BAB II TINJAUAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK
Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik CPOB. Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.
No.43MENKESSKII1988 tentang CPOB dan Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan DepKes RI. No.04510ASKXII1989 tentang
Petunjuk Operasional Penerapan CPOB. Cara Pembuatan Obat yang Baik menyangkut seluruh aspek produksi dan
pengendalian mutu yang bertujuan untuk menjamin bahwa produk obat yang dibuat senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai tujuan
penggunaannya. Pengawasan menyeluruh pada pembuatan obat sangat penting untuk
menjamin bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi. Tidak cukup bila obat jadi hanya sekedar lolos dari serangkaian pengujian, tetapi sangat
penting bahwa mutu obat harus dibentuk dalam produk obat tersebut. Semua obat hendaknya dibuat dalam kondisi yang dikendalikan dan dipantau. CPOB meliputi
beberapa hal pokok yang menjadi perhatian utama antara lain:
2.1 Sumber Daya Manusia
Jumlah sumber daya manusia pada tiap tingkatan harus memadai dan memiliki pengetahuan, keterampilan serta kemampuan sesuai dengan tugasnya.
Setiap karyawan juga harus memiliki kesehatan mental dan fisik yang baik, sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara profesional, memiliki sikap dan
kesadaran yang tinggi untuk mewujudkan CPOB. Struktur organisasi perusahaan sebaiknya dibuat sedemikian rupa sehingga
bagian produksi dan pengawasan dipimpin oleh apoteker yang berlainan dan tidak bertanggung jawab satu dengan lainnya. Masing-masing mempunyai wewenang
penuh dan sarana yang cukup untuk melaksanakan tugasnya serta tidak boleh memiliki kepentingan lain di luar organisasi pabrik yang dapat menghambat atau
membatasi tanggung jawabnya.
14
Asmarini : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT.Sinabung Industri Farmasi Medan, 2007 USU e-Repository © 2008
Penanggung jawab produksi maupun penanggung jawab pengawasan mutu hendaklah seorang apoteker yang cakap, terlatih dan memiliki pengalaman praktis
yang memadai di bidang industri farmasi, sehingga memungkinkan pelaksanaan tugasnya secara profesional. Untuk menunjang dan membantu tugasnya dapat
ditunjuk tenaga yang terampil dalam jumlah yang sesuai untuk melaksanakan supervisi langsung di bagian produksi dan pengawasan mutu. Selain itu tersedia
juga tenaga yang terlatih secara teknis dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan kegiatan produksi dan pengawasan mutu sesuai dengan prosedur
dan spesifikasi yang telah ditentukan. Seluruh karyawan yang terlibat langsung dalam kegiatan pembuatan obat
diberikan pelatihan oleh tenaga yang kompeten mengenai tugasnya sesuai dengan CPOB. Latihan dilakukan secara berkesinambungan dengan frekuensi yang
memadai serta menurut program yang tertulis yang telah disetujui penanggung jawab produksi dan penanggung jawab pengawasan mutu.
2.2 Bangunan
Bangunan untuk pembuatan obat sebaiknya memiliki ukuran, rancangan, konstruksi serta letak yang sesuai, memadai agar memudahkan pelaksanaan kerja,
pembersihan dan pemeliharaan yang baik. Tiap sarana kerja hendaknya memadai sehingga resiko terjadinya kekeliruan dan pencemaran silang dapat dicegah sedini
mungkin. Menurut
International Standardization Organization ISO, jumlah partikel di udara ruangan:
Nama Kelas Jumlah Partikel
Kelas ISO U.S. FS 209E
ISO, m
3
FS 209E, ft.
3
3 Kelas 1
35,2 1
4 Kelas 10 352
10 5 Kelas
100 3.520 100
6 Kelas 1.000
35.200 1.000
7 Kelas 10.000
352.000 10.000
8 Kelas 100.000
3.520.000 100.000
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan rancang bangun dan penataan gedung adalah kesesuaian dengan kegiatan produksi, luasnya ruang
kerja, pencegahan terjadinya penggunaan kawasan produksi sebagai lalu lintas umum bagi karyawan. Rancang bangun dan penataan gedung harus memenuhi
persyaratan: 1.
