I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras dan dimakan sebagai makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Sebagai
makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, abu serta mengandung unsur-unsur mineral kalsium, magnesium, sodium dan fosfor yang
dibutuhkan oleh manusia beras dianggap bahan pangan yang strategis untuk terus dijaga keberadaannya untuk memenuhi kebutuhan bagi masyarakat Indonesia.
Untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi rakyat maka diperlukan kebijakan pemerintah untuk mendorong peningkatan produksi secara
berkesinambungan. Namun demikian peningkatan intensitas pertanaman padi terus menerus akan menyebabkan perubahan ekologi dan terciptanya ekosistem
pertanian monokultur, sehingga mendorong munculnya serangga-serangga tertentu yang dapat merusak tanaman.
Konsep pengendalian hama terpadu sebagai gerakan pendekatan teknologi produksi pertanian berwawasan lingkungan muncul karena kegagalan cara
pengendalian hama konvensional yang pada intinya mencoba menyederhanakan masalah perlindungan tanaman yaitu dengan menggunakan bahan kimiawi.
Pengendalian kimiawi menimbulkan masalah baru resistensi hama, resurjensi, terbunuhnya musuh alami, terbunuhnya jasad bukan sasaran dan pencemaran
Metcalf dan Luckman, 1982. Tanpa memikirkan akibat jangka panjang, biasanya petani menggunakan
pestisida dalam mengejar pertumbuhan produksi. Permasalahan penggunaan pestisida dalam usahatani padi sawah yang sering tidak terkendali dan
Universitas Sumatera Utara
menimbulkan masalah baru inilah yang mendorong pemerintah mengeluarkan kebijakan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 1986 tentang Pelanggaran 53 Jenis
Insektisida Untuk Pengendalian Hama, kemudian menjadi tonggak sejarah bagi penerapan pengendalian hama terpadu untuk tanaman padi.
Pilihan untuk mengurangi pestisida dalam usahatani padi pada satu sisi dan peningkatan produksi padi pada sisi yang lain menyebabkan petani
memerlukan petunjuk jelas bagaimana upaya petani dalam berusahatani untuk mengurangi resiko kerusakan lingkungan tetapi sekaligus juga kesejahteraan
petani meningkat. Konsep Pengendalian Hama Terpadu PHT merupakan pilihan yang tepat
untuk menjawab delamatis tersebut, karena PHT bertujuan untuk membatasi penggunaan pestisida sedikit mungkin, tetapi sasaran kualitas dan kuantitas
produksi masih dapat dicapai. Secara global prinsip PHT sangat didorong oleh semakin meningkatnya kesadaran manusia terhadap kualitas lingkungan hidup
dan pengembangan konsep pembangunan yang terlanjutkan. Kabupaten Serdang Bedagai sebagai daerah otonom dibentuk melalui
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di Propinsi Sumatera Utara, dimana
mempunyai luas wilayah 1.900,22 Km
2
Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu lumbung beras di Provinsi Sumatera Utara, dimana produksi beras Kabupaten Serdang Bedagai dari
tahun ke tahun terus meningkat dan berpotensi besar untuk mengembangkan usaha di bidang pertanian dengan luas lahan lahan pertanian, antara lain : sawah
terdiri dari 17 kecamatan dan 243 desakelurahan dengan jumlah penduduk 602.522 jiwa.
