juga diberi nomor pengenal untuk saluran air, uap, udara bertekanan tinggi untuk membedakan satu dengan yang lainnya dan perlu diperhatikan keamanannya baik terhadap pekerja maupun terhadap peralatan itu sendiri.

Peralatan hendaknya dirawat menurut jadwal yang tepat agar tetap berfungsi baik dan dapat mencegah terjadinya pencemaran yang dapat mengubah identitas, mutu atau kemurnian produk. Prosedur-prosedur tertulis untuk perawatan peralatan hendaknya dibuat dan digunakan.

2.4 Sanitasi dan Higiene

Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personalia, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya dan setiap hal yang dapat menjadi sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran dapat dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu.

Semua karyawan yang berhubungan dengan pembuatan obat harus memiliki kesehatan yang baik dan menggunakan pelindung badan dan penutup rambut yang sesuai dengan tugas yang dilakukan, sehingga produk yang dihasilkan dapat terhindar dari pencemaran oleh personal. Karena itu harus


(19)

dilakukan higiene perseorangan yang baik, khususnya pada saat penerimaan karyawan baru.

Gedung yang digunakan untuk pembuatan obat harus dirancang dan dibangun dengan tepat untuk memudahkan pelaksanaan sanitasi yang baik. Disamping itu tersedia pula toilet dalam jumlah yang cukup dengan ventilasi yang baik dan tempat cuci bagi karyawan yang letaknya mudah dicapai di daerah kerja, serta fasilitas yang memadai untuk penyimpanan pakaian karyawan.

Prosedur sanitasi dan higiene harus selalu divalidasi dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa hasil penerapan prosedur yang bersangkutan cukup efektif dan memenuhi persyaratan.

2.5 Produksi

Produksi harus dilaksanakan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan sehingga menjamin obat yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.

Untuk bahan baku yang baru datang harus dikarantina sampai disetujui dan diluluskan untuk digunakan oleh penanggung jawab pengawasan mutu. Semua bahan awal yang tidak memenuhi persyaratan ditandai dengan jelas, disimpan secara terpisah dan secepatnya dikembalikan ke supplier atau dimusnahkan. Pencemaran kimiawi atau mikroba terhadap suatu obat yang dapat merugikan kesehatan, mengurangi daya terapeutik atau mempengaruhi kualitas suatu produk, tidak dapat diterima. Perhatian khusus harus diberikan pada masalah pencemaran silang.

Suatu sistem yang menjabarkan cara penomoran bets dan lot secara rinci diperlukan untuk memastikan bahwa produk dapat dikenali dari nomor lot atau bets tertentu.

Setiap penimbangan atau pengukuran hendaknya dilakukan pembuktian kebenaran, ketepatan identitas dan jumlah bahan yang ditimbang dan diukur oleh dua petugas secara terpisah. Bahan baku, produk antara dan produk ruahan hendaknya diperiksa ulang kebenarannya dan ditandatangani oleh supervisor produksi sebelum diserahkan ke bagian produksi.


(20)

Penanganan bahan dan produk kering atau tablet menimbulkan masalah pengendalian debu dan pencemaran silang, sehingga perlu dilengkapi dengan pengendali debu yang efektif dan ditempatkan sedemikian rupa untuk menghindari campur aduk antara produk. Tiap mesin hendaknya ditempatkan dalam ruangan terpisah.

Terjadinya kesalahan dalam pengemasan dapat diperkecil dengan pemakaian label gulungan, pemberian kode bets langsung pada jalur pemasangan label, penggunaan alat pembacaan label dan penghitung label elektronik. Label dan barang cetak yang lain dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki tanda yang berbeda jelas terhadap produk yang berlainan. Disamping pemeriksaan visual selama pengemasan berlangsung juga dilakukan pemeriksaan secara terpisah oleh bagian pengawasan mutu setelah pengemasan. Produk yang bentuk dan warnanya sama atau hampir sama tidak boleh dikemas pada jalur yang berdampingan, kecuali ada pemisah secara fisik. Pada setiap jalur pengemasan, nama dan nomor bets produk yang sedang dikemas hendaknya dapat terlihat jelas.

Produk antara atau produk ruahan dapat diolah ulang asalkan bahan tersebut layak untuk diolah ulang dengan prosedur tertentu yang disahkan, serta hasilnya masih memenuhi persyaratan spesifikasi yang ditentukan.

Produk antara, produk ruahan dan obat jadi hendaknya dikarantina sambil menunggu hasil pemeriksaan dan keputusan dari bagian pengawasan mutu.

2.6 Pengawasan Mutu

Pengawasan mutu merupakan bagian yang penting dari CPOB agar tiap obat yang dibuat memenuhi persyaratan mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaannya.

Pengawasan mutu meliputi semua fungsi analisa yang ada di laboratorium, termasuk pengambilan contoh, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi. Disamping itu juga dilakukan program uji stabilitas, pemantauan lingkungan kerja, validasi, dokumentasi suatu bets, program penyimpanan contoh dan penyusunan serta sertifikasi yang berlaku dari tiap bahan dan produk termasuk metode pengujiannya.


(21)

Bagian pengawasan mutu hendaknya memberikan bantuan yang diperlukan atau mengambil bagian dalam pelaksanaan validasi berkala oleh bagian lain, khususnya bagian produksi untuk menjamin bahwa tiap produk yang dihasilkan selalu memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.

2.7 Inspeksi Diri

Inspeksi diri bertujuan untuk melakukan penilaian apakah seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu selalu memenuhi CPOB. Program inspeksi diri dirancang untuk mencari kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikannya. Inspeksi diri harus dilakukan secara teratur dan dibuat prosedur serta pencatatannya. Tindakan perbaikan yang disarankan sebaiknya dilaksanakan. Untuk pelaksanaan inspeksi diri ditunjuk tim yang mampu menilai secara objektif pelaksanaan CPOB.

Hal-hal yang diinspeksi meliputi karyawan, bangunan termasuk fasilitas untuk karyawan, penyimpanan bahan awal dan obat jadi, produksi, pengawasan mutu, dokumentasi, serta pemeliharaan gedung dan peralatan.

Inspeksi diri dapat dilakukan bagian demi bagian sesuai dengan kebutuhan pabrik yang bersangkutan. Inspeksi diri yang menyeluruh dilakukan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.

2.8 Penanganan Keluhan Terhadap Obat, Penarikan Kembali Obat dan Obat Kembalian

2.8.1 Keluhan dan Laporan

Keluhan dan laporan dapat menyangkut kualitas, efek samping yang merugikan dan masalah medis lainnya. Keluhan dan laporan ditangani secara:

1. Hendaklah dibuat catatan tertulis mengenai semua keluhan dan laporan yang diterima.

2. Keluhan dan laporan hendaklah ditangani oleh bagian yang bersangkutan sesuai dengan jenis keluhan dan laporan yang diterima.

3. Terhadap tiap keluhan dan laporan dilakukan penelitian dan evaluasi secara seksama, termasuk meninjau seluruh informasi yang masuk tentang pemeriksaan atau pengujian terhadap contoh yang diterima. Bila perlu


(22)

dilakukan pemeriksaan terhadap contoh pertinggal bets yang bersangkutan dan meneliti kembali semua data serta dokumentasi yang berkaitan. Tindak lanjut terhadap keluhan dan laporan:

1. Tindakan perbaikan yang diperlukan termasuk penarikan kembali bets obat jadi atau seluruh obat jadi yang bersangkutan dan tindak lanjut lainnya yang sesuai.

2. Hasil pelaksanaan penanganan keluhan dan laporan termasuk evaluasi penelitian dan tindak lanjut yang diambil hendaklah dicatat dan dilaporkan kepada bagian yang bersangkutan dan kepada pejabat pemerintah yang berwenang.

2.8.2 Penarikan Kembali Obat Jadi

Penarikan kembali obat jadi dapat berupa penarikan kembali satu atau beberapa bets atau seluruh obat jadi tertentu dari semua mata rantai distribusi. Penarikan kembali dilakukan apabila ditemukan adanya produk yang tidak memenuhi persyaratan kualitas atau atas dasar pertimbangan adanya efek samping yang tidak diperhitungkan yang merugikan kesehatan.

Penarikan kembali dapat dilakukan atas prakarsa produsen sendiri atau instruksi instansi pemerintah yang berwenang. Keputusan untuk melakukan penarikan kembali obat jadi adalah tanggung jawab apoteker penanggung jawab pabrik dan pimpinan perusahaan. Penarikan kembali obat jadi dapat pula sekaligus merupakan penghentian pembuatan obat jadi yang bersangkutan.

Pelaksanaan penarikan kembali obat jadi:

1. Tindakan penarikan kembali dilakukan segera setelah diketahui adanya obat jadi yang tidak memenuhi persyaratan atau mempunyai efek samping yang tidak diperhitungkan sebelumnya dan membahayakan kesehatan. 2. Obat jadi yang mempunyai resiko besar terhadap kesehatan selain tindakan

penarikan hendaklah segera diambil tindakan khusus agar obat yang bersangkutan dikenakan embargo untuk tidak digunakan. Dalam hal ini penarikan dilakukan sampai ke tingkat konsumen.


(23)

Sistem dokumentasi pabrik dapat mendukung pelaksanaan penarikan kembali dan embargo secara efektif, cepat dan tuntas.

2.8.3 Obat Kembalian

Obat kembalian adalah obat jadi yang telah beredar dan kemudian dikembalikan ke produsen karena adanya keluhan kadaluarsa, masalah keabsahan, atau sebab lain mengenai kondisi obat, wadah atau kemasan sehingga menimbulkan keraguan akan keamanan, identitas, kualitas dan kuantitas obat jadi yang bersangkutan.

