Kajian Strategi dan Bauran Pemasaran Batik Garutan (Studi Kasus di Perusahaan Batik Tulis Garutan RM, Garut Jawa Barat)

(1)

KAJIAN STRATEGI DAN BAURAN

PEMASARAN BATIK GARUTAN

(Studi Kasus di Perusahaan Batik Tulis Garutan RM, Garut Jawa Barat)

MULIANA YULIANTI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa semua pernyataan dalam laporan akhir yang berjudul :

KAJIAN STRATEGI DAN BAURAN

PEMASARAN BATIK GARUTAN

(Studi Kasus di Perusahaan Batik Tulis Garutan RM, Garut Jawa Barat)

merupakan hasil gagasan dan hasil kajian saya sendiri di bawah bimbingan komisi pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukan rujukannya. Laporan akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis diperguruan tinggi lain.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, April 2006

Muliana Yulianti F. 050 202 135


(3)

ABSTRACT

MULIANA YULIANTI.

Strategic and Hotchpotch Study of Batik Garutan

Marketing (Case Study : Batik Tulis Garutan RM Company, Garut West Java). Under

supervisory of Koeswardhono Mudikdjo (as head of commitee) and Ma’mun Sarma

(as member of commitee).

In some areas of Indonesia, Batik Crafting Art is still expanding. This fact

indicates that this kind of national cultural identity can survive and must be reckoned

in the national community as well as interantional community, eventhough it always

forced by a globalization current that bring economic liberalisation and free

competition. The main factor that lead to these achievements is the endurance of the

product and supported by the improvement of human resources.

This study aimed to : (1) analyze marketing hotchpotch performed by PBT

Garutan RM, (2) indentify external and internal environment conditions that could be

opportunity, threat, stength, and weakness of PBT Garutan RM and (2) get

alternative strategy which enable to be formulated based on the environment

condition of the company. Data collecting conducted through direct observation of

raw material supllying, production, and distribution process, and interview with the

owner and general administration of PBT Garutan RM, Garut West Java. The method

of this study is case study with quantitative and qualitative analysis. The analysis

consist of Internal Factor Evaluation (IFE) and External Factor Evaluation (EFE),

Internal-External matrix (IE) and analysis of Strength, Weaknesses, Opportunities,

and Threats (SWOT Analysis) to formulate alternative strategies in order to support

marketing development of Batik Tulis Garutan.

Based on the marketing Hotchpotch Study, PBT Garutan perform these

following marketing hotchpotches : (1) Product Strategy (high quality and several

kind of product), (2) product pricing based on the Basic Production Cost (HPP) plus

benefit margin, (3) Distribution Strategy (tele marketing services and delivery cost is

the responsible of company), and (4) Promotion (news paper, magazine, radio,

television, domestic and abroad exhibitions). Environment conditions affecting the

company are : (1) external factor consist of 5 opportunity factors and 4 threath

factors, (2) internal factor consist of 5 strength factors and 6 weakness factors.

Based on the SWOT analysis, marketing development alternative strategy of

Batik Garutan performed by PBT Garutan RM consist of 10 marketing strategies.

Eight of these ten strategies are identified enabled to be done based on the marketing

Hotchpotch strategy, i.e : (1) to maintain product quality, (2) to improve consumers’

trust, (3) to do eficiency effort to press production cost, (4) to maintain product price,

(5) to do efective and eficient promotions, (6) to develop networking with same ki nd

companies, (7) to do outsourcing, (8) to make bussiness partnerships.


(4)

RINGKASAN

MULIANA YULIANTI

.

Kajian Strategi dan Bauran Pemasaran Batik

Garutan (Studi Kasus : Perusahaan Batik Tulis Garutan RM, Garut Jawa

Barat).

Dibimbing oleh Koeswardhono Mudikdjo sebagai Ketua dan Ma’mun

Sarma sebagai Anggota

Seni kerajinan batik hingga kini tetap berkembang di daerah tertentu di

tanah air. Hal tersebut menunjukkan bahwa jenis identitas budaya nasional ini

mampu bertahan hidup dan patut diperhitungkan dalam komunitas nasional

maupun internasional, meskipun terus menerus ditempa arus globalisasi yang

membawa serta liberalisme ekonomi dan persaingan bebas. Modal utama yang

memungkinkan pencapaian tersebut adalah daya tahan yang dimiliki seni kerajinan

batik itu sendiri yang juga ditopang oleh peningkatan sumber daya manusia (SDM)

pendukungnya untuk terus berpacu dan beradaptasi dengan dinamika perubahan

zaman, yang pada intinya berarti peningkatan etos kerja.

Kajian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji strategi dan bauran

pemasaran batik garutan dalam pelestarian batik Kabupaten Garut. Secara khusus,

bertujuan untuk ; (1) Mengkaji strategi produk, harga, distribusi dan promosi yang

telah dilakukan oleh PBT Garutan RM, (2) Mengidentifikasi kondisi lingkungan

eksternal dan internal yang menjadi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan

bagi PBT Garutan RM, dan (3) Mendapatkan alternatif strategi yang dapat

diformulasikan berdasarkan peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan untuk

meningkatkan dan memperbaiki strategi pemasaran yang dilakukan oleh PBT

Garutan RM.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap

proses penyediaan bahan baku, proses produksi dan distribusi, wawancara dengan

pemilik dan bagian administrasi umum PBT Garutan RM, Garut, Jawa Barat.

Data

yang diperoleh berupa data primer dan sekunder, yang selanjutnya dianalisa secara

deskriptif untuk menentukan kekuatan dan kelemahan internal, serta peluang dan

ancaman eksternal perusahaan. Analisis selanjutnya dilakukan dengan analisis

matriks

Internal Factor Evaluation

(IFE) dan

External Factor Evaluation

(EFE),

matriks

Internal-External

(IE) dan analisis matriks

strengths, weaknesses,

opportunities and threats

(SWOT) untuk merumuskan alternatif-alternatif strategi

dalam mendukung pengembangan pemasaran batik tulis garutan.

Berdasarkan analisis bauran pemasaran, PBT Garutan RM melakukan

bauran pemasaran sebagai berikut. Strategi produk yang dilakukan adalah (a)

produk bermutu dapat dilihat dari bahan baku, motif, warna dan model. Produk

yang dihasilkan oleh PBT Garutan RM memiliki mutu tinggi karena adanya

penga wasan mutu dari pimpinan, dan (b) kuantitas produk, yaitu banyaknya produk

yang dipasarkan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam penguasaan pasar.

Penetapan harga jual yang dilakukan oleh PBT Garutan RM didasarkan pada Harga

Pokok Produksi (HPP) ditambah dengan margin keuntungan. Strategi distribusi

yang dilakukan adalah dengan mempermudah konsumen mendapatkan produk

dengan cara memberikan layanan via telepon dan pesanan akan dikirim melalui

jasa pengiriman dengan biaya pengiriman ditanggung oleh perusaha an. Promosi

yang dapat dilakukan oleh PBT Garutan RM adalah melalui surat kabar, majalah,


(5)

ii

radio dan televisi (TVRI Bandung). Selain itu, ikut serta dalam pameran baik di

dalam negeri maupun di luar negeri (Malaysia, Singapura dan Australia).

Berdasarkan matriks EFE diketahui bahwa peluang yang dimiliki oleh PBT

Garutan RM antara lain dengan (1) meningkatnya permintaan batik, (2) terbukanya

pasar ekspor, (3) pangsa pasar yang luas, (4) hubungan baik dengan suplier dan (5)

adanya pembinaan dan pelatihan dari dinas perindustrian kabupaten. Sedangkan

ancaman yang dihadapi oleh PBT Garutan RM adalah (1) kondisi ekonomi belum

stabil, (2) banyaknya pesaing, (3) adanya produk pengganti dan (4) kondisi pasar

global. Matrik IFE diketahui kekuatan yang dimiliki oleh PBT Garutan RM, yaitu :

(1) produk bermutu, (2) tenaga kerja yang digunakan berasal dari daerah sekitar

perusahaan, (3) keuletan manajer dalam mengelola usaha, (4) pelayanan yang baik

kepada konsumen/pelanggan, dan (5) jalur distribusi sederhana. Kelemahan yang

dimiliki oleh PBT Garutan RM berupa : (1) kapasitas produksi tebatas, (2) kurang

promosi, (3) harga jual produk relatif tinggi, (4) sumberdaya manusia relatif

rendah, (5) biaya produk tinggi dan (6) pemasran belum optimal.

Pelaksanaan strategi dan bauran pemasaran batik garutan berdasarkan

matriks IE adalah berada pada sel V, yaitu strategi pertahankan dan pelihara,

dengan aplikasi strategi penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan

produk. Dengan mengetahui posisi dan kondisi perusahaan dari hasil analisis

matriks IE tersebut, maka dapat disusun beberapa alternatif strategi pengembangan

usaha batik garutan yang dilakukan oleh PBT Garutan RM berdasarkan analisis

SWOT, yaitu : (1) Mempertahankan dan memperluas jaringan pemasaran, (2)

Memelihara dan mempertahankan mutu produk, (3) Mengembangan

networking

dengan perusahaan sejenis baik skala yang sama dan lebih besar, (4) melakukan

promosi dengan efektif dan efisien, (5) Melakukan efisiensi untuk menekan biaya

produksi, (6) Meningkatkan kinerja pemasaran dalam menganalisis permintaan

pasar, (7) Melakukan kemitraan usaha, (8) Meningkatkan kepercayaan konsumen,

(9) Mempertahankan harga jual produk, (10) Melakukan

outsourcing

.


(6)

KAJIAN STRATEGI DAN BAURAN

PEMASARAN BATIK GARUTAN

(Studi Kasus di Perusahaan Batik Tulis Garutan RM, Garut Jawa Barat)

MULIANA YULIANTI

Laporan Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(7)

Judul Laporan Akhir : Kajian Strategi dan Bauran Pemasaran Batik Garutan (Studi Kasus di Perusahaan Batik Tulis Garutan RM, Garut Jawa Barat) Nama Mahasiswa : Muliana Yulianti

Nomor Pokok : F. 050 202 135

Program Studi : Industri Kecil Menengah

Menyetujui, April 2006

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Koeswardhono Mudikdjo, MSc Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS, MEc Ketua Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Industri Kecil Menengah

Prof.Dr.Ir.H.Musa Hubeis MS,Dipl.Ing.DEA. Prof.Dr.Ir.Hj.Sjafrida Manuwoto,MSc


(8)

PRAKATA

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya, sehingga laporan akhir yang berjudul Kajian Strategi dan Bauran Pemasaran Batik Garutan (Studi Kasus di Perusahaan Batik Tulis Garutan RM, Garut Jawa Barat) berhasil diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).

Penulisan ini kiranya tidak dapat selesai tanpa bantuan dan dorongan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, melalui prakata ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Koeswardhono Mudikdjo, MSc, selaku pembimbing utama yang telah memberikan dorongan, bimbingan dan pengarahan selama kegiatan kajian dan penulisan laporan akhir ini.

2. Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS, M.Ec, selaku pembimbing anggota yang juga telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan kajian dan penulisan laporan akhir ini.

3. Pemilik dan staff perusahaan Batik Tulis Garutan RM yang telah memberikan kesempatan dan waktu sebagai nara sumber dan tempat kajian ini.

4. Seluruh dosen pengajar dan staf serta karyawan sekolah Pascasarjana IPB yang telah banyak membantu selama kuliah berlangsung.

5. Rekan-rekan yang telah membantu dalam penulisan tugas akhir ini.

6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas kerja sama dan informasi yang telah diberikan kepada penulis.


(9)

Semoga kajian ini dapat menambah khasanah pengetahuan bagi dunia industri kecil pada umumnya dan kegiatan pemasaram batik pada khususnya. Saran dan kritik atas kajian ini diharapkan, agar kajian ini menjadi lebih sempurna serta memberikan manfaat bagi pihak -pihak yang berkepentingan.

Bogor, April 2006


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... ii

RINGKASAN ... iii

RIWAYAT HIDUP... iv

PRAKATA... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN ... 4

II. ANALISIS MASALAH... 6

A. PRINSIP ANALISIS ... 6

1. Perumusan Masalah ... 6

2. Pendekatan ... 7

a. Karakteristik Industri Kecil Indonesia ... 7

b. Perkembangan Industri Batik di Indonesia ... 9

c. Strategi Pemasaran... 12

d. Lingkungan Perusahaan ... 20

e. Matriks Internal-Eksternal ... 22

f. Matriks SWOT... 22

B. METODE ... 24

1. Lokasi dan Waktu ... 24

2. Pengumpulan Data... 24

3. Pengolahan dan Analisis Data ... 24

III. HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN ... 30

A. KEADAAN UMUM... 30

1. Kondisi Wilayah Kajian ... 30


(11)

KAJIAN STRATEGI DAN BAURAN

PEMASARAN BATIK GARUTAN

(Studi Kasus di Perusahaan Batik Tulis Garutan RM, Garut Jawa Barat)

MULIANA YULIANTI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa semua pernyataan dalam laporan akhir yang berjudul :

KAJIAN STRATEGI DAN BAURAN

PEMASARAN BATIK GARUTAN

(Studi Kasus di Perusahaan Batik Tulis Garutan RM, Garut Jawa Barat)

merupakan hasil gagasan dan hasil kajian saya sendiri di bawah bimbingan komisi pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukan rujukannya. Laporan akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis diperguruan tinggi lain.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, April 2006

Muliana Yulianti F. 050 202 135


(13)

ABSTRACT

MULIANA YULIANTI.

Strategic and Hotchpotch Study of Batik Garutan

Marketing (Case Study : Batik Tulis Garutan RM Company, Garut West Java). Under

supervisory of Koeswardhono Mudikdjo (as head of commitee) and Ma’mun Sarma

(as member of commitee).

In some areas of Indonesia, Batik Crafting Art is still expanding. This fact

indicates that this kind of national cultural identity can survive and must be reckoned

in the national community as well as interantional community, eventhough it always

forced by a globalization current that bring economic liberalisation and free

competition. The main factor that lead to these achievements is the endurance of the

product and supported by the improvement of human resources.

This study aimed to : (1) analyze marketing hotchpotch performed by PBT

Garutan RM, (2) indentify external and internal environment conditions that could be

opportunity, threat, stength, and weakness of PBT Garutan RM and (2) get

alternative strategy which enable to be formulated based on the environment

condition of the company. Data collecting conducted through direct observation of

raw material supllying, production, and distribution process, and interview with the

owner and general administration of PBT Garutan RM, Garut West Java. The method

of this study is case study with quantitative and qualitative analysis. The analysis

consist of Internal Factor Evaluation (IFE) and External Factor Evaluation (EFE),

Internal-External matrix (IE) and analysis of Strength, Weaknesses, Opportunities,

and Threats (SWOT Analysis) to formulate alternative strategies in order to support

marketing development of Batik Tulis Garutan.

Based on the marketing Hotchpotch Study, PBT Garutan perform these

following marketing hotchpotches : (1) Product Strategy (high quality and several

kind of product), (2) product pricing based on the Basic Production Cost (HPP) plus

benefit margin, (3) Distribution Strategy (tele marketing services and delivery cost is

the responsible of company), and (4) Promotion (news paper, magazine, radio,

television, domestic and abroad exhibitions). Environment conditions affecting the

company are : (1) external factor consist of 5 opportunity factors and 4 threath

factors, (2) internal factor consist of 5 strength factors and 6 weakness factors.

Based on the SWOT analysis, marketing development alternative strategy of

Batik Garutan performed by PBT Garutan RM consist of 10 marketing strategies.

Eight of these ten strategies are identified enabled to be done based on the marketing

Hotchpotch strategy, i.e : (1) to maintain product quality, (2) to improve consumers’

trust, (3) to do eficiency effort to press production cost, (4) to maintain product price,

(5) to do efective and eficient promotions, (6) to develop networking with same ki nd

companies, (7) to do outsourcing, (8) to make bussiness partnerships.


(14)

RINGKASAN

MULIANA YULIANTI

.

Kajian Strategi dan Bauran Pemasaran Batik

Garutan (Studi Kasus : Perusahaan Batik Tulis Garutan RM, Garut Jawa

Barat).

Dibimbing oleh Koeswardhono Mudikdjo sebagai Ketua dan Ma’mun

Sarma sebagai Anggota

Seni kerajinan batik hingga kini tetap berkembang di daerah tertentu di

tanah air. Hal tersebut menunjukkan bahwa jenis identitas budaya nasional ini

mampu bertahan hidup dan patut diperhitungkan dalam komunitas nasional

maupun internasional, meskipun terus menerus ditempa arus globalisasi yang

membawa serta liberalisme ekonomi dan persaingan bebas. Modal utama yang

memungkinkan pencapaian tersebut adalah daya tahan yang dimiliki seni kerajinan

batik itu sendiri yang juga ditopang oleh peningkatan sumber daya manusia (SDM)

pendukungnya untuk terus berpacu dan beradaptasi dengan dinamika perubahan

zaman, yang pada intinya berarti peningkatan etos kerja.

Kajian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji strategi dan bauran

pemasaran batik garutan dalam pelestarian batik Kabupaten Garut. Secara khusus,

bertujuan untuk ; (1) Mengkaji strategi produk, harga, distribusi dan promosi yang

telah dilakukan oleh PBT Garutan RM, (2) Mengidentifikasi kondisi lingkungan

eksternal dan internal yang menjadi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan

bagi PBT Garutan RM, dan (3) Mendapatkan alternatif strategi yang dapat

diformulasikan berdasarkan peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan untuk

meningkatkan dan memperbaiki strategi pemasaran yang dilakukan oleh PBT

Garutan RM.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap

proses penyediaan bahan baku, proses produksi dan distribusi, wawancara dengan

pemilik dan bagian administrasi umum PBT Garutan RM, Garut, Jawa Barat.

Data

yang diperoleh berupa data primer dan sekunder, yang selanjutnya dianalisa secara

deskriptif untuk menentukan kekuatan dan kelemahan internal, serta peluang dan

ancaman eksternal perusahaan. Analisis selanjutnya dilakukan dengan analisis

matriks

Internal Factor Evaluation

(IFE) dan

External Factor Evaluation

(EFE),

matriks

Internal-External

(IE) dan analisis matriks

strengths, weaknesses,

opportunities and threats

(SWOT) untuk merumuskan alternatif-alternatif strategi

dalam mendukung pengembangan pemasaran batik tulis garutan.

Berdasarkan analisis bauran pemasaran, PBT Garutan RM melakukan

bauran pemasaran sebagai berikut. Strategi produk yang dilakukan adalah (a)

produk bermutu dapat dilihat dari bahan baku, motif, warna dan model. Produk

yang dihasilkan oleh PBT Garutan RM memiliki mutu tinggi karena adanya

penga wasan mutu dari pimpinan, dan (b) kuantitas produk, yaitu banyaknya produk

yang dipasarkan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam penguasaan pasar.

Penetapan harga jual yang dilakukan oleh PBT Garutan RM didasarkan pada Harga

Pokok Produksi (HPP) ditambah dengan margin keuntungan. Strategi distribusi

yang dilakukan adalah dengan mempermudah konsumen mendapatkan produk

dengan cara memberikan layanan via telepon dan pesanan akan dikirim melalui

jasa pengiriman dengan biaya pengiriman ditanggung oleh perusaha an. Promosi

yang dapat dilakukan oleh PBT Garutan RM adalah melalui surat kabar, majalah,


(15)

ii

radio dan televisi (TVRI Bandung). Selain itu, ikut serta dalam pameran baik di

dalam negeri maupun di luar negeri (Malaysia, Singapura dan Australia).

Berdasarkan matriks EFE diketahui bahwa peluang yang dimiliki oleh PBT

Garutan RM antara lain dengan (1) meningkatnya permintaan batik, (2) terbukanya

pasar ekspor, (3) pangsa pasar yang luas, (4) hubungan baik dengan suplier dan (5)

adanya pembinaan dan pelatihan dari dinas perindustrian kabupaten. Sedangkan

ancaman yang dihadapi oleh PBT Garutan RM adalah (1) kondisi ekonomi belum

stabil, (2) banyaknya pesaing, (3) adanya produk pengganti dan (4) kondisi pasar

global. Matrik IFE diketahui kekuatan yang dimiliki oleh PBT Garutan RM, yaitu :

(1) produk bermutu, (2) tenaga kerja yang digunakan berasal dari daerah sekitar

perusahaan, (3) keuletan manajer dalam mengelola usaha, (4) pelayanan yang baik

kepada konsumen/pelanggan, dan (5) jalur distribusi sederhana. Kelemahan yang

dimiliki oleh PBT Garutan RM berupa : (1) kapasitas produksi tebatas, (2) kurang

promosi, (3) harga jual produk relatif tinggi, (4) sumberdaya manusia relatif

rendah, (5) biaya produk tinggi dan (6) pemasran belum optimal.

Pelaksanaan strategi dan bauran pemasaran batik garutan berdasarkan

matriks IE adalah berada pada sel V, yaitu strategi pertahankan dan pelihara,

dengan aplikasi strategi penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan

produk. Dengan mengetahui posisi dan kondisi perusahaan dari hasil analisis

matriks IE tersebut, maka dapat disusun beberapa alternatif strategi pengembangan

usaha batik garutan yang dilakukan oleh PBT Garutan RM berdasarkan analisis

SWOT, yaitu : (1) Mempertahankan dan memperluas jaringan pemasaran, (2)

Memelihara dan mempertahankan mutu produk, (3) Mengembangan

networking

dengan perusahaan sejenis baik skala yang sama dan lebih besar, (4) melakukan

promosi dengan efektif dan efisien, (5) Melakukan efisiensi untuk menekan biaya

produksi, (6) Meningkatkan kinerja pemasaran dalam menganalisis permintaan

pasar, (7) Melakukan kemitraan usaha, (8) Meningkatkan kepercayaan konsumen,

(9) Mempertahankan harga jual produk, (10) Melakukan

outsourcing

.