Universitas Sumatera Utara
2006 2007
2008 2009
2010 1 Kotarih
188 188
188 188
188 2 Silinda
386 386
386 386
386 3 Bintang Bayu
510 510
406 406
406 4 Dolok Masihul
2,765 2,765
2,565 2,565
2,410 5 Serba Jadi
1,358 1,358
1,118 1,118
1,194 6 Sipispis
382 382
368 368
368 7 Dolok Marawan
50 50
15 15
15 8 Tebing Tinggi
2,803 2,803
2,483 2,483
2,483 9 Tebing Syahbandar
1,318 1,318
1,187 1,187
917 10 Bandar Khalifah
4,000 4,000
3,775 3,775
3,775 11 Tanjung Beringin
4,315 4,315
4,315 4,512
4,394 12 Sei Rampah
3,984 3,984
3,594 3,594
3,114 13 Sei Banban
5,516 5,516
5,461 6,803
6,803 14 Teluk Mengkudu
2,797 2,998
2,768 3,143
3,166 15 Perbaungan
5,425 5,425
5,425 5,953
5,953 16 Pegajahan
1,428 1,428
1,428 1,472
1,472 17 Pantai Cermin
3,388 3,388
3,388 4,013
4,013 Total
40,613 40,814
38,870 41,981
41,057 Luas Lahan Sawah TahunHa
Kecamatan No
irigasi sebanyak 35.631 Ha, sawah non irigasi sebanyak 5.426 Ha dan lahan kering terdiri dari ladanghuma 6.208 Ha, tegalan 26,271 Ha, perkarangan 9.940
Ha. Dimana tahun 2010 mengalami surplus beras sebanyak 147.168 ton. Sumber: Data Potensi Lahan Pertanian Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang
Bedagai, 2010. Tabel 1.1 menunjukkan bahwa Kecamatan Perbaungan dan Kecamatan
Pantai Cermin merupakan sentra produksi padi sawah dan merupakan lokasi pelaksanaan SLPHT. Perkembangan luas lahan sawah di Kabupaten Serdang
Bedagai pada tahun 2006 sd 2010 sebagai berikut : Tabel 1.1. Perkembangan Luas Lahan Sawah Kabupaten Serdang Bedagai
Mulai Tahun 2006 sd 2010
Sumber : Distanak Kabupaten Serdang Bedagai, 2010
Universitas Sumatera Utara
Menurut data yang diperoleh dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai perkembangan luas panen, produktivitas dan
produksi padi sawah selama 5 tahun terakhir 2006 sd 2010 adalah sebagai berikut :
Tabel 1.2. Perkembangan Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Mulai Tahun 2006 sd 2010 di Kabupaten Serdang
Bedagai
No Uraian
Tahun
2006 2007
2008 2009
2010
1. Luas Tanam Ha
80.263 74.415
77.601 76.915
67.803
2. Luas Panen Ha
64.267 73.122
72.797 72.044
73.534
3. Produktivitas
Tonha
5.21 4.68
4.73 4.82
4.96
4. Produksi Ton
334.705 342.432
344.401 347.468
364.876 Sumber : Distanak Kabupaten Serdang Bedagai, 2010
Tabel 1.2. menunjukkan bahwa produktivitas masih dapat ditingkatkan yang salah satunya melalui program SLPHT yang dilaksanakan pada tahun 2010
sebanyak 175 kelompok. Dari tahun ke tahun pemerintah terus menerus melakukan program dalam rangka peningkatan produksi dan pendapatan petani.
Keberhasilan peningkatan produksi dan pendapatan petani tidak terlepas dari beberapa faktor produksi yang salah satunya penerapan teknologi.
Tingginya biaya produksi yang selama ini dialami petani maka Program Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu SLPHT merupakan teknologi
yang dapat menurunkan biaya produksi dan upah tenaga kerja dimana biaya tersebut ditekan melalui pembelian benih, pupuk dan pestisida. Peningkatan
produksi salah satu prinsip program SLPHT, dimana peningkatan produksi dapat dilakukan dengan penggunaan varietas unggul, pemakaian benih sehat,
Universitas Sumatera Utara
penggunaan pupuk, pengolahan tanah dan penggunaan air. Effisiensi penggunaan biaya produksi dan peningkatan produksi padi sawah akan dapat meningkatkan
pendapatan petani. Kegiatan sesudah Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu SLPHT,
dimana petani diharapkan telah menerapkan 4 prinsip Pengendalian Hama Terpadu PHT, antara lain :
1. Petani sudah menerapkan budidaya tanaman sehat, budidaya tanaman sehat
menjadi bagian yang penting dalam program pengendalian OPT dimana mempunyai ketahanan ekologis yang tinggi, produksi yang optimal dan aman
dari gangguan OPT. 2.
Petani dapat melestarikan musuh alami di dalam usaha taninya, musuh alami merupakan faktor penting pengendali OPT untuk dilestarikan dan dikelola
agar mampu berperan penting secara maksimum dalam pengatur populasi OPT di alam.