Pabrik hendaklah membuat prosedur untuk menahan, menyelidiki dan menganalisa obat yang dikembalikan, serta menetapkan apakah obat tersebut dapat diproses kembali atau harus dimusnahkan. Terhadap obat kembalian dilakukan evaluasi yang seksama untuk menentukan apakah obat jadi yang bersangkutan dapat diolah kembali atau dimusnahkan.

Obat kembalian digolongkan sebagai berikut:

1. Obat kembalian yang masih memenuhi spesifikasi dan masih dapat digunakan.

2. Obat kembalian yang masih dapat diolah ulang. 3. Obat kembalian yang tidak dapat diolah ulang.

Prosedur penanganan obat kembalian dibuat dengan memperhatikan hal-hal berikut:

1. Jumlah dan identifikasi obat kembalian harus dicatat. 2. Obat kembalian yang diterima hendaklah dikarantina.

3. Terhadap obat kembalian dilakukan penelitian dan pemeriksaan oleh bagian pengawasan mutu untuk menentukan tindak lanjut.

4. Keputusan untuk melakukan pengolahan obat kembalian hendaklah dilakukan oleh pimpinan perusahaan atas dasar pertimbangan yang seksama dan proses pengolahan harus diawasi secara ketat.

Obat kembalian tidak dapat diolah ulang harus dimusnahkan. Hendaklah dibuat prosedur pemusnahan bahan atau produk yang ditolak yang mencakup


(24)

pencegahan pencemaran lingkungan dan mencegah kemungkinan jatuhnya obat tersebut ke tangan orang yang tidak berwenang.

2.9 Dokumentasi

Dokumentasi pembuatan obat merupakan bagian dari sistem informasi yang meliputi spesifikasi, prosedur, metode dan instruksi, catatan dan laporan, serta jenis laporan lain yang ditentukan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi seluruh rangkaian pembuatan obat.

Dokumentasi sangat penting untuk memastikan bahwa setiap petugas mendapat instruksi secara terinci dan jelas mengenai bidang tugas yang harus dilaksanakannya, sehingga memperkecil resiko terjadinya kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan.

Sistem dokumentasi harus menggambarkan riwayat lengkap dari setiap bets atau lot, sehingga memungkinkan penyelidikan atau penelusuran terhadap bets atau lot bersangkutan. Sistem dokumentasi digunakan pula dalam pemantauan dan pengendalian kondisi lingkungan, perlengkapan dan personalia.


(25)

BAB III

TINJAUAN PT. SINABUNG INDUSTRI FARMASI MEDAN

3.1 Sejarah

PT. Sinabung Industri Farmasi merupakan badan swasta nasional yang didirikan oleh Kunnadi, Eliana Estelita Siagian, Wahi Katono pada tanggal 29 Oktober 1967 dengan nama CV. Sinabung dan pengoperasiannya dimulai tanggal 31 Oktober 1970.

PT. Sinabung Industri Farmasi mengalami tiga periode perkembangan, yaitu :

Periode I

Periode I dimulai pada tanggal 29 Oktober 1967 sampai 9 November 1971. Pada Periode ini CV. Sinabung didirikan oleh Kunnadi sebagai Presiden Direktur, Eliana Estelita Siagian sebagai Presiden Komisaris dan Wahi Katono sebagai Komisaris.

Periode II

Periode ini dimulai tanggal 9 November 1971 sampai 11 Februari 1995. Pada periode ini CV. Sinabung berubah jadi PT. Sinabung Industri Farmasi yang dipimpin oleh Kunnadi sebagai Presiden Direktur, Fadjar Gosal sebagai Presiden Komisaris, Wahi Katono dan Dewi Suki sebagai Komisaris.

Periode III

Periode III ini dimulai 11 Februari 1995 sampai saat ini. Pada periode ini kepemilikan PT. Sinabung Industri Farmasi menjadi kepemilikan tunggal yang dipegang oleh Anwar Susanto, sesuai dengan SK. Menkeh RI. No. Y. A. 5/77/16.

Kegiatan PT. Sinabung Industri Farmasi meliputi pengadaan, penyediaan, penyaluran dan pengembangan obat yang dibutuhkan oleh masyarakat. Perusahaan ini juga ikut menjalankan program pemerintah yang meliputi upaya peningkatan pengadaan obat yang bermanfaat.

Bentuk sediaan yang telah diproduksi sampai saat ini terdiri dari 5 jenis bentuk sediaan, yaitu :


(26)

26

a. Cairan oral non antibiotik dengan sertifikat CPOB No. 1465/ CPOB/ A/ X/ 1995. Lampiran 2, halaman 57.

b. Cairan oral antibiotik dengan sertifikat CPOB No. 1466/ CPOB/ A/ X/ 1995. Lampiran 3, halaman 58.

c. Tablet biasa non antibiotik dengan sertifikat No. 1467/ CPOB/ A/ X/ 1995. Lampiran 4, halaman 59.

d. Tablet salut non antibiotik dengan sertifikat No. 1468/ CPOB/ A/ X/ 1995. Lampiran 5, halaman 60.

e. Kapsul keras antibiotik dengan sertifikat No. 1469/ CPOB/ A/ X/ 1995. Lampiran 6, halaman 61.

Jenis sediaan yang diproduksi secara keseluruhan berjumlah 22 item yang pendistribusiannya meliputi wilayah Sumatera Utara, Nangroe Aceh Darusalam, Sumatera Barat, Jambi, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu dan Lampung. Untuk memproduksi obat-obatan dilakukan dengan sistem skala prioritas, yang mengutamakan obat yang lebih cepat laku di pasaran.

Bahan baku, baik bahan berkhasiat maupun bahan tambahan yang diperlukan untuk produksi obat diperoleh dari Jakarta, Malaysia, Amerika Serikat, RRC, Jepang, Perancis, India, Taiwan, Inggris, Korea Selatan dan Thailand melalui distributor masing-masing.

3.2 Visi dan Misi a. Visi

Menguasai pasaran global dengan mutu obat yang terjamin b. Misi

Dengan obat yang bermutu tinggi dan harga terjangkau meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

3.3 Lokasi dan Sarana Produksi

PT. Sinabung Industri Farmasi berlokasi di Jl. K. L. Yos Sudarso KM 6,8 Tanjung Mulia Kecamatan Labuhan Deli Medan, dengan luas areal 4961 m2. Denah bangunan Lampiran 7, halaman 62.

Sumber arus listrik berasal dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan apabila arus listrik terputus digunakan generator. Sumber air berasal dari air


(27)

27

PDAM dan sumur pompa. Bangunan penunjang lainnya terdiri dari musholla, kamar mandi dan pos jaga.

Ruang produksi pada PT. Sinabung Industri Farmasi meliputi ruang produksi tablet, ruang produksi kapsul dan ruang produksi sirup. Setiap tahapan dalam proses produksi misalnya penimbangan, pencampuran, pengemasan dilakukan dalam ruangan yang terpisah.

Ruangan produksi, gudang bahan baku, gudang kemasan dan obat jadi dibuat sedemikian rupa sehingga proses produksi berjalan efektif, waktu relatif singkat dan kemungkinan terjadinya pencemaran silang dapat dihindari.

Keadaan ruang produksi adalah sebagai berikut : a) Lantai

Lantai ruang produksi tablet, kapsul dan sirup terbuat dari semen yang dilapisi dengan epoksi sehingga lantai mempunyai permukaan yang rata, mudah dibersihkan, tidak menahan partikel, tahan terhadap deterjen dan desinfektan.

b) Dinding

Dinding ruangan terbuat dari tembok yang dilapisi dengan epoksi dan granit sehingga permukaan dinding menjadi licin dan rata, kedap air, mudah dibersihkan, tahan terhadap deterjen, desinfektan, tidak menahan partikel dan tidak menjadi tempat bersarangnya binatang kecil.

c) Langit-langit

Langit-langit ruangan terbuat dari beton yang dilapisi epoksi sehingga permukaan langit-langit menjadi licin dan rata, kedap air, mudah dibersihkan, tahan terhadap deterjen, desinfektan, tidak menahan partikel tetapi tidak tahan terhadap goresan logam.

d) Pengaturan Udara

Aliran udara yang digunakan dalam ruangan produksi tablet, kapsul dan sirup adalah sirkulasi sistem filter. Udara masuk disalurkan ke dalam ruangan produksi, lalu udara kotor dihisap dan dialirkan ke luar. Untuk mengatur temperatur digunakan Air Conditioner (AC) sedangkan untuk mengatur kelembaban udara digunakan humidifier.


(28)

28

3.4 Personalia

Untuk mendukung kegiatan operasionalnya, PT. Sinabung Industri Farmasi memerlukan personil yang cakap, terampil dan terlatih. Personalia yang bekerja di PT Sinabung berjumlah 45 dengan rincian sebagai berikut:

- Apoteker : 3 Orang - Sarjana Ekonomi : 1 Orang - Diploma 3 : 1 Orang - Asisten Apoteker : 2 Orang

- SMU : 5 Orang

- STM : 3 Orang

- SMP : 28 Orang

- SD : 2 Orang

Langkah yang diambil PT. Sinabung Industri Farmasi dalam rangka memenuhi persyaratan CPOB, di bidang personalia adalah dengan cara mengirim pimpinan atau staf untuk mengikuti penataran mengenai CPOB. Pimpinan atau staf tersebut diharapkan dapat memberikan bimbingan dan pelatihan tentang CPOB kepada karyawan sehingga kegiatan perusahaan akan memenuhi ketentuan CPOB.

3.5 Struktur Organisasi

Struktur organisasi pada PT. Sinabung Industri Farmasi merupakan struktur organisasi yang memperlihatkan wewenang dan tanggung jawab vertikal, yang berarti bahwa tiap-tiap orang dalam organisasi kecuali buruh mempunyai beberapa orang bawahan.

Kekuasaan tertinggi berada pada rapat umum pemegang saham yang pelaksanaannya harus dipertanggungjawabkan oleh Direktur Utama. Untuk menjalankan aktifitas perusahaan, Direktur Utama melimpahkan wewenang, tugas dan tanggung jawab kepada Direktur Pabrik. Direktur Pabrik membawahi 6 bagian dan masing-masing bagian dipimpin oleh manajer dan kepala bagian yang langsung bertanggungjawab penuh kepada Direktur Pabrik. Struktur organisasi PT. Sinabung Industri Farmasi tedapat pada lampiran 8, halaman 63 .


(29)

29

3.6 Produksi

PT. Sinabung Industri Farmasi melakukan serangkaian proses kegiatan produksi yang diawali dengan adanya rencana produksi tahunan yang disusun berdasarkan penjualan dan pesanan tender. Selanjutnya dibuat perencanaan bahan awal dengan terlebih dahulu melihat stok bahan baku, bahan kemasan dan etiket, kemudian diserahkan pada bagian pembelian. Bagian pembelian kemudian akan memesan barang pada supplier yang dipilih oleh bagian R&D (Riset and Development).

Produksi meliputi semua kegiatan dimulai dari penerimaan bahan awal, pengolahan sampai dengan pengemasan untuk menghasilkan obat jadi. Semua bahan yang diterima harus melampirkan sertifikat analisis, diperiksa jumlah dan kualitasnya, keutuhan segel pengaman dan wadah serta batas kadaluarsa, contoh sertifikat analisis tercantum pada lampiran 9, halaman 64.

Selanjutnya bahan tersebut dikarantina dan dilakukan pemeriksaan oleh bagian pengawasan mutu untuk menentukan apakah bahan obat tersebut dapat digunakan untuk proses produksi atau tidak. Jika diluluskan maka barang tersebut disimpan dalam gudang bahan baku dan dicatat pada kartu administrasi persediaan gudang. Penyusunan dan pengeluaran bahan dilakukan dengan sistem FIFO (First In First Out) atau FEFO (First Expire First Out).

Proses produksi dilaksanakan berdasarkan rencana produksi mingguan. Manager produksi akan menurunkan Surat Perintah Produksi (SPP) kemudian melampirkan catatan pengolahan dan pengemasan bets. Bersamaan dengan dikeluarkannya SPP, manajer produksi juga mengeluarkan Surat Perintah Pengeluaran Barang (SPPB) kepada kepala gudang.

Tugas dan fungsi bagian produksi PT. Sinabung Industri Farmasi antara lain:

1. Melaksanakan pembuatan obat mulai dari permintaan bahan baku ke gudang, pengolahan, pengemasan, sampai pengiriman obat ke gudang obat jadi.

2. Melaksanakan secara teknis dan administrasi semua tugas selama pengolahan dan pengemasan dengan berpedoman kepada prosedur tetap (protap) yang telah ditetapkan.


(30)

30

Sasaran utama yang harus dicapai oleh bagian produksi adalah sebagai berikut: 1. Memenuhi dan menyerahkan permintaan sesuai jumlah yang ditetapkan dan

waktu penyerahan yang diminta.

2. Menghasilkan produk yang diminta sesuai dengan jumlah yang ditetapkan secara efektif dan efisien.

Sebelum proses berlangsung ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan agar produksi dapat berjalan lancar dan menghasilkan suatu produk sesuai dengan yang diharapkan.

Hal-hal yang perlu dipersiapkan tersebut adalah:

1. Ruang produksi harus tetap dijaga kebersihannya, menggunakan desinfektan untuk memperkecil terjadinya kontaminasi oleh mikroorganisme.

2. Temperatur dan kelembaban ruangan harus diatur sesuai dengan sifat bahan yang akan digunakan. Sebagai alat pengatur suhu ruangan digunakan Air Conditioner (AC) dan sebagai alat pengatur kelembaban digunakan humidifier.

3. Ruangan produksi harus mendapat penerangan dan pertukaran udara yang cukup untuk memperlancar kegiatan produksi.

4. Alat-alat yang digunakan harus selalu dalam keadaan bersih dan kondisi yang baik.

Sebelum proses produksi berlangsung, dibuat laporan proses produksi yang bertujuan untuk dokumentasi sehingga jika terjadi kekeliruan atau kesalahan pada proses produksi dapat segera diketahui.

Laporan proses produksi berguna untuk menghitung jam kerja yang diperlukan dalam mengerjakan suatu bets sediaan. Laporan ini dibuat dan ditandatangani oleh petugas yang melaksanakan tahapan proses produksi.

Unit produksi pada PT. Sinabung Industri Farmasi terdiri atas :

3.6.1 Unit Tablet

Tablet merupakan sediaan padat kompak yang dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaan rata atau cembung, mengandung satu jenis bahan obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat


(31)

31

tambahan yang digunakan berfungsi sebagai pengisi, pengikat, pengembang, pelicin atau zat tambahan lain yang cocok. PT. Sinabung Industri Farmasi memproduksi beberapa jenis obat dalam bentuk sediaan tablet diantaranya parasetamol, vitamin B1, vitamin B complex, INH, antalgin, trisulfa, prednison, kalsium laktat dan papaverin. Produk PT sinabung dapat dilihat pada lampiran 10, halaman 65.

a. Komposisi umum sediaan tablet : 1. Bahan berkhasiat

2. Bahan pengisi

Pengisi diperlukan untuk mencukupkan bobot tablet, untuk memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa atau untuk memacu aliran. Contoh: amilum, laktosa, starch 1500, laktosa spray dried, avicel.

3. Bahan pengikat

Dapat ditambahkan dalam bentuk kering atau cairan selama granulasi basah untuk membentuk granul atau meningkatkan kekompakan kohesi bagi tablet yang dicetak langsung. Contoh : pasta amilum, metil selulosa, HPMC, HPC, PVP.

4. Bahan penghancur

Ditambahkan untuk memudahkan pecahnya atau hancurnya tablet ketika berkontak dengan cairan saluran cerna. Contoh : amilum, primojel. explotab.

5. Bahan pelincir/pelicin

Pelincir ditujukan untuk memacu aliran serbuk atau granul dengan tujuan mengurangi gesekan diantara partikel-partikel. Contoh : Mg stearat, talk, aerosil.

6. Bahan tambahan lain

Bahan-bahan tambahan lain yang digunakan pada pembuatan tablet antara lain zat warna, pemberi aroma dan pemanis. Penambahan bahan-bahan ini bertujuan untuk menutupi bau yang tidak enak, identifikasi hasil produksi dan membuat produk menjadi lebih baik.


(32)

32

Hal-hal yang diperiksa oleh bagian pengawasan mutu selama produksi adalah keseragaman bobot, waktu hancur, kekerasan, friabilitas, kadar zat berkhasiat dan disolusi.

b. Jenis-jenis Tablet 1. Tablet biasa 2. Tablet salut

adalah tablet yang disalut dengan penyalut yang cocok untuk maksud dan tujuan tertentu. Tablet salut dapat dibedakan menjadi tablet salut film dan tablet salut gula.

c. Cara Pembuatan Tablet

Tablet dapat dibuat dengan beberapa cara yaitu cara kering, cara basah dan kombinasi cara kering dan basah. Pembuatan tablet cara kering terbagi atas dua cara yaitu cara cetak langsung dan slugging (free compression). Pada cara cetak langsung, zat aktif dan zat pembantu dicampur hingga homogen lalu dicetak menjadi tablet. Pada slugging, zat aktif dan zat pembantu dicampur hingga homogen. Bahan yang dicampur lalu dislugging yaitu dicetak dengan kekerasan yang tidak terlalu besar. Hasil cetakan tersebut diayak kembali lalu dicampur dengan penambahan pelicin, kemudian dilakukan pencetakan tablet.

Pada pembuatan tablet cara basah, bahan-bahan diayak dengan nomor mesh tertentu, kemudian dicampur dengan larutan pengikat sehingga menjadi adonan. Adonan diayak menjadi granul basah, granul basah dikeringkan dengan mesin pengering Fluid Bed Dryer. Granul-granul kering diayak kemudian dicampur dengan bahan pelicin dan siap dicetak menjadi tablet.

Pada cara kombinasi basah dan kering atau lebih dikenal dengan granulasi dasar, tahap-tahap pengerjaan pada umumnya sama dengan granulasi basah. Pada cara granulasi dasar ini zat berkhasiat tidak dicampurkan bersama bahan pengisi dan penghancur, tetapi ditambahkan ke dalam granul kering lalu dicetak menjadi tablet. Bagan proses pembuatan tablet dapat dilihat pada lampiran 11, halaman 66. d. Proses Pembuatan Tablet Salut

Tujuan pemberian salut pada tablet atau kaplet adalah agar penampilan obat lebih menarik, untuk melindungi zat berkhasiat dari cahaya dan kelembaban,


(33)

33

untuk menutupi rasa dan bau yang tidak enak serta untuk menutupi perubahan warna yang kurang baik.

Tablet bersalut ada dua jenis yaitu tablet salut film dan tablet salut gula. Pada tablet salut film, sediaan tablet disalut dengan larutan penyalut. Bahan penyalut yang umum digunakan antara lain eudragyt, opadry II, opadry AMB, opaglos, ethocel dan methocel. Alat-alat yang digunakan adalah coating pan dan spray nozzle. Tablet ini diputar dalam coating pan kemudian disemprot dengan larutan bahan penyalut dan dikeringkan dengan mengalirkan udara panas.

Tablet salut gula (sugar coating) merupakan sediaan tablet yang disalut dengan larutan penyalut gula atau yang disebut dragee. Proses penyalutan tablet terbagi atas beberapa tahap yaitu protective, gum syrup, built up syrup, smoothing syrup, colouring syrup dan polishing.