(16)

KAJIAN STRATEGI DAN BAURAN

PEMASARAN BATIK GARUTAN

(Studi Kasus di Perusahaan Batik Tulis Garutan RM, Garut Jawa Barat)

MULIANA YULIANTI

Laporan Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(17)

Judul Laporan Akhir : Kajian Strategi dan Bauran Pemasaran Batik Garutan (Studi Kasus di Perusahaan Batik Tulis Garutan RM, Garut Jawa Barat) Nama Mahasiswa : Muliana Yulianti

Nomor Pokok : F. 050 202 135

Program Studi : Industri Kecil Menengah

Menyetujui, April 2006

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Koeswardhono Mudikdjo, MSc Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS, MEc Ketua Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Industri Kecil Menengah

Prof.Dr.Ir.H.Musa Hubeis MS,Dipl.Ing.DEA. Prof.Dr.Ir.Hj.Sjafrida Manuwoto,MSc


(18)

PRAKATA

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya, sehingga laporan akhir yang berjudul Kajian Strategi dan Bauran Pemasaran Batik Garutan (Studi Kasus di Perusahaan Batik Tulis Garutan RM, Garut Jawa Barat) berhasil diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).

Penulisan ini kiranya tidak dapat selesai tanpa bantuan dan dorongan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, melalui prakata ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Koeswardhono Mudikdjo, MSc, selaku pembimbing utama yang telah memberikan dorongan, bimbingan dan pengarahan selama kegiatan kajian dan penulisan laporan akhir ini.

2. Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS, M.Ec, selaku pembimbing anggota yang juga telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan kajian dan penulisan laporan akhir ini.

3. Pemilik dan staff perusahaan Batik Tulis Garutan RM yang telah memberikan kesempatan dan waktu sebagai nara sumber dan tempat kajian ini.

4. Seluruh dosen pengajar dan staf serta karyawan sekolah Pascasarjana IPB yang telah banyak membantu selama kuliah berlangsung.

5. Rekan-rekan yang telah membantu dalam penulisan tugas akhir ini.

6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas kerja sama dan informasi yang telah diberikan kepada penulis.


(19)

Semoga kajian ini dapat menambah khasanah pengetahuan bagi dunia industri kecil pada umumnya dan kegiatan pemasaram batik pada khususnya. Saran dan kritik atas kajian ini diharapkan, agar kajian ini menjadi lebih sempurna serta memberikan manfaat bagi pihak -pihak yang berkepentingan.

Bogor, April 2006


(20)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... ii

RINGKASAN ... iii

RIWAYAT HIDUP... iv

PRAKATA... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN ... 4

II. ANALISIS MASALAH... 6

A. PRINSIP ANALISIS ... 6

1. Perumusan Masalah ... 6

2. Pendekatan ... 7

a. Karakteristik Industri Kecil Indonesia ... 7

b. Perkembangan Industri Batik di Indonesia ... 9

c. Strategi Pemasaran... 12

d. Lingkungan Perusahaan ... 20

e. Matriks Internal-Eksternal ... 22

f. Matriks SWOT... 22

B. METODE ... 24

1. Lokasi dan Waktu ... 24

2. Pengumpulan Data... 24

3. Pengolahan dan Analisis Data ... 24

III. HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN ... 30

A. KEADAAN UMUM... 30

1. Kondisi Wilayah Kajian ... 30


(21)

B. PROSES PRODUKSI... 38

C. PEMASARAN... 43

D. ANALISIS BAURAN PEMASARAN... 44

E. ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN ... 48

F. PENETAPAN ALTERNATIF STRATEGI PEMASARAN ... 55

1. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)... 55

2. Matriks External Factor Evaluation (EFE)... 57

3. Matriks Internal Eksternal (IE)... 59

4. Analisis Matriks SWOT... 60

5. Rangkuman Strategi Berdasarkan Bauran Pemasaran ... 67

KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

A. KESIMPULAN... 71

B. SARAN... 73

DAFTAR PUSTAKA... 74


(22)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Nilai ekspor batik dan komoditas non migas ... 12 2. Matriks SWOT... 23 3. Penilaian bobot faktor strategi internal ... 27 4. Penilaian bobot faktor strategi eksternal... 27 5. Matriks EFE... 29 6. Matriks IFE... 29 7. Jumlah tenaga kerja dan pembagian pekerjaan ... 37 8. Investasi modal PBT Garutan RM... 38 9. Kebutuhan bahan baku ... 39 10.Volume penjualan kain batik ... 44 11.Faktor strategi internal PBT Garutan RM ... 57 12.Faktor strategi eksternal PBT Garutan RM ... 58 13.Perumusan strategi PBT Garutan RM ... 61 14.Rangkuman strategi berdasarkan bauran pemasaran ... 68


(23)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Empat P dalam bauran pemasaran ... 15 2. Matriks Internal-Eksternal ... 23 3. Struktur organisasi... 34 4. Proses produksi... 41 5. Perkembangan volume penjualan kain batik ... 43 6. Posisi perusahaan pada matriks IE... 60


(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kuesioner kajian ... 77 2. Hasil pembobotan terhadap faktor internal... 84 3. Hasil pembobotan terhadap faktor eksternal ... 85 4. Penilaian bobot faktor eksternal dan faktor internal... 86 5. Penentuan rating faktor strategis eksternal dan faktor strategis


(25)

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seni kerajinan batik hingga kini tetap berkembang di daerah tertentu di tanah air. Hal tersebut menunjukkan bahwa jenis identitas budaya nasional ini mampu bertahan hidup dan patut diperhitungkan dalam komunitas nasional maupun internasional, meskipun terus menerus ditempa arus globalisasi yang membawa serta liberalisme ekonomi dan persaingan bebas. Modal utama yang memungkinkan pencapaian tersebut adalah daya tahan yang dimiliki seni kerajinan batik itu sendiri yang juga ditopang oleh peningkatan sumber daya manusia (SDM) pendukungnya untuk terus berpacu dan beradaptasi dengan dinamika perubahan zaman, yang pada intinya berarti peningkatan etos kerja (Sondari dan Yusmawati, 2000). Sedangkan daya tahan itu sendiri membuktikan bahwa seni kerajinan batik masih terus dibutuhkan.

Melihat sejarahnya, seni kerajinan batik di Indonesia digolongkan dan dibedakan ke dalam dua jenis kelompok berdasarkan ragam hias dan corak warnanya, yaitu (Yayasan Harapan Kita, 1997) :

1. Batik Vorstenlanden

Batik Vorstenlanden adalah seni kerajinan batik yang terdapat di daerah kerajaan zaman penjajahan Belanda dan menunjuk pada dua daerah keraton-sentris, yaitu Solo dan Yogya. Ragam hias pada batik Solo dan Yogya ini bersifat simbolis berlatarkan kebudayaan Hindu-Jawa, dengan warna-warna dominan, yaitu sogan, indigo (biru), hitam dan putih.


(26)

2

2. Batik Pesisir

Batik Pesisir adalah semua seni kerajinan batik yang berasal dari luar daerah Solo dan Yogya. Ragam hias pada batik pesisir ini lebih bersifat naturalistis dan banyak menunjukkan pengaruh kuat kebudayaan asing, dengan corak warna yang beraneka ragam. Berdasarkan ragam hias corak dan warnanya, maka seni kerajinan batik yang bukan berasal dari daerah pesisir seperti Garut, Banyumas, Ponorogo dan lainnya dimas ukkan ke dalam kelompok Batik Pesisir, oleh karena batik di daerah-daerah luar Solo dan Yogya hampir selalu terdapat persamaan dalam corak warna dan ragam hias seni batiknya.

Batik Garut mendapat dua pengaruh, yakni pengaruh batik pesisiran, serta batik Tasikmalaya dan Ciamis. Pengaruh batik pesisiran timbul, karena para pedagang dari daerah pesisiran datang menawarkan batiknya, diantaranya pedagang Pekalongan, yang turut andil dalam mengembangkan batik Garut (Yayasan Harapan Kita, 1997). Pengaruh Tasikmalaya cukup jelas dengan kehendak konsumen yang menginginkan bentuk batik rereng dan kawung, dengan warna yang mengarah pada warna gading. Konsumen batik di daerah Priangan Selatan memang menyenangi warna-warna ringan dan riang, warna muda, serta warna polos.

Salah satu pengusaha batik tulis garutan yang giat mempertahankan batik garutan adalah Ibu Uba Sri Husaodah Muharam. Perusahaan batik tulis Ibu Uba Sri Husaodah Muharam adalah Perusahaan Batik Tulis Garutan RM yang dikenal dengan PBT Garutan RM (PBT Garutan RM, 2003), yang


(27)

3

didirikan pada tahun 1979. Dengan perusahaannya tersebut Ibu Uba ingin melestarikan batik garutan agar dapat dikenal secara luas seperti batik -batik dari daerah lain. Salah satu cara agar batik Garut dapat dikenal seperti batik dari daerah lain adalah dengan melakukan pemasaran secara aktif. Namun karena batik garutan ini harganya relatif lebih mahal sehingga terlihat hanya masyarakat menengah atas saja yang mampu membeli batik garutan ini. Sedangkan batik daerah lain seperti batik Pekalongan, Yogyakarta dan lain -lain sudah dibuat massal sehingga harganya relatif terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

Harga batik garutan lebih mahal dari batik daerah lain, karena proses pembuatannya, di mana batik garutan lebih lama proses pembuatannya daripada batik daerah lain. Contohnya, batik daerah lain dalam pembuatannya hanya ditulis satu lapis permukaan kain saja, sedangkan batik garutan ditulis pada dua permukaan kain bawah dan atas sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dalam pembuatan dan tentu saja harga jualnya menjadi lebih mahal (PBT Garutan RM, 2003). Selain itu yang menghambat batik garutan menjadi tidak begitu dikenal masyarakat karena pembuatan batik yang tidak massal, akibat tenaga pembatik yang terbatas di daerah tersebut. Pada saat ini, yang khusus membuat batik garutan di kota Garut hanya PBT Garutan RM. Selain membuat batik tulis, PBT Garutan RM juga membuat batik cap. PBT Garutan RM pernah mendapatkan penghargaan Upakarti dari pemerintah dan sering juga mengikuti pameran di luar negeri, sebagai sarana promosi (PBT Garutan RM, 2003).


(28)

4

Upaya pengembangan produk, baik yang menyangkut produk keseharian (konsumsi) maupun produk pelengkap dalam kehidupan memerlukan penanganan yang seksama dan cermat. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mendukung upaya tersebut, adalah penerapan marketing mix

atau bauran pemasaran (harga, produk, distribusi dan promosi). Bauran pemasaran adalah salah satu cara pemasaran yang banyak digunakan oleh perusahaan (Kotler dan Amstrong, 1997). Bauran pemasaran menempati posisi yang penting dalam penyusunan strategi pemasaran.

