Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-
laki maupun anak perempuan, hal tersebut disebabkan karena sepanjang masa kanak-kanak sebahagian besar masalah yang dihadapi oleh remaja
diselesaikan oleh orang tua dan guru, sehingga remaja tidak berpengalaman dalam menghadapi masalah. Selain itu, remaja juga merasa
jika mereka sudah mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri dan menolak bantuan orang lain.
e. Remaja sebagai masa pencarian identitas
PencarĂan identitas dimulai pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian diri dengan standars kelompok lebih penting dari pada bersikap
individualitas. Penyesuaian diri dengan kelompok pada remaja awal masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan, namun lambat laun
mereka mulai mendambakan identitas diri dengan kata lain ingin menjadi pribadi yang berbeda dengan orang lain.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Stereotip populer pada masa remaja mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja terhadap dirinya sendiri, dan ini menimbulkan ketakutan pada
remaja. Remaja takut bila tidak dapat memenuhi tuntutan masyarakat dan orang tuanya sendiri. Hal ini menimbulkan pertentangan dengan orang tua
sehingga membuat jarak bagi anak untuk meminta bantuan kepada orang tua guna mengatasi pelbagai masalahnya.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Universitas Sumatera Utara
Remaja pada masa ini melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-
cita. Semakin tidak realistik cita-citanya ia semakin menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya
atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri.
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Semakin mendekatnya usia kematangan, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan
bahwa mereka sudah hampir dewasa, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa yaitu merokok, minum
minuman keras, menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberi citra yang
mereka inginkan. Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ciri-ciri masa
remaja adalah bahwa masa remaja adalah periode yang penting, periode peralihan, periode perubahan, usia yng bermasalah, mencari identitas, yang usia yang
menimbulkan ketakutan, masa yang tidak realistik dan ambang masa kedewasaan.
II.C.3. Perkembangan Fisik dan Seksual Remaja
Perkembangan fisik remaja didahului dengan perubahan pubertas. Pubertas ialah suatu periode dimana kematangan fisik dan seksual terjadi secara
pesat terutama pada awal masa remaja Santrock, 2007. Menurut Susman Ragol dalam Santrock, 2007 pertambahan berat tubuh remaja berlangsung
Universitas Sumatera Utara
bersamaan dengan dimulainya masa pubertas. Selain itu, Rogol, Roemmich Clark dalam Santrock, 2007 mengemukakan bahwa pada puncak pertambahan
berat tubuh, berat tubuh remaja putri bertambah rata-rata 18 pon setiap tahunnya di usia sekitar 12 tahun kurang lebih enam bulan setelah dimulaimya laju
pertumbuhan tinggi tubuh. Susman Rogol dalam Santrock, 2007 menyatakan bahwa disamping
meningkatnya tinggi dan berat tubuh pada remaja putri, masa pubertas juga menimbulkan perubahan pada lebar pinggul dan bahu. Proses melebarnya pinggul
pada remaja putri berkaitan dengan meningkatnya hormone estrogen, selain itu wajah remaja putri menjadi lebih bulat dan lembut.
Urutan perubahan fisik pada remaja putri dimulai dengan membesarnya payudara atau tumbuh rambut dikemaluan. Selanjutnya, pertumbuhan rambut
diketiak. Seiring dengan perubahan ini, tubuh remaja putri akan bertambah tinggi, dan pinggulnya berkembang menjadi lebih lebar dibandingkan bahunya
Santrock, 2007. Menstruasi pertama menarche pada remaja putri, terjadi diakhir siklus
pubertas. Awalnya, siklus menstruasi berlangsung secara tidak teratur dan selama beberapa tahun pertama, hal itu disebabkan remaja putri mungkin tidak
mengalami ovulasi di setiap siklus. Remaja putri tidak mengalami perubahan suara seperti yang dialami oleh remaja laki-laki, namun remaja putri memiliki
payudara yang lebih penuh di akhir masa pubertasnya Santrock, 2007. Galambos dalam Santrock, 2007 menyatakan bahwa pubertas juga memperkuat aspek-
Universitas Sumatera Utara
aspek seksual dari sikap dan perilaku. Ketika tubuh dialiri oleh hormon, maka remaja putri mulai berperilaku feminim.