Lapisan penutup merupakan langkah pemberian lapisan pelindung agar air dari larutan berikutnya tidak masuk ke dalam tablet inti. Lapisan elastis merupakan lapisan dasar dari salut gula yang bertujuan untuk melapisi gum syrup agar tablet tidak retak selama proses atau selama penyimpanan. Bahan-bahan yang akan dituang diaduk lebih dahulu, kemudian masukkan CaCO3 secukupnya,

aduk kembali sampai semua serbuk melapisi tablet baru kemudian dialirkan udara panas.Built up syrup merupakan proses pemberian lapisan sebenarnya dari salut gula, sedangkan smoothing syrup bertujuan untuk membuat permukaan tablet menjadi licin sehingga zat warna dapat melapisi tablet secara merata. Colouring bertujuan untuk memberikan warna pada permukaan tablet dan polishing merupakan proses pengkilatan permukaan tablet sehingga menjadi mengkilat. Bagan pembuatan tablet salut dapat dilihat pada lampiran 12, halaman 67.

3.6.2 Unit Kapsul

Selain tablet, PT. Sinabung Industri Farmasi juga memproduksi kapsul, dimana kapsul itu sendiri merupakan bentuk sediaan obat yang terbungkus cangkang kapsul yang terbuat dari gelatin. Obat-obat yang dibuat dalam bentuk kapsul merupakan obat yang dibuat dengan tujuan untuk memperlambat proses pelarutannya dalam tubuh dan menutupi rasa dan bau obat yang kurang menyenangkan.


(34)

34

Komposisi umum dari sediaan kapsul adalah : 1. Bahan berkhasiat.

2. Bahan pengisi, seperti laktosa, amilum maydis

3. Bahan penghancur merupakan bahan yang membantu agar bahan obat cepat larut dalam tubuh, misalnya avicel, sodium lauryl sulfat.

4. Bahan pelincir merupakan bahan yang membantu agar pada pengisian kapsul dapat dilakukan dengan mudah dan menghasilkan kapsul dengan bobot yang seragam.

Selama pembuatan kapsul dilakukan pengontrolan setiap 15 menit terhadap bobot kapsul. Pada tahap proses pembuatan kapsul perlu diperhatikan beberapa hal yaitu pemerian bahan, ukuran mesh, urutan pencampuran, waktu pencampuran, berat hasil akhir dan penyimpanannya, sedangkan selama proses pengisian harus diperhatikan suhu dan kelembaban ruangan, pemerian kapsul kosong, berat kapsul kosong, bobot isi kapsul, bentuk fisik dari hasil akhir.

Pada proses produksi kapsul digunakan mesin pencampuran bahan dan mesin pengisi kapsul. Pada produksi kapsul perlu diperhatikan kondisi ruangan yaitu: temperatur dan kelembaban. Hal-hal yang diperiksa oleh bagian pengawasan mutu selama produksi adalah keseragaman bobot dan kadar zat berkhasiat. Bagan proses pembuatan kapsul dapat dilihat pada lampiran 13, halaman 68.

3.6.3 Unit Liquida/Sirup

Bentuk sediaan lain yang diproduksi oleh PT. Sinabung Industri Farmasi adalah sirup atau dikenal juga dengan istilah liquida yang ditangani oleh Unit Liquida. Unit ini dilengkapi dengan mesin pencampuran bahan dan mesin pengisi sediaan kedalam botol, mesin filling sirup (dapat dilihat pada lampiran 14, halaman 69), bagan botol (dapat dilihat pada lampiran 15, halaman 70). Bagan proses pembuatan sirup (dapat dilihat pada lampiran 16, halaman71) .

Bahan tambahan yang digunakan dalam proses pembuatan sirup : a. Pelarut campur

Misalnya propilen glikol, gliserin dan etanol. b. Pendapar


(35)

35

Larutan dapar digunakan untuk menjaga stabilitas pH dari bahan obat sehingga obat dapat mempertahankan sifat-sifatnya selama proses penyimpanan.

c. Pemanis

Biasanya penambahan pemanis pada sediaan sirup bertujuan untuk menutupi rasa obat yang kurang enak, dimana pemanis yang biasa digunakan adalah sukrosa, sorbitol dan lain-lain. Pemanis buatan yang diizinkan adalah aspartam (0-40 mg), sakarin serta garam natrium (0-2,5 mg), siklamat serta garam natrium dan kalsium (0-11 mg) dan sorbitol.

d. Pewarna

Tujuan dari penggunaan pewarna pada sirup adalah untuk memberikan penampilan yang menarik dan untuk membedakan suatu sediaan dengan sediaan yang lainnya, dimana zat warna yang biasa digunakan adalah zat warna FD&C dan zat warna D&C.

e. Pengawet.

Fungsi penambahan pengawet pada sirup adalah untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme, sehingga sediaan dapat bertahan dalam waktu yang diinginkan.

3.7 Permasalahan Dalam Produksi

PT. Sinabung Industri Farmasi kadang-kadang mengalami beberapa permasalahan dalam proses produksi yang berhubungan dengan mutu produk yang dihasilkan. Permasalahan yang dialami antara lain dalam pencetakan tablet (dapat dilihat pada lampiran 17, halaman 72), pengerjaan film coating (dapat dilihat pada lampiran 18, halaman 76), pengerjaan sugar coating (dapat dilihat pada lampiran 19, halaman 77).

3.8 Pengawasan Mutu

Bagian pengawasan mutu bertanggung jawab dalam melaksanakan pengawasan mutu suatu produk yang dihasilkan oleh industri farmasi agar senantiasa memiliki persyaratan mutu yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Sistem pengawasan mutu harus dirancang dengan tepat untuk menjamin keamanan dan keefektifan obat.


(36)

36

Tugas pokok bagian pengawasan mutu meliputi :

1. Menetapkan standar mutu bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan obat jadi.

2. Melaksanakan semua fungsi analisa, termasuk pengambilan contoh, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan obat jadi.

3. Meluluskan atau menolak pengujian bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan obat jadi.

4. Menyimpan catatan pemeriksaan dan catatan pertinggal untuk rujukan di masa yang akan datang.

5. Menetapkan tanggal kadaluarsa obat jadi berdasarkan stabilitas sediaan baik melalui uji stabilitas jangka lama ataupun uji stabilitas dipercepat. Bagian pengawasan mutu dalam menjalankan tugasnya dilengkapi dengan laboratorium dengan fasilitas yang lengkap, baku pembanding dan petunjuk standar seperti Farmakope Indonesia, United Status Pharmacopeia (USP), British Pharmacopeia (BP) dan buku-buku resmi lainnya.

Pengawasan mutu suatu proses produksi harus selalu diawali dengan pemeriksaan semua bahan awal baik berupa bahan baku, bahan pengemas ataupun etiket. Semua bahan baku yang masuk dari pemasok diberi label kuning dan masuk ke gudang karantina. Kemudian unit gudang membuat permohonan pemeriksaan ke bagian pengawasan mutu dan bagian pengawasan mutu akan mengambil sampel bahan baku untuk diperiksa dan disesuaikan dengan sertifikat analisis masing-masing bahan yang bersangkutan. Pemeriksaan kemasan meliputi ukuran dan kerusakan atau kebocoran wadah. Sedangkan pemeriksaan etiket meliputi ukuran, kebenaran tulisan, desain, warna, kerapian tulisan dan lambang terutama logo obat.

Setelah pemeriksaan selesai dan hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa bahan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan, bahan tersebut diberi label hijau pada wadahnya sebagai tanda bahwa bahan tersebut dapat digunakan. Sedangkan jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahan tidak memenuhi syarat


(37)

37

maka pada wadahnya diberi label merah sebagai tanda bahwa bahan tersebut tidak boleh digunakan untuk kegiatan produksi.

Selama kegiatan produksi, unit pengawasan mutu akan melaksanakan pengawasan yang dikenal dengan istilah In Process Control (IPC). Hasil IPC akan menunjukkan apakah produksi sediaan tersebut dapat dilanjutkan pada tahap selanjutnya atau tidak. IPC dilakukan secara terus menerus sehingga diperoleh keyakinan bahwa produk yang dihasilkan mempunyai mutu yang baik dan dapat dikirim ke gudang obat jadi. Pengawasan selama proses produksi (IPC) untuk masing-masing produk terlihat pada bagan proses pengolahan produk (lampiran 11,halaman 66.12, halaman 67.13, halaman68. dan 16, halaman71).

Semua hasil dan prosedur yang dilaksanakan dalam proses pengawasan mutu harus terdokumentasi. Dokumentasi bagian pengawasan mutu harus terpisah dari dokumentasi bagian produksi sehingga tidak terjadi kesulitan dalam menelusuri adanya kesalahan. Proses pengawasan mutu di PT. Sinabung Industri Farmasi dilaksanakan oleh manager pengawasan mutu dibantu oleh beberapa orang analis laboratorium.

a. Pemeriksaan Bahan Baku dan Bahan Kemasan/ etiket

Setelah bahan awal yang berupa bahan baku, kemasan dan etiket masuk dari pemasok diberi label kuning dan masuk ke gudang karantina. Kemudian unit gudang membuat permohonan pemeriksaan ke bagian pengawasan mutu. Unit pengawasan mutu mengambil contoh bahan baku untuk diperiksa.

Pemeriksaan bahan baku yang dilakukan meliputi:

• Pemeriksaan organoleptis yaitu bentuk, warna, bau dan rasa • Pemeriksaan secara kimia yaitu kualitatif, kuantitatif dan pH

• Pemeriksaan secara fisika yaitu kelarutan, titik lebur, berat jenis dan viskositas/ kekentalan

Pemeriksaan kemasan meliputi ukuran dan kerusakan/ kebocoran wadah dan juga disesuaikan dengan sertifikat analisis untuk bahan pengemas, contoh sertifikat analisis untuk bahan pengemas dapat dilihat pada lampiran 20, halaman78.


