BAB III TINJAUAN PT. SINABUNG INDUSTRI FARMASI MEDAN
3.1 Sejarah
PT. Sinabung Industri Farmasi merupakan badan swasta nasional yang didirikan oleh Kunnadi, Eliana Estelita Siagian, Wahi Katono pada tanggal 29
Oktober 1967 dengan nama CV. Sinabung dan pengoperasiannya dimulai tanggal 31 Oktober 1970.
PT. Sinabung Industri Farmasi mengalami tiga periode perkembangan, yaitu :
Periode I
Periode I dimulai pada tanggal 29 Oktober 1967 sampai 9 November 1971. Pada Periode ini CV. Sinabung didirikan oleh Kunnadi sebagai Presiden Direktur,
Eliana Estelita Siagian sebagai Presiden Komisaris dan Wahi Katono sebagai Komisaris.
Periode II Periode ini dimulai tanggal 9 November 1971 sampai 11 Februari 1995. Pada
periode ini CV. Sinabung berubah jadi PT. Sinabung Industri Farmasi yang dipimpin oleh Kunnadi sebagai Presiden Direktur, Fadjar Gosal sebagai Presiden
Komisaris, Wahi Katono dan Dewi Suki sebagai Komisaris.
Periode III
Periode III ini dimulai 11 Februari 1995 sampai saat ini. Pada periode ini kepemilikan PT. Sinabung Industri Farmasi menjadi kepemilikan tunggal yang
dipegang oleh Anwar Susanto, sesuai dengan SK. Menkeh RI. No. Y. A. 57716. Kegiatan PT. Sinabung Industri Farmasi meliputi pengadaan, penyediaan,
penyaluran dan pengembangan obat yang dibutuhkan oleh masyarakat. Perusahaan ini juga ikut menjalankan program pemerintah yang meliputi upaya
peningkatan pengadaan obat yang bermanfaat. Bentuk sediaan yang telah diproduksi sampai saat ini terdiri dari 5 jenis
bentuk sediaan, yaitu :
25
a. Cairan oral non antibiotik dengan sertifikat CPOB No. 1465 CPOB
A X 1995. Lampiran 2, halaman 57. b.
Cairan oral antibiotik dengan sertifikat CPOB No. 1466 CPOB A X 1995. Lampiran 3, halaman 58.
c. Tablet biasa non antibiotik dengan sertifikat No. 1467 CPOB A X
1995. Lampiran 4, halaman 59. d.
Tablet salut non antibiotik dengan sertifikat No. 1468 CPOB A X 1995. Lampiran 5, halaman 60.
e. Kapsul keras antibiotik dengan sertifikat No. 1469 CPOB A X
1995. Lampiran 6, halaman 61. Jenis sediaan yang diproduksi secara keseluruhan berjumlah 22 item yang
pendistribusiannya meliputi wilayah Sumatera Utara, Nangroe Aceh Darusalam, Sumatera Barat, Jambi, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Bangka Belitung,
Bengkulu dan Lampung. Untuk memproduksi obat-obatan dilakukan dengan sistem skala prioritas, yang mengutamakan obat yang lebih cepat laku di pasaran.
Bahan baku, baik bahan berkhasiat maupun bahan tambahan yang diperlukan untuk produksi obat diperoleh dari Jakarta, Malaysia, Amerika Serikat,
RRC, Jepang, Perancis, India, Taiwan, Inggris, Korea Selatan dan Thailand melalui distributor masing-masing.
3.2 Visi dan Misi