Berdasarkan hal yang telah dijabarkan di atas, maka permasalahan pada kajian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana strategi produk, harga, distribusi dan promosi yang telah dilakukan oleh PBT Garutan RM.

2. Faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal apakah yang menjadi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan bagi PBT Garutan RM. 3. Alternatif strategi apakah yang dapat diformulasikan berdasarkan peluang,

ancaman, kekuatan dan kelemahan untuk meningkatkan dan memperbaiki strategi pemasaran yang dilakukan oleh PBT Garutan RM.

B. Tujuan

Tujuan kajian ini secara umum adalah mengkaji strategi dan bauran pemasaran batik garutan dalam pelestarian batik kabupaten Garut. Secara khusus, kajian ini bertujuan untuk ;

1. Mengkaji strategi produk, harga, distribusi dan promosi yang telah dilakukan oleh PBT Garutan RM.


(29)

5

2. Mengidentifikasi kondisi lingkungan eksternal dan internal yang menjadi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan bagi PBT Garutan RM. 3. Mendapatkan alternatif strategi yang dapat diformulasikan berdasarkan

peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan untuk meningkatkan dan memperbaiki strategi pemasaran yang dilakukan oleh PBT Garutan RM.


(30)

II.

ANALISIS MASALAH

A. PRINSIP ANALISIS 1. Perumusan Masalah

Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang dan mendapatkan laba (Kotler dan Amstrong, 1997). Berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan bisnis tergantung pada keahliannya di bidang pemasaran, produksi, keuangan, maupun bidang lain. Selain itu tergantung pada kemampuannya untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi tersebut, agar organisasi dapat berjalan lancar.

Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun yang potensial (Stanton, dalam Swastha dan Irawan, 1990). Kegiatan-kegiatan tersebut beroperasi di dalam suatu lingkungan yang dibatasi oleh sumber-sumber dari perusahaan itu sendiri, peraturan -peraturan, maupun konsekuensi sosial dari perusahaan. Pada umumnya, dalam pemasaran perusahaan berusaha menghasilkan laba dari penjualan barang dan jasa yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan pembeli. Namun demikian, pemasaran juga dilakukan untuk mengembangkan, mempromosikan dan mendistribusikan


(31)

program-7

program dan jasa yang disponso ri oleh organisasi non-laba (Swastha dan Irawan, 1990).

Di dalam kajian ini, dilakukan beberapa analisis, yaitu analisis deskriptif yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan bauran pemasaran di PBT Garutan RM. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran digunakan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks External Factor Evaluation (EFE) dan untuk mengetahui strategi yang dapat dikembangkan menggunakan metode SWOT (strengths, weakness, opportunities and threats).

2. Pendekatan Studi Kasus

a. Karakteristik Industri Kecil Indonesia

Menurut SK Menteri Perindustrian dan Pedagangan Nomor 254/MPP/Kep 7/1997 tentang kriteria industri kecil dan perdagangan kecil adalah suatu kegiatan usaha industri yang memiliki investasi sampai dengan Rp. 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, pemiliknya adalah warga negara Indonesia. Sedangkan menurut Dirjen Perdagangan Dalam Negeri (1993), industri kecil diartikan sebagai badan usaha yang mempunyai kemampuan mengelola dan berorganisasi, tetapi mempunyai keterbatasan modal dan keterampilan, sehingga perusahaaan tersebut hanya mampu melakukan kegiatan usaha di bidang tertentu yang berskala kecil dan terbatas. Status industri kecil adalah milik pribadi sehingga tergantung sekali dengan modal keluarga.


(32)

8

Pengertian dan definisi industri kecil di Indonesia mengalami perubahan penafsiran setiap waktu dan terdapat berbagai versi antar instansi. Pengertian industri kecil, menurut BPS (1993) adalah usaha rumah tangga yang melakukan kegiatan mengolah barang jadi atau dari yang kurang nilainya dengan maksud untuk dijual, dengan jumlah pekerja paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 19 orang termasuk pengusaha.

Walaupun terdapat beberapa batasan dan pengertian tentang industri kecil, namun pada prinsipnya suatu industri adalah merupakan kegiatan ekonomi yang menggunakan faktor-faktor produksi secara efisien sehingga dalam setiap kegiatannya asas efisien harus selalu diperhatikan. Khusus dalam kajian ini, batasan pengertian industri kecil yang mengacu pada definisi menurut Dirjen Pedagangan Dalam Negeri dan BPS (1993), yaitu :

1. Usaha rumah tangga (home industry) yang mengelola barang jadi atau barang yang kurang nilainya dengan maksud untuk dijual. 2. Memiliki jumlah pekerja paling sedikit 5 orang dan paling banyak

19 orang termasuk pengusaha.

3. Mempunyai skala usaha yang kecil dan terbatas, baik modal maupun orientasi pasarnya.

4. Status usaha milik pribadi dan keluarga

5. Memiliki kemampuan terbatas dalam mengadopsi teknologi dan pengelolaan usah a serta administrasi sederhana.


(33)

9

6. Strategi usaha perusahaan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang sering berubah -ubah secara cepat.

Kaban (1998) menambahkan bahwa industri kecil biasanya berlokasi di wilayah pedesaan dan kota-kota kecil yang sering kali merupakan usaha sampingan atau pola paruh waktu dari kegiatan ekonomi lainnya. Kemampuan industri kecil sangat lemah baik itu dalam menyerap teknologi, maupun dalam pengelolaan dan strategi usaha.

b. Perkembangan industri batik di Indonesia

Batik merupakan salah satu karya budaya bangsa yng bersifat khusus karena produk ini adalah hasil perpaduan antara seni dan teknologi. Nilai seni ditunjukkan dengan motif dan warna batik, sedangkan teknologi ditunjukkan dalam proses pembuatannya (Depperindag, 1999). Motif atau corak batik adalah gambaran pada batik yang merupakan perpaduan antara garis dan bentuk sehingga membentuk suatu rangkaian keindahan. Motif, warna dan proses pembuatan batik berkembang mengikuti permintaan pasar.

Pada mulanya, batik hanya dibuat dengan sistem tulis dan pewarna alami yang berasal dari tumbuhan maupun binatang. Namun sekitar tahun 1957, mulai dikenal zat warna sintetis yang prosesnya jauh lebih cepat dan lebih tahan lama (Anonim, 1997). Kegunaan batik berkembang sesuai dengan kondisi pasar sehingga batik yang dulunya


(34)

10

hanya digunakan sebagai kain panjang, kain sarung, selendang dan tutup kepala, sekarang banyak digunakan sebagai kemeja, rok, gaun panjang, daster dan perlengkapan dekorasi rumah seperti taplak meja, sarung bantal kurs i, sprei, gorden, kap lampu dan lain -lain.

Secara umum produk yang dihasilkan dari industri batik memiliki beberapa karakteristik, yaitu : (1) produk yang sifatnya relatif sekunder dibanding dengan produk pangan yang dihasilkan dari sektor pertanian dan industri makanan meskipun masih tetap termasuk dalam produk primer; (2) produk subsitusinya cukup banyak sehingga siklus hidup beberapa produk yang dihasilkan dalam industri ini pendek. Berdasarkan karakteristik tersebut, maka permintaan terhadap produk batik baru akan terjadi jika produk sudah ada dihadapan konsumen. Kondisi ini menyebabkan timbulnya ketidakpastian bagi pengusaha batik.

Pesaing bagi perusahaan batik tidak hanya datang dari pengusaha non batik tetapi juga dari pengusaha di dalam industri itu sendiri. Pesaing dari pengusaha tekstil non batik timbul, karena batik merupakan salah satu produk tekstil yang memiliki produk substitusi dekat yang relatif banyak. Sementara pesaing dari dalam industri timbul, karena industri batik merupakan gabungan dari usaha batik tradisional (batik tulis), usaha batik cap dan usaha batik cetak (printing).

Tumbuhnya industri tekstil bermotif batik (batik printing) menyebabkan perusahaan-perusahaan batik tradisional mengurangi


(35)

11

jumlah produksi dan akhirnya menutup usahanya. Hal tersebut terjadi karena batik printing yang dapat diproduksi secara massal dan cepat, harganya relatif lebih murah sehingga lebih banyak diminati oleh konsumen, khususnya kelas menengah ke bawah. Pengusaha/pengrajin batik tradisional yang mampu bertahan dalam persaingan ini, umumnya menonjolkan ciri khas warna dan motif yang ekslusif.

Usaha batik di Indonesia mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat, khususnya masyarakat di lingkungan sekitar perusahaan. Hal ini dapat diilustrasikan di propinsi Jawa Tengah misalnya, industri batik di wilayah Pekalongan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 53.285 orang, Sragen 12.902 orang dan Surakarta 1274 orang (Deperindag, 1999). Selain di Jawa Tengah, industri batik juga berkembang di Jawa Barat (Tasikmalaya, Cirebon, Indramayu dan Garut), Jawa Timur (Tulungagung, Ponorogo, Gresik dan Sidoarjo), Kalimantan Barat, kalimantan Tengah, Riau, Jambi, Daerah Istimewa Aceh (Aceh) dan Sumatera Barat (Padang).

Usaha batik merupakan salah satu bidang usaha yang dapat memberikan sumbangan bagi devisa negara melalui ekspor berbagai jenis produk yang dihasilkan. Kegiatan ekspor batik Indonesia dapat diilustrasikan dalam perkembangan nilai ekspor batik pada Tabel 1.

Nilai ekspor batik berfluktuatif dan memiliki kecenderungan menurun. Penurunan ini disebabkan, karena beberapa jenis produk batik mengalami beberapa hambatan khususnya dalam hal pemasaran dan produksi. Padahal produk batik merupakan salah satu produk yang


(36)

12

digemari oleh masyarakat manca negara karena nilai senin ya tinggi. Hambatan ini diharapkan dapat diatasi oleh pengusaha kecil bersama dengan pihak-pihak yang terkait, sehingga industri ini dapat tetap eksis di Indonesia.

Tabel 1. Nilai ekspor batik dan komoditas non migas Indonesia Tahun 1992-1996 (Ribu US$)

Tahun Nilai ekspor batik Pertumbuh an (%) Nilai ekspor non migas Pertumbuh an (%) Kontribusi (%)

1992 14.589,02 - 23.296,2 - 0,06

1993 35.178,46 141,1 27.077,6 16,23 0,13

1994 46.038,12 30,9 30.359,8 12,12 0,15

1995 38.563,23 -16,2 34.953,6 15,13 0,11

1996 33.621,60 -12,8 38,092,9 8,98 0,09

Sumber : BPS, 1999

c. Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran adalah logika pemasaran dan berdasarkan itu, unit usaha diharapkan untuk mencapai sasaran-sasaran pemasarannya. Strategi pemasaran terdiri dari pengambilan keputusan tentang biaya pemasaran perusahaan, bauran pemasaran dan alokasi pemasaran (Kotler, 1997). Pada dasarnya, strategi pemasaran memberikan arah dalam kaitannya dengan peubah-peubah seperti segmentasi pasar, identifikasi pasar sasaran, positioning, elemen bauran pemasaran dan biaya bauran pemasaran (Tjiptono, 1995).