(38)

38

Sedangkan pemeriksaan etiket meliputi, ukuran, kebenaran tulisan, desain, warna, kerapian catatan dan lambang seperti lambang untuk obat bebas, obat bebas terbatas dan obat keras. Setelah pemeriksaan selesai, apabila bahan baku memenuhi syarat diberi label hijau pada wadahnya sebagai tanda boleh diproses dan disimpan digudang secara First In First Out (FIFO). Bila tidak memenuhi syarat pada wadahnya diberi label merah sebagai tanda tidak boleh dipakai untuk diproduksi dan akan dikembalikan kepada pemasok atau dimusnahkan.

b. Pemeriksaan Produk Antara

Unit pengawasan mutu akan mengambil cuplikan produk antara setelah unit produksi membuat permohonan periksa kepada unit pengawasan mutu. Bila pemeriksaan terhadap produk antara memenuhi syarat, maka dapat dilanjutkan pada tahap berikutnya.

Pemeriksaan Produk Ruahan

Unit pengawasan mutu akan mengambil cuplikan produk ruahan setelah unit produksi membuat permohonan periksa kepada unit pengawasan mutu. Bila pemeriksaan terhadap produk ruahan memenuhi syarat maka dapat dilanjutkan pada tahap pengemasan.

c. Pemeriksaan Tablet

• Keseragaman Bobot Tablet

Untuk mengetahui keseragaman bobot tablet, ditimbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu per satu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B.

Penyimpangan terhadap bobot rata-rata (%)

Bobot rata-rata tablet (mg)

A B

≤ 25 15 30

26-150 10 20

151-300 7.5 15


(39)

39

• Waktu hancur

Untuk mengetahui waktu hancur tablet digunakan alat Desintegration Tester. Caranya yaitu dengan memasukkan 6 butir tablet ke dalam keranjang, kemudian dimasukkan cakram ke dalamnya dan dicelupkan ke dalam wadah berisi aquadest dengan suhu 37° ± 2°C sebagai media. Pada batas waktu seperti yang tertera pada masing-masing monografi, keranjang diangkat dan diamati semua tablet. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian-bagian tablet yang tertinggal di atas kasa dan dicatat waktu yang menunjukkan tablet hancur. Kecuali dinyatakan lain waktu hancur tablet yang tidak disalut tidak lebih dari 15 menit. Bila ada tablet yang tidak hancur, maka dilakukan pengujian tambahan dengan menggunakan 12 tablet lagi. Sekurang-kurangnya 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna agar dapat dinyatakan memenuhi syarat waktu hancur.

• Kekerasan tablet

Untuk mengetahui kekerasan tablet digunakan alat Strong Cobb Hardness Tester. Pengujian dilakukan terhadap 5 tablet, caranya sebuah tablet diletakkan di antara anvil dan punch, tablet tersebut dijepit dengan cara memutar skrup pengatur sampai tanda lampu stop menyala. Knop ditekan dan angka yang ditunjukkan oleh jarum skala menunjukkan kekerasan tablet dalam kg.

• Kadar zat berkhasiat

Kadar zat berkhasiat ditentukan sesuai dengan cara penetapan kadar yang tercantum pada masing-masing monografi.

• Waktu larut

Waktu larut tablet ditentukan dengan menggunakan alat Dissolution Tester. Caranya dengan meletakkan tablet ke dalam chamber yang berisi larutan disolusi. Putar basket/keranjang (alat 1) atau paddle/dayung (alat 2) dan atur waktu sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan pada masing-masing monografi. Pada waktu yang ditentukan, ambil larutan disolusi yang akan digunakan untuk pemeriksaan zat berkhasiat. Pengujian dilakukan terhadap 6 tablet.


(40)

40

• Friabilitas tablet

Friabilitas tablet ditentukan dengan menggunakan alat Roche Friabilator. Caranya yaitu untuk tablet yang bobotnya ≤ 650 mg ditimbang tablet sejumlah 20 tablet, untuk tablet yang bobotnya ≥ 650 mg ditimbang 10 tablet, dibersihkan dari debu (A), lalu dimasukkan ke dalam alat dan diputar 100 kali putaran. Tablet dikeluarkan dan dibersihkan dari debu kemudian ditimbang kembali (B).

Friabilitas = ( − )×100% A

B A

Tablet memenuhi syarat jika kehilangan bobotnya ≤ 1% d. Pemeriksaan kapsul

• Keseragaman bobot

Untuk mengetahui keseragaman bobot kapsul, ditimbang 20 kapsul. Kemudian timbang satu per satu. Dikeluarkan isi kapsul, ditimbang seluruh bagian cangkang kapsul. Dihitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul tidak boleh lebih dari yang ditetapkan kolom A dan untuk setiap 2 kapsul tidak lebih dari yang ditetapkan kolom B.

Perbedaan Bobot Isi Kapsul dalam % Bobot Rata-Rata Isi Kapsul

A B 120 mg atau lebih

Lebih dari 120 mg

+ 10% + 7,5%

+ 20% + 15% • Kadar zat berkhasiat

Kadar zat berkhasiat ditentukan sesuai dengan cara penetapan kadar yang tercantum pada masing-masing monografi.


(41)

41

e. Pemeriksaan Syrup

• pH

Alat yang digunakan adalah pH meter. Caranya yaitu alat dikalibrasi dengan Buffer pada pH 4.7 dan 9. Kemudian ukur pH larutan dengan mencelupkan elektroda ke dalam larutan, catat pH larutan yang ditunjukkan oleh alat tersebut.

• Kadar zat berkhasiat

Kadar zat berkhasiat ditentukan sesuai dengan cara penetapan kadar yang tercantum pada masing-masing monografi.

• Viskositas

Alat yang digunakan adalah Viscometer Brookfield RVF 100. Caranya yaitu diambil 500 ml cairan (suhu 25o C) ditempatkan dalam sebuah beaker glass, ke dalamnya dicelupkan spindle yang sesuai garis tanda, atur kecepatan yang sesuai. Alat mulai bekerja dan piringan skala penunjuk berputar stabil (6 kali putaran) dan kekentalannya dapat diketahui dengan membaca angka yang ditunjukkan pada skala pengukur dikalikan dengan faktor yang tergantung pada spindle dan speed yang digunakan.

• Berat jenis

Alat yang digunakan adalah piknometer. Caranya yaitu piknometer kosong ditimbang. Isikan dengan air lalu didinginkan sampai temperatur dibawah 20o C. Angkat piknometer dari tempat pendinginan, bagian luar piknometer dilap sampai kering. Setelah temperatur 200 C segera ditutup ujung kapiler dengan tutupnya, dibiarkan piknometer sampai temperatur 250 C kemudian ditimbang. Cairan yang akan diukur berat jenisnya dimasukkan ke dalam piknometer dinginkan sampai temperatur dibawah 200 C, angkat piknometer dari tempat pendinginan, bagian luar piknometer dilap sampai kering. Setelah temperatur 200 C segera tutup ujung kapiler dengan tutupnya, biarkan piknometer sampai tempertaurnya 250 C kemudian ditimbang.

BJ Cairan =

air Berat

diukur yang cairan Berat


(42)

42

• Kebocoran wadah

Wadah yang telah diisi dengan bahan obat dibiarkan beberapa waktu di atas meja. Wadah yang volumenya berkurang disisihkan.

f. Finished Pack Analysis

Finished Pack Analysis merupakan pemeriksaan akhir sebelum obat diluluskan. Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mencegah terjadinya campur baur dan kontaminasi silang oleh produk bets lain. Pemeriksaan ini meliputi:

• Pemeriksaan catatan pengolahan dan pengemasan bets • Pemeriksaan catatan pengujian laboratorium

• Nomor registrasi

• Tanggal kadaluarsa/expired date (bila ada) • Jumlah isi

• Kebenaran isi

• Kerapian pengemasan

3.9 Research and Development (R&D)

Divisi R&D memegang peranan penting dalam membuat evaluasi dan penelitian terus menerus terhadap produk yang telah beredar maupun produk obat baru, sehingga didapatkan obat yang lebih baik. R&D berusaha mencari ide-ide baru dan mengembangkan ide tersebut menjadi suatu produk.

Divisi R&D mengoperasikan beberapa mesin untuk membuat evaluasi tersebut, seperti mesin produksi obat skala kecil, climate chamber dan lain-lain. R&D juga memonitor perkembangan registrasi suatu produk kepada Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM).

Tugas dan kegiatan divisi R&D yaitu :

a. Mengembangkan dan merencanakan formula baru yang akan dipasarkan. b. Mengevaluasi dan memperbaiki formula produk yang sudah beredar dan harus

diinformasikan kepada bagian QC dan produksi.

c. Bekerjasama dengan bagian QC dalam menentukan standarisasi bahan baku dan obat jadi.


(43)

43

e. Melakukan percobaan-percobaan proses dalam skala produksi. f. Melakukan design art work untuk kemasan suatu produk. g. Mengelola perpustakaan.

3.10 Validasi

3.10.1 Pengertian Validasi

Validasi adalah suatu tindakan pembuktian yang terdokumentasi dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan selalu mencapai hasil yang diinginkan.

3.10.2 Pembagian validasi

Pembagian validasi terdiri atas: 1. Validasi Rancangan

Validasi rancangan adalah proses melengkapi dan mendokumentasi kajian rancangan untuk meyakinkan bahwa seluruh aspek mutu telah dipertimbangkan dan dikaji pada tahap perancangan.

2. Validasi Instalasi

Validasi instalasi adalah proses pemeriksaan instalasi untuk memastikan bahwa seluruh komponen memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan telah dipasang secara tepat, kemudian bagaimana informasi tersebut dicatat.

3. Validasi Operasional

Validasi operasional adalah proses pengujian untuk memastikan bahwa masing-masing komponen/sistem dan/atau kombinasi dari sistem tersebut berfungsi sesuai rancangan dan memenuhi kriteria kinerja yang ditetapkan pada rentang operasional dan bagaimana cara pengujiannya.

4. Validasi Kinerja

Validasi kinerja adalah proses pengujian untuk memastikan bahwa masing-masing komponen/sistem dan/atau kombinasi dari sistem tersebut berfungsi sesuai rancangan dan memenuhi kriteria kinerja yang ditetapkan serta


(44)

44

menghasilkan produk yang diinginkan secara konsisten dan berkesinambungan, dan bagaimana informasi tersebut dicatat.

3.10.3 Ruang lingkup validasi Proses produksi

Input Kegiatan Output

- Rancangan Produk Tahapan Produksi Produk Akhir - Bahan awal

- Bangunan dan fasilitas - Sistem sarana penunjang

Metode pengujian - Kalibrasi alat uji

Sesuai tujuan penggunaan

- Alat produksi Penyimpanan / Distribusi - Rancang bangun dan kinerja

- Pembersihan - Kalibrasi - Protap

Protap Protap

Proses penunjang

• Personalia (pelatihan, kualifikasi)

• Pengendalian perubahan (Change Control) • Validasi ulang ( Revalidasi )

3.11 Pengelolaan Limbah

Limbah di PT. Sinabung Industri Farmasi terdiri atas limbah padat dan limbah cair. Limbah padat berasal dari debu yang terkumpul dari sistem pengendalian debu dan sisa-sisa debu produksi, sisa material pengemas (kertas, karton, plasik, kaleng, botol, aluminium foil), bahan baku dan produk yang kadaluarsa, produk kembalian dan contoh pertinggal yang telah melewati batas masa simpan dan sampah kantor. Sedangkan limbah cair berasal dari pencucian peralatan produksi dan sisa kegiatan analisa laboratorium.

Untuk mengendalikan limbah padat berupa debu yang berasal dari semua proses produksi tablet dan kapsul, PT. Sinabung Industri Farmasi menggunakan dust collector untuk menghisap debu. Debu yang terkumpul selanjutnya dibakar atau dilarutkan dalam limbah cair.


(45)

45

Limbah padat yang berupa sampah domestik seperti sisa-sisa material pengemas dikumpulkan di dalam bak sampah kemudian diangkut oleh petugas kebersihan PEMKO Medan. Produk-produk yang rusak, kadaluarsa dan contoh pertinggal yang telah melewati batas masa simpan dimusnahkan dengan cara dibakar.

Limbah cair yang berasal dari produksi dibuang melalui parit penampungan limbah. Parit ini terdiri atas empat bak dan prinsip pengolahan limbahnya didasarkan pada proses pengendapan bahan-bahan yang berbahaya dari limbah tersebut. Khusus untuk bak pertama disebarkan kapur tembok setiap bulannya untuk menghilangkan bau dan mempercepat proses pengendapan. Proses pengendapan ini dilakukan secara bertingkat pada masing-masing bak sehingga pada bak keempat terdapat air yang bebas dari zat-zat pencemar lingkungan. Air pada bak keempat dialirkan ke luar setelah disaring dengan batu koral, pasir dan ijuk melalui parit atau selokan.

Limbah cair yang berasal dari laboratorium dipisahkan antara zat yang bersifat asam dan basa. Kedua zat ini sedikit demi sedikit dicampurkan dan diencerkan dengan air kemudian dibuang ke dalam wastafel, selanjutnya melalui parit pembuangan disalurkan ke bak L1. Dari bak L1 ke bak L2, lalu ke bak IV yang juga mengalami proses pengendapan, pengenceran serta penyaringan yang sama dengan limbah dari bagian produksi. Untuk menjaga agar air limbah tidak meluap ke sekitarnya apabila hujan atau banjir maka di sekeliling bak pengolahan air limbah dibangun tembok setinggi setengah meter dari permukaan tanah. Skema pengolahan air limbah di PT. Sinabung Industri Farmasi dapat dilihat pada lampiran 21, halaman 79.

3.12 Boiler

Boiler dalam industri digunakan secara luas untuk berbagai aplikasi, baik unit pembangkit steam skala besar yang mempunyai efisiensi maksimum dan sistem kontrol yang luas, maupun unit pembangkit steam bertekanan rendah yang hanya digunakan untuk pemanasan dengan prinsip dasar yang sederhana dan harga yang murah.


(46)

46

Proses produksi steam dari air di dalam boiler dapat dikatakan berlangsung pada tekanan tetap, yaitu tekanan kerja boiler. Air mula-mula dipanaskan pada titik didihnya, lalu air mengalami penguapan dan seringkali dilanjutkan dengan pemanasan steam atau kukus jenuh menjadi kukus lewat jenuh. Pada proses pemanasan dan penguapan air, boiler memperoleh energi panas dari berbagai sumber energi antara lain: bahan bakar, listrik, nuklir, panas buangan reaksi kimia yang eksotermik.

Sebuah boiler tersusun dari komponen-komponen: 1. Drum penguapan air dan pemanasan kukus lewat jenuh 2. Pompa air umpan boiler

3. Burner (pembakar) dengan blower udara, blower gas cerobong, dan pompa minyak bakar.

PENGOLAHAN AIR BOILER

Pengolahan air boiler dapat dilakukan antara lain : 1. Pengolahan eksternal

Yaitu pengolahan yang dilakukan di luar titik penggunaan, sifatnya umum ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan pengotor.

Pengolahan eksternal terdiri dari: • Pengendapan (sedimentasi) • Penyaringan (filtrasi) • Pelunakan (softening) • Demineralisasi (Deionisasi) • Deaerasi

2. Pengolahan internal

Yaitu pengolahan yang dilakukan di titik penggunaan air untuk menyesuaikan kondisi air dengan sistem yang akan mengguanakan air tersebut. Pengolahan internal biasanya berupa penambahan bahan kimia yang akan bereaksi dengan pengotor yang ada sehingga kotoran tersebut tidak akan memberikan gangguan di dalam sistem.


(47)

47

Contoh: Pengikatan oksigen oleh hidrazin atau sodium sulfit, penambahan bahan organik agar lumpur bersifat tidak melekat pada boiler (tannin, lignin, alginat).

KERAK PADA BOILER Terdapat dua jenis kerak, yaitu:

a. berbentuk tipis, lendir yang dikeluarkan oleh mikroorganisme, dan b. berbentuk endapan keras.

Kerak yang berasal dari CaCO3 relatif lunak dan bisa dibersihkan hanya

dengan menggunakan sikat, biasanya terjadi pada boiler bertekanan rendah. SiO2,

mengendap sebagai CaSiO2 atau MgSiO2, berbentuk endapan lengket, sangat

pekat, dan menempel kuat pada metal sehingga sangat sukar dibersihkan, oleh sebab itu pada boiler harus dihindarkan.

Kerak pada boler dapat menyebabkan turunnya koefisien perpindahan panas sehinga terjadi overheating yang dapat menyebabkan melemahnya metal dan rusak. Kerak yang bertumpuk dapat membentuk endapan sehingga menyebabkan terjadinya korosi pada boiler. Agar kondisi tidak terjadi dapat dilakukan pencegahan sebagai berikut:

1. Pembersihan endapan baik secara mekanik (sikat) maupun secara kimia (penambahan zat kimia)


(48)

BAB IV PEMBAHASAN

PT. Sinabung Industri Farmasi merupakan perusahaan farmasi yang telah mendapatkan sertifikat CPOB untuk setiap produk yang dihasilkan. Ruang lingkup CPOB meliputi seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu yang bertujuan untuk menjamin khasiat, keamanan dan mutu obat yang diproduksi sesuai dengan tujuan penggunaannya.

Tinjauan terhadap penerapan CPOB pada PT. Sinabung Industri Farmasi dapat dijabarkan sebagai berikut:

4.1 Personalia

Bagian produksi PT. Sinabung Industri Farmasi dibagi atas 3 unit utama yaitu unit tablet, unit sirup dan unit kapsul yang dipimpin oleh seorang manajer produksi. Dalam pelaksanaan produksi, manajer produksi dibantu oleh seorang asisten manajer produksi, sedangkan untuk pengawasan mutu dipimpin oleh seorang manajer Quality Control (QC). Sesuai dengan CPOB, bagian produksi dan pengawasan mutu dipimpin oleh orang yang berlainan dan tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain tetapi kedua manajer ini saling bertanggung jawab kepada direktur pabrik.

Penempatan personalia disesuaikan dengan pangetahuan dan keterampilan yang dimiliki sehingga masing-masing operator dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, dimana masing-masing memiliki tanggung jawab yang terpisah secara jelas. Untuk meningkatkan sikap mental, keterampilan dan pengetahuan karyawan, PT. Sinabung Industri Farmasi telah melaksanakan supervisi dan pelatihan CPOB.

4.2 Bangunan dan Fasillitas

PT. Sinabung Industri Farmasi memiliki bangunan dan fasillitas yang telah memenuhi persyaratan CPOB. Bangunannya memiliki konstruksi yang baik dan untuk menghindari kontaminasi silang antar produk, maka pelaksanaan masing-masing proses dilaksanakan di ruangan yang terpisah. Masing-masing-masing ruang memiliki luas yang cukup sehingga memungkinkan penempatan peralatan secara strategis sehingga kegiatan produksi dapat berjalan lancar. Ruang produksi PT.