3. Petani mengadakan pengamatan setiap minggu terhadap usaha tani yang
diusahakannya, masalah OPT tidak timbul mendadak begitu saja, hal ini dikarenakan hasil kerja kombinasi unsur-unsur lingkungan yang sesuai baik
biotik tanaman atau makanan serta campur tangan manusia, oleh karena itu diperlukan pengamatan ekosistem pertanaman yang intensif secara rutin oleh
petani yang merupakan dasar analisis ekosistem untuk mengambil keputusan dan melakukan tindakan yang diperlukan.
4. Petani menjadi ahli PHT di dalam usaha taninya, dimana petani sebagai
pengambil keputusan di lahannya sendiri, hendaknya memiliki pengetahuan dan dapat menganalisis ekosistem serta mampu menetapkan keputusan
Universitas Sumatera Utara
pengendalian OPT secara tepat sesuai dengan prinsip PHT. Anonimus, 2007 Jumlah petani yang telah mengikuti Sekolah Lapang Pengendalian Hama
Terpadu SLPHT sebanyak 4.650 orang peserta, seperti terlihat pada Tabel 1.3. di bawah ini :
Tabel 1.3. Jumlah Petani Yang Telah Mengikuti Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu SLPHT dari tahun 1990 sd
2010
No. Kecamatan
Jumlah Peserta orang
1. Perbaungan
800 2.
Pantai Cermin 225
3. Teluk Mengkudu
525 4.
Pegajahan 325
5. Sei Rampah
500 6.
Sei Bamban 525
7. Tanjung Beringin
500 8.
Tebing Tinggi 525
9. Bandar Khalifah
225 10.
Dolok Masihul 300
11. Serba Jadi
200
Tot al Keseluruhan 4.650
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Serdang Bedagai.
Berdasarkan laporan pengendalian organisme pengganggu tanaman POPTPHP di wilayah Kabupaten Serdang Bedagai sering terjadi serangan hama
yang sulit diatasi pada lahan sawah milik petani, masih banyak ditemukan petani yang tidak memahami dan mengetahui pola budidaya tanaman sehat, masih
Universitas Sumatera Utara
banyak petani yang tidak mengetahui bagaimana cara melakukan pengendalian hama tanaman padi secara baik atau yang dikenal dengan Pengendalian Hama
Terpadu PHT. Pada lahan padi sawah petani banyak ditemukan musuh alami dari hama tanaman padi yang mati, hal ini diduga akibat penggunaan pestisida
yang salah. Masalah tersebut tidak saja terjadi pada lahan pertanian petani non peserta SLPHT tetapi juga pada lahan pertanian petani peserta SLPHT, dari
laporan tersebut maka diperlukan evaluasi bagi para peserta Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu SLPHT.
Komponen proses yang sesuai adalah pertemuan musyawarah pra tanam, pertemuan mingguan dan hari lapang tani. Komponen produk yang sudah sesuai
adalah peningkatan kemampuan dan keterampilan petani di bidang pengamatan OPT pada tanaman padi dan teknologi pengendaliannya secara terpadu,
peningkatan kemampuan dan keterampilan petani dalam menganalisis agroekosistem pertanian dan peningkatan kerjasama dalam usahatani. Sedangkan
komponen input yang tidak sesuai adalah materi yang disampaikan dalam kegiatan SLPHT. Komponen proses yang tidak sesuai survei lokasi dan peserta,
pembinaan petani penggerak dan koordinasi untuk mempersiapkan hari lapang tani. Komponen produk yang tidak sesuai adalah peningkatan kualitas agro
ekosistem. Salah satu upaya untuk meningkatkan pendapatan petani, terutama para
petani yaitu mereka telah berusaha meminimalkan aplikasi pestisida. Produk pertanian yang bebas dari pestisida seharusnya lebih tinggi nilainya. Pada lahan
padi sawah petani banyak ditemukan musuh alami dari hama tanaman padi yang mati, hal ini diduga akibat penggunaan pestisida yang salah. Masalah tersebut
Universitas Sumatera Utara
tidak saja terjadi pada lahan pertanian petani non peserta SLPHT tetapi juga pada lahan pertanian petani peserta SLPHT, dari laporan tersebut maka diperlukan
evaluasi bagi para peserta Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu SLPHT.
1.2. Perumusan Masalah