Pada masa ini, kehidupan remaja mulai dipenuhi oleh hal-hal yang berbau seksualitas, dimana masa remaja merupakan masa eksplorasi seksual dan
mengintegrasikan seksualitas ke dalam identitas seseorang. Kebanyakan remaja memiliki rasa ingin tahu yang tidak ada habis-habisnya mengenai seksualitas
Santrock, 2007. Proses tersebut berlangsung cukup lama dan melibatkan proses belajar untuk mengelola perasaan-perasaan seksual, seperti gairah seksual dan
perasaan tertarik, mengembangkan bentuk intimasi yang baru, dan mempelajari keterampilan perilaku seksual untuk menghindari konsekuensi-konsekuensi yang
tidak diinginkan Santrock, 2007. Seiring dengan perkembangan seksual yang dialami oleh remaja, mereka
juga mulai mengembangkan identitas seksualnya yang melibatkan lebih dari sekedar perilaku seksual, identitas seksual muncul dalam konteks faktor-faktor
fisik, faktor sosial, dan faktor budaya, di mana sebagian besar masyarakat cenderung memberikan batasan-batasan terhadap perilaku seksual remaja
Santrock, 2007. Micheal dkk dalam Santrock, 2007 mengungkapkan bahwa remaja putri belajar untuk mengaitkan hubungan seksual dengan cinta, mereka
sering kali merasionalisasikan perilaku seksualnya dengan mengatakan bahwa mereka terbawa oleh gairah sesat. Hyde DeLameter dalam Santrock, 2007
menjelaskan jika jatuh cinta menjadi penyebab utama remaja putri menjadi aktif secara seksual. Alasannya lain yang menyebabkan remaja putri aktif secara
seksual adalah karena mereka membiarkan ketika didesak oleh laki-laki, yang
Universitas Sumatera Utara
merupakan suatu cara agar dapat memperolah pacar, rasa ingin tahu, serta hasrat seksual yang tidak berkaitan dengan cinta dan kepedulian.
Sehubungan dengan perkembangan seksual yang dialami remaja putri, menurut Santelli dalam Santrock, 2007 kebanyakan remaja yang aktif secara
seksual memiliki resiko untuk mengalami masalah-masalah seksual dan masalah- masalah lainnya ketika mereka sudah melakukan hubungan seksual sebelum
berusia 16 tahun. Buhrmester dalam Santrock, 2007 mengungkapkan bahwa keterlibatan seksual pada remaja putri di masa remaja berkaitan dengan harga diri
yang rendah, tingkat depresi yang lebih besar, tingkat aktivitas seksual yang lebih besar, dan nilai yang rendah di sekolah. Selain itu, Huebner Howell; Swenson
Prelow dalam Santrock, 2007 menjabarkan bahwa faktor-faktor resiko untuk masalah seksual pada remaja meliputi faktor-faktor kontekstual seperti status
sosial ekonomi SES dan lingkungan keluarga atau pola pengasuhan. Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa perkembangan
fisik dan seksual remaja adalah perubahan yang terjadi pada fisik dan organ-organ reproduksi pada remaja baik perempuan maupun laki-laki, yang mempengaruhi
pola perilaku seksual remaja tersebut.
II.C.4. Perkembangan Sosial Remaja II.C.4.a. Perkembangan Hubungan Dengan Teman Sebaya
Selama masa remaja terjadi perubahan-perubahan yang dramatis, baik dalam segi fisik maupun kognitif. Perubahan-perubahan tersebut, ternyata
berpengaruh besar terhadap perubahan dalam perkembangan sosial remaja itu
Universitas Sumatera Utara
sendiri Desmita, 2005. Perkembangan sosial pada remaja merupakan salah satu tugas yang paling sulit, karena hal tersebut berhubungan dengan penyesuaian
sosial mereka. Remaja juga harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan diri
dengan orang dewasa diluar lingkungan keluarga dan sekolah. Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja juga harus membuat banyak
penyesuaian baru yaitu penyesuaian diri dengan pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan,
nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial serta nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin Hurlock, 1980.
Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu bersosialisasi
sozialed, memerlukan tiga proses. Dimana masing-masing proses tersebut terpisah dan sangat berbeda satu sama lain, tetapi saling berkaitan, sehingga
kegagalan dalam satu proses akan menurunkan kadar sosialisasi individu. Menurut Hurlock 1980 tiga proses dalam perkembangan sosial adalah sebagai
berikut :
1. Berperilaku dapat diterima secara sosial