(49)

49

Sinabung Industri Farmasi dibagi atas black area dan grey area, diantara keduanya terdapat ruang antara. Gudang bahan baku dan gudang obat jadi berada terpisah dengan ruang produksi. Untuk membantu tugas pengawasan mutu, PT. Sinabung Industri Farmasi juga memiliki laboratorium yang terletak terpisah dari ruang produksi ataupun gudang.

Setiap ruangan dilengkapi dengan penerangan yang cukup, pengatur temperatur dan pengatur tekanan udara, sehingga dapat disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang dibutuhkan untuk perawatan peralatan. Pipa-pipa dan instalasi-instalasi yang lain tidak ditempatkan di dalam ruang produksi, namun diletakkan dalam suatu ruangan khusus.

Seluruh bangunan termasuk daerah produksi, laboratorium, gudang dan daerah sekeliling bangunan senantiasa dirawat dalam keadaan bersih dan rapi. Kondisi bangunan juga diperiksa secara teratur dan dilakukan perbaikan-perbaikan jika mengalami kerusakan. PT. Sinabung juga akan merenovasi seluruh bangunan dan vasilitasnya untuk memenuhi komitmen cGMP, rencana renovasi bangunan dapat dilihat pada lampiran 25, halaman 85.

4.3 Peralatan

Mesin-mesin dalam suatu ruang produksi ditempatkan dengan benar sehingga antara satu mesin dengan yang lain memiliki jarak yang cukup renggang untuk memberikan keleluasaan bekerja, tetapi tidak terlalu berjauhan sehingga waktu yang digunakan selama proses produksi cukup optimal. Untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang, biasanya proses produksi dilaksanakan berdasarkan jenis obat. Peralatan-peralatan umum seperti super mixer, Fluid Bed Dryer (FBD), Oscillator dan sebagainya digunakan untuk produksi semua jenis item obat, sedangkan mesin cetak tablet dibedakan untuk antibiotik dan obat lain, yang diletakkan dalam ruang tertutup dan terpisah satu sama lain. Pemeliharaan peralatan secara rutin dilakukan oleh masing-masing operator mesin.

4.4 Sanitasi dan Higiene

Menurut CPOB, sanitasi dan higiene harus meliputi personalia, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadah dan setiap hal yang dapat menjadi sumber pencemaran produk.


(50)

50

Untuk menerapkan CPOB, maka seluruh karyawan PT. Sinabung Industri Farmasi diwajibkan untuk menggunakan pakaian khusus produksi yang dilengkapi dengan masker, tutup kepala, sepatu dan sarung tangan selama berada dalam ruang produksi. Sebelum memasuki ruang produksi karyawan harus melewati Air Shower untuk mengurangi terjadinya kontaminasi terhadap produk. Setiap karyawan dilarang untuk makan, minum, merokok dalam ruang produksi dan gudang.

Sanitasi ruangan dilakukan pada awal dan akhir jam kerja dengan menggunakan larutan desinfektan. Pembersihan peralatan juga dilakukan pada awal dan akhir jam kerja kecuali jika terjadi penggantian jenis produk selama jam kerja. Umumnya peralatan dicuci di ruangan dimana peralatan itu berada, karena alat-alat tersebut tidak dapat dipindahkan. Proses pembersihan ini dilakukan berdasarkan protap yang telah dilaksanakan.

4.5 Produksi

Semua bahan yang akan digunakan harus selalu diperiksa terlebih dahulu. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi kesesuaian nama bahan dan nomor bets serta jumlah yang diperlukan. Selama proses pengolahan, peralatan harus dinyatakan bersih secara tertulis. Prinsip dasar dalam pelaksanaan produksi adalah “Kerjakan apa yang tertulis dan tulis apa yang dikerjakan”. Setiap proses produksi dilaksanakan berdasarkan Surat Perintah Produksi (SPP) yang disusun oleh manajer produksi.

Selama proses produksi harus dilakukan pengawasan dalam proses (In Proses Control) dan setiap hasil serta penyimpanan yang terjadi harus dicatat dalam kartu produksi. Jika terjadi kegagalan dalam proses produksi maka bagian Research and Development (R&D) akan melaksanakan pemeriksaan melalui kartu produksi.

4.6 Pengawasan Mutu

Pelaksanaan kegiatan pengawasan mutu dipimpin oleh manajer QC dan dibantu oleh beberapa orang analis. Pengawasan mutu dilakukan mulai dari masuknya bahan baku, IPC sampai produk tersebut dipasarkan, sehingga dapat menjamin bahwa produk yang dihasilkan aman, efektif dan bermutu tinggi.


(51)

51

Untuk melaksanakan pengawasan mutu, PT. Sinabung Industri Farmasi mempunyai laboratorium yang dilengkapi dengan peralatan yang memadai. Alat dan instrumen yang digunakan harus dikalibrasi dan dilengkapi dengan protap untuk masing-masing instrumen yang diletakkan didekat instrumen yang bersangkutan. Pelaksanaan pemeriksaan juga harus mengikuti protap yang telah disusun.

4.7 Inspeksi Diri

Pelaksanaan inspeksi diri bertujuan untuk melakukan penilaian apakah seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu dalam pabrik memenuhi ketentuan CPOB. PT. Sinabung Industri Farmasi melaksanakan inspeksi diri meliputi karyawan, bangunan termasuk fasilitas untuk karyawan, penyimpanan bahan awal dan obat jadi, peralatan, produksi, pengawasan mutu, dokumentasi serta pemeliharaan gedung dan peralatan.

4.8 Penanganan Keluhan Terhadap Obat, Penarikan Kembali Obat dan Obat Kembalian

Keluhan terhadap obat ditampung oleh bagian pemasaran, kemudian selanjutnya keluhan akan dievaluasi. Untuk memudahkan penelusuran sebab-sebab timbulnya keluhan maka setiap produk yang dihasilkan harus mempunyai retained sample dan kartu produksi harus disimpan dengan baik.

Obat yang telah beredar dapat saja dikembalikan oleh produsen karena alasan-alasan tertentu yang mengganggu mutu obat. Terhadap obat kembalian dilakukan evaluasi oleh bagian QC untuk menentukan apakah obat jadi yang bersangkutan dapat diolah kembali atau dimusnahkan. Selama pelaksanaan pemeriksaan, obat kembalian dikarantina terlebih dahulu dalam area tersendiri di gudang obat jadi. Obat kembalian yang tidak dapat diolah ulang dimusnahkan. 4.9 Validasi

Validasi sangat dirasakan manfaatnya dalam suatu proses produksi. Selain dapat meningkatkan pemahaman tentang proses yang sedang dikerjakan juga dapat menghemat biaya (cost reduction). PT. Sinabung Industri Farmasi telah melakukan beberapa validasi diantaranya : validasi super mixer, validasi fluid bed


(52)

52

dryer, validasi filling syrup, validasi cetak tablet cadmach, validasi mesin mixer sirup, validasi mesin mixer coating, validasi mesin sealling, validasi mesin stripping, validasi mesin sugar coating, validasi mesin penghitung bets, validasi mesin polishing, validasi mesin ayakan basah, validasi V mixer, validasi mesin oven A, validasi mesin oven B, validasi mesin C, validasi transsonic T 310, validasi mesin coating otomatis, validasi mesin Multi Effect Distilled Water Machine. Periode validasi biasanya dilakukan tiap 1 tahun sekali.

4.10 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan bagian dari CPOB yang bertujuan untuk menggambarkan riwayat lengkap suatu bets atau lot produk agar memungkinkan penyelidikan dan penelusuran kembali, disamping itu dokumentasi diperlukan untuk memonitor dan mengendalikan bangunan, fasilitas, peralatan dan personil.

Sistem yang telah terdokumentasi ini berfungsi sebagai penghubung antar personil untuk mengetahui hubungan kerja dan hal-hal yang harus dilakukan ketika terjadi masalah antar bagian. Dokumen untuk masing-masing bets disimpan secara terpisah. Pelaksanaan sistem dokumentasi dilakukan terhadap semua produksi, pengawasan mutu, perencanaan, pengendalian gudang, keuangan dan pengelolaan lingkungan.

Dokumen pada bagian perencanaan, pengendalian dan gudang meliputi kartu administrasi persediaan kantor (APK), kartu administrasi persediaan gudang (APG), instruksi pengeluaran barang dan obat jadi, surat pengantar barang, surat perintah pengeluaran barang, bukti penyerahan hasil produksi dan protap kebersihan gudang.

Untuk mempermudah pengendalian keuangan perusahaan, bagian keuangan PT. Sinabung Industri Farmasi juga memiliki dokumentasi seperti buku kas untuk catatan penerimaan dan pengeluaran uang tunai, buku bank untuk catatan penerimaan dan pengeluaran cek dan giro, buku pembelian dan buku penjualan. Masing-masing dokumen tersedia bagi semua pihak yang terkait dan diarsipkan secara teratur sehingga memudahkan penelusurannya.


(53)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

1. PT. Sinabung Industri Farmasi telah menerapkan prinsip-prinsip CPOB yang sesuai dengan ketentuan BPOM.

2. PT. Sinabung Industri Farmasi selalu berusaha menghasilkan obat yang berkualitas, aman, manjur dan efektif.

5.2. Saran

Sebaiknya sistem pengolahan limbah diperbaiki kembali agar limbah yang dihasilkan betul-betul aman bagi lingkungan disekitarnya.


(1)

Sinabung Industri Farmasi dibagi atas black area dan grey area, diantara keduanya terdapat ruang antara. Gudang bahan baku dan gudang obat jadi berada terpisah dengan ruang produksi. Untuk membantu tugas pengawasan mutu, PT. Sinabung Industri Farmasi juga memiliki laboratorium yang terletak terpisah dari ruang produksi ataupun gudang.

