melaksanakan SLPHT menjadi 25 kg hal ini dikarenakan petani menggunakan sistem tanam legowo 4 : 1, penggunaan pupuk sebelum SLPHT menggunakan
jenis pupuk urea lebih banyak dibanding setelah SLPHT, dimana pupuk urea lebih mahal dibandingkan pupuk organik, sedangkan untuk penggunaan pestisida sering
dilakukan petani apabila terjadi serangan hama penyakit sedangkan setelah melaksanakan SPLHT petani melaksanakan pengamatan untuk mengetahui
apakah hama penyakit di tanaman padi perlu dikendalikan dengan pestisida, sedangkan pestisida dikendalikan sebagai alternatif terakhir sesuai dengan batas
ambang ekonomi.
5.1.2. Produksi Padi Sawah Sebelum dan Setelah SLPHT
Penerapan SLPHT padi sawah di Kecamatan Perbaungan memberikan dampak positif pada produksi padi sawah petani. Sebelum SLPHT produksi padi
sawah petani rata-rata 2.773,68 Kg dengan jumlah penerimaan Rp. 9.630.217,-. pada tingkat harga jual Rp. 3.472,-Kg. Kenaikan produksi padi sawah petani
terjadi setelah petani menerapkan PHT dimana produksi padi sawah mengalami peningkatan sebesar 333,32 Kg dibandingkan sebelum PHT. Peningkatan
produksi padi sawah ini meningkatkan penerimaan petani dari Rp. 10.647.561,-. atau terjadi peningkatan pendapatan sebesar Rp. 1.044.344,-.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.10 Rata-rata Penerimaan Padi Sawah Sebelum dan Setelah SLPHT di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun
2011.
Kec. Perbaungan Produksi Kg
Harga Kg Rp
Penerimaan Rp
Sebelum 2.773,68
3.472,- 9.630.217,-
Setelah 3.067
3.472,- 10.647.561,-
Selisih 333,32
1.017.344,-
Sumber : Lampiran 5
Hal yang sama juga terjadi di Kecamatan Pantai Cermin, dimana penerapan SLPHT padi sawah juga memberikan dampak positif pada produksi
padi sawah petani. Sebelum SLPHT produksi padi sawah petani rata-rata 4.010 ton dengan jumlah penerimaan Rp. 13.924.248,-. pada tingkat harga jual
Rp. 3.472,-Kg. Namun setelah mereka melakukan PHT produksi padi sawah mengalami peningkatan sebesar 416 Kg dibandingkan sebelum PHT. Peningkatan
produksi padi sawah ini meningkatkan penerimaan petani lebih tinggi Rp. 2.420.188,-. dibanding sebelum PHT.
Tabel 5.11. Rata-rata Penerimaan Padi Sawah Sebelum dan Setelah SLPHT di Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai
Tahun 2011.
Kec. Pantai Cermin Produksi Kg
Harga Kg Rp
Penerimaan Rp
Sebelum 4.010
3.472,- 13.924.248,-
Setelah 4.707
3.472,- 16.344.436,-
Selisih 697
0,- 2.420.188,-
Sumber : Lampiran 6
Universitas Sumatera Utara
Tab el 5.12. Rata-rata Penerimaan Padi Sawah Sebelum dan Setelah SLPHT di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2011.
SLPHT Produksi
Kg Harga Kg Rp
Penerimaan Rp
Sebelum 3.392,06
3.472,- 11.777.232,-
Setelah 3.887,09
3.472,- 13.495.976,-
Selisih 495,03
0,- 1.718.744,-
Sumber : Diolah dari lampiran 5 dan 6
Pada Tabel 5.12 terlihat bahwa rata-rata peningkatan produksi padi sawah sebelum dan setelah SLPHT adalah sebesar 495,03 Kg dengan luas tanaman rata-
rata 0,556 hektar. Dengan demikian penerapan PHT pada usahatani padi sawah akan meningkatkan produksi padi sebesar 14,53 . Sedangkan peningkatan
produksi padi per hektar setelah melakukan PHT adalah sebesar 890,34 Kg. Untuk menguji apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara produksi
sebelum dan setelah PHT, dilakukan uji beda rata-rata. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.13.
Tab el 5.13. Uji Beda Rata-rata Produksi Padi Sawah Sebelum dan Setelah SLPHT di Kabupaten Serdang Bedagai.
Produksi Rata-rata
N T
df Sig
Sebelum SLPH 3.892
50 13,367
49 0,000
Setelah SLPHT 4.342
Berdasarkan uji beda rata-rata, diketahui bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan produksi padi sawah sebelum petani menerapkan PHT
Universitas Sumatera Utara
dibandingkan dengan setelah petani menerapkan PHT. Hal ini ditunjukkan dengan nilai T hitung sebesar 13,367 yang lebih besar dari T-Tabel pada Alpha 0,0001.
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan terhadap produksi padi sawah sebelum dan setelah PHT dapat diterima.
5.1.3. Pendapatan Petani Padi Sawah Sebelum dan Setelah SLPHT