V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Perbedaan biaya produksi, produksi dan pendapatan petani sebelum
dan setelah SLPHT
Pada sub bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan yang berkenaan dengan tujuan penelitian yang meliputi uji beda rata-rata antara biaya
produksi, produksi dan pendapatan petani padi sawah sebelum dan setelah mengikuti Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu SLPHT di Kabupaten
Serdang Bedagang.
5.1.1. Biaya Produksi Sebelum dan Setelah SLPHT
Biaya produksi dalam penelitian ini merupakan biaya jangka pendek yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel yang digunakan oleh
petani padi sawah sebelum dan setelah SLPHT di Kecamatan Perbaungan dan Kecamatan Pantai Cermin terdiri dari biaya sarana produksi, upah tenaga kerja
dan iuran P3A. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata terdapat perbedaan
penggunaan biaya variabel petani padi sawah sebelum SLPHT dengan setelah SLPHT baik di Kecamatan Perbaungan dan Kecamatan Pantai Cermin. Biaya
variabel yang dikeluarkan oleh petani padi sawah untuk sarana produksi dan upah tenaga kerja sebelum SLPHT lebih besar dibandingkan dengan setelah SLPHT.
Namun demikian biaya Iuran P3A sebelum SLPHT justru lebih besar dibandingkan setelah SLPHT.
Tabel 5.1; Tabel 5.2 dan Tabel 5.3 menunjukkan selisih biaya sarana produksi sebelum dan setelah SLPHT adalah sebesar Rp. 434.748,- di Kecamatan
Universitas Sumatera Utara
Perbaungan dan Rp. 699.220,- di Kecamatan Pantai Cermin. Perbedaan ini disebabkan petani padi sawah yang telah mengikuti SLPHT dapat mengefesienkan
biaya sarana produksi yang lebih efesien dibandingkan dengan sebelum SLPHT, khususnya mengurangi pengeluaran untuk pembelian bahan pembasmian hama
dan penyakit melalui pengendalian hama secara terpadu.
Tab el 5.1.Rata-rata Biaya variabel petani padi sawah sebelum dan Setelah SLPHT di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai
Tahun 2011.
Kec. Perbaungan Sarana Produksi
Rp Upah T. Kerja
Rp Iuran P3a
Rp
Sebelum SLPHT 915.000,-
2.162.500,- 65.600,-
Setelah SLPHT 480.252,-
1.908.320,- 75.700,-
Selisih - 434.748,-
- 254.180,- 10.100,-
Sumber : Lampiran 1
Tab el 5.2. Rata-rata Biaya Variabel Petani Padi Sawah Sebelum dan Setelah SLPHT di Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang
Bedagai Tahun 2011.
Kec. Pantai Cermin Sarana Produksi
Rp Upah T. Kerja
Rp Iuran P3A
Rp
Sebelum SLPHT 1.441.440,-
3.301.360,- 99.850,-
Setelah SLPHT 742.220,-
2.889.224,- 113.380,-
Selisih - 699.220,-
- 412.136,- 13.530,-
Sumber : Lampiran 2
Sedangkan selisih perbedaan upah tenaga kerja sebelum dan setelah SLPHT adalah sebesar Rp. 254.180,- di Kecamatan Perbaungan dan Rp. 412.136,-
di Kecamatan Pantai Cermin. Perbedaan upah tenaga kerja ini disebabkan melalui
Universitas Sumatera Utara
SLPHT petani padi sawah dapat menghemat penggunaan tenaga kerja untuk pengendalian hama secara terpadu.
Tab el 5.3. Rata-rata Biaya Variabel Petani Padi Sawah Sebelum dan Setelah SLPHT di Kecamatan Perbaungan dan Pantai Cermin
Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2011.
Sampel Sarana
Produksi Rp
Upah T. Kerja Rp
Iuran P3A Rp
Sebelum SLPHT 1.178.220,-
2.731.930,- 82.725,-
Setelah SLPHT 611.236,-
2.398.772,- 94.540,-
Selisih - 566.984,-
- 333.158,- 11.815,-
Sumber : Diolah dari lampiran 1 dan 2
Secara keseluruhan terjadi penurunan biaya variabel sebesar Rp. 566.984,- untuk biaya sarana produksi dan Rp. 333.158,- untuk upah tenaga kerja. Artinya
petani padi sawah mampu mengefesienkan biaya produksi setelah mereka menerapkan PHT pada usaha taninya. Namun demikian petani padi sawah harus
mengeluarkan Iuran P3A yang lebih besar Rp. 11.815,- dibandingkan dengan sebelum mereka mengikuti SLPHT.
