Diagnosis Kanker Payudara 1. Definisi

e. Perubahan inflamatorik Perubahan kulit payudara secara keseluruhan berwarna merah bengkak seperti tanda peradangan. Secara klinis disebut karsinoma mammae inflamatorik, sering ditemukan terjadinya kanker payudara ketika ibu hamil atau menyusui. Perubahan Papila Mammae Desen, 2011 a. Retraksi, distorsi papilla mammae Biasa terjadi karena tumor telah menginvasi jaringan subpapilar. b. Secret papilar sanguineus Biasa terjadi karena tumor telah mengenai duktus besar. c. Perubahan eksematoid Merupakan manifestasi spesifik dari penyakit Paget. Tampak areola, papilla mammae mengalami erosi, timbul krusta, sekret, deskuamasi, seperti eksim. Pembesaran Kelenjer Limfe Regional Biasa terjadi pembesaran kelenjar limfe aksilar ipsilateral dapat terjadi secara soliter atau multipel. Selain itu, dengan perkembangan penyakit kanker payudara yang terjadi, dspst juga timbul pembesaran kelenjar limfe supraklavikular Desen, 2011.

2.2.7. Diagnosis

1. Anamnesa Kholifah, 2011. a. Keluhan adanya kelainan di payudara atau di ketiak berupa benjolan, rasa sakit, kelainan pada puting susu nipple discharge atau nipple retraksi, krusta pada areola, kelainan kulit peau d’orange, ulserasi, atau venektasi, perubahan warna kulit, dan adanya edema di lengan. b. Keluhan ditempat lain atau telah terjadinya metastasis, seperti: nyeri pada tulang vertebra dan femur, rasa penuh di ulu hati, batuk, sesak nafas, sakit kepala yang hebat, dan lain sebagainya. c. Faktor risiko pasien: Universitas Sumatera Utara Usia, usia melahirkan anak pertama, jumlah anak, riwayat menyusui, riwayat menstruasi usia menarche, siklus haid, usia menopause, pemakaian obat hormonal, riwayat keluarga, dan riwayat terpajan radiasi. 2. Pemeriksaan Fisik Kholifah, 2011 a. Inspeksi kedua payudara ukuran, simestris atau tidak, ada atau tidak benjolan yang terlihat, perubahan patologik kulit, perhatikan kedua puting susu simetris atau tidak, apa atau tidak retraksi, distorsi, erosi, dan kelainan lainnya. b. Palpasi Umumnya dengan posisi berbaring, atau dengan posisi kombinasi duduk dan berbaring pemeriksaan dilakukan seperti halnya melalukan pemeriksaan payudaran sendiri atau dikenal dengan SADARI. 3. Pemeriksaan Penunjang a. Mamografi. Dalam pemeriksaan mamografi mempunyai kelebihan yaitu dapat menampilkan nodul yang sulit dipalpasi dan juga dapat menemukan lesi mamae tanpa nodul tetapi terdapat bercak seperti pada putting. Ketepatan diagnosis sekitar 80 Desen, 2011. b. USG Dapat membedakan keadaan tumor kistik atau padat dan juga mengetahui pasokan darahnya serta kondisi jaringan disekitar payudara Desen, 2011. c. MRI mammae. Menurut American Cancer Society 2013, wanita yang mempunyai resiko tinggi terkena kanker payudara, seperti pada wanita dengan mutasi gen BRCA atau banyak anggota keluarganya terkena kanker payudara, sebaiknya juga mendapatkan MRI, bersamaan dengan mammografi. MRI biasanya lebih baik dalam melihat suatu kumpulan masa yang kecil pada payudara yang mungkin tidak terlibat pada saat USG atau mammogram. Khususnya pada wanita yang mempunyai jaringan payudara yang padat. Universitas Sumatera Utara d. Pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan CEA mempunyai nilai positif diperkirakan sebesar 20-70, pemeriksaan antibody monoclonal CA15-3 mempunyai angka positif 33- 60. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan referensi diagnosis dan tindak lanjut secara klinis Desen, 2011. e. Pemeriksaan sitologi aspirasi jarum halus. Metode pemeriksaan ini sederhana, aman, dan akurasi mencapai lebih dari 90. Tetapi data menunjukkan pemeriksaan ini tidak berpengaruh pada hasil terapi Desen, 2011. f. Pemeriksaan histologik pungsi jarum mandarin. Pemeriksaan ini metodenya sama dengan pemeriksaan sitologi aspirasi jarum halus. Pada pemeriksaan ini dapat dibuat pemeriksaan imunohistologi yang sesuai, dan juga banyak dipakai di klinis khususnya bagi pasien yang mendapatkan kemoterapi neoadjuvan Desen, 2011. g. Pemeriksaan biopsi. Pemeriksaan biopsi dapat berupa biopsi eksisi atau insisi. Pada umumnya biopsi yang dipakai adalah biopsi eksisi Desen, 2011.

2.2.8. Terapi Terapi Bedah