III.C. RESPONDEN PENELITIAN III.C.1. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Sesuai dengan tujuan penelitian ini, karakteristik responden penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja putri berusia 15 hingga 21
tahun, dengan karakteristik sebagai berikut : 1.
Pernah menjadi korban eksploitasi seksual komersil sektor prostitusi dan di eksploitasi oleh orang lain.
2. Sudah kembali menetap dilingkungan sosialnya dan sudah tidak
berprofesi sebagai PSK 3.
Sudah tidak lagi mengalami trauma psikologis dan sudah tidak memperlihatkan reaksi-reaksi seperti menarik diri, tidak mau
berkomunikasi dengan orang lain, tidak memiliki rasa takut yang berlebihan, tidak memperlihatkan perilaku bermusuhan serta sudah
dapat merespon rasa takut yang dirasakan dengan normal. III.C.2. JUMLAH RESPONDEN
Prosedur penentuan jumlah responden penelitian dalam penelitian kualitatif menurut Sarankatos dalam Poerwandari, 2007 memiliki karakteristik
berikut ini: 1 tidak ditentukan secara kaku sejak awal tetapi dapat berubah, baik dalam hal jumlah maupun karakteristik responden, sesuai dengan pemahaman
konseptual yang berkembang dalam penelitian; 2 tidak diarahkan pada keterwakilan dalam arti jumlah maupun peristiwa random melainkan pada
kecocokan konteks; 3 responden tidak diarahkan pada jumlah yang besar, melainkan pada kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Banister dkk. dalam Poerwandari, 2007 menyatakan bahwa dengan fokusnya pada kedalaman proses, penelitian kualitatif cenderung dilakukan dengan jumlah
kasus sedikit. Suatu kasus tunggal pun dapat dipakai, bila secara potensial memang sangat sulit bagi peneliti untuk memperoleh kasus lebih banyak, dan bila
dari kasus tunggal tersebut memang diperlukan informasi yang sangat mendalam. Sesuai dengan pernyataan tersebut, jumlah responden penelitian dalam penelitian
ini adalah dua orang responden, akan tetapi kemudian responden dalam penelitian ini bertambah karena peneliti bertanya kepada orang-orang terdekat responden
utama dengan tujuan memperkaya data penelitian. Dengan jumlah responden tersebut diharapkan akan dapat memberikan deskripsi tentang resiliensi remaja
putri korban eksploitasi seksual komersil khususnya sektor prostitusi. III.C.3. PROSEDUR PENGAMBILAN RESPONDEN
Prosedur pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah pengambilan sampel berdasarkan teori, atau berdasarkan konstruk operasional theory-based
operational construct sampling. Sampel dipilih dengan kriteria tertentu, berdasarkan teori atau konstruk operasional sesuai studi-studi sebelumnya atau
sesuai dengan tujuan penelitian. Hal ini dilakukan agar sample sungguh-sungguh mewakili bersifat presentative terhadap fenomena yang dipelajari.
III.C.4. LOKASI PENELITIAN
Lokasi pengambilan data dilakukan di daerah Medan dan Aceh, alasan pengambilan tempat penelitian dikarenakan fenomena yang sedang diteliti berada
di daerah tersebut.
Universitas Sumatera Utara
III.D. ALAT BANTU PENGUMPULAN DATA
Menurut Poerwandari 2007 penulis sangat berperan dalam seluruh proses penelitian, mulai dari memilih topik, mendeteksi topik tersebut, mengumpulkan
data, hingga analisis, menginterprestasikan dan menyimpulkan hasil penelitian.Dalam mengumpulkan data-data penulis membutuhkan alat Bantu
instrumen penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua alat bantu,
yaitu :
1. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian.Pedoman ini disusun tidak hanya
berdasarkan tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
2. Alat Perekam
Alat perekam berguna sebagai alat bantu pada saat wawancara, agar peneliti dapat berkonsentrasi pada proses pengambilan data tanpa harus
berhenti untuk mencatat jawaban-jawaban dari subjek. Dalam pengumpulan data, alat perekam baru dapat dipergunakan setelah
mendapat ijin dari subjek untuk mempergunakan alat tersebut pada saat wawancara berlangsung.
3. Lembar Observasi
Peneliti membuat lembar observasi yang sederhana untuk mencatat apa saja yang diobservasi selama wawancara berlangsung baik responden
penelitian atau kondisi lingkungan selama wawancara.
Universitas Sumatera Utara
III.E. PROSEDUR PENELITIAN III.E.1. TAHAP PERSIAPAN
Pada tahap persiapan penelitian, peneliti menggunakan sejumlah hal yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian Moleong, 2006, sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data
Peneliti mengumpulkan berbagai informasi, studi literarur, dan teori-teori yang berhubungan dengan resiliensi remaja putri korban eksploitasi seksual
komersil. 2.