Setiap ruangan dilengkapi dengan penerangan yang cukup, pengatur temperatur dan pengatur tekanan udara, sehingga dapat disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang dibutuhkan untuk perawatan peralatan. Pipa-pipa dan instalasi-instalasi yang lain tidak ditempatkan di dalam ruang produksi, namun diletakkan dalam suatu ruangan khusus.

Seluruh bangunan termasuk daerah produksi, laboratorium, gudang dan daerah sekeliling bangunan senantiasa dirawat dalam keadaan bersih dan rapi. Kondisi bangunan juga diperiksa secara teratur dan dilakukan perbaikan-perbaikan jika mengalami kerusakan. PT. Sinabung juga akan merenovasi seluruh bangunan dan vasilitasnya untuk memenuhi komitmen cGMP, rencana renovasi bangunan dapat dilihat pada lampiran 25, halaman 85.

4.3 Peralatan

Mesin-mesin dalam suatu ruang produksi ditempatkan dengan benar sehingga antara satu mesin dengan yang lain memiliki jarak yang cukup renggang untuk memberikan keleluasaan bekerja, tetapi tidak terlalu berjauhan sehingga waktu yang digunakan selama proses produksi cukup optimal. Untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang, biasanya proses produksi dilaksanakan berdasarkan jenis obat. Peralatan-peralatan umum seperti super mixer, Fluid Bed Dryer (FBD), Oscillator dan sebagainya digunakan untuk produksi semua jenis item obat, sedangkan mesin cetak tablet dibedakan untuk antibiotik dan obat lain, yang diletakkan dalam ruang tertutup dan terpisah satu sama lain. Pemeliharaan peralatan secara rutin dilakukan oleh masing-masing operator mesin.

4.4 Sanitasi dan Higiene

Menurut CPOB, sanitasi dan higiene harus meliputi personalia, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadah dan setiap hal yang dapat menjadi sumber pencemaran produk.


(2)

50

Untuk menerapkan CPOB, maka seluruh karyawan PT. Sinabung Industri Farmasi diwajibkan untuk menggunakan pakaian khusus produksi yang dilengkapi dengan masker, tutup kepala, sepatu dan sarung tangan selama berada dalam ruang produksi. Sebelum memasuki ruang produksi karyawan harus melewati Air Shower untuk mengurangi terjadinya kontaminasi terhadap produk. Setiap karyawan dilarang untuk makan, minum, merokok dalam ruang produksi dan gudang.

Sanitasi ruangan dilakukan pada awal dan akhir jam kerja dengan menggunakan larutan desinfektan. Pembersihan peralatan juga dilakukan pada awal dan akhir jam kerja kecuali jika terjadi penggantian jenis produk selama jam kerja. Umumnya peralatan dicuci di ruangan dimana peralatan itu berada, karena alat-alat tersebut tidak dapat dipindahkan. Proses pembersihan ini dilakukan berdasarkan protap yang telah dilaksanakan.

4.5 Produksi

Semua bahan yang akan digunakan harus selalu diperiksa terlebih dahulu. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi kesesuaian nama bahan dan nomor bets serta jumlah yang diperlukan. Selama proses pengolahan, peralatan harus dinyatakan bersih secara tertulis. Prinsip dasar dalam pelaksanaan produksi adalah “Kerjakan apa yang tertulis dan tulis apa yang dikerjakan”. Setiap proses produksi dilaksanakan berdasarkan Surat Perintah Produksi (SPP) yang disusun oleh manajer produksi.

Selama proses produksi harus dilakukan pengawasan dalam proses (In Proses Control) dan setiap hasil serta penyimpanan yang terjadi harus dicatat dalam kartu produksi. Jika terjadi kegagalan dalam proses produksi maka bagian Research and Development (R&D) akan melaksanakan pemeriksaan melalui kartu produksi.

4.6 Pengawasan Mutu

Pelaksanaan kegiatan pengawasan mutu dipimpin oleh manajer QC dan dibantu oleh beberapa orang analis. Pengawasan mutu dilakukan mulai dari masuknya bahan baku, IPC sampai produk tersebut dipasarkan, sehingga dapat menjamin bahwa produk yang dihasilkan aman, efektif dan bermutu tinggi.


(3)

Untuk melaksanakan pengawasan mutu, PT. Sinabung Industri Farmasi mempunyai laboratorium yang dilengkapi dengan peralatan yang memadai. Alat dan instrumen yang digunakan harus dikalibrasi dan dilengkapi dengan protap untuk masing-masing instrumen yang diletakkan didekat instrumen yang bersangkutan. Pelaksanaan pemeriksaan juga harus mengikuti protap yang telah disusun.

4.7 Inspeksi Diri

Pelaksanaan inspeksi diri bertujuan untuk melakukan penilaian apakah seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu dalam pabrik memenuhi ketentuan CPOB. PT. Sinabung Industri Farmasi melaksanakan inspeksi diri meliputi karyawan, bangunan termasuk fasilitas untuk karyawan, penyimpanan bahan awal dan obat jadi, peralatan, produksi, pengawasan mutu, dokumentasi serta pemeliharaan gedung dan peralatan.

4.8 Penanganan Keluhan Terhadap Obat, Penarikan Kembali Obat dan Obat Kembalian

Keluhan terhadap obat ditampung oleh bagian pemasaran, kemudian selanjutnya keluhan akan dievaluasi. Untuk memudahkan penelusuran sebab-sebab timbulnya keluhan maka setiap produk yang dihasilkan harus mempunyai retained sample dan kartu produksi harus disimpan dengan baik.

Obat yang telah beredar dapat saja dikembalikan oleh produsen karena alasan-alasan tertentu yang mengganggu mutu obat. Terhadap obat kembalian dilakukan evaluasi oleh bagian QC untuk menentukan apakah obat jadi yang bersangkutan dapat diolah kembali atau dimusnahkan. Selama pelaksanaan pemeriksaan, obat kembalian dikarantina terlebih dahulu dalam area tersendiri di gudang obat jadi. Obat kembalian yang tidak dapat diolah ulang dimusnahkan. 4.9 Validasi

Validasi sangat dirasakan manfaatnya dalam suatu proses produksi. Selain dapat meningkatkan pemahaman tentang proses yang sedang dikerjakan juga dapat menghemat biaya (cost reduction). PT. Sinabung Industri Farmasi telah melakukan beberapa validasi diantaranya : validasi super mixer, validasi fluid bed


(4)

52

dryer, validasi filling syrup, validasi cetak tablet cadmach, validasi mesin mixer sirup, validasi mesin mixer coating, validasi mesin sealling, validasi mesin stripping, validasi mesin sugar coating, validasi mesin penghitung bets, validasi mesin polishing, validasi mesin ayakan basah, validasi V mixer, validasi mesin oven A, validasi mesin oven B, validasi mesin C, validasi transsonic T 310, validasi mesin coating otomatis, validasi mesin Multi Effect Distilled Water Machine. Periode validasi biasanya dilakukan tiap 1 tahun sekali.

4.10 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan bagian dari CPOB yang bertujuan untuk menggambarkan riwayat lengkap suatu bets atau lot produk agar memungkinkan penyelidikan dan penelusuran kembali, disamping itu dokumentasi diperlukan untuk memonitor dan mengendalikan bangunan, fasilitas, peralatan dan personil.

Sistem yang telah terdokumentasi ini berfungsi sebagai penghubung antar personil untuk mengetahui hubungan kerja dan hal-hal yang harus dilakukan ketika terjadi masalah antar bagian. Dokumen untuk masing-masing bets disimpan secara terpisah. Pelaksanaan sistem dokumentasi dilakukan terhadap semua produksi, pengawasan mutu, perencanaan, pengendalian gudang, keuangan dan pengelolaan lingkungan.

Dokumen pada bagian perencanaan, pengendalian dan gudang meliputi kartu administrasi persediaan kantor (APK), kartu administrasi persediaan gudang (APG), instruksi pengeluaran barang dan obat jadi, surat pengantar barang, surat perintah pengeluaran barang, bukti penyerahan hasil produksi dan protap kebersihan gudang.

Untuk mempermudah pengendalian keuangan perusahaan, bagian keuangan PT. Sinabung Industri Farmasi juga memiliki dokumentasi seperti buku kas untuk catatan penerimaan dan pengeluaran uang tunai, buku bank untuk catatan penerimaan dan pengeluaran cek dan giro, buku pembelian dan buku penjualan. Masing-masing dokumen tersedia bagi semua pihak yang terkait dan diarsipkan secara teratur sehingga memudahkan penelusurannya.


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

1. PT. Sinabung Industri Farmasi telah menerapkan prinsip-prinsip CPOB yang sesuai dengan ketentuan BPOM.

2. PT. Sinabung Industri Farmasi selalu berusaha menghasilkan obat yang berkualitas, aman, manjur dan efektif.

5.2. Saran

Sebaiknya sistem pengolahan limbah diperbaiki kembali agar limbah yang dihasilkan betul-betul aman bagi lingkungan disekitarnya.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Badan POM. 2000. ASEAN Operational Manual for Implementation of GMP. Jakarta.

Badan POM. 2001. Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta.

Badan POM. 2001. Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta.

British Pharmacopeia Commission. 2001. British Pharmacopeia 2001 the Stationery Office Limited. London.

Departemen Kesehatan RI. 1992. Undang-undang Kesehatan No. 23. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 1985. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

208/MenKes/Per/IV/1985 Tentang Pemanis Buatan. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta. Lachman, L., Liebermann, H.A., dan Kanig, J.L. 1989. Teori dan Praktek

Farmasi Industri. Diterjemahkan oleh Suyatmi, S. Edisi Ketiga. UI Press. Jakarta.

Pharmacopoea Helvetica. 2006. Edisi 10. Swissmedic, CH – 3000 Bern 9. Swiss. United States Pharmacopoeia Convention. 1999. United States Pharmacopoeia

24th And National Formulary 19th. Rockville. USA.

Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.