Strategi pemasaran yang berhasil umumnya ditentukan dari satu atau beberapa peubah bauran pemasaran. Dalam hal ini, perusahaan dapat mengembangkan strategi produk, harga, distribusi atau promosi; atau mengelompokan peubah tersebut kedalam suatu rencana strategis


(37)

13

yang menyeluruh. Ada 5 konsep yang mendasari suatu strategi pemasaran (Swastha dan Irawan, 1990), yaitu :

a. Segmentasi pasar

b. Penentuan posisi pasar (market positio ning) c. Strategi memasuki pasar (market entry strategy)

d. Strategi marketing mix

e. Strategi penentuan waktu (timing strategy)

Segmentasi pasar merupakan dasar untuk mengetahui bahwa setiap pasar itu terdiri atas beberapa segmen yang berbeda-beda. Dalam setiap segmen terdapat pembeli-pembeli yang mempunyai : a. Kebutuhan yang berbeda-beda

b. Pola pembelian yang berbeda-beda

c. Tanggapan yang berbeda-beda terhadap berbagai macam penawaran.

Konsep kedua sebagai dasar dari strategi pemasaran adalah penentuan posisi pasar (market positioning). Pada kondisi tersebut, perusahaan berusaha memilih pola konsentrasi pasar khusus yang dapat memberikan kesempatan maksimum untuk mencapai tujuan sebagai pelopor. Perusahaan baru dapat beroperasi setelah memperoleh posisi tertentu di pasar. Oleh karena itu, harus menentukan sasaran pasarnya.

Konsep ketiga yang mendasari strategi pemasaran adalah menentukan bagaimana memasuki segmen pasar yang dituju.


(38)

14

Perusahaan dapat menempuh beberapa cara untuk memasuki segmen pasar yang dituju (Sistaningrum, 2002), yaitu dengan : a) membeli perusahaan lain, b) berkembang sendiri dan c) mengadakan kerjasama dengan perusahaan lain

Konsep pengembangan strategi pemasaran yang keempat berkaitan dengan masalah bagaimana menetapkan bentuk penawaran pada segmen pasar tertentu. Hal ini dapat terpenuhi dengan penyediaan suatu sarana yang disebut bauran pemasaran. Bauran Pemasaran adalah kombinasi dari empat peubah atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan, yaitu : produk, struktur harga, kegiatan promosi dan sistem distribusi. Kegiatan-kegiatan ini perlu dikombinasikan agar perusahaan dapat melakukan tugas pemasarannya seefektif mungkin (Kotler dan Armstrong, 1997).

Perusahaan/organisasi tidak hanya sekedar memilih kombinasi yang terbaik saja, tetapi juga harus mengkoordinir berbagai macam elemen dari bauran pemasaran tersebut untuk melaksanakan program pemasaran secara efektif. Menurut Kotler (1997), bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran. Bauran pemasaran terdiri dari empat unsur yang dikenal dengan empat P (four P), yaitu Product (produk), price (harga), place (tempat) dan


(39)

15

1) Strategi produk

Produk adalah sesuatu yang ditawarkan dan dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen. Selain itu juga produk merupakan alat bauran pemasaran yang paling mendasar. Macam produk dapat berciri fisik dan dapat berciri jasa layanan. Strategi produk didefinisikan sebagai suatu strategi yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan yang berkaitan dengan produk yang dipasarkan. Strategi produk yang tepat akan menempatkan perusahaan dalam suatu posisi persaingan yang lebih unggul dari para pesaingnya.

Pengertian produk tidak dapat dilepaskan dengan kebutuhan, karena produk merupakan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan manusia. Produk dapat mencakup sesuatu benda fisik, jasa, prestise, tempat, organisasi maupun ide. Menurut Kotler dan Amstrong (1997), terdapat tiga aspek dari produk yang perlu diperhatikan, yaitu :

Gambar 1. Empat P dalam bauran pemasaran (Kotler, 1997) Bauran Pemasaran

Produk Harga

Promosi Tempat Pasar sasaran


(40)

16

i. Produk Inti (Core Product)

Produk inti merupakan manfaat inti yang ditampilkan oleh suatu produk kepada konsumen dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya.

ii. Produk Yang Diperluas (Augmented Product)

Disamping manfaat inti atau produk inti, suatu produk mungkin memberikan manfaat-manfaat tambahan yang lain kepada konsumen. Produk ini mencakup berbagai tambahan manfaat yang dapat dinikmati oleh konsumen dari produk inti yang dibelinya. iii. Produk formal (Formal Product)

Produk formal adalah produk yang merupakan “menampilkan atau mewujudkan“ dari produk inti maupun perluasan produknya, lebih dikenal sebagai daya tarik yang tampak langsung tangibel offer di mata konsumen. Lima komponen yang terdapat pada produk formal adalah desain atau bentuk coraknya, daya tahan atau mutu, daya tarik atau keistimewaan, pengemasan atau bungkus dan nama merek atau brand name.

2) Strategi Harga

Harga merupakan jumlah uang tertentu yang harus dibayar oleh pelanggan untuk produk tertentu. Menurut Kotler (1997), harga suatu produk merupakan ukuran terhadap besar kecilnya nilai kepuasan seseorang terhadap produk yang dibelinya.


(41)

17

Strategi harga adalah satu -satunya strategi yang menghasilkan pendapatan penjualan bagi perusahaan (Tjiptono, 1995). Strategi ini meliputi memilih metode penetapan harga produk, memodifikasi harga yang sudah ada, serta memprakarsai dan menanggapi perubahan harga. Tujuan dari strategi harga ini adalah untuk mempertahankan pangsa pasar, mencapai keuntungan maksimum dan mencapai pertumbuhan penjualan yang tinggi. Sebelum penetapan harga dilakukan, perusahaan harus menentukan apa yang ingin dicapai dari produk yang dipasarkannya, dengan mempertimbangkan faktor pelanggan, pesaing dan biaya produksi.

3) Strategi Distribusi

Menurut Kotler (1997), saluran distribusi atau tempat adalah himpunan perusahaan dan perorangan yang mengambil hak atau membantu dalam pengalihan hak atas barang atau jasa selama berpindah dari produsen ke konsumen. Distribusi merupakan kegiatan pemasaran yang harus dilakukan oleh pengusaha untuk menyalurkan, menyebarkan, mengirim dan menyampaikan barang yang dipasarkannya kepada konsumen (Tjiptono, 1995).

Dalam pendistribusian ini dibutuhkan penyalur-penyalur, baik milik perusahaan itu sendiri maupun yang bukan milik perusahaan. Perusahaan yang bergerak di bidang distribusi ada beberapa macam, diantaranya agen, penyalur, distributor, pedagang besar, pengecer dan perwakilan dagang di luar negeri. Perusahaan


(42)

18

harus mengerti berbagai jenis pengecer, pedagang grosir dan perusahaan distribusi fisik.

4) Strategi Promosi

Produk yang sudah direncanakan dengan baik belum menjamin keberhasilan pemasaran produk tersebut. Kegiatan promosi tidak boleh terhenti hanya pada memperkenalkan produk kepada konsumen saja, akan tetapi harus dilanjutkan agar konsumen menjadi tertarik dan kemudian membeli produk tersebut. Promosi menunjukkan pada berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan dalam mengkomunikasikan keb agusan produknya, membujuk dan mengingatkan para pelanggan dan konsumen sasaran untuk membeli produk tersebut (Kotler, 1997).

Alat-alat yang dapat digunakan untuk mempromosikan suatu produk ada beberapa macam, yaitu :

i. Iklan atau advertensi yang dilakukan melalui surat kabar, majalah, radio, televisi, dan lain-lain. Penentuan media harus sesuai dengan konsumen sasaran.

ii. Promosi penjualan dilakukan dengan cara memberikan contoh produk kepada calon konsumen atau demonstrasi ditempat yang ramai dengan tujuan, agar langsung menarik perhatian konsumen.

iii. Publisitas digunakan untuk membentuk pengaruh secara tidak langsung kepada konsumen agar tahu dan menyenangi produk


(43)

19

yang dipasarkan, yaitu dilakukan melalui berita disurat kabar, radio atau televisi yang umumnya bersifat memasyarakat. iv. Personal selling adalah kegiatan untuk melakukan kontak

langsung dengan calon konsumen, melalui cara door to door selling, mail order, telephon selling dan direct selling.

Promosi ini merupakan suatu kegiatan yang sangat menentukan untuk meningkatkan nilai penjualan dan pertumbuhan produk. Hal yang harus diperhatikan dalam menetapkan kebijakan promosi adalah menentukan tujuan komunikasi, memilih media yang tepat, waktu penyampaian dan menetapkan anggaran promosi.

Konsep kelima dari strategi pemasaran adalah penentuan waktu

(timing). Apabila perusahaan telah menemukan kesempatan yang baik, kemudian menetapkan tujuan dan mengembangkan suatu strategi pemasaran, ini tidak berarti bahwa perusahaan tersebut dapat segera beroperasi. Perusahaan dapat mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan apabila bergerak terlalu cepat atau terlalu lambat. Oleh karena itu, masalah penentuan waktu yang tepat sangat penting bagi perusahaan untuk melaksanakan program pemasarannya.


(44)

20

d. Lingkungan Perusahaan

David (1998) mengatakan bahwa ada tiga tahapan yang harus dilalui dalam proses perumusan strategi perusahaan, yaitu : tahap input, tahap analisis dan tahap pengambilan keputusan. Tahap input merangkum informasi-informasi yang diperlukan dalam formulasi strategi dengan melakukan identifikasi faktor internal dan eksternal perusahaan dengan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan

External Factor Evaluation (EFE). Tahap selanjutnya adalah analisis matriks matriks Internal-External (IE) untuk melihat kondisi dan posisi perusahaan saat ini. Langkah selanjutnya adalah analisis matriks

strengths, weaknesses, opportunities and threats (SWOT) untuk memilih alternatif strategi yang tepat bagi perusahaan.

Analisis SWOT terdiri dari Strengths (kekuatan), yaitu sumberdaya, keterampilan atau keunggulan-keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani oleh perusahaan. Kekuatan dapat terkandung dalam sumberdaya keuangan, citra perusahaan, kepemimpinan pasar. Weaknees (kelemahan), yaitu keterbatasan atau kekurangan dalam sumberdaya, keterampilan dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif perusahaan seperti keterampilan pemasaran dan keterikatan hubungan kerja.

Opportunities (peluang) yaitu situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Kecenderungan -kecenderungan penting merupakan salah satu sumber peluang seperti segmen pasar yang tadinya terabaikan. Threats (ancaman) yaitu situasi penting yang tidak


(45)

21

menguntungkan dalam lingkungan perusahaan, seperti, masuknya pesaing baru, lambatnya pertumbuhan pasar dan sebagainya. Komponen analisa SWOT (Hubeis, 2003) juga dapat diartikan sebagai berikut :

a. Kekuatan adalah sumberdaya atau kapasitas perusahaan yang dapat digunakan secara efektif dalam mencapai tujuannya.

b. Kelemahan adalah keterbatasan, toleransi ataupun cacat dari perusahaan yang dapat menghambat pencapaian tujuannya.

c. Peluang adalah situasi mendukung dalam suatu perusahaan yang digambarkan dari kecenderungan atau perubahan sejenis atau pandangan yang dibutuhkan untuk meningkatkan permintaan produk/jasa dan memungkinkan organisasi untuk meningkatkan posisinya melalui kegiatan suplai.

d. Ancaman adalah situasi tidak mendukung/hambatan, kendala atau berbagai unsur eksternal lainnya dalam lingkungan perusahaan yang potensial untuk merusak strategi yang telah disusun, sehingga menimbulkan masalah, kerusakan atau kekeliruan. Penilaian internal ditujukan untuk mengukur sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan.

Langkah yang ringkas dalam melakukan penilaian internal adalah dengan menggunakan matriks IFE. Sedangkan untuk mengarahkan perumusan strategi yang merangkum dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografis, lingkungan, politik,


(46)

22

pemerintahan, hukum, teknologi dan tingkat persaingan digunakan matriks EFE (David, 1998).

e. Matriks Internal – Eksternal (I – E Matriks)

Gabungan kedua matriks tersebut menghasilkan matriks Internal-Eksternal (IE) yang berisikan sembilan macam sel yang memperlihatkan kombinasi total nilai terboboti dari matriks-matriks IFE dan EFE (Gambar 2). Tujuan penggunaan matriks ini adalah untuk memperoleh strategi pengembangan yang lebih detail. Diagram tersebut dapat mengidentifikasikan 9 sel strategi perusahaan, tetapi pada prinsipnya kesembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu :

1. Strategi pertumbuhan (growth strategy) yang merupakan pertumbuhan perusahaan itu sendiri (sel 1, 2 dan 4)

2. Stability Strategy, adalah strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi yang sudah ditetapkan (sel 3, 5 dan 7).

3. Retrechment Strategy adalah usaha memperkecil atau mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan (sel 6, 8 dan 9)

f. Matriks SWOT

Matriks SWOT digunakan untuk menyusun strategi perusahaan. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan 4 sel kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi S -O,


(47)

23

strategi W-O, strategi W-T, dan strategi S–T, seperti terlihat pada Tabel 2.

TOTAL SKOR EVALUASI FAKTOR

I Pertumbuhan II Pertumbuhan III Stabilitas IV Pertumbuhan V Stabilitas VI Penciutan VII Stabilitas VIII Penciutan IX Likuidasi

Gambar 2. Matriks Internal – Eksternal (IE Matriks) Sumber : Strategic Management, David (1997)

Tabel 2. Matriks SWOT INTERNAL

EKSTERNAL

STRENGTH – S

Daftar 5 -10 faktor-faktor kekuatan

WEAKNESS – W

Daftar 5-10 faktor-faktor kelemahan

OPPORTUNITIES – O

Daftar 5-10 faktor-faktor Peluang

STRATEGI S – O

Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan

peluang

STRATEGI W – O

Atasi kelemahan dengan memanfaatkan

peluang

THREATS – T

Daftar 5-10 faktor-faktor Ancaman

STRATEGI S – T

Gunakan kekuatan untuk menghindari

ancaman

STRATEGI W – T

Meminimalkan Kelemahan dan menghindari

ancaman

Sumber : Analisis SWOT; Teknik Membedah Kasus Bisnis, Rangkuti (1998)

Kuat Sedang Lemah

4.0 3.0 2.0

Tinggi Menengah Rendah 1.0 1.0 2.0 3.0 Total Skor Evaluasi Faktor Eksternal Total Skor Evaluasi Faktor Internal


(48)

24

B. METODE

1. Lokasi dan Waktu

Lokasi kajian merupakan studi kasus di PBT Garutan RM Kabupaten Garut. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara purposive, yaitu didasarkan pada pertimbangan : (1) PBT Garutan RM merupakan perusahaan yang bergerak di bidang batik tulis khususnya batik tulis khas daerah Garut, (2) adanya ketersediaan data yang diperlukan dan kesediaan manajemen perusahaan menjadikan perusahaan tersebut menjadi lokasi kajian. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Agustus sampai Desember 2005.

2. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara : (1) Studi kepustakaan (eksplorasi), terutama perkembangan batik di Indonesia, industri perbatikan dan strategi dan bauran pemasaran; (2) Pengamatan langsung dengan cara mempelajari berbagai dokumen, proses produksi dan pemasaran; (3) Membuat daftar pertanyaan (kuesioner) dan wawancara dengan manajemen perusahaan yang terdiri dari pemilik dan bagian administrasi umum PBT Garutan RM. Kedua responden dianggap mengetahui seluk beluk batik garutan dan perkembangan batik di tanah air. Bentuk kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1.

3. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh merupakan data kualitatif dan kuantitatif yang diolah dengan bantuan aplikasi Microsoft Excel, disajikan dalam bentuk tabulasi untuk menyusun sasaran yang merupakan prioritas bagi


(49)

25

perusahaan. Analisis kualitatif dilakukan dengan melakukan analisis secara deskriptif terhadap bauran pemasaran dan lingkungan pemasaran perusahaan. Penggambaran secara deskriptif dilakukan untuk menggambarkan secara keseluruhan bauran pemasaran yang dijalankan oleh perusahaan serta kondisi lingkungan internal dan eksternal yang sedang dialami oleh perusahaan. Analisis deskriptif pada bauran pemasaran dilakukan dengan menganalisis bauran pemasaran yang dilakukan berdasarkan teori-teori yang dipakai oleh penulis pada pendekatan kajian ini. An alisis kualitatif juga dilakukan untuk menjelaskan secara manajerial hasil dari matriks IFE, EFE, IE dan SWOT.

Analisis secara kuantitatif dilakukan dengan menggunakan matriks IFE, EFE dan IE. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghadapi lingkungan internal dan eksternalnya dengan cara mendapatkan angka yang menggambarkan kondisi perusahaan terhadap kondisi lingkungannya.

Matriks IFE dan EFE diolah dengan menggunakan beberapa langkah sebagai berikut (Rangkuti, 1998) :

1. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan

Langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor internal, yaitu dengan mendaftarkan semua kelemahan dan kekuatan organisasi. Kekuatan diidentifikasi terlebih dahulu, baru kemudian perlu dikenali kelemahan organisasi. Daftar dibuat spesifik dengan menggunakan prosentase, rasio atau angka perbandingan. Faktor


(50)

26

eksternal perusahaan diidentifikasi dengan mendata semua peluang dan ancaman organisasi.

Data eksternal perusahaan diperoleh dari hasil wawancara atau kuesioner dan diskusi dengan pihak manajemen perusahaan serta data penunjang lainnya. Hasil kedua identifikasi faktor-faktor diatas tersebut menjadi faktor penentu internal dan eksternal yang selanjutnya akan diberikan bobot dan rating.

2. Penentuan Bobot Setiap Peubah

Penentuan bobot dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor-faktor strategis eksternal dan internal tersebut kepada pihak manajemen atau pakar dengan menggunakan metode Paired Comparison (Kinnear dan Taylor, 1991). Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal. Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4. Untuk menentukan bobot setiap peubah digunakan skala 1, 2, dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah: 1 : Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 : Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal 3 : Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

Bobot setiap peubah diperoleh dengan menentukan nilai rataan (2 pakar) dari setiap peubah terhadap jumlah nilai keseluruhan peubah dengan menggunakan rumus :

=

= n

i Xi

i x i

a

1

Dimana : a i = Bobot peubah ke-i

xi = Nilai peubah ke-i i = 1, 2, 3, ….., n n = Jumlah peubah


(51)

27

Tabel 3. Penilaian bobot faktor strategi internal perusahaan Faktor Strategis

Internal

A B C D …. Total

A B C D ……..

Total

Tabel 4. Penilaian bobot faktor strategi eksternal perusahaan Faktor Strategis

Eksternal

A B C D …. Total

A

B C D ……..

Total

3. Penentuan Peringkat (Rating)

Penentuan peringkat (rating) oleh manajemen atau pakar dari perusahaan yang dianggap sebagai decision maker dilakukan terhadap peubah-peubah dari hasil analisis situasi perusahaan. Untuk mengukur pengaruh masing -masing peubah terhadap kondisi perus ahaan digunakan nilai peringkat dengan skala 1, 2, 3, dan 4 terhadap masing -masing faktor strategis, dimana untuk matriks EFE skala nilai peringkat yang digunakan yaitu :

1 = Rendah, respon kurang

2 = Rendah, respon sama dengan rata -rata 3 = Tinggi, respon diatas rata-rata


(52)

28

Untuk faktor-faktor ancaman merupakan kebalikan dari faktor peluang, dimana skala 1 berarti sangat tinggi, respon superior terhadap perusahaan. Dan skala 4 berarti rendah, respon kuran g terhadap perusahaan. Untuk matriks IFE, skala nilai peringkat yang digunakan yaitu :

1 = Kelemahan utama 2 = Kelemahan kecil 3 = Kekuatan kecil 4 = Kekuatan utama

Untuk faktor-faktor kelemahan, dimana skala 1 berarti kelemahan utama dan skala 2 berarti kelemahan kecil. Untuk faktor-faktor kekuatan, dimana skala 3 berarti kekuatan kecil dan skala 4 berarti kekuatan utama. Selanjutnya nilai dari pembobotan dikalikan dengan nilai rataan peringkat pada tiap-tiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan. Hasil pembobotan dan peringkat (rating) berdasarkan analisa situasi perusahaan dimasukkan dalam Tabel 5 dan 6.

Nilai IFE dikelompokkan dalam Tinggi (3,0–4,0), Sedang (2,0–2,99) dan Rendah (1,0–1,99). Sedangkan nilai-nilai EFE dikelompokkan dalam Kuat (3,0 – 4,0), Rata-rata (2,0 – 2,99), dan Lemah (1,0 – 1,99) (David, 1998).

Terdapat 8 tahapan dalam membentuk matriks SWOT, yaitu : 1. Tentukan faktor-faktor peluang eksternal perusahaan

2. Tentukan faktor-faktor ancaman eksternal perusahaan 3. Tentukan faktor-faktor kekuatan internal perusahaan 4. Tentukan faktor-faktor kelemahan internal perusahaan


(53)

29

5. Sesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi S – O.

6. Sesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi W – O.

7. Sesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi S – T.

8. Sesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi W – T.

Tabel 5. Matriks EFE

Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor

A. Peluang : 1.

10.

Jumlah (A)

B. Ancaman : 1.

10.

Jumlah (B) Total (A+B) Tabel 6. Matriks IFE

Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor

A. Kekuatan : 1.

10.

Jumlah (A)

B. Kelemahan : 1.

10.

Jumlah (B) Total (A+B)


(54)

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. KEADAAN UMUM 1. Kondisi Wilayah Kajian

a. Geografi

Kabupaten Daerah Tingkat II Garut mempunyai luas daerah 3.066,88 Km2, secara geografis terletak antara 6o57’34’’ - 7o44’57’’, Lintang Selatan dan 107o24’3’’ - 108o7’24’’ Bujur Timur. Wilayah kabupaten Garut terdiri atas 9 wilayah pembantu bupati, 41 kecamatan, 11 kelurahan dan 392 desa. Wilayah tersebut dapat dikelompokkan kedalam 4 wilayah, yaitu wilayah Garut Selatan, Garut Utara, Garut Barat Daya dan wilayah Garut Tengah. Kabupaten ini memiliki batas -batas wilayah sebagai berikut : sebelah Utara ber-batasan dengan kabupaten Bandung dan Sumedang, sebelah Timur berbatasan dengan kabupaten Tasikmalaya, sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia, sebelah Barat berbatasan dengan kabupaten Bandung dan Cianjur.

Secara umum kabupaten Garut beriklim tropis dengan temperatur rataan 24oc-27oc dengan pola curah hujan 9 bulan basah berturut-turut dan 3 bulan kering berturut-turut. Pada daerah sepanjang pantai selatan curah hujan rataan berkisar antara 2500-3000 mm per tahun dan daerah-daerah yang terletak di sebelah utara daerah tersebut mendapat curah hujan lebih dari 4000 mm per tahun sampai dengan di sekitar


(55)

31

punggung yang menghubungkan puncak gunung Papandayan dan gunung Mandalawangi.

b. Potensi Sumber Daya Alam

Daerah sebelah Utara, Timur dan Barat Garut secara umum merupakan daerah dataran tinggi dengan kondisi alam berbukit -bukit dan pegunungan, sedangkan kondisi alam daerah sebelah selatan sebagian besar pemukiman, tanahnya memiliki kemiringan yang cukup curam. Corak alam di daerah sebelah selatan ini diwarnai oleh Samudra Indonesia dengan segenap potensi alam dan keindahan pantainya.

Wilayah kabupaten Garut Tengah terletak dilereng gunung dan pegunungan dengan puncak yang tidak terlalu tinggi. Potensi yang cukup baik untuk dikembangkan di wilayah ini adalah peternakan dan pertanian lahan kering seperti lahan palawija, padi ladang serta perkebunan.

Wilayah Garut Utara dan Tengah terletak di kanan kiri sungai Cimanuk. Wilayah Garut Utara mempunyai potensi lahan kritis yang cukup banyak. Garut Tengah memiliki fasilitas sosial ekonomi penduduk yang memadai. Pengairan di daerah ini juga cukup baik dengan sejumlah anak sungai yang dapat mengairi sepanjang tahun, sehingga daerah ini sangat cocok untuk tanaman pertanian dan perkebunan.

Wilayah Garut Barat Daya terletak di lereng gunung Papandayan yang mengarah ke selatan sampai pantai Samudra Indonesia. Keadaan


(56)

32

lahannya cukup kering, dimana banyak dijumpai tanaman rerumputan dan hutan belukar. Wilayah ini potensi pertanian lahan sawahnya kurang berkembang, keadaan tanahnya pada umumnya labil dengan sungai yang dalam sehingga kurang menunjang jaringan pengairan teknis.

Kabupaten Garut mempunyai dua musim, yaitu musin hujan dn musim kemarau. Hal yang menarik adalah kondisi topografi kabupaten Garut yang bervariasi serta keadaan vegetasi yang lebat dengan prosentase hutan di atas 30% menimbulkan iklim lokal pada wilayah tertentu seperti Cikajang, Cisurupan dan Bayongbong. Di daerah -daerah tersebut sering terjadi hujan lokal yang memungkinkan untuk bercocok tanam sepanjang tahun.

Kepadatan penduduk kabupaten Garut rataan 62 jiwa/km2. Penyebaran penduduk di kabupaten Garut tidak merata, dimana terjadi akumulasi di daerah perkotaan, khususnya Garut kota kepadatan mencapai 107 jiwa/km2. Penduduk kabupaten Garut merupakan penduduk yang religius. Agama yang berkembang di kabupaten Garut meliputi Islam (97,47%), Protestan (0,94), Katholik (1,29%), Hindu (0,13%) dan Budha (0,16%) dari jumlah penduduk (BPS, 2004).

Keadaan sosial ekonomi penduduk menunjukan bahwa penduduk Garut merupakan masyarakat agraris. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah rumah tangga yang memiliki aktivitas pada sektor pertanian lebih dari 59%. Selain itu, sektor perdagangan (12,1%), sektor jasa (4,08%) dan sektor konstruksi dan bangunan (1,54%). Keadaan umum


(57)

33

pertanian di kabupaten Garut dapat dibedakan atas pertanian setengah teknis dan tadah hujan. Hasil pertanian tanaman pangan kabupaten Garut adalah padi, jagung, ubi kayu, kacang hijau, kacang tanah dan kedelai, sedangkan tanaman perkebunan seperti kelapa, kelapa sawit, kakao, cengkeh dan teh.

2. Perkembangan Batik Tulis Garutan RM a. Sejarah perusahaan

PBT Garutan RM didirikan oleh Ny. Uba Sri Husodah Muharam pada tahun 1979. PBT Garutan RM ini merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang batik tulis khususnya batik tulis khas daerah Garut yang dikenal dengan nama Batik Garutan. PBT Garutan RM baru mendapatkan nomor surat ijin usaha perusahaan (SIUP) setelah berdiri selama 18 tahun, yaitu tepatnya pada tahun 1997 dengan NO SIUP 00270/10-14/PK/XI/97B.

Lokasi PBT Garutan RM terletak di Jalan Papandayan No. 54 Kecamatan Garut Kota. Selain terdapat di daerah Garut, PBT Garutan RM ini juga terdapat di daerah Bandung, yaitu di Jalan Pasir Salam Air E 1 dan kedua perusahaan ini masih bersifat home industri.

b. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Manajemen yang diterapkan perusahaan ini masih bersifat sederhana, dimana pimpinan usahanya adalah pemilik perusahaan. Tenaga kerja untuk bagian pemasaran, produksi, keuangan, administrasi dan umum dipegang oleh satu orang, yaitu staf


(58)

34

administrasi umum, meskipun tanggung jawab dan pengambilan keputusan tetap di pegang oleh pimpinan ataupun wakil pimpinan. Struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada Gambar 3.

Sederhananya struktur organisasi perusahaan ini mengakibatkan wewenang dan tanggung jawab masing-masing bagian belum tegas. Manajer umum (pemilik usaha) merangkap jabatan pengawas dan bagian lain (pembelian bahan baku, proses produksi dan pemasaran) sebagian diserahkan kepada orang tertentu di lingkungan keluarga atau pegawai yang telah dipercayai.

Adapun wewenang dan tanggung jawab masing-masing bagian dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Pimpinan

a. Membawahi semua bagian

b. Mengawasi dan mengkoordinasi semua kegiatan bawahannya c. Mengambil keputusan yang dirasa berat dan besar

Pimpinan/ Manajer Umum

Wakil Pimpinan

Administrasi dan Umum

Penulis Pola dan Pembatik

Pewarna


(59)

35

d. Menyusun rencana, mengkoordinasi, mengawasi anggaran keuangan perusahaan dan turut serta dalam merumuskan kebijaksanaan keuangan perusahaan.

2. Wakil pimpinan

a. Membantu pimpinan dalam mengelola perusahaan b. Mengganti pimpinan jika berhalangan

c. Membantu pimpinan dalam hal penerimaan pesanan dan pemasaran serta negosiasi transaksi

d. Menyusun administrasi keuangan dan pembukuan

e. Membuat rencana produksi dan daftar kebutuhan bahan baku dan tenaga kerja

f. Membuat laporan penerimaan dan pengeluaran barang pada setiap transaksi

g. Melaksanakan dan mengendalikan penyimpanan bahan baku, bahan penolong dan barang jadi agar terjamin mutunya.

3. Bagian administrasi dan umum

a. Mencatat seluruh kegiatan karyawan dan hasil monitoring kehadirian karyawan pada setiap bagian dan menyimpan arsip -arsip data karyawan

b. Memberikan acuan tata tertib dan budaya disiplin kerja

c. Merencanakan, mengawasi dan mengendalikan kegiatan ketenagakerjaan


(60)

36

d. Memperhatikan kesejahteraan karyawan dan tunjangan -tunjangan yang lainnya serta menangani permasalahan ketenagakerjaan

e. Melakukaan pembelian bahan baku yang diperlukan dalam menunjang kelancaran proses produksi

f. Melakukan pencatatan sehubungan dengan kegiatan produksi untuk kepentingan upah, penggunaan bahan dan lainnya. g. Menyelenggarakan administrasi dan arsip -arsip dokumen yang

terkait dengan pembelian, serta laporan bulanan

h. Melayani pesanan dari pelanggan dan mengatur pengiriman barang kepada pemesan serta monitoring harga perkembangan pasar

i. Berusaha dalam mencapai target penjualan yang telah ditetapkan dalam perencanaan sebelumnya

4. Penulis, pembatik dan pewarna

a. Mematuhi semua ketentuan perusahaan

b. Melakukan proses produksi dengan tepat dan menjaga mutu produk perusahaan

Pada Tabel 7 terlihat bahwa ada pengalokasian tenaga kerja yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin. Misalnya saja untuk penulis pola dan pembatik serta staf administrasi karyawan tenaga kerja yang digunakan sebagian besar adalah perempuan. Hal tersebut dikarenakan dalam melaksanakan tugasnya dibutuhkan ketelatenan dan kesabaran


(61)

37

tinggi, karena itu sangat cocok sekali dan lebih efektif apabila perempuanlah yang melakukannya. Sedangkan bagian pewarnaan hanya seorang karyawan perempuan saja dari tiga karyawan. Hal ini dikarenakan dalam melakukan pewarnaan dibutuhkan tenaga yang besar sehingga lebih cocok tenaga kerja laki-laki.

Tabel 7. Jumlah tenaga kerja dan pembagian pekerjaan

Jenis kelamin

Bagian Jumlah

orang

Usia

(tahun) P L

Administrasi 3 30 3

Penulis pola dan batik 404 14-50 36 8

Pewarna 3 25-35 1 2

Total 50 40 10

Sumber : PBT Garutan RM, 2004

Keterampilan yang dimiliki para karyawan baik itu penulis pola dan pembatik maupun pewarnaan umumnya diperoleh dari pelatihan -pelatihan yang dilaksan akan oleh perusahaan maupun pemerintah daerah, atau di dapat dari faktor keturunan, yaitu keterampilan menulis pola dan membatik tersebut di dapat dari orang tuanya. Tingkat pendidikan para karyawan pada umumnya tamatan SD sampai dengan SMU, dengan usia para karyawan berkisar antara 14-50 tahun. Dan sebagian besar para karyawan tersebut memiliki hubungan kekeluargaan.

Jam kerja dimulai pada pukul 08.00-16.00 WIB dengan waktu istirahat selama satu jam yaitu pada jam 12.00-13.00 WIB. Jadual hari kerja adalah hari Senin -Sabtu dan hari Minggu dan hari besar libur. Tunjangan hari raya juga diberikan kepada karyawan sesuai dengan lama bekerjanya serta prestasi bekerja masing-masing tenaga kerja.


(62)

38

B. PROSES PRODUKSI

a. Permodalan dan Biaya Produksi

Modal yang digunakan untuk membangun perusahaan ini adalah modal sendiri. Karena perusahaan masih bersifat home industry sehingga peralatan yang digunakan pun bersifat sederhana. Adapun investasi modal perusahaan digunakan dapat dilihat pada Tabel 8.

Dalam hal permodalan khususnya modal kerja yang digunakan adalah proses produksi kain tenun masak dan mentah, berbeda sesuai dengan volume produksi masing -masing. Besar kecilnya modal yang dimiliki perusahaan menjadi ukuran besarnya modal yang dimiliki perusahaan menjadi ukuran besarnya volume produksi kain batik tulis sutera yang dihasilkan.

Tabel 8. Investasi modal perusahaan

Jumlah Modal

Buah Batang

Umur Ekonomis (bulan)

Bak pewarnaan 3 60

Meja gambar 1 36

Wangkring besar 20 60

Wangring kecil 50 36

Koloyor 20 36

Wajan besar 8 24

Wajan kecil 50 24

Drum pewarnaan 20 36

Kompor 40 24

Canting 220 24

Ember besar 2 24

Ember kecil 8 24

Bambu 30 24

Cap logam 10 24

Cap kayu 5 12

Tungku 5 12


(1)

81

F. PEMBOBOTAN TERHADAP KEKUATAN DAN KELEMAHAN

Petunjuk Pengisian

Pemberian nilai didasarkan pada perbandingan berpasangan antara dua faktor secara

relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap perusahaan Batik Tulis

Garutan RM..

Conto h :

1.

“Tenaga kerja setempat” (B pada baris / vertikal)

lebih penting

daripada

“Produk bermutu (A pada kolom/horizontal), maka nilainya = 1

2.

“Tenaga kerja setempat” (B pada baris / vertikal)

sama penting

daripada

“Produk bermutu (A pada kolom/horizontal), maka nilainya = 2

3.

“Tenaga kerja setempat” (B pada baris/vertikal)

tidak lebih penting

daripada

“Produk bermutu (A pada kolom/horizontal), maka nilainya = 3

Catatan :

Cara membaca perbandingan dimulai dari variabel pada baris 1 (

huruf cetak miring

)

terhadap kolom 1 (

huruf cetak tegak

) dan harus konsisten.

FAKTOR PENENTU A B C D E F G H I J K Produk bermutu (A)

Tenaga kerja setempat (B)

Keuletan manajer dalam mengelola usaha (C) Pelayanan yang baik terhadap konsumen (D)

Jalur distribusi sederhana (E) Produksi belum optimal (F) Kurangnya promosi (G) Harga jual produk relatif tinggi (H) Sumberdaya manusia relatif rendah ( I ) Biaya produksi yang semakin tinggi (J) Pemasaran yang belum optimal (K)

Lanjutan Lampiran 1.


(2)

Lampiran 2. Pembobotan terhadap faktor internal

a. Pakar 1 (Pemilik PBT Garutan RM)

A B C D E G H I K L M Total Skor

Produk bermutu (A) 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 23 0,105

Tenaga kerja setempat (B) 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 21 0,095

Keuletan manajer (C) 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 17 0,077

Pelayanan yang baik (D) 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 17 0,077

Jalur distribusi sederhana (E) 1 2 3 3 2 2 1 3 2 3 22 0,100

Kapasitas produksi terbatas (F) 1 2 3 2 2 1 1 2 2 2 18 0,082

Kurangnya promosi (G) 1 1 2 2 2 3 1 2 2 1 17 0,077

Harga jual produk relatif tinggi (H) 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 25 0,114

Sumberdaya manusia relatif rendah (I) 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 19 0,086

Biaya produksi yang semakin tinggi (J) 2 2 3 3 2 2 2 2 2 1 21 0,095

Pemasaran yang belum optimal (K) 2 2 2 2 1 2 3 1 2 3 20 0,091

Total 17 19 23 23 18 22 23 15 21 19 20 220 1,000

b. Pakar 2 (Kepala bagian administrasi umum di PBT Garutan RM)

FAKTOR PENENTU A B C D E F G H I J K Total Skor

Produk bermutu (A) 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 24 0,109 Tenaga kerja setempat (B) 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 20 0,091

Keuletan manajer (C) 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 17 0,077

Pelayanan yang baik (D) 1 2 2 1 2 2 1 2 1 2 16 0,073 Jalur distribusi sederhana (E) 1 2 3 3 3 2 1 3 2 3 23 0,105 Kapasitas produksi terbatas (F) 1 2 3 2 1 1 1 3 2 2 18 0,082 Kurangnya promosi (G) 1 1 2 2 2 3 1 2 2 1 17 0,077 Harga jual produk relatif tinggi (H) 2 3 2 3 3 3 3 1 2 3 25 0,114 Sumberdaya manusia relatif rendah (I) 2 2 2 2 1 1 2 3 2 2 19 0,086 Biaya produksi yang semakin tinggi (J) 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 22 0,100 Pemasaran yang belum optimal (K) 2 2 2 2 1 2 3 1 2 2 19 0,086


(3)

1 0,214 0,107 3,5 0,374 1 2 0,186 0,093 3 0,280 5 3 0,155 0,077 4 0,309 2 4 0,150 0,075 4 0,300 4 5 0,205 0,102 3 0,307 3 6 0,164 0,082 2 0,164 6 7 0,155 0,077 2 0,155 3 8 0,227 0,114 2 0,227 1 9 0,173 0,086 1,5 0,130 5 10 0,195 0,098 2 0,195 2 11 0,177 0,089 1,5 0,133 4

2,000


(4)

Lampiran 3. Pembobotan terhadap faktor eksternal

a. Pakar 1 (Pemilik PBT Garutan RM)

A B C D E F G H I Total Skor

Meningkatnya permintaan batik (A) 2 2 3 2 2 2 2 2 17 0,120 Terbukanya pasar ekspor (B) 2 2 3 2 2 2 2 2 17 0,120 Pangsa pasar yang masih luas (C) 2 2 2 2 1 2 3 2 16 0,113

Hubungan baik dengan suplier (D) 1 1 2 3 2 1 2 2 14 0,099

Pembinaan dan pelatihan (E) 2 2 2 1 2 2 3 2 16 0,113

Kondisi ekonomi yang belum stabil (F) 2 2 1 2 2 2 3 2 16 0,113 Banyaknya pesaing (G) 2 2 2 3 2 2 1 2 16 0,113 Adanya produk pengganti (H) 2 2 1 2 1 1 3 2 14 0,099

Kondisi pasar global (I) 2 2 2 2 2 2 2 2 16 0,113

Total 15 15 14 18 16 14 16 18 16 142 1,000

b. Pakar 2 (Kepala bagian administrasi umum di PBT Garutan RM)

FAKTOR PENENTU A B C D E F G H I Total Skor

Meningkatnya permintaan batik (A) 2 3 2 2 3 2 2 3 19 0,134 Terbukanya pasar ekspor (B) 2 2 3 1 2 2 2 2 16 0,113 Pangsa pasar yang masih luas (C) 1 2 2 2 1 2 3 2 15 0,106

Hubungan baik dengan suplier (D) 2 1 2 3 2 1 2 2 15 0,106

Pembinaan dan pelatihan (E) 2 3 2 1 2 2 3 2 17 0,120

Kondisi ekonomi yang belum stabil (F) 1 2 1 2 2 2 3 2 15 0,106 Banyaknya pesaing (G) 2 2 2 3 2 2 1 2 16 0,113 Adanya produk pengganti (H) 2 2 1 2 1 1 3 2 14 0,099

Kondisi pasar global (I) 1 2 2 2 2 2 2 2 15 0,106


(5)

0,254

0,127 3 0,380 1 0,232

0,116 2 0,232 5 0,218

0,109 3 0,327 4 0,204

0,102 3,5 0,357 2 0,232

0,116 3 0,349 3 0,218

0,109 2,5 0,273 4 0,225

0,113 3 0,338 2 0,197

0,099 3,5 0,345 1 0,218

0,109 3 0,327 3 2,000


(6)

84

Penilaian Bobot Faktor Strategi Internal

(Berdasarkan bobot rataan dari pakar 1 dan 2)

Bobot

FAKTOR PENENTU

Pakar 1

Pakar 2

Rataan

Produk bermutu

(A)

0.105

0.109 0.107

Tenaga kerja setempat

(B)

0.095

0.091 0.093

Keuletan manajer

(C)

0.077

0.077 0.077

Pelayanan yang baik

(D)

0.077

0.073 0.075

Jalur distribusi sederhana

(E)

0.100

0.105 0.102

Kapasitas produksi terbatas

(F)

0.082

0.082 0.082

Kurangnya promosi

(G)

0.077

0.077 0.077

Harga jual produk relatif tinggi

(H)

0.114

0.114 0.114

SDM relatif rendah

(I)

0.086

0.086 0.086

Biaya produksi tinggi

(J)

0.095

0.100 0.098

Pemasaran belum optimal

(K)

0.091

0.086 0.089

Total

1.000

Penilaian Bobot Faktor Strategi Eksternal

(Berdasarkan bobot rataan dari pakar 1 dan 2)

Bobot

FAKTOR PENENTU

Pakar 1

Pakar 2

Rataan

Meningkatnya permintaan batik

(A)

0.120 0.134 0.127

Terbukanya pasar ekspor

(B)

0.120 0.113 0.116

Pangsa pasar yang luas

(C)

0.113 0.106 0.109

Hubungan baik dengan suplier

(D)

0.099 0.106 0.102

Pembinaan dan pelatihan

(E)

0.113 0.120 0.116

Kondisi ekonomi belum stabil

(F)

0.113 0.106 0.109

Banyaknya pesaing

(G)

0.113 0.113 0.113

Adanya produk pengganti

(I)

0.099 0.099 0.099

Kondisi pasar global

(J)

0.113 0.106 0.109

Total

1.000