Mencegah resiko tercampurnya obat atau komponen obat yang berbeda.
2. Kegiatan pengolahan bahan bagi produk bukan obat dipisahkan dari
ruang produksi obat. 3.
Ruang terpisah
untuk membersihkan
alat yang
dapat dipindah-pindahkan dan ruang untuk menyimpan bahan pembersih.
4. Kamar ganti pakaian berhubungan langsung dengan daerah produksi
tetapi letaknya terpisah. 5.
Toilet tidak terbuka langsung ke daerah produksi dan dilengkapi dengan ventilasi yang baik.
Lokasi bangunan hendaklah sedemikian rupa sehingga dapat mencegah pencemaran lingkungan disekelilingnya seperti pencemaran udara, tanah dan air
maupun terhadap kegiatan di sekitarnya. Permukaan bagian dalam ruangan seperti dinding, lantai dan langit-langit
sebaiknya licin, bebas keretakan dan sambungan terbuka serta mudah dibersihkan dan didesinfeksi. Lantai di daerah pengolahan harus dibuat dari bahan kedap air,
permukaan rata dan memiliki permukaan yang mudah dicuci. Sudut-sudut antar dinding, lantai dan langit-langit harus berbentuk lengkungan.
Saluran air limbah sebaiknya cukup besar dan mempunyai bak kontrol serta ventilasi yang baik. Lubang pemasukan dan pengeluaran udara, pipa-pipa dan
saluran hendaknya dipasang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah timbulnya pencemaran terhadap produk.
Bangunan harus mendapatkan penerangan yang cukup dan mempunyai ventilasi dengan fasilitas pengendali udara termasuk pengaturan suhu dan
kelembaban untuk kegiatan dalam bangunan. Disamping itu tersedianya tenaga
listrik yang memadai akan menjamin kelancaran fungsi peralatan produksi dan laboratorium.
Pintu yang menghubungkan ruangan produksi dan lingkungan luar seperti pintu bahaya kebakaran hendaklah selalu ditutup rapat untuk mencegah masuknya
cemaran. Seluruh bangunan termasuk daerah produksi, laboratorium, gedung dan koridor serta daerah sekeliling gudang hendaknya dirawat agar senantiasa bersih
dan rapi. Daerah penyimpanan barang harus cukup luas, terang serta tertata rapi untuk memungkinkan penyimpanan bahan produk dalam keadaan bersih dan
teratur. Untuk menjamin mutu obat dan kelangsungan produksi, maka penentuan
rancang bangun dan penataan gedung hendaklah dipertimbangkan kesesuaiannya dengan kegiatan-kegiatan lain. Sehubungan dengan itu, maka daerah produksi
dibagi atas tiga zona yaitu: 1.
Zona hitam kelas IV Zona hitam merupakan zona bebas dimana zona ini bebas dimasuki oleh
petugas. Pada zona ini dilakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak memerlukan penjagaan yang terlalu ketat terhadap kontaminasi udara luar dan lain-lain.
2. Zona abu-abu kelas III
Zona abu-abu merupakan zona produksi dimana proses produksi berlangsung. Zona ini tidak bebas dimasuki barang atau karyawan. Sebelum memasuki zona
abu-abu, karyawan harus terlebih dahulu mencuci tangan dan kaki serta mengenakan pakaian khusus yang bersih. Aliran udara yang masuk ke dalam
zona abu-abu harus melalui filter sehingga terjamin tingkat kebersihannya. 3.
Zona putih kelas I dan II Zona putih merupakan zona produksi sediaan-sediaan yang dibuat secara
aseptis atau steril, seperti sediaan injeksi dan salep mata. Untuk memasuki zona putih karyawan harus mencuci tangan dan kaki serta mengganti pakaian
dari zona abu-abu dengan pakaian khusus dan steril. Peralatan yang digunakan harus disterilkan terlebih dahulu, demikian juga ruangan harus dibersihkan
dengan desinfektan.
2.3 Peralatan