Menyusun pedoman wawancara Pedoman wawancara disusun agar wawancara yang dilakukan tidak
menyimpang dari tujuan penelitian, peneliti menyusun butir-butir pertanyaan berdasarkan teori resiliensi yaitu dari sumber dan faktor
resiliensi yang ada untuk menjadi pedoman wawancara. Pedoman wawancara yang digunakan sebelumnya telah di diskusikan dengan salah
satu profesional judgment, yaitu dosen pembimbingan dalam penelitian ini. 3.
Persiapan untuk mengumpulkan data Peneliti mengumpulkan informasi tentang calon responden penelitian dari
saudara laki-laki responden. Peneliti memastikan calon responden memenuhi karakteristik responden yang telah ditentukan dengan
melakukan pra-wawancara. Keluarga responden I merupakan pekerja dikebun kakek peneliti, dan tinggal tidak jauh dari kediaman kakek
peneliti. Peneliti dan responden I sebelumnya sudah saling mengenal, sedikit banyak peneliti sudah mengetahui seluk beluk responden I dan
Universitas Sumatera Utara
keluarganya. Untuk responden II, informasi mengenai responden II dan keluarganya peneliti peroleh dari ayah peneliti sendiri yang pada saat itu
memang bertugas di daerah tersebut. Selain mencari informasi dari ayah peneliti, peneliti juga berusaha mencari informasi dari pihak-pihak lain
yang dahulu turut serta dalam penangkapan serta proses perdamaian keluarga responden II dengan keluarga ayah tirinya. Setelah semua
informasi terkumpul kemudian barulah peneliti menyusun cara dan strategi untuk membangun rapport dengan kedua responden penelitian serta
keluarganya. Setelah mendapatkan calon responden yang memenuhi karakteristik, lalu
peneliti menanyakan kesediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian dan menjelaskan informed consent dalam penelitian.
4. Membangun rapport dan menentukan jadwal wawancara
Setelah informasi terkumpul, peneliti mendatangi responden untuk menjelaskan tentang penelitian yang akan dilakukan dan menanyakan
kesediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian. Setelah memperoleh kesediaan dari responden penelitian, peneliti membuat janji bertemu
dengan responden dan berusaha membangun rapport yang baik dengan responden. Peneliti melakukan pendekatan berulang-ulang kepada kedua
responden. Waktu yang digunakan peneliti untuk membina rapport juga berbeda-beda pada kedua responden. Meski keluarga peneliti dan keluarga
responden I sudah saling mengenal, akan tetapi peneliti masih membutuhkan waktu sekitar satu bulan untuk membangun rapport dengan
Universitas Sumatera Utara
responden dan keluarganya. Hal tersebut di sebabkan responden I yang sedikit tertutup dengan orang lain mengenai cerita masa lalunya tersebut.
Selama satu bulan peneliti mendatangi kediaman responden secara
intensif. Selama satu bulan tersebut, peneliti dan responden I sering bertukar cerita serta melakukan kegiatan bersama. Dari situlah sedikit demi
sedikit responden I mau membagi pengalaman dirinya selama ia menjadi korban eksploitasi seksual
komersil. Kemudian barulah peneliti mencoba menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan pengalaman
responden I secara mendalam. Untuk responden I sebelum menjelaskan maksud penelitian, peneliti beberapa kali bertamu ke rumah responden I
untuk sekedar beramah tamah. Tujuannya adalah untuk semakin memperdekat hubungan dengan responden I. Beberapa kali peneliti
mengajak responden untuk makan di luar rumah responden atau membantu responden berjualan di warung tetangganya dan mengikuti semua kegiatan
responden bersama teman-teman dilingkungan sosialnya. Setelah peneliti merasa responden I nyaman dengan dirinya, peneliti datang lagi ke rumah
untuk membangun rapport ulang dengan basa-basi menanyakan kabar responden I dan keluarga. Setelah itu peneliti dan responden I sama-sama
menentukan jadwal wawancara. Responden I meminta supaya wawancara dilakukan di rumahnya pada pagi hari setiap hari minggu, karena
responden beralasan tidak bekerja pada hari minggu. Hampir sama dengan responden I, responden II dan keluarganya juga
sudah saling kenal dengan peneliti. Keluarga peneliti dan keluarga
Universitas Sumatera Utara
responden II sudah seperti saudara, disebabkan ayah peneliti adalah pihak yang turut membantu keluarga responden dalam penyelesaian kasus
responden II dahulu. Untuk responden II, peneliti juga membutuhkan waktu sekitar dua bulan dalam membangun rapport sebelum wawancara
mendalam dilakukan. Proses rapport untuk responden II sedikit lebih lama di bandingkan dengan responden I. Hal itu di sebabkan lokasi responden II
yang kurang memungkinkan untuk selalu di kunjungi oleh peneliti, karena lokasi kediaman responden II yang berada sekitar delapan jam dari tempat
tinggal peneliti. Selain itu, pada saat itu responen juga masih terbentur jadwal kuliah sehingga menyulitkan peneliti untuk membangun rapport
dengan responden II. Untuk menghasilkan hubungan yang baik serta data yang akurat dari responden II, peneliti memutuskan untuk menginap di
kediaman responden II setiap kali berkunjung ke tempat tinggal responden II. Dengan cara seperti itu, peneliti semakin memiliki informasi yang baik
tentang keadaan responden II dan keluarganya sehingga memudahkan peneliti untuk menjadi bertanya mengenai pengalaman responden II
dahulu. Setiap kali datang, peneliti membawa makanan untuk responden II serta anaknya. Basa-basi sering dilakukan antara peneliti dengan
responden II untuk mencairkan suasana rapport, sesekali juga di tengah basa-basi peneliti bercanda dengan anak responden II untuk lebih akrab.