Semakin menurunnya biaya variabel bagi petani setelah mengikuti SLPHT menunjukkan bahwa petani telah memperoleh manfaat dari konsep PHT
yang merupakan koreksi terhadap kesalahan dalam pengendalian hama dan penyakit. Penggunaan pestisida memang telah memberikan kontribusi besar bagi
peningkatan produksi tanaman, tetapi juga berdampak negatif terhadap lingkungan, seperti muncul nya resistensi dan resurjensi beberapa jenis hama.
Dalam bercocok tanam padi PHT tidak bisa diimplimentasikan sebagai suatu kegiatan yang mandiri, tetapi merupakan bagian dari sistem produksi. Petani
Universitas Sumatera Utara
padi sawah di Kabupaten Serdang Bedagai menyadari bahwa setelah meingikuti SLPHT usahatani padi mereka akan mendapatkan hasil yang tinggi dengan
keuntungan yang tinggi pula dalam proses produksi yang ramah lingkungan. Hal ini sesuai dengan hasil kajian dari Hidayat 2005.
Selain biaya variable, petani padi sawah juga mengeluarkan biaya tetap. Biaya tetap petani padi sawah di daerah penelitian terdiri dari biaya peralatan
seperti cangkul, parang babat, sabit, hand sprayer, PBB dan sewa tanah. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.4.sd Tabel 5.5.di bawah ini.
Tab el 5.4. Rata-Rata Biaya Tetap Petani Padi Sawah Sebelum dan Setelah SLPHT Di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang
Bedagai Tahun 2011.
Kecamatan Perbaungan
Cangkul Rp
Parang Babat
Rp Sabit
Rp Hand
Sprayer Rp
PBB Rp
Sewa Tanah Rp
Sebelum
20.250,- 16.200,-
10.800,- 72.900,-
27.272,- 1.100.000,-
Setelah
22.500,- 18.000,-
12.000,- 97.500,-
27.272,- 1.100.000,-
Selisih
2.250,- 1.800,-
1.200,- 24.600,-
0,- 0,-
Sumber : Lampiran 3
Tab el 5.5. Rata-rata Biaya Tetap Petani Padi Sawah Sebelum dan Setelah
SLPHT di Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2011.
Kecamatan Pantai
Cermin Cangkul
Rp Parang
Babat Rp
Sabit Rp
Hand Sprayer
Rp PBB
Rp Sewa
Tanah Rp
Sebelum
20.250,- 16.200,-
10.800,- 72.900,-
41.664,- 1.680.000,-
Setelah
22.480,- 18.000,-
12.000,- 97.500,-
41.664,- 1.680.000,-
Selisih
2.230,- 1.800,-
1.200,- 24.600,-
0,- 0,-
Sumber : Lampiran 4
Universitas Sumatera Utara
Tab el 5.6. Rata-Rata Biaya Tetap Petani Padi Sawah Sebelum dan Setelah SLPHT Di Kecamatan Perbaungan dan Pantai Cermin
Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2011.
Sampel Cangkul
Rp Parang
Babat Rp
Sabit Rp
Hand Sprayer
Rp Pbb
Rp Sewa Tanah
Rp
Sebelum
20.250,- 16.200,-
10.800,- 72.900,-
34.468,- 1.390.000,-
Setelah
22.490,- 18.000,-
12.000,- 97.500,-
34.468,- 1.390.000,-
Selisih
2.240,- 1.800,-
1.200,- 24.600,-
0,- 0,-
Sumber : Diolah dari lampiran 3 dan 4
Hasil analisis menunjukkan bahwa selisih biaya tetap yang dikeluarkan petani padi sawah di Kecamatan Perbaungan dan Kecamatan Pantai Cermin
hampir tidak berbeda. Rata-rata biaya tetap petani padi sawah sebelum SLPHT adalah Rp. 1.544.618,- dan setelah SLPHT sebesar Rp. 1.574.458,-. Hal ini
memberi makna bahwa terdapat selisih biaya rata-rata biaya tetap sebelum dan setelah SLPHT sebesar Rp. 29.840,-.
Tabel 5.7. Rata-rata Total Biaya sebelum dan Setelah SLPHT di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2011.
Kecamatan Sebelum Rp
Setelah Rp
Perbaungan 4.390.522,-
3.741.544,- Pantai Cermin
6.684.464,- 5.616.468,-
Rerata 5.537.493,-
4.679.006,-
Sumber : Diolah dari lampiran 3 dan 4
Dari Tabel 5.6 dan Tabel 5.7 diketahui biaya total petani padi sawah dalam melaksanakan usahataninya, yaitu sebesar Rp. 5.537.493,- sebelum
Universitas Sumatera Utara
mengikuti SLPHT dan Rp. 4.679.006,- setelah mengikuti SLPHT. Dengan demikian setelah SLPHT petani padi sawah di Kecamatan Perbaungan dan
Kecamatan Pantai Cermin mampu menghemat biaya produksi sebesar Rp. 858.487,-. Sedangkan total biaya produksi padi sawah per hektar sebelum
SLPHT adalah Rp. 9.959.519,-. Dan setelah SLPHT menurun menjadi Rp. 8.415.478,-. Dengan demikian setelah SLPHT petani padi sawah akan
menghemat biaya produksi sebesar Rp. 1.544.041,-. Hasil uji beda rata-rata berpasangan antara sebelum dan setelah SLPHT
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap biaya produksi bagi petani padi sawah sebelum dan setelah mengikuti SLPHT di Kabupaten
Serdang Bedagai.
Tab el 5.8. Uji Beda Rata-rata Biaya Produksi Petani Padi Sawah Sebelum dan setelah SLPHT di Kabupaten Serdang Bedagai
Biaya Produksi Rata-rata
N T
df Sig
Sebelum SLPHT 5.537.493,-
50 11,371
49 0,000
Setelah SLPHT 4.679.006,-
Analisis uji beda rata-rata menunjukkan adanya perbedaan biaya produksi petani padi sawah sebelum dan setelah dalam penerapan PHT. Hasil penelitian
penelitian menunjukkan bahwa program pemerintah untuk mengendalikan hama secara terpadu pada usahatani padi sawah selain untuk menjaga kelestarian
lingkungan melalui teknologi pengendalian hama juga memberi manfaat bagi petani dalam menghemat biaya usahatani. Dengan demikian hipotesis penelitian
Universitas Sumatera Utara
yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan biaya produksi antara sebelum dan Setelah SLPHT diterima pada Alpha 0,001.
Penurunan biaya setelah penerapan PHT antara lain disebabkan oleh menurunnya biaya sarana produksi dikarenakan pada PHT dimana penggunaan
benih, penggunaan pupuk, penggunaan pestisida untuk pengendalian hama penyakit menjadi berkurang. Selain itu penerapan PHT juga menurunkan upah
tenaga kerja, dimana biaya tenaga kerja pada saat penyemprotan menjadi berkurang.
Tab el 5.9. Klasifikasi Pelaksanaan Pedoman PHT Bagi Petani Setelah SLPHT.
No. Uraian Pedoman
Kecamatan Perbaungan 25 org
Kecamatan Pantai Cermin 25 org
Jumlah org
Persentase Jumlah
org Persentas
e
1. Budidaya tanaman sehat, antara lain:
Varietas unggul
Bibit sehat
Pupuk an organik
Pupuk organik
Pupuk cair
Pengolahan tanah
23 92
22 88
2. Pelestarian musuh alami melihat
keseimbangan antara hama dan musuh alami di dalam usahataninya
20 80
18 72
3. Pengamatan secara teratur
mingguan, dimana untuk mengetahui situasi hama penyakit
25 100
25 100
4. Petani sebagai ahli PHT, dimana
petani dapat mengambil keputusan sendiri
22 88
23 92
Sumber : Lampiran 11 - 12
Penggunaan benih sebelum SLPHT petani membutuhkan benih lebih banyak yaitu 40 kg dengan menggunakan sistem kompensional dan setelah
Universitas Sumatera Utara
melaksanakan SLPHT menjadi 25 kg hal ini dikarenakan petani menggunakan sistem tanam legowo 4 : 1, penggunaan pupuk sebelum SLPHT menggunakan
jenis pupuk urea lebih banyak dibanding setelah SLPHT, dimana pupuk urea lebih mahal dibandingkan pupuk organik, sedangkan untuk penggunaan pestisida sering
dilakukan petani apabila terjadi serangan hama penyakit sedangkan setelah melaksanakan SPLHT petani melaksanakan pengamatan untuk mengetahui
apakah hama penyakit di tanaman padi perlu dikendalikan dengan pestisida, sedangkan pestisida dikendalikan sebagai alternatif terakhir sesuai dengan batas
ambang ekonomi.
5.1.2. Produksi Padi Sawah Sebelum dan Setelah SLPHT