Setelah hampir dua bulan melakukan pendekatan, dan peneliti merasa responden II sudah nyaman dengan peneliti, Basa-basi sering dilakukan
Universitas Sumatera Utara
antara peneliti dengan responden II untuk mencairkan suasana rapport, sesekali juga di tengah basa-basi peneliti.
III.E.2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Setelah tahap persiapan penelitian dilakukan, peneliti memasuki beberapa tahap pelaksanaan penelitian, antara lain:
1. Mengkonfirmasi ulang waktu dan tempat wawancara
Sebelum wawancara dilakukan, peneliti mengkonfirmasi ulang waktu dan tempat yang sebelumnya telah disepakati bersama dengan
responden. Konfirmasi ulang ini dilakukan sehari sebelum wawancara dilakukan dengan tujuan agar memastikan responden dalam keadaan
sehat dan tidak berhalangan dalam melakukan wawancara. 2.
Melakukan wawancara berdasarkan pedoman wawancara Sebelum wawancara dilakukan, peneliti meminta responden untuk
menandatangani “Lembar Persetujuan Wawancara” yang menyatakan bahwa responden mengerti tujuan wawancara, bersedia menjawab
pertanyaan yang diajukan, mempunyai hak untuk mengundurkan diri dari penelitian sewaktu-waktu serta memahami bahwa hasil wawancara
adalah rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Setelah itu, peneliti melakukan proses wawancara berdasarkan pedoman
wawancara yang telah dibuat sebelumnya. Peneliti melakukan beberapa kali wawancara untuk mendapatkan hasil dan data yang maksimal.
Universitas Sumatera Utara
3. Memindahkan rekaman hasil wawancara ke dalam bentuk transkrip
verbatim Setelah proses wawancara selesai dilakukan dan hasil wawancara telah
diperoleh, peneliti kemudian memindahkan hasil wawancara ke dalam verbatim tertulis. Pada tahap ini, peneliti melakukan koding dengan
membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh. Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasi dan mensistemasi data secara
lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari Poerwandari, 2007.
4. Melakukan analisa data
Bentuk transkrip verbatim yang telah selesai dibuat kemudian dibuatkan salinannya, peneliti kemudian menyusun dan menganalisa data dari hasil
transkrip wawancara yang telah dikoding menjadi sebuah narasi yang baik dan menyusunnya berdasarkan alur pedoman wawancara yang
digunakan saat wawancara. Peneliti membagi penjabaran analisa data responden ke dalam sumber dan faktor resiliensi.
5. Menarik kesimpulan, membuat diskusi dan saran
Setelah analisa data selesai dilakukan, peneliti menarik kesimpulan untuk menjawab rumusan permasalahan. Kemudian peneliti menuliskan diskusi
berdasarkan kesimpulan dan data hasil penelitian. Setelah itu, peneliti memberikan saran-saran sesuai dengan kesimpulan, diskusi dan data
hasil penelitian.
Universitas Sumatera Utara
III.E.3. Tahap Pencatatan Data
Untuk memudahkan pencatatan data, peneliti menggunakan alat perekam sebagai alat bantu agar data yang diperoleh dapat lebih akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan. Sebelum wawancara dimulai, peneliti meminta izin kepada responden untuk merekam wawancara yang akan dilakukan dengan tape
recorder. Dari hasil rekaman ini kemudian akan ditranskripsikan secara verbatim untuk dianalisa. Transkrip adalah salinan hasil wawancara dalam pita suara yang
dipindahkan ke dalam bentuk ketikan di atas kertas. III.F. PROSEDUR ANALISA DATA
Beberapa tahapan dalam menganalisis data kualitatif menurut Poerwandari
2007, yaitu: