III.E.3. Tahap Pencatatan Data
Untuk memudahkan pencatatan data, peneliti menggunakan alat perekam sebagai alat bantu agar data yang diperoleh dapat lebih akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan. Sebelum wawancara dimulai, peneliti meminta izin kepada responden untuk merekam wawancara yang akan dilakukan dengan tape
recorder. Dari hasil rekaman ini kemudian akan ditranskripsikan secara verbatim untuk dianalisa. Transkrip adalah salinan hasil wawancara dalam pita suara yang
dipindahkan ke dalam bentuk ketikan di atas kertas. III.F. PROSEDUR ANALISA DATA
Beberapa tahapan dalam menganalisis data kualitatif menurut Poerwandari
2007, yaitu:
1. Koding
Koding adalah proses membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh. Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasikan dan
mensistemasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan dengan lengkap gambaran tentang topik yang dipelajari.
Semua peneliti kualitatif menganggap tahap koding sebagai yang penting, meskipun peneliti yang satu dengan peneliti yang lain memberikan usulan
prosedur yang tidak sepenuhnya. Pada akhirnya, penelitilah yang berhak dan bertanggung jawab memilih cara koding yang dianggapnya paling
efektif bagi data yang diperolehnya Poerwandari, 2007. 2.
Organisasi Data
Universitas Sumatera Utara
Highlen dan Finley dalam Poerwandari, 2007 menyatakan bahwa organisasi data yang sistematis memungkinkan peneliti untuk :
- Memperoleh data yang baik
- Mendokumentasikan analisis yang dilakukan
- Menyimpan data dan analisis yang berkaitan dalam penyelesaian
penelitian Hal-hal yang penting untuk disimpan dan diorganisasikan adalah data
mentah catatan lapangan dan kaset hasil rekaman, data yang sudah diproses sebagiannya transkrip wawancara, data yang sudah
ditandaidibubuhi kode-kode khusus dan dokumentasi umum yang kronologis mengenai pengumpulan data dan langkah analisis.
3. Analisis Tematik
Penggunaan analisis tematik memungkinkan peneliti menemukan “pola” yang pihak lain tidak bisa melihatnya secara jelas. Pola atau tema tersebut
tampil seolah secara acak dalam tumpukan informasi yang tersedia. Analisis tematik merupakan proses mengkode informasi, yang dapat
menghasilkan daftar tema, model tema, atau indikator yang kompleks, kualifikasi yang biasanya terkait dengan tema itu atau hal-hal di antara
gabungan dari yang telah disebutkan. Tema tersebut secara minimal dapat mendeskripsikan fenomena dan secara maksimal memungkinkan
interpretasi fenomena. Peneliti menggunakan analisis tematik berdasarkan sumber dan faktor resiliensi yang di ungkapkan oleh Grotberg.
4. Tahapan Interpretasi
Universitas Sumatera Utara
Kvale dalam Poerwandari, 2007 menyatakan bahwa interpretasi mengacu pada upaya memahami data secara lebih ekstensif sekaligus
mendalam. Ada tiga tingkatan konteks interpretasi yang diajukan Kvale dalam Poerwandari, 2007, yaitu pertama, konteks interpretasi
pemahaman diri self understanding terjadi bila peneliti berusaha memformulasikan dalam bentuk yang lebih padat condensed apa yang
oleh responden penelitian sendiri dipahami sebagai makna dari pernyataan-pernyataannya. Kedua, konteks interpretasi pemahaman biasa
yang kritis critical commonsense understanding terjadi bila peneliti berpijak lebih jauh dari pemahaman diri responden penelitiannya. Ketiga,
konteks interpretasi pemahaman teoritis. Konteks pemahaman teoritis adalah konteks yang paling konseptual. Pada tingkat ketiga ini, kerangka
teoritis tertentu digunakan untuk memahami pernyataan-pernyataan yang ada, sehingga dapat mengatasi konteks pemahaman diri responden ataupun
penalaran umum. Dalam penelitian ini, tahapan interpretasi menggunakan konteks ketiga yakni interpretasi pemahaman teoritis. Peneliti akan
menginterpretasi data-data berdasarkan teori-teori di bab II. 5.
Pengujian Terhadap Dugaan Dugaan adalah kesimpulan sementara. Dalam penelitian kualitatif dugaan
muncul setelah data-data wawancara dikumpulkan. Dengan mempelajari data, kita mengembangkan dugaan-dugaan yang juga merupakan
kesimpulan-kesimpulan sementara. Dugaan yang dikembangkan tersebut juga harus dipertajam dan diuji ketepatannya dengan mencari data yang
Universitas Sumatera Utara
memberikan gambaran berbeda dari dugaan yang muncul tersebut. Hal ini berkaitan erat dengan upaya mencari penjelasan
yang berbeda-beda
mengenai data yang sama.
III.G. KREDIBILITAS PENELITIAN
Kredibilitas merupakan istilah yang digunakan dalam penelitian kualitatif untuk menggantikan konsep validitas Poerwandari, 2007. Deskripsi mendalam
yang menjelaskan kemajemukan kompleksitas aspek-aspek yang terkait dalam bahasa kuantitatif: variabel dan merupakan interaksi berbagai aspek menjadi
salah satu ukuran kredibilitas penelitian kualitatif. Menurut Poerwandari 2007, kredibilitas penelitian kualitatif juga terletak pada keberhasilan mencapai maksud
mengeksplorasi masalah dan mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial, atau pola interaksi yang kompleks. Adapun upaya peneliti dalam menjaga
kredibilitas dan objektifitas penelitian ini, yaitu dengan: 1.
Melakukan pemilihan sampel yang sesuai dengan karakteristik penelitian, dalam hal ini adalah remaja putri korban eksploitasi seksual komersil
sektor prostitusi. 2.
Membangun rapport dengan responden agar ketika proses wawancara berlangsung responden dapat lebih terbuka menjawab setiap pertanyaan
dan suasana tidak kaku pada saat wawancara. 3.
Membuat pedoman wawncara berdasarkan sumber dan faktor resiliensi. Kemudian melakukan standarisasi pedoman wawanncara dengan
professional judgement. Pada penelitian ini, professional judgment adalah
dosen pembimbing penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
4. Menggunakan pertanyaan terbuka dan wawancara mendalam untuk
mendapatkan data yang akurat.
5. Selama wawancara, peneliti menanyakan kembali beberapa pertanyaan
yang dirasa butuh penjelasan yang lebih dalam lagi pada wawancara berikutnya untuk memastikan keakuratan data responden.
6. Memperpanjang keikutsertaan peneliti dalam pengumpulan data di
lapangan. Hal ini memungkinkan peneliti mendapatkan informasi yang
lebih banyak tentang responden penelitian.
7. Melibatkan teman sejawat, dosen pembimbing, dan dosen yang ahli dalam
bidang kualitatif untuk berdiskusi, memberikan masukan dan kritik mulai awal kegiatan proses penelitian sampai tersusunnya hasil penelitian. Hal
ini dilakukan mengingat keterbatasan kemampuan peneliti pada kompleksitas fenomena yang diteliti.
8. Melacak kesesuaian dan kelengkapan hasil analisis data dengan melihat
hasil wawancara yang dilakukan pertama kali dengan hasil wawancara yang dilakukan setelahnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
ANALISA DATA DAN INTERPRETASI
Pada bab ini akan diuraikan hasil analisa wawancara dalam bentuk narasi. Untuk mempermudah pembaca maka data akan dijabarkan, dianalisa, dan
diinterpretasi per-responden. Interpretasi akan dijabarkan dengan menggunakan
aspek-aspek yang terdapat dalam pedoman wawancara.
Kutipan dalam setiap bagian analisa akan diberikan kode-kode tertentu untuk mempermudah diperolehnya pembahasan yang jelas dan utuh. Contoh kode
yang digunakan adalah R.1W.1b.88-89h.2, maksud kode ini adalah kutipan
pada responden 1, wawancara 1, baris 88 sampai 89, verbatim halaman 2.
Berikut dilampirkan tempat dan waktu wawancara kedua responden pada penelitian ini :
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Wawancara
No. Responden Tanggal
Waktu Tempat
1 I
27-11-2011 10.00-11.30
Rumah Responden I 2
04-11-2011 09.00-10.00
3 11-12-2011
09.30-10.30 4
14-11-2011 09.00-10.00
1 II
25-01-2012 19.00-20.00
Rumah Responden II 2
28-01-2012 18.15-19.15
3 31-01-2012
19.00-20.00 4
01-02-2012 19.00-20.00
Universitas Sumatera Utara
VI.A. RESPONDEN I Tabel 2. Deskripsi Data Responden I
No. Identitas Responden I
1. Nama samaran
Adek 2.
Usia 18 Tahun
3. Agama
Islam 4.
Pendidikan terakhir SMA
5. Pekerjaan
Wirausaha 6.
Domisili Medan
7. Anak ke
3 dari 7 bersaudara 8.
Pelaku eksplotasi Teman dekat
9. Peristiwa
2009
IVA.1. Hasil Observasi dan Wawancara IV.A.1.i. Observasi Selama Wawancara
Adek adalah remaja berusia 18 tahun, ia memiliki tubuh yang langsing dengan tinggi badan 162 cm dan berat 51 kg dan berkulit kuning langsat.
Rambutnya panjang sepunggung dan ikal ia biarkan tergerai pada saat wawancara pertama dilakukan. Saat itu Adek terlihat mengenakan kaos lengan pendek
berwarna hitam yang bertuliskan “Lake Toba” di depannya serta mengenakan celana pendek selutut berwarna biru dan bermotif kotak-kotak. Ia memoles
wajahnya dengan bedak namun tidak terlalu tebal. Beberapa kali ia tersenyum kepada peneliti, lesung pipinya yang ada di pipi kiri menambah manis senyuman
gadis itu. Pada saat itu rumah Adek terlihat sepi karena kedua orangtua serta adik- adiknya sedang menghadiri undangan pernikahan.
Selama proses wawancara berlangsung Adek dapat mempertahankan kontak matanya dengan peneliti. Walaupun sesekali ia memalingkan wajahnya
dan tertunduk sebelum menjawab pertanyaan dari peneliti. Karena peneliti sudah
Universitas Sumatera Utara
mengetahui latar belakang keluarganya pada wawancara pertama ini, pertanyaan yang diajukan peneliti lebih banyak berputar mengenai kejadian yang menimpa
Adek. Wajah Adek terlihat muram ketika peneliti bertanya mengenai latar belakang dirinya terjerumus ke dalam dunia prostitusi. Ia menundukkan
kepalanya serta jari telunjuknya ia gesek-gesekkan di lantai. Namun Adek terlihat gembira kembali ketika peneliti bertanya mengenai hubungannya dengan lawan
jenisnya. Pada wawancara pertama, Adek masih sungkan menceritakan tentang
pengalamannya kepada peneliti. Ia masih terlihat ragu serta takut kepada peneliti. Hal itu bisa di lihat dari cara dirinya menjawab pertanyaan peneliti, ia terlebih
dahulu mengadahkan kepada menatap plafon rumahnya serta mengucapkan kata“hehmm” dan “gimana ya mbak” sebelum menjawab pertanyaan peneliti.
Wawancara kedua dilakukan pada pagi hari di rumah Adek. Kali ini peneliti mewawancarai Adek diruangan tamu rumahnya. Adek mengenakan kaos
lengan pendek berwarna putih, bergambar tokoh cartoon Doraemon serta mengenakan celana jeans berwarna biru tua. Kali ini rumah Adek terlihat ramai
karena keempat adiknya dan orangtuanya sedang berada dirumah. Pada wawancaraa kedua, Adek sudah mulai terbuka mengenai bagaimana
pengalamannya selama menjadi korban eksploitasi seksual komersil, Adek juga terkadang menyertakan lelucon di awal wawancara kedua ini, namun lelucon
tersebut berubah menjadi isak tangis saat peneliti bertanya bagaimana keadaannya selama menjadi korban eksploitasi seksual komersil. Adek terkadang juga
mengerak-gerakkan tangannya saat menjawab pertanyaan peneliti mengenai orang
Universitas Sumatera Utara
yang telah menjual dirinya serta diiringi dengan nada suaranya yang meninggi.
Wawancara ketiga berlangsung di ruang keluarga rumah Adek, ia mengenakan daster bermotif batik yang berwarna biru. Rambutnya ia biarkan
tergerai serta mengenakan bando yang berwarna senada dengan pakaian yang ia kenakan. Wajahnya ia pulas dengan sedikit bedak sehingga responden tampak
cerah pada hari itu. Pada wawancara ketiga ini, Adek sudah bisa membagi pengalamannya dengan terang-terangan kepada peneliti. Terkadang Adek dan
peneliti pun berkelakarnya sehingga suasana tidak terlalu kaku. Matanya mulai berkaca-kaca ketika peneliti bertanya mengenai pengalaman dirinya selama
menjadi pekerja seks komersil. Ia sesekali juga mengadahkan kepadanya untuk menahan air matanya agar tidak tumpah membasahi wajahnya. Ia juga mengusap
kedua matanya dengan menggunakan telapak tangan kanannya setelah beberapa menit peneliti membiarkannya menangis.
Pada wawancara keempat, Adek terlihat sedikit lelah dan berantakan karena ia baru saja membantu tetangganya berjualan. Walau demikian Adek tetap
ramah kepada peneliti dan dengan senang hati mempersilakan peneliti melanjutkan proses wawancara dengan dirinya. Saat itu Adek mengenakan kaos
berwarna kuning polos lengan pendek dan celana selutut berwarna hitam. Rambutnya ia kuncir pada saat itu, ketika peneliti menenui dirinya masih terlihat
keringat di dahinya sehingga sesekali ia mengusap dahinya dengan telapak tangannya. Wawancara keempat ini masih berlangsung dirumah Adek, yaitu di
ruangan keluarganya. Saat itu tidak terlihat satu pun anggota keluarga Adek. Pada wawancara keempat ini pertanyaan peneliti hanya bertujuan untuk mengulang
Universitas Sumatera Utara
pertanyaan-pertanyaan sebelumnya dan mencoba mengali lebih dalam mengenai data yang telah di peroleh sebelumnya.
Wawancara untuk mengali informasi tentang gambaran resiliensi Adek di lakukan sebanyak empat kali, walaupun demikian peneliti dan keluarga Adek
sudah saling mengenal sejak tahun 2007. Sebelum wawancara mendalam di lakukan, peneliti sudah mendatangi responden secara rutin seminggu sekali yang
bertujuan membangun rapport antara Adek dan peneliti. Selain itu peneliti juga mengikuti Adek ketika melakukan kegiatannya sehari-hari, mulai dati pagi hingga
petang.
IV.A.2. Rangkuman Wawancara IVA.2.i Latar Belakang Keluarga
Adek merupakan anak ke tiga dari tujuh bersaudara. Ia memiliki satu orang kakak laki-laki dan seorang kakak perempuan yang masing-masing sudah
menikah dan tidak tinggal lagi bersama orangtua dan adik-adiknya. Keempat adiknya yang semua berjenis kelamin laki-laki dan masih berstatus sebagai siswa.
Satu orang adiknya berstatus siswa sekolah menengah atas SMA, dua orang siswa sekolah menengah pertama SMP serta satu orang adiknya yang paling
bungsu masih duduk di kelas lima sekolah dasar SD. Ibunya bekerja sebagai ibu rumah tangga yang terkadang juga membantu sang ayah bekerja dikebun mereka
yang letaknya lumayan jauh dari rumah mereka. Menurut Adek kedua orangtuanya lebih sering berada diluar rumah karena
bekerja di kebun yang mereka miliki. Sehingga tugas rumah tangga lebih banyak di kerjakan oleh Adek, seperti memasak, membersihkan rumah serta mencuci
Universitas Sumatera Utara
pakaian dan menyetrika. Adek mengungkapkan setiap hari mereka selalu sholat bersama-sama. Setelah itu kedua orangtua Adek juga menyempatkan diri untuk
berkumpul bersama dirinya dan keempat adiknya pada malam hari untuk saling bercerita walaupun hanya satu jam.
Orangtua Adek yang bekerja sebagai petani menyebabkan mereka dari pagi hingga hampir petang selalu berada diladangnya. Untuk penyelesaian tugas
rumah tangga yang harus diselesaikan Adek setiap harinya, peneliti peroleh dari observasi yang peneliti lakukan selama proses probing dan wawancara
berlangsung. Adek memang selalu terlihat mengerjakan seluruh pekerjaan rumah tangga hingga selesai terlebih dahulu baru setelah itu ia dan peneliti melanjutkan
wawancara. Begitu juga ketika Adek akan pergi membantu tetangganya berjualan diwarung atau pun membantu tetangganya menjahit. Terlebih dahulu dirinya
menyelesaikan terlebih dahulu pekerjaan rumah tangganya baru kemudian pergi bekerja.
IVA.2.ii. Latar Belakang Responden Menjadi Korban Eksploitasi Seksual Komersil
Awal Adek terjerumus menjadi korban eksploitasi seksual komersil sektor prostitusi yaitu pada akhir tahun 2009, ketika itu dirinya sudah lulus dari sekolah
menengah atas SMA. Setelah lulus SMA Adek yang memang tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang perkuliahan karena tidak memiliki biaya, berkeinginan
untuk mencari kerja di kota B. Hal itu ia lakukan atas dasar ajakan dari seorang teman dekatnya bernama Mince yang menawarkan pekerjaan sebagai kasir kepada
Adek.
Universitas Sumatera Utara
Terbujuk dengan tawaran menggiurkan dari sahabatnya sendiri, yang mengatakan jika ia akan di pekerjakan sebagai kasir di salah satu rumah makan di
kota B dengan gaji yang besar. Adek akhirnya meminta izin kepada kedua orangtuanya untuk bekerja di Batam. dengan motivasi responden agar dapat
meringankan beban kedua orangtuanya serta dapat membantu biaya pendidikan keempat adik-adiknya yang masih berstatus pelajar, misalnya saja untuk
membelikan seragam sekolah serta peralatan sekolah lainnya. “Di Batam, katanya di tempat makan gitu. Ya makanya, trus karna katanya
gajinya besar. Aku kan kak tujuh bersaudara, aku kan anak ketiga. Jadi supaya bantu orangtua ku pikir bisa.”
R.1W.1b.44-50h.2
Awalnya orangtua Adek tidak mengizinkan Adek mencari kerja di B. Kedua orangtuanya menyarankan Adek untuk mencari pekerjaan di Medan jika
dirinya tetap ingin bekerja dan membantu adik-adiknya, dengan alasan kota yang di tuju Adek jauh dari Medan serta Adek juga belum pernah mengenal bagaimana
keadaan kota B yang sebenarnya. Namun karena tekat kuat Adek untuk mengadu nasib di kota B dan dirinya juga di ajak oleh Mince, sahabatnya sendiri yang
menurutnya tidak mungkin akan mencelakainya. Akhirnya Adek berhasil membujuk kedua orangtuanya agar mengizinkannya pergi merantau ke kota B.
Setibanya di kota B, Adek kemudian ditempatkan di sebuah rumah yang tidak ia ketahui milik siapa. Selama Adek tinggal di rumah itu , selama itu pula
dirinya tidak pernah bertanya kepada teman yang sudah membawanya itu kenapa ia tidak juga di pekerjakan sebagai kasir. Setelah seminggu berlalu, Mince datang
dan mengajak Adek ke sebuah rumah yang kemudian di ketahui Adek sebagai tempat penampungan wanita-wanita muda yang menjadi pekerja seks komersil.
Universitas Sumatera Utara
Mince lalu mempertemukan Adek dengan seorang wanita berusia sekitar 38 tahun yang kemudian akrab di sapa Bunda oleh Adek.
Tanpa mengetahui isi perbincangan antara Bunda dan Mince, Adek lalu di minta Mince untuk merias dirinya, Adek pun mengikuti permintaan Mince.
Adek mulai curiga setelah dirinya di berikan pakaian untuk ia kenakan, menurutnya pakaian yang di berikan Mince untuknya bukan layaknya pakaian
seorang kasir. Namun Adek tetap menuruti apa yang di katakan Mince kepadanya. Setelah merias dirinya Adek di kenal kepada seorang pria yang menjadi “pasien”
pertamanya. Meskipun dirinya sudah bekerja selama beberapa bulan, Adek mengaku
tidak pernah mendapat uang hasil kerja diriny melayani lelaki hidung belang. Dirinya juga mengaku tidak pernah mempertanyakan apalagi menuntut uang
tersebut. Menurutnya Uang hasil kerjanya selama melayani “pasien” langsung di bayar kepada pemilik tempat hiburan dimana Adek bekerja. Sedangkan jika ia
menerima bonus dari “pasien”, ia juga wajib memberikannya kepada Bunda. Adek kembali melanjutkan tidak ada seorang pun yang pernah berani
mempertanyakan hal itu kepada Bunda. Menurutnya, penjaga tempat hiburan itu tidak segan-segan untuk menyiksa serta memukuli orang yang di anggap
melakukan perbuatan menyimpang. Bahkan menurut Adek, Bunda pun tidak memberikan makanan kepada orang yang berani melawannya. Jika sudah
demikian, Adek mengaku hanya bisa menagis tanpa dapat melakukan apa-apa. Selama bekerja sebagai pekerja seks komersil Adek mengaku dirinya
melakukan pekerjaan itu dengan keterpaksaan, hingga menyebabkan rasa sakit
Universitas Sumatera Utara
lahir dan bathin. Selama ia melayani “pasien” ia mengatakan tidak pernah sama sekali merasakan kenikmatan ketika berhubungan dengan sang “pasien” yang ia
layani. Ia menceritakan penderitan yang ia rasakan ketika ia terpaksa memuaskan nafsu birahi seorang pria yang menyetubuhinya. Ia pun terkadang harus di pukul
terlebih dahulu ketika harus memuaskan pria yang memiliki kelainan seksual. “Sakit lah mbak, gak badan saya, gak perasaan saya, sakit smua. Mbak gak
ngerasa apa yang saya rasa, saya melakukan itu dengan terpaksa. Saya dipaksa ngangkang tiap malam mbak, badan saya dipegang-pegang
responden mulai menangis. Sakit yang saya rasakan mbak.” R.1W.3b.1569-1609h.40
Dengan kondisi dirinya yang serba kekurangan dan terpuruk, ia masih memiliki semangat dalam hatinya untuk segera mengakhiri penderitaan yang ia
rasakan selama hampir satu tahun. Walau sejak awal berniat untuk melarikan diri dari tempat yang memberinya seribu pengalaman buruk tersebut. Namun ia tidak
mau terburu-buru melakukan perbuatan nekatnya tanpa persiapan yang baik. Ia tidak ingin upaya pelariannya berakhir sia-sia dan menbuatnya harus di siksa oleh
Bunda dan penjaga-penjaganya. Adek akhirnya menemukan satu cara yang ia anggap tepat untuk pelariannya dari tempat ia bekerja selama ini.
“Udah dari mulai pertama saya jadi pelacur mbak. Tapi saya harus nunggu waktu yang pas lho mbak, supaya jangan gagal trus kedapatan trus
dipukulin. Saya pikirin gimana caranya, itulah dapat cara, permisi pas nemanin pasien saya.”
R.1W.3b.1695-1704h.41-42
Dengan persiapan yang matang serta cara menlarikan diri yang sudah mememikirkannya jauh-jauh hari. Adek akhirnya nekat melarikan diri dengan
cara yang telah dia susun sebelumnya. Dengan meminta izin untuk membeli makanan karena Adek mengaku lapar sehabis melayani pelanggannya, Adek pun
Universitas Sumatera Utara
kemudian mendatangi sebuah warung makan yang berada tidak jauh dari tempatnya melayani pelanggannya tersebut. Dengan berbekal alamat saudaranya
yang memang dari dahulu sudah ia bawa kemana-mana, akhirnya Adek meminta pertolongan kepada salah seorang pria yang juga sedang berada diwarung yang
sama dengan Adek. Beruntung bagi Adek, tempat tujuannya tidak jauh dari warung tempatnya meminta pertolongan, serta beruntung juga pria yang ia mintai
pertolongan mau menolong Adek mengantarkannya ketempat tujuan dirinya. Setibanya Adek ditempat yang ia tuju, ia langsung menangis dan
menceritakan segala yang sudah ia alami selama satu tahun di kota B. Tak ayal lagi, kejadian yang Adek ceritakan tersebut membuat seisi rumah terkejut dan
seakan merasa tak percaya. Seakan dapat membaca situasi genting yang sedang Adek alami, sosok pria yang mengantarnya tersebut menyarankan jika Adek dan
keluarganya segera melaporkan kejadian yang ia alami. Adek dan keluarganya akhirnya mengikuti saran pria yang diketahui berprofesi polisi tersebut untuk
segera melaporkan kejadian yang dialami Adek kepihak yang berwajib agar diproses secara hukum. Setelah seluruh berkas perkara selesai, Adek akhirnya
diperbolehkan untu pulang.
IV.A.3. Analisa Data IV.A.3.i Gambaran Resiliensi
IV.A3.i. I Have
Peristiwa pahit yang dialami Adek tak ayal membuat Adek merasa bak jatuh dan tertimpa tangga. Satu tahun menjadi korban eksploitasi seksual komersil
dan di paksa menjadi pekerja seks komersil sektor prostitusi memberikan
Universitas Sumatera Utara
pengalaman traumatis kepada Adek sendiri. Dukungan dari kedua orang tua serta anggota keluarga lainnya juga dari lingkungan sosial pun mengalir kepada Adek.
Dukungan tersebut terlihat dari sumber-sumber resiliensi yang di perolehnya dan berhasil di kembangkannya, yaitu :
IV.A.3.ii.a. Hubungan yang Dilandasi Kepercayaan
Peristiwa traumais yang dialami oleh Adek telah menggoreskan pengalaman pahit didalam hidupnya. Pengalaman pahit tersebut juga dirasakan
oleh keluarganya yang tidak dapat menerima kenyataan jika Adek telah dijadikan korban prostitusi oleh sahabatnya sendiri di kota B. Keluarganya pun berjuang
agar orang yang telah menjerumuskan Adek ke dalam dunia prostitusi diberi hukuman yang seberat-beratnya. Seakan mengerti dengan kondisi Adek,
keluarganya juga tidak pernah membicarakan pengalaman Adek terjerumus kedalam dunia prostitusi jika mereka sedang berkumpul bersama. Hal itu hanya
dilakukan jika menyangkut dengan proses hukumnya saja. “enggak.. enggak pernah, paling kalo mengenai urusan ke polisi aja mbak..
tapi untuk yang lain enggak.. takut mungkin, tapi enak juga.. daripada saya mesti nginget-inget gitu mbak…”
R.1W.1b.630-638h.15
Setelah kembali tinggal bersama keluarganya, ada beberapa perubahan terjadi pada keluarga dan lingkungan sosialnya. Perubahan yang terjadi pada
keluarganya adalah, sebagian dari kerabatnya tidak dapat menerima kondisi Adek yang telah menjadi korban prostitusi. Kerabatnya tersebut beralasan takut jika
Adek akan memberikan pengaruh buruk kepada anak-anak mereka. Walaupun sebenarnya menurut Adek dirinya sudah membuktikan kepada semua anggota
Universitas Sumatera Utara
keluarganya jika dirinya hanya korban dari perbuatan orang yang tidak bertanggung jawab.
“.. ya ada yang nerima saya mbak, ada juga yang enggak.. mereka takut saya jadi pengaruh buruk untuk yang sodara-sodara saya yang lain..
padahal saya udah buktiin saya gak bersalah, saya Cuma korban, ya mereka masih gak percaya ya gimana mbak..”
R.1W.2b.1464-1474h.36
Adek mengaku dirinya merasa nyaman berada ditengah-tengah keluarganya. Selain tidak mengungkit-ungkit peristiwa yang pernah ia alami
dihadapannya, keluarganya juga selalu memberikan dukungan serta mampu menerima kondisi dirinya yang telah dijadikan korban prostitusi.
“Alhamdulilah mbak, semua nerima. Ya walaupun saya tau mungkin mereka gak apa.. gak kayak dulu lagi sama saya ya kan, cuman didepan
saya mereka nerima mbak, gak ada yang kaya mana-mana. Semua gak ada yang ngomongin saya, tapi saya, mungkin didepan saya aja, tapi ya
mudah-mudahan didepan dibelakang sama ya mbak ya..” R.1W.1b.219-232h.6
Awalnya ia merasa terpuruk dengan keadaan dirinya saat ini. Kedua orangtuanya pun juga selalu memberikan dorongan serta nasihat untuk
membangkitkan rasa percaya diri Adek. Adek mengatakan jika ibunyalah yang banyak memberikan ia nasihat kepada dirinya agar ia tidak terus-menerus merasa
malu dengan keadaannya. Ibunya selalu memberikannya nasihat tentang masa depannya dan harus ia lalui. Ibunya juga berkata jika dirinya hanya korban dan
masih banyak orang yang tidak seberutung dirinya, karena sudah bebas dari dunia prostitusi.
“Walau Ibuk saya bilang hidup saya masih panjang, masa depan saya masih ada, saya gak mungkin mati besok kecuali bunuh diri, ibuk bilang
Universitas Sumatera Utara
gitu sambil nangis mbak. Kata ibuk masih banyak juga orang yang nasibnya ga seberuntung saya, yang masih dijadikan pelacur karna ga bisa
kabur. Trus masih banyak yang bisa paham dengan keadaan saya ini, bisa nrima saya apa adanya, karna saya cuma korban orang-orang yang pengen
untung dari kesusahan orang lain, itu kata ibuk mbak, makanya saya jadi bangkit dari rasa sedih saya. Kalo gak, waah, mungkin saya gila mbak..”
R.1W.2b.1177-1200h.29-30 Mendapat dukungan penuh dari kedua orang tuanya, Adek mulai
mengembangkan hubungan yang dilandasi dengan kepercayaan didalam keluarganya. Meski mengaku sebelum dirinya menjadi korban prostitusi ia
memiliki sahabat dan saling membagi keluh kesah yang mereka miliki, kini Adek hanya mampu membagi keluh kesahnya dengan kedua orangtuanya saja. Adek
juga mengaku jika tidak semua keluh kesahnya ia ceritakan kepada kedua orangtuanya. Adek selalu memilah mana yang pantas ia ceritakan dan mana yang
harus dirinya simpan didalam hatinya saja. Adek melakukan hal tersebut karena dirinya tidak ingin ayah dan ibunya merasa terbebani dengan masalah yang ia
hadapi. “ada si Bunga.. tapi dah kawin dia.. dulu sering curhat ke dia sebelum dia
kawin.. sekarang cuman sama orang bapak ibuk lah.. saya udah gak terlalu percaya sama teman deket.. yang jual saya itu aja dulu deket banget itu
mbak..” R.1W.1b.370-378h.9
“saya gak mau nyusahin ibuk sama bapak mbak.. nanti saya malah cerita bikin mereka sedih.. sebisa saya masalah saya ya saya selesaikan sendiri
mbak.. ada batas-batas mbak.. mana yang bisa saya ceritain, mana yang saya rasa gak bisa mbak.. gitu mbak..”
R.1W.4b.2383-2393h.57
Jika Adek dapat mengembangkan hubungan yang penuh kepercayaan didalam keluarganya, berbeda halnya dengan diluar keluarganya. Meski mengaku
mendapatkan dukungan juga dari orang-orang disekitar tempat tinggalnya, tetapi
Universitas Sumatera Utara
Adek mengatakan jika saat ini dirinya memang hanya bisa mempercayai kedua orangtuanya saja. Dirinya masih merasa takut untuk mempercayai orang lain,
karena orang yang ia percayailah yang menjerumuskan dirinya kedalam dunia prostitusi. Tetapi Adek juga tidak menutup kemungkinan jika dalam beberapa
tahun lagi dirnya sudah mampu mempercayai orang lain diluar keluarganya. “..dukungan untuk saya juga banyak mbak, dari keluarga, tetangga, orang
kampung mbak.. jadi saya yakin mbak, saya kedepannya bisa lebih baik dari saya yang sekarang..”
R.1W.2b.1356-1362h.33
“saya belom bisa percaya lagi sama orang mbak.. masih susah untuk percaya.. saya kurang percaya apa sama temen saya yang jual saya dulu..
eh saya malah dijadiin pelacur.. saya takut kejadian begitu keulang lagi, keulang lagi, saya capek, sakit mbak.. setahun itu susah ngelupain apa
yang terjadi sama saya mbak..” R.1W.2b.1124-1137h.28
“masih susah mbak.. kan saya udah bilang skarang saya blom bisa percaya sama orang.. yang bisa saya percaya itu ya cuma bapak sama ibuk.. tapi
mungkin satu atau dua tahun lagi saya dah bisa percaya sama orang.. gitu lho mbak..”
R.1W.4b.2332-2341h.56
IV.A.3.i.b. Struktur dan Peraturan di Rumah
Data mengenai faktor ini peneliti peroleh dari kedua orangtua Adek. Orangtua Adek mengaku, terutama sang ibu mangku memang menerapkan
peraturan untuk semua anak-anaknya. Namun, peraturan tersebut lebih ketat diberlakukan untuk Adek. Dengan alasan, orangtuanya ingin melindungi Adek
dari kejadian serupa yang pernah menimpa anaknya. Contoh dari peraturan yang diberlakukan untuk Adek adalah, Adek diminta untuk tidak berpacaran terlebih
dahulu. Keluarganya menerapkan peraturan tersebut karena mereka takut Adek
dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Universitas Sumatera Utara
Aturan lainnya adalah, Adek tidak diizinkan bepergian pada malam hari jika tidak ada alasan yang jelas dan pergi dengan orang yang tidak jelas pula. Jika
memang Adek ingin pergi keluar rumah untuk mengikuti sebuah kegiatan yang mungkin pengajian atau kegiatan lainnya, salah satu anggota keluarganya harus
menemani Adek. Alasannya, mereka tidak ingin Adek kembali mendapat masalah. Selain itu, karena kedua orangtua Adek bekerja sebagai petani dan harus
bekerja dari pagi hingga petang hari maka Adek lah yang menggantikan tugas ibunya mengurusi rumah tangga. Mulai dari memasak, mencuci serta
membersihkan rumah. Demikianlah data yang diperoleh peneliti dari orangtua Adek.
Menurut ibunya, mereka tidak pernah memberikan hukuman fisik kepada Adek jika ia melanggar aturan yang telah dibuat, kedua orangtuanya hanya
menasihati Adek agar tidak terjatuh lagi kedalam masalah yang serupa. Ayah dan ibunya yakin, Adek sudah mengerti maksud aturan tersebut dibuat untuk dirinya.
Orangtuanya berharap, Adek mematuhi aturan itu, bukan karena orangtuanya yang membuat tetapi karena Adek juga harus menyayangi dirinya sendiri. Namun
hingga saat ini menurut pengakuan ayah dan ibu Adek, Adek belum pernah melanggar aturan yang dibuat untuknya
Hal serupa juga diuangkapkan oleh Adek. Ia mengaku jika memang saat ini banyak pria yang mendekati dirinya, entah dengan alasan hanya berteman saja
ataupun alasan ingin membina hubungan yang serius dengan Adek. Adek mengaku ia belum memiliki seorang kekasih, selain karena orangtuanya belum
mengizinkan untuk berpacaran Adek juga belum ingin menjalin hubungan yang
Universitas Sumatera Utara
serius dengan seorang pria. Adek mengatakan ia takut jika pria yang menjadi pacarnya nanti hanya ingin memanfaatkan dirinya saja.
“selama setahun ini ya ada mbak.. tapi gak brani.. lagian kata orang ibuk, orang bapak belum lah.. jangan.. natik takunya cuman mau apa aja gitu”
R.1W.1b.357-366h.9
“ya saya deket kan bukan deket-deket yang gimana-gimana.. tetap saya pilah-pilah mbak..”
R.1W.2b.1252-1253h.30
Mengenai aturan yang tidak mengizinkan Adek keluar rumah dengan alasan yang tidak jela juga dibenarkan oleh Adek. Saat ini kedua orangtuanya
memang menjaganya secara ketat, hal itu membuat Adek merasa terkekang, walau dia merasa aman ada yang menjaga dirinya. Adek mengatakan jika ia masih ingin
pergi dan berkumpul bersama dengan teman-teman sebayanya tanpa dicemaskan oleh orangtuanya. Menurutnya, dirinya mampu menjaga diri sendiri.
“kalo sekarang ya mbak.. skarang kemana-mana saya ditemenin sama bapak.. skarang itu lebih dijagain lah mbak.. kalo pergi ngaji ditanyain
pulangnya jam brapa, kalo pulangnya telat dijemput sama bapak ato sama ibuk.. saya merasa aman sih mbak..tapi kadang mbak, saya ngerasa
terkekang juga.. masa saya ngumpul-ngumpulnya Cuma diwarung depan rumah aja mbak.. kan saya pengen juga pergi jalan sama temen-temen, tapi
bapak ibu cemas terus.. saya kan juga bisa jaga diri saya mbak..” R.1W.2b.1287-1310h.32
IV.A.3.i.c. Dorongan Untuk Mandiri
Kejadian yang menimpa Adek menurut sang ibu sempat membuat anaknya tersbut terpuruk dan menjadi anak tergantung kepada orang lain. Menurut ibunya,
Adek sempat tidak mau keluar rumah serta tidak mau melakukan kegiatan apapun. Pada saat itu ayah dan ibunya terus menerus mendorongnya untuk menjadi anak
Universitas Sumatera Utara
yang tegar serta menjadi mandiri sama seperti sebelum Adek mengalami peristiwa
traumatisnya.
Berkat dorongandari orangtuanya menurut Adek dirinya kembali bisa menapaki hari-harinya setelah menjadi korban prostitus. Walau awalnya merasa
takut untuk memperlihatkan dirinya dihadapan orang banyak, tetapi karena dukungan keluarga Adek bisa melewati masa sulit setelah dirinya kembali tinggal
bersama keluarganya. Dukungan yang diterimanya dari orangtuanya lambat laun bisa membuat Adek kembali menjadi seoarng anak yang mandiri.
“Hampir setahun mbak.. enam bulan pertama saya ngurung diri dirumah terus,, malu mau keluar rumah.. takut juga nanti dengar bicara orang yang
nyakitkan hati mbak.. ibuk sama bapak terus-terusan ngasih kata-kata yang buat saya semangat..”
R.1W.3b.1836-1845h.45
“walau awalnya susah ya mbak.. susah kali buat saya bisa bangkit dari rasa sedih, takut, jijik.. tapi saya usaha.. saya liat orangtua saya.. itu mbak yang
buat saya kayak skarang.. orangtua saya, bapak saya, ibuk saya..” R.1W.2b.1167-1172h.29
Kemandirian tersebut terlihat dari kemampuannya untuk mengambil keputusan bagi dirinya sendiri. Walau terkadang berbenturan dengan pandangan
orangtuanya terutama sang ibu, hingga terkadang menimbulkan konflik diantara mereka.
“ya pernahlah mbak.. ya mungkin dia mikir apa.. saya mikir apa.. dia gak ngerasainkan mbak.. kadang orang gitu.. gak ngerasain kan mbak, tapi sok
ngapain gitu.. ngambil keputusan apa.. ya saya jelasin mbak kalo gimana gitu.. ibuk sama bapak ngerti gitu.. lebih denger saya kalo mo ngambil
keputusan” R.1W.1b.694-705h.17
“ya keputusan untuk hidup saya.. entah apa.. yang berhubungan sama saya..”
R.1W.1b.709-714h.17
Universitas Sumatera Utara
Menurut ibunya, awalnya Adek bukanlah anak yang dapat memikirkan baik buruk atas keputusan yang ia ambil untuk dirinya sendiri. Sering kali Adek
harus mengalami kesulitan ketika keputusannya tersebut salah dan tidak sesuai dengan harapannya. Tetapi setelah kembali dari kota B, menurut ibunya Adek
menjadi remaja yang mampu memikirkan baik buruk keputusan yang ia ambil untuk dirinya.
Hal senada juga disampaikan Adek, setelah dirinya berhasil keluar dari masa-masa sulitnya, Adek mengaku saat ini sudah dapat mengontrol dirinya
sendiri. Dirinya akan lebih memikirkan akibat perbuatannya terlebih dahulu sebelum mengambil suatu keputusan. Adek juga terlebih dahulu mendiskusikan
kepada orangtuanya tentang keputusan yang akan dia ambil untuk dirinya sendiri. “kalo sekarang sebisa mungkin saya memikir panjang dulu mbak sebelum
saya perbuat sesuatu.. apa baik buruknya untuk dirisaya.. saya gak mau mbak karna perbuatan saya sendiri saya sakit lagi.. malu mbak”
R.1W.2b.1383-1392h.34
“ya saya cerita ke bapak ato ibuk dulu mbak.. gimana yang baiknya.. tapi keputusan ya tetap saya yang ambil.. Saya nyelesaikan masalah gak pernah
emosi, emosi kalo ketemu si kampret mbak. Huuuhhh… emosi betul mbak.”
R.1W.4b.2221-2230h.54
IV.A.3.i.d. Role Models
Sejak awal menurut orangtua Adek mereka selalu memberikan modeling yang baik kepada seluruh anak-anaknya. Mulai dari mengajarkan untuk sholat
tepat waktu serta memberikan arahan berperilaku kepada seluruh anaknya. Menurut kedua orangtua Adek, tugas mereka adalah mengajarkan sang anak apa
Universitas Sumatera Utara
yang baik dan yang buruk. Untuk selanjutnya terserah sang anak ingin mengikuti
arahan tersebut atau mangkir dari arahan-arahan yang telah mereka berikan.
Data yang peneliti peroleh dari tetangga sekitar kediaman responden, kebanyakan memberi pujian kepada kedua orangtua Adek. Orangtua Adek dikenal
sebagai orang yang baik, ramah dan rajin beribadah serta pekerja keras dan sanggup bekerja apapun untuk menghidupi seluruh keluarganya, asalkan
pekerjaan yang halal. Kedua orangtua Adek juga tidak pernah melalukan penyerangan kepada keluarga Mince yang telah menjerumuskan Adek kedalam
dunia prostitusi. Adek mengatakan jika ayah dan ibunya tidak pernah melakukan penyerangan kepada keluarga Mince yang juga merupakan tetangga mereka. Ayah
dan ibunya malah menasihati Adek agar memaafkan perbuatan Mince dahulu. Namun menurut Adek, belum sepenuhnya ia mampu mengikuti ajaran-ajaran
yang ia lihat dan ia dapat dari kedua orangtuanya. “..bapak mikirnya gak ada urusan sama keluarganya.. cuman ditanya-
tanyak juga sih mbak sama keluarganya dimana dia.. tapi keluarganya gak mau ngasih tau.. gak mungkin keluarganya yang kami bakar disini”
R.1W.2b.965-974h.24
“Sering.. sering kali pun.. cuman belom bisa saya ikuti lah mbak. Ada lah, yang saya ikuti, saya liat bapak sama ibuk rajin sholat, saya pun gitu
mbak. Trus orangtua saya pekerja keras, saya pun gitu.. kalo untuk yang maapin si kampret, lalu yang harus sabar kalo ada yang nyerita-nyeritain
saya mbak.. gak bisalah saya mbak, kalo blom saya jambak, blom puas saya…”
R.1W.4b.2516-2532h.60
Selain mendapat orang yang selalu memberikan semangat dari dalam keluarga, Adek juga memperolehnya dari luar keluarganya. Dimana teman-teman
sebayanya selalu mengajaknya untuk kembali mengikuti kegiatan-kegiatan sosial
Universitas Sumatera Utara
yang diadakan disekitar tempat tinggal Adek. Mendapat perlakuan baik dari lingkungan sosialnya, Adek pun memberanikan diri untuk kembali membaur
bersama orang diluar lingkungan keluarganya. “dukungan mbak, nasehat, trus saya yang bekas pelacur ini diterima lagi
disini..bisa berteman lagi..trus sayang orangtua saya sama saya..perhatiannya buat saya..teman-teman saya..ya pokoknya yang gitulah
mbak..” R.1W.3b.1870-1883h.45-46
“..mereka nerima saya bergaul dengan mereka..ya saya gak dikucilkanlah mbak kalo gabung dengan mereka..itu aja yang saya maunya mbak..saya
diterima bergaul dengan mereka..” R.1W.3b.1887-1902h.46
“..itu mbak..rasa percaya mereka sama saya..kayak yang punya warung ini kan mbak, dia yang minta saya bantu jualan disini..jadi warung sama isi-
sinya ini tanggungjawab saya..ada juga tetangga yang minta saya supaya ngajar anaknya mbak..”
R.1W.4b.2272-2282h.55
IV.A.3.i.e. Memperoleh Layanan Kesehatan, Pendidikan, Keamanan, dan Kesejahteraan
Sekembalinya Adek dari kota B, Adek yang pernah bekerja sebagai pekerja seks komersil langsung dibawa oleh keluarganya untuk memeriksakan
dirinya ke rumah sakit. Keluarganya ingin memastikan kondisi kesehatan Adek apakah dirinya tertular penyakit selama ia bekerja sebagai PSK. Menurut ibunya,
setelah pemeriksaan selesai dan hasil pemeriksaan keluar, Adek dinyatakan negatif dari segala jenis penyakit. Mengenai hasil pemeriksaan yang demikian,
menurut ibunya, ia dan Adek langsung mengucap syukur kepada Tuhan YME. Ia tidak dapat membayangkan jika hasil pemeriksaan menunjukkan hasil positif
Universitas Sumatera Utara
Adek mengalami penyakit kelamin, tentunya adek akan semakin terpojok dan dikucilkan dari masyarakat.
Adek sedikit menceritakan apa yang ia alami selama masih bekerja sebagai PSK di kota B. Menurutnya laki-laki yang ia layani jarang mau memakai
alat kontasepsi, sehingga untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diingin, Adek dan teman-temannyalah yang harus menggunakan alat kontrasepsi. Menurut
Adek, alat kontrasepsi tersebut sudah disediakan oleh pengelola tempat hiburan. Jadi setiap akan melayani pasiennya, Adek dan teman-temannya telah terlebih
dahulu diberikan alat kontrasepsi. Setelah dirinya kembali ke Medan, orangtuanya langsung membawanya ke
rumah sakit untuk memeriksakan keadaan dirinya, hasil yang ia peroleh sungguh membuatnya bersyukur. Hasil pemeriksaan menunjukkan jika dirinya terbebas
dari penyakit kelamin, untuk hal tersebut dirinya mengatakan jika ia ingin kembali menjalani hidup seperti biasanya.
“bunda nyediakan kondom mbak..tapi pasien jarang ada yang mau make, alasannya gak enak..terpaksa kami yang make kondom kak..tapi waktu
balik ke medan, saya periksa mbak..saya gak kena kok..alhamdulilah kali lah mbak..makanya sekarang saya mau hidup baik-baik aja..bantu adik-
adik dengan uang yang baik-baik juga dari keringat saya mbak..” R.1W.4b.1954-1958h.47
Untuk layanan pendidikan, ayah dan ibunya tetap tidak mampu membiayai pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, hal itu disebabkan kondisi ekonomi
orangtua Adek yang kurang memadai untuk hal tersebut. Orangtua Adek juga masih haru membiayai sekolah keempat adik-adiknya. Seolah mengerti keadaan
orang orangtuanya, Adek akhirnya berinisiatif membantu kondisi ekonomi
Universitas Sumatera Utara
orangtuanya. Dengan membantu tetangganya berjualan diwarung miliki tetangganya tersebut. Adek masih berharap jika kelak orangtuanya memiliki
rezeki berlebih, ia dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Namun ia juga tidak akan memaksakan jika orangtuanya tidak mampu
mewujudkan keinginan tersebut. “Bantuin aja, tetangga di warung mungkin buat tambahan, gitu aja mbak.
Adek masih ada di bawahku kan mbak. Untuk ngurusin ke B, ke B bapak sama abang aja udah keluar duit. Makanya aku bingung, bukannya tambah
bantú, malah tambahin biaya aku...” R.1W.1b.514-524h.13
“saya pengennya sih mbak, kalo ada rezeki bapak sama ibuk mbak saya pengennya kursus ato kuliah mbak.. itu juga kalo ada rezeki mbak.. kalo
enggak ya udahlah mbak.. gini aja bantuin adek-adek sekolah aja..” R.1W.2b.1366-1374h.33
Untuk rasa aman yang diberikan kepada Adek, ibunya atau ayahnya akan menemani Adek ketika ia akan bepergian. Mereka tidak mengizinkan Adek pergi
jika tidak jelas pergi kemana dan dengan siapa. Serta mengatakan jika Adek pergi tidak bersama dengan salah satu anggota keluarganya, maka Adek harus sudah
dirumah pukul 10 malam. Hal yang sama diungkapkan Adek, dirinya saat ini selalu ditemani ayahnya jika akan bepergian kemana-mana.
“kalo sekarang ya mbak.. skarang kemana-mana saya ditemenin sama bapak.. skarang itu lebih dijagain lah mbak.. kalo pergi ngaji ditanyain
pulangnya jam brapa, kalo pulangnya telat dijemput sama bapak ato sama ibuk.. saya merasa aman sih mbak..tapi kadang mbak, saya ngerasa
terkekang juga.. masa saya ngumpul-ngumpulnya Cuma diwarung depan rumah aja mbak.. kan saya pengen juga pergi jalan sama temen-temen, tapi
bapak ibu cemas terus.. saya kan juga bisa jaga diri saya mbak..” R.1W.2b.1287-1310h.32
Universitas Sumatera Utara
Sementara untuk masalah kesejahteraan, peneliti hanya mendapatkan data dari orangtua Adek. kedua orangtuanya menceritakan jika memang mereka tidak
dapat memberikan rasa sejatera yang berlebih, namun sampai saat ini Adek dan seluruh saudaranya belum pernah merasakan bagaiamana rasanya kelaparan dan
kekurangan makan. Ayah dan ibunya selalu memberikan kecukupan untuk hal tersebut. Selain itu menurut mereka, mereka selalu menyempatkan waktu untuk
berkumpul bersama dengan anak-anaknya setelah mereka selesai bekerja di ladangnya. Terlebih untuk Adek, ayah dan ibunya selalu akan menyediakan waktu
mereka agar Adek merasa nyaman berada kembali ditengah-tengah keluarganya.
IV.A.3.ii. I Am
Meski mengalami trauma serta sempat mengurung diri setelah kembali tinggal bersama keluarganya, Adek akhirnya kembali mampu untuk
mengembalikan kekuatan personalnya, hal itu terlihat dari beberapa sumber resiliensi berikut ini :
IV.A.3.ii.a. Bangga Terhadap Diri Sendiri
Adek yang dulunya adalah primadona kampung tempat dia tinggal. Ia bangga merasa bangga atas semua yang dirinya miliki. Namun semuanya berubah
setelah ia menjadi korban prostitusi yang dijual oleh sabahatnya sendiri, Mince. Adek pun harus menerima kenyataan jika dirinya sudah menjadi korban
prostitusi dan dijual oleh sahabatnya sendiri. Rasa jijik terhadap diri sendiri dan malu ketika bertemu orang banyak membuat Adek merasa orang lain juga
memiliki pandangan yang sama terhadap dirinya. Sehingga membuatnya mengurung diri selama beberapa bulan setelah kepulangannya. Adek merasa jika
Universitas Sumatera Utara
ada orang-orang yang memberikan perlakuan berbeda kepada dirinya setelah ia menjadi korban prostitusi.
“ada sih mbak.. tapi gak terlalu nemonjol.. gak nampak.. mereka gak mau liatin kalo sebenernya mereka mungkin jijik, gitu aja.. saya aja jijik dengan
diri saya sendiri mbak.. udah banyak diapa’in sama orang.. gimana lagi orang.. perasaan saya kalo nenggok orang, mungkin orang jijik sama saya..
gitu” R.1W.1241-253h.6-7
Namun seiring berjalannya waktu dengan dukungan yang diterima baik dari keluarga maupun dari lingkungan sosialnya, akhirnya Adek mampu
menerima keadaan dirinya yang telah menjadi korban prostitusi. Berkat adanya dukungan semangat dari beberapa orang yang ia anggap penting akhirnya ia
paham jika memang harus menerima kondisinya saat ini. Menurutnya, bukannya dirinya sendiri yang sudah mampu menerima kondisi Adek, tetapi keluarga serta
orang-orang dilingkungan rumahnya pun sudah dapt menerima keadaan dirinya, hal tersebutlah yang mendorongnya untuk agar mampu meneriam kondisinya saat
ini. “sekarang terima gak diterima ya harus diterima lah mbak..ya mau sampe
say jungkir balik tujuh keliling sama nangis darah darah keadaan saya tetap kayak gini. Kalo saya aja gak bisa nerima keadaan saya sekarang
gimana orang lain mbak.. mbak dulu pertama-pertama jangankan orang, saya aja jijik dengan diri saya sendiri.. tapi sekarang saya udah bisa nerima
keadaan ini..trus keluarga saya juga bisa nrima saya.. teman-teman saya juga.. mereka aja udah bisa nerima kehadiran saya, knapa saya gak bisa
nerima keadaan diri saya sendiri..” R.1W.2b.1038-1060h.26
Adek mengatakan saat ini dirinya memang tidak pernah membiarkan orang lain menghina atau bahkan memanfaatkan kondisinya. Adek mengatakan
Universitas Sumatera Utara
dirinya akan melakukan suatu tindakan jika ada orang lain yang mengungkit- ungkit masa lalunya dan menjadi hal tersebut sebagai bahan candaan.
“ya tergantung ngungkitnya itu gimana.. kalo Cuma buat ngejek ya saya lemparlah mbak.. dulu itu mbak pertama-pertama datang anak-anak kecil
dengerin ibuk-ibuk gosip.. trus ngejek-ngejek gitu.. saya lempar pake sendal..”
R.1W.1b.648-656h.16
IV.A.3.ii.b. Disayang dan Disukai Orang Lain
Sejak awal, menurut teman-teman sebayanya Adek merupakan sosok yang menyenangkan dan tidak pandang bulu jika berteman. Ia mau berteman dengan
siapa saja. Adek juga bukan orang yang gampang marah jika dirinya dijadikan bahan untuk bercanda. Sampai saat ini menurut salah seorang temannya, Adek
masih tidak memilih-milih dalam bergaul, hanya saja dirinya kadang-kadang bisa menjadi orang yang sensitif jika ditanya masalah pengalaman dirinya menjadi
korban prostitusi. Adek pun mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan oleh salah
satu temannya yang sempat diwawancara oleh peneliti. Adek mengaku jika dirinya bukanlah orang yang jika bergaul akan memilih-milih orang untuk ia
jadikan temannya. Ia berteman dengan siapa saja. Ia juga mengaku memiliki banyak teman, yang dikarenakan dirinya mau beraul dengan siapa saja.
“..saya ini orangnya gak milih-milih kalo berteman mbak..kata orang- orang sini saya itu ramah mbak..tapi kalo skarang ya mbak saya udah gak
banyak ngomong..takut saya mbak..saya biasanya dapat teman baru dari teman-teman saya yang lama itu mbak..tukeran nomor HP, ato dari fesbuk
mbak,..” R.1W.4b.2288-2301h.55
Universitas Sumatera Utara
“..kalo teman saya banyak, mungkin karna saya gak milih-milih kalo berteman ya mbak..jadi orang pun enak gitu dekat sama saya”
R.1W.4b.2302-2312h.56
Meskipun mengaku memiliki banyak teman dan tidak ada perubahan perilaku yang mencolok. Namun menurutnya, saat Adek saat ini lebih mengatur
tingkah laku ketika berkumpul dengan teman-teman sebayanya. Dia lebih banyak diam jika dbandingkan yang dahulu. Adek tidak ingin jika dirinya bertingkah
berlebihan akan mengundang orang lain berkomentar tidak menyenangkan tentang dirinya yang pernah menjadi korban prostitusi itu.
“ya kelakuan saya gak jauh beda mbak sama yang dulu, kalo saya rasa ya mbak..cuman itu mbak, saya lebih pendiam lah skarang mbak, saya gak
mau nanti kalo betingkah berlebihan nanti ceritanya ntah apa-apalah..kalo dulu saya agak-agak banyak cerita, kalo sama kawan sering buat lucu-lucu
saya mbak..skarang udah jarang mbak..ya saya tau diri mbak..tapi kalo kata kawan-kawan gak ada saya itu gak enak mbak..gak tau knapa
mbak..tapi saya juga jaga-jaga dirilah mbak kalo lagi sama kawan mbak” R.1W4b.2400-2424h.58
Ketika Adek sedang terlibat masalah dengan seorang temannya, Adek mengungkapkan jika dia akan meminta maaf kepada temannya tersebut, ia tidak
ingin hubungannya menjadi buruk hanya karena masalah yang sepele. “Saya tanyain kalo saya salah ya saya minta maaf. Saya biasanya gitu
mbak. Kalo misalnya dia gak mau temanan lagi ya masa mau saya paksa mbak. Pokoknya saya minta maaf mbak kalo saya salah, gak salah pun
saya minta maaf.”
R.1W.4b.2204-2214h.53-54
IV.A.3.ii.c. Percaya Diri, Optimis dan Penuh Harap
Meskipun sempat mengalami keterpurukan karena pengalaman yan ia alami sebagai korban eksploitasi seksual komersil sempat membuatnya tidak mau
Universitas Sumatera Utara
membuka diri untuk kembali bergaul. Meskipun saat ini dirinya belum diizinkan untuk menjalin hubungan serius dengan seorang laki-laki, tetapiia tidak menutup
kemungkinan jika suatu saat nanti Adek akan menjalin hubungan serius dengan laki-laki yang mampu menerima keadaan dirinya. Namun Adek juga tidak
memaksa jika laki-laki yang akan menjadi pasangannya kelak tidak dapat menerima kenyataan dirinya pernah menjadi korban prostitusi.
“..belum mbak..tapi ya gimana ya..sapa tau kan ada yang masih mau sama saya..saya ya gak papa”
R.1W.1b.339-343h.9
“saya kan juga perempuan mbak..dulu memang udah begitu..tapi kan ggak ada ikatan mbak..lagian gak sama satu laki-laki kmarin kan mbak, maunya
sama satu aja” R.1W.1b.346-353h.9
“ya udah gak papa mbak..masih ada yang lain kok mbak yang mungkin mau nrima keadaan saya ini”
R.1W.2b.1106-1111h.27
Adek terus meyakinkan dirinya jika ada lelaki yang bersedia menerima keadaan dirinya yang pernah menjadi korban eksploitasi seksual komersil sektor
prostitusi. Adek mengatakan jika ia akan jujur tentang keadaan dirinya, kepada calon pendampingnya kelak. Adek tidak ingin menutup-nutupi hal tersebut karena
menurutnya itu akan berakibat fatal dan akan mengecewakan dirinya dan calon pasangannya.
“Iya lah mbak, itu harus saya lakuin, nanti kalo nikah tau-tau ketahuan gak perawan kan susah mbak. Iya jujur mbak, makanya susah mbak nyarik
orang yang mau nrima keadaan diri saya ini apa adanya mbak, badan udah didempulin sama gak satu orang mbak..”
R.1W.2b.1090-1102h.27
Universitas Sumatera Utara
Meskipun ia memiliki masa lalu yang kelam, menjadi pekerja seks komersil selama kurang lebih satu tahun lamanya. Ia berusaha untuk tidak terus
terpuruk pada keadaan masa lalunya yang kelam. Walaupun ia mengaku tidak akan pernah melupakan kejadian tersebut sampai kapan pun, tetapi ia percaya ia
bisa bangkit dari keadaan itu. Beruntung dirinya mendapat dukungan serta di terima kembali di lingkungan sosialnya membuatnya kembali bisa beranjak dari
masa kelamnya. “Saya merenung lah mbak, merenungin kesialan saya kok bisa ketemu
sama temen laknat kaya begitu. Trus doa, sama jalanin aja mbak. Yang kayak begitu mana bisa dilupain mbak sampe mati, tetap ingat terus, wong
pengalaman menyakitkan. Tapi saya berusaha gak terus-terus terpuruk dengan keadaan saya itu mbak. Ya alhamdulilah dengan nasehat, trus
diterima orang-orang dikampung saya bisa bangkit mbak.” R.1W.2b.1144-1162h.29
Agar tidak terus menerus teringat pada kejadian masa lalu yang menimpanya, Adek berusaha mencari kesibukan di luar rumahnya. Ia membantu
tetangganya berjualan di warung depan rumahnya. Ia juga mengatakan dirinya optimis dengan masa depannya nanti, karena dirinya masih muda dan masih
memiliki banyak sekali impian serta peluang untuk meraih masa depan yang cerah.
Saat ini Adek berharap dapat membantu biaya sekolah adik-adiknya dari uang yang ia peroleh dari hasi keringatnya sendiri. Adek juga berharap dirinya
dapat kembali melanjutkan pendidikannya ke jenjang yan lebih tinggi lagi. Tetapi meski keinginannya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
tidak dapat terwujud, dirinya berniat untuk mengikuti kursus menjahit. Untuk
Universitas Sumatera Utara
mewujudkan niatnya tersebut, ia mengaku saat ini dirinya juga sudah membantu tetangganya yang membuka usaha menjahit pakaian. Tujuan Adek melakukan hal
itu tidak lain adalah untuk menambah pengalaman serta menambah penghasilannya agar ia dapat membantu meringankan beban ekonomi
orangtuanya. “Pertama mbak saya berusaha ngelupain masa lalu saya itu mbak. Trus
saya nyoba cari kesibukan gitu mbak, saya ngebantu orang diwarung depan itu lho mbak, bantu jual-jual. Saya optimis dengan masa depan saya
mbak, karna kata ibuk saya, saya masih banyak peluang mbak..” R.1W.2b.1343-1355h.33
“alhamdulilah kali lah mbak.. makanya sekarang saya mau hidup baik- baik aja..bantu adik-adik dengan uang yang yang baik-baik juga dari
keringat saya mbak” R.1W.3b.1963-1968h.47
“Saya pengennya sih mbak, kalo ada rezeki bapak sama ibuk mbak saya
pengennya kursus ato kuliah mbak. Itu juga kalo ada rezeki mbak, kalo
enggak ya udahlah mbak, gini aja bantuin adek-adek sekolah aja.” R.1W.2b.1266-1271h.33
“Saya punya rencana ni mbak ya, kursus jahit mbak, gak usah sampe kuliah, bapak gak ada biaya, nanti kalo ada rezeki bisa buka kios jahit
mbak. Skarang saya lagi bantú-bantu jugak masang-masang payet mbak. Ya bisa bantú adek-adek lah mbak.”
R.1W.4b.2452-2461h.59
IV.A.3.ii.d. Memiliki Empati dan Peduli Terhadap Sesama
Pengalaman menjadi korban prostitusi rupanya membuat Adek menjadi semakin memiliki rasa empati dan peduli terhadap sesamanya. Hal tersebut
menurut ibunya yang dahulu belum kelihatan didalam diri sang anak. Apalagi saat ini, anaknya tersebut sering dijadikan tempat mencurahkan isi hati beberapa orang
Universitas Sumatera Utara
teman sebayanya. Adek mengaku jika dirinya akan berusaha menolong seseorang yang meminta pertolongan kepadanya. Ia merasa kasihan dan sedih jika ia mampu
menolong namun tidak ia laksanakan. Adek mengatakan jika sama sekali dirinya tidak mengharapkan imbalan apapun ketika menolong orang lain yang sedang
kesusahan. Sikap empatinya pun ia perlihatkan sewaktu Adek tidak ingin membuat saudara kandnungnya kerepotan dengan masalah yang dirinya hadapi,
sehingga ia memilih untuk tidak membuat saudara kandungnya tersebut ikut larut didalam masalah yang sedang ia hadapi.
“..kalo ada teman yang lagi susah ya mbak, kalo saya bisa ya saya bantuin mbak..kasian..soalnya saya juga susah..saya nolong gitu gak dia yang
balas mbak..Allah nanti..gitu aja saya kalo temanan mbak, gak itung- itungan..”
R.1W.4b.2302-2312h.56
“abang kan udah nikah mbak, udah punya urusan sendiri. Nanti istrinya marah sama saya. Saya pun gak maulah nyusahkan abang saya dengan
masalah saya mbak. Jadi ya saya simpan aja sendiri mbak. Sekali-sekali saya cerita juga sih mbak”
R.1W.4b.2172-2183h.53
“Saya gak mau nyusahin ibuk sama bapak mbak, nanti cerita saya malah bikin mereka sedih. Sebisa saya masalah saya ya saya selesaikan sendiri
mbak. Ada batas-batasnya mbak, mana yang bisa saya ceritain, mana yang saya rasa gak bisa mbak. Gitu mbak.”
R.1W.4b.2382-2393h.57
Akan tetapi Adek mengaku akan meminta maaf jika ia tidak mampu memberikan pertolongan kepada orang yang membutuhkan jika ia memang
merasa tidak sanggup untuk melakukan apa yang diminta oleh orang tersebut. Saat ini, ada beberapa orang temannya yang mencurahkan isi hatinya ketika
sedang mengalami masalah kepada Adek. Hanya saja Adek mengaku dirinya
Universitas Sumatera Utara
hanya bisa menjadi pendengar yang baik, sama sekali Adek tidak pernah memberikan saran ataupun nasihat kepada temna-teman sebayanya itu.
“Sebisa saya ya saya bantu mbak, masak orang mintak bantuan terus saya bisa bantu tapi gak saya tolongin. Tapi kalo saya gak bisa bantu ya saya
minta maaf mbak. Ada mbak, temen-temen yang curhat sama saya, tapi ya saya cuma jadi pendengar aja mbak, saya gak berani ngasih nasehat, saya
takut salah ngucap mbak. Nanti jadi masalah mbak.” R.1W.2b.1416-1428h.35
Meskipun mengaku akan menolong orang yang kesulitan, rupanya kalimat tersebut tidak berlaku untuk orang-orang yang pernah menghina-hina keadaan
dirinya. Meskipun mengaku selalu mencoba bersabar, tetapi tidak mengubah pendiriannya untuk tetap tidak menolong orang-orang yang demikian.
“Ya saya coba sabar aja mbak, tapi dia udah jelek-jelekin saya sapa yang bantú responden menjawab sambil tertawa, ya emoh saya nolongin kalo
gitu mbak.” R.1W.2b.1435-1441h.35
Sikap empati dan peduli dirinya juga diperlihatkan Adek ketika melihat kondisi kedua orangtuanya. Paham dengan kesulitan ekonomi yang dialami oleh
ayah dan ibunya, Adek yang tadinya ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi mengurungkan niatnya karena melihat keterbatasan ekonomi
yang mereka alami, ia tidak ingin ssemakin menyusahkan kedua orangtuanya dengan keinginannya. Bahkan Adek turut membantu meringankan bebab ekonomi
tersebut dengan bekerja diwarung tetangganya. Adek juga ingin membantu biaya sekolah keeampat adik-adiknya.
“bantuin aja, tetangga diwarung mungkin buat tambahan gitu aja mbak..adek masih ada dibawahku kan mbak..untuk ngurusin ke batam, ke
Universitas Sumatera Utara
batam bapak sama abang aja udah keluar duit..makanya aku bingung..bukannya tambah bantú, malah tambahin biaya aku..”
R.1W.1b.514-524h.13
IV.A.3.ii.e. Mampu Bertanggung Jawab Terhadap Perilaku Sendiri dan Menerima Konsekuensinya
Mengaku sudah dapat bertanggungjawab terhadap diri sendiri, Adek meceritakan tanggungjawab seperti apa yang ia maksud. Mulai dari memikirkan
secara matang efek positif dan negatif dari suatu perbuatan yang ia lakukan. Ia tidak ingin kesalahannya dalam berperilaku memberikan efek buruk kepada
dirinya sendiri. Ia juga memberikan contoh tanggungjawab yang ia maksud, serta memberikan perbandingan perilaku tanggungjawab dirinya sebelum dan setelah ia
menjadi korban eksploitasi seksual komersil. “Kalo sekarang sebisa mungkin saya memikir panjang dulu mbak sebelum
saya berbuat sesuatu, apa baik buruknya untuk diri saya. Saya gak mau mbak karna perbuatan saya sendiri saya sakit lagi, malu mbak. Nanti
cibiran orang kampung lebih banyak lagi. Misalnya mbak, saya jaga diwarung depan kalo ada barang yang hilang itu kan menjadi tanggung
jawab saya, ya saya lebih baik ganti pake uang saya sendiri mbak, daripada nanti yang punya warung marah-marah sama saya mbak. Kalo
dulu paling kalo udah salah ya saya lari mbak. Ato nyarik alasan yang buat supaya saya gak nampak salahnya.”
R.1W.2b.1383-1409h.34
Merasa sudah dapat mengambil keputusan sendiri dan siap menerima akibat dari keputasan yang ia ambil, jika keputusan itu salah. Ia mengatakan jika
ia memang selalu memkirkan hal baik dan buruk dari keputusan yang ia ambil. Dah siap dengan konsekuensinya jika ternyata keputusan yang ia rasa benar itu
ternyata salah. Namun dalam hal tersebut, ia mengaku juga melibatkan kedua
Universitas Sumatera Utara
orangtuanya. Hanya sebatas meminta pendapat orangtuanya, dan keputusan Adek sendirilah yang menentukan.
“Ya saya kan tau mana yang baik mbak, buat saya.. ya Saya pasti mikirlah mbak sebelum ngambil keputusan untuk saya sendiri. Lah kalo masih
salah juga, ya derita saya berarti mbak, mau gak mau ya harus saya terima. Harus saya tanggungjawabkan, seperti yang saya bilang dulu sama mbak.
Tapi ya saya pasti juga dengar pendapat ibuk sama bapak lah mbak.” R.1W.3b.2017-2033h.49
IV.A.3.iii. I Can
Setelah kembali tinggal bersama keluarganya, kemampuan sosial dan interpersonal Adek mengalami perubahan, meskipun lingkungan sosialnya
memberikan ruang gerak dan memberikan dukungan kepada Adek, hal tersebut terlihat dari sumber-sumber resiliensi yang di miliki Adek dan yang berhasil di
kembangkannya.
IV.A.3.iii.a. Mampu Mengungkapkan Pikiran dan Perasaan dalam Berkomunikasi
Jika sebelumnya Adek merupakan anak yang terbuka dan bisa memberitahu perasaannya kepada orang lain,tetapi menurut ibunya setelah
kembali dari kota B Adek menjadi seorang anak yang enggan untuk mengutarakan perasaan serta pikirannya kepada orang lain. Menurut sang ibu,
anaknya lebih suka berdiam diri saat berkumpul bersama dan enggan untuk mengatakan perasaannya kepada orang yang berada disekitarnya. Saat ini menurut
Adek, diam dan mengontrol kata-kata yang keluar dari bibirnya merupakan hal yang paling baik untuk ia lakukan.
Pasalnya, Adek tidak ingin mengundang
Universitas Sumatera Utara
sindiran dari orang lain jika ia berkata-kata terlalu banyak, meskipun tujuannya hanya untuk mengungkapkan pikiran serta perasaannya.
“setelah kejadian ini ya diemlah mbak..jarang mau ungkapkan pendapat gitu..takutnya nanti dibilang halah udah gini aja kok Adek memberikan
kode gitu..takutnya cuman enggak sih memang..tapi perasaan masi hada, kecil hati gitu lho mbak..”
R.1W.1b.838-848h.20
“Hehmm.. namanya juga orang yang dah buat salah kan responden tertunduk. Kesalahan yang dibuatkan orang, nanti ngasih pendapat dikit
aja, dibilang halah bekas aja.. jadi sakit, takut. Masih takut aja mbak..” R.1W.1b.852-859h.21
Adek juga tidak berani untuk mengungkapkan apa yang sedang ia rasakan kepada orang lain, dirinya perasaan sedih dan kecewanya ia sembunyikan didalam
hatinya dan hanya menangis ketika hatinya sudah tak dapat lagi menahan perasaan tersebut. rasa takut karena latar belakang masalahnya serta rasa takut akan
komentar yang ditimbulkan, membuat Adek memilih untuk berdiam diri dan menyimpan perasaannya rapat-rapat, hanya untuk dirinya.
“..saya udah gak brani ngasih tau yang gimana-gimana untuk di dengerin ke orang gitu mbak..gak percaya mbak..”
R.1W.1b.389-393h.10
“iya itu aja sih mbak..saya gak seterbuka dulu kalo buat apa-apa, ngomong enggak..udah cukuplah mbak..sakit..”
R.1W.1b.616-619h.15
“takut gak diterima mbak..selama ini saya kalo sedih cuman diem aja, nangis dikamar..karna saya takut orang gak bisa ngerti perasaan saya
mbak..makanya cuman saya pendam aja..” R.1W.2b.1275-1282h.31-32
IV.A.3.iii.b. Menjalin Hubungan yang Saling Mempercayai
Universitas Sumatera Utara
Adek mampu menjalin hubungan yang saling mempercayai denga kedua orangtuanya. Dimana Adek selalu mengajak ayah dan ibunya untuk berdiskusi
mengenai masalah yang sedang ia alami. Kedua orangtuanya pun selalu menyediakan waktu berdiskusi dengan Adek untuk membantu Adek mencari
solusi dari masalah yang sedang ia hadapi. Meskipun selalu melibatkan ayah dan ibunya untuk berdiskusi, namun Adek tetap dirinya sendiri yang mengambil
keputusan untuk masalahnya tersebut. “ya saya cerita ke bapak ato ibuk dulu mbak.. gimana yang baiknya.. tapi
keputusan ya tetap saya yang ambil” R.1W.4b.2221-2230h.54
Dengan adanya hubungan yang saling percaya diantara Adek dan orangtuanya, Adek juga menuruti nasihat ibunya yang menyarankan kepada
dirinya untuk tidak menjalin hubungan asmara terlebih dahulu dengan seorang pria. Alasannya, orangtua Adek masih meraa takut jika orang-orang tersebut
hanya ingin memanfaatkan kondisi Adek sendiri. “selama setahun ini ya ada mbak.. tapi gak brani.. lagian kata orang ibuk,
orang bapak belum lah.. jangan.. natik takunya cuman mau apa aja gitu” R.1W.1b.357-363h.9
Meskipun lingkungannya sudah menerima Adek dan kembali mengajak Adek untuk membaur, namun Adek hanya mampu menjalin hubungan yang saling
percaya dengan kedua orangtuanya saja. Adek pun mengeluarkan alasan klasiknya ketika ia mengungkapkan alasannya mengapa ia hanya mampu menjalin
hubungan saling percaya dengan kedua orangtuanya. “karna kan gak mungkin ibuk saya jual saya..”
Universitas Sumatera Utara
R.1W.1b.409-411h.10 Sementara itu, ibunya menjelaskan Adek walaupun menjadi orang terdekat
Adek saat ini, Adek jarang sekali meminta pertolongan kepada mereka. Adek biasa selalu mengerjakan atau pu menyelesaikan permasalahan yang ia alami
sendiri. Hanya saja, Adek terkadang mendatangi mereka dan mengajak ayah dan ibunya untuk berdiskusi. Selain itu Adek jarang sekali untuk meminta
pertolongan. Menurut ibunya, sang anak tidak ingin merepotkan orang lain dalam masalah yang ia hadapi.
IV.A.3.iii.c. Mampu Mengelola Perasaan
Beberapa bulan pertama setelah Adek kembali tinggal bersama keluarganya, ibunya mengatakan Adek tidak mampu untuk mengelola perasaanya.
Adek selalu menangis dan mengurung dirinya di kamar. Adek juga sempat ketakutan jika di tinggal sendirian di rumah. Menurut ibunya, Adek juga akan
menangis jika dirinya di tanya tentang pengalaman selama menjadi korban prostitusi. Berkat bantuan semangat dan nasihat serta perhatian dan kasih sayang
dari keluarga dan warga sekitar tempat tinggalnya, Adek akhirnya mampu melewati masa tersebut.
“Saya tanyain kalo saya salah ya saya minta maaf. Saya biasanya gitu mbak. Kalo misalnya dia gak mau temanan lagi ya masa mau saya paksa
mbak. Pokoknya saya minta maaf mbak kalo saya salah, gak salah pun saya minta maaf.”
R.1W.4b.2204-2214h.53-54
Universitas Sumatera Utara
Hanya saja Adek tidak dapat mengontrol perasaannya ketika ada orang yang mengungkit masa lalunya. Apa lagi ketika orang itu menjadikan hal tersebut
bahan olok-olokan. Ia langsung merasa emosi dan tidak segan menggunakan kekerasan kepada orang yang menghina keadaan dirinya itu. Ketidakmampuannya
mengelola perasaan juga ia perlihatkan kepada Mince, sahabatnya yang telah menjerumuskannya ke dalam dunia prostitusi. Ia menggunakan sebutan “kampret”
ketika menyebut namanya, serta berjanji akan menyelesaikan masalah tersebut secara pribadi.
“Ya tergantung ngungkitnya itu gimana, kalo cuma buat ngejek ya saya lemparlah mbak. Dulu itu mbak, pertama-pertama datang anak-anak kecil
dengerin ibuk-ibuk gosip, trus ngejek-ngejek gitu. Saya lempar pake sendal. Mungkin berdarah trus minta uang ke bapak responden tertawa,
untung mbak gak saya lempar responden kembali tertawa.” R.1W.1b.648-662h.16
Adek mengaku sedih jika ia diminta untuk kembali mengulas cerita tentang masa lalunya yang suram. Adek menegaskan ia ingin melupakan kejadian
yang sempat membuatnya terpuruk tersebut. Ia tidak ingin pengalamannya hanya dijadikan bahan tertawaan oleh orang-orang yang tidak mengetahui bagaimana
perasaan hatinya saat dijeblos paksa ke dalam dunia prostitusi. Namun, ia akan bercerita mengenai pengalamannya jika ceritanya tersebut dapat membantu orang
lain agar tidak mengalami hal yang serupa dengan dirinya. “sebenernya sedih sih mbak..karna udah gak pengen inget lagi. Pengen
dilupain mbak..tapi kalo kayak mbak kan namanya juga saling memabantu kita kan..tapi kalo temen-temen yang lain cuman bisa ngejek ya udah doa
smoga dia ato keluarganya gak ngerasain apa yang saya rasain mbak..” R.1W.1b.577-590h.16
Universitas Sumatera Utara
IV.A.3.iii.d. Mampu Mengukur Temperamen Diri Sendiri dan Orang Lain
Untuk beberapa hal dan masalah yang di hadapinya, menurut Adek dirinya mampu mampu memahami temperamen dirinya sendiri serta dapat juga melihat
apa yang orang lain rasakan. Misalnya ia mampu menahan perilakunya terhadap kakaknya dan berusaha meminta maaf untuk memperbaiki hubungan mereka.
Hanya saja sampai saat ini sang kakaklah yang menurutnya selalu menghindar jika dirinya mendatangi rumah kakaknya itu. Ia juga mampu mengelola
perasaannya ketika sedang terlibat masalah dengan teman-teman sebayanya. Ia
bersedia meminta maaf, baik dirinya memang bersalah ataupun tidak.
“Saya mau mbak, cuma dia itu yang ngelak aja terus kalo ketemu saya. Pernah saya sama abang, datang kerumahnya, pas itu anaknya sakit, ehh
saya malah direpeti dimarahin mbak. Padahal kan dia yang salah, dia yang mau ngambil uang sosial untuk saya. Tapi ya udahlah saya udah
maapin kakak saya juga mbak.” R.1W.4b.2052-2066h.50-51
Adek mengatakan tidak masalah jika ada orang-orang diluar keluarganya yang malah menceritakan keadaannya dan bukan malah mendukung dirinya. Adek
merasa jika ia sudah banyak mendapat dukungan, dan tidak masalah untuknya jika masi hada orang yang hanya menjadikan dirinya sebagai bahan ceritaan. Untuk
hal lainnya, ternyata belum mampu memahami temperamen dirinya sendiri. Ia masih memperlihatkan emosinya yang meletup ketika berbicara mengenai Mince,
sahabatnya yang telah menjual dirinya. Ia mengatakan akan menyelesaikan masalah mereka secara pribadi, jika dirinya bertemu dengan Mince.
“..adalah satu dua orang yang ngomongin dibelakang gitu kan..tapi saya gak ambil pusing..yang penting banyak yang dukung saya..”
Universitas Sumatera Utara
R.1W.1b.323-328h.8 “..langsung saya gampar mbak..saya gampar..kalo ketemu saya selesaikan
secara pribadilah mbak, saya gampar..kalo bisa saya bunuh mbak..udah hancur masa depan saya dibuatnya..”
R.1W.2b.928-935h.23 Ketika disinggung mengenai sahabatnya, Mince yang telah menjual
dirinya terlihat responden langsung bereaksi dengan nada keras. Ia menegaskan jika dirnya hingga saat ini belum mampu untuk memaafkan orang-orang yang
telah menjerumuskannya ke dalam lembah prostitus. Menurutnya, apapun hukuman yang diberikan kepada orang-orang tersebut tidak akan pernah membuat
hatinya puas. Ia juga tidak menginginkan remaja yang menjadi korban prostitusi jatuh lebih banyak lagi.
“ya belom lah mbak.. memangnya mudah maapin orang yang udah buat saya rusak..lama lagi lah itu mbak..sampe mati gak bisa saya maapkannya
mbak.. mbak juga kalo kejadiannya sama kaya saya belom tentu mbak maafkan..”
R.1W.4b.2156-2165h.52-53 “seumur hidupnya ato dihukum mati juga saya gak puas mbak..gak
puas..apalagi si kampret gak dihukum juga sampe sekarang..saya takut mbak, berapa perempuan yang jadi korbannya, diajak kerja..gak taunya
kerjanya melacur..benar ya mbak, kalo saya ketemu si kampret itu, saya bunuh dia..”
R.1W.3b.2072-2084h.50
IV.A.3.iii.e. Mampu Memecahkan Masalah
Orangtua Adek mengatakan jika mereka selalu mendukung sang anak dalam menghadapi setiap masalah yang ia alami. Meskipun tetap Adek yang
Universitas Sumatera Utara
mengambil keputusan untuk setiap masalahnya, namun orangtuanya mengaku selalu mendukung keputusan yang Adek ambil.
Tetapi menurut Adek terkadang dirinya hanya menyimpan masalah yang ia hadapi didalam hatinya saja, tanpa membiarkan orang lain mengetahui masalah
yang ia alami, apa lagi membantunya. Pada situasi saat ini, menurut Adek dirinya lebih sering menyimpan masalahnya di dalam hatinya saja.
“takut gak diterima mbak..selama ini saya kalo sedih cuman diem aja, nangis dikamar..karna saya takut orang gak bisa ngerti perasaan saya
mbak..makanya cuman saya pendam aja..” R.1W.2b.1275-1282h.31-32
Dengan dukungan yang diperolehnya dari orang-orang sekitanya, Adek kembali menapaki hari-harinya bersama dengan keluarga dan orang-orang
dilingkungan sosialnya. Rasa percaya yang telah diberikan kepada dirinya mampu menjadikan Adek bangkit kembali dari keterpurukannya dan menjalani kembali
hari-harinya dengan membantu tetangganya berjualan diwarung. Adek mengaku selama dirinya bekerja membantu tetangganya berjualan diwarungnya, tidak
sekali dua kali masalah menimpanya. Akan tetapi ia tetap bertanggung jawab atas pekerjaan dirinya diwarung itu. Selama bekerja membantu tetangganya, Adek
selalu menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi. Bahkan ketika ia harus menganti barang yang hilang.
“..misalnya mbak, saya jaga diwarung depan kalo ada barang yang hilang itu kan menjadi tanggung jawab saya..ya saya lebih baik ganti pake uang
saya sendiri mbak..daripada nanti yang punya warung marah-marah sama saya mbak..”
R.1W.2b.1394-1404h.34
Universitas Sumatera Utara
Berbeda dengan yang dahulu, sebelum ia menjadi korban prostitusi. Adek akan memilih melarikan diri ketika ia mendapat masalah. Ataupu mencari alasan
agar dirinya terbebas dari tanggung jawab yang harus ia hadapi. “..kalo dulu paling kalo udah salah ya saya lari mbak..ato nyarik alasan
yang buat supaya saya gak nampak salahnya” R.1W.2b.1404-1409h.34
Adek juga selalu berusaha untuk selalu bersikap objektif ketika ia sedang mengalami masalah dengan teman sebayanya. Adek berusaha untuk
menyelesaikan permasalah tersebut dengan cara yang baik. Adek ingin semua masalah yang ia alami dengan teman sebayang berakhir dengan cara yang baik,
sehingga ia selalu meminta maaf jika memang dirinya bersalah “..sebisanya ya saya selesaikan baik-baik dulu lah mbak..pokoknya saya
selesaikan baik-baik..trus saya tanya salah saya apa..ato ada tingkah saya yang gak enak..biar tuntas gitu mbak..kan gak bagus mbak kalo saya yang
salah tapi saya sok gak salah..” R.1W.4b.2350-2363h.57
IV.A.4. Interpretasi Data IV.A.4.i. I Have
Grotberg 2000 mengungkapkan bahwa I have merupakan sumber resiliensi yang berhubungan dengan pemaknaan remaja terhadap besarnya
dukungan yang diberikan oleh lingkungan sosial terhadap dirinya. Dimana Adek memperoleh dukungan tersebut dengan baik, orang tua serta anggota keluaarga
lainnya. Selain dari dukungan dari keluarganya, Adek juga memperoleh dukungan
dari orang dewasa serta teman-teman sebayanya di lingkungan sosialnya. IV.A.4.i.a. Hubungan yang Dilandasi Kepercayaan
Universitas Sumatera Utara
Grotberg 2000 menyatakan Dukungan ini berupa hubungan yang baik dengan keluarga, lingkungan sekolah yang menyenangkan, ataupun hubungan
dengan orang lain diluar keluarga. Melalui I have, seseorang merasa memiliki hubungan yang penuh kepercayaan. Hubungan seperti ini diperoleh dari orang tua,
anggota keluarga lain, guru, dan teman-teman yang mencintai dan menerima diri remaja tersebut..
Dalam hal Adek memang memperoleh dukungan penuh dari keluarganya. Orangtuanya selalu memberikan semangat serta dukungan untuk dirinya agar
kembali mampu menjadi remaja yang tidak terpuruk setelah menjadi korban ekploitasi seksual komersil sektor prostitusi. Dukungan ini sangat membantu
Adek untuk kembali bangun dari rasa terpuruk. Selain itu, dukungan yang ia peroleh dari keluarganya membuat Adek dapat mengembangkan hubungan penuh
kepercayaan dengan keluarganya, terutama ayah dan ibunya. Alhasil, dengan hubungan seperti itu Adek mampu menceritakan keluh
kesahnya kepada orangtuanya, meskipun Adek tetap memilah masalah yang akan ia ceritakan dan diskusikan dengan kedua orangtuanya. Mengetahui anaknya
membutuhkan dukunga dari mereka, kedua orangtua Adek pun semampu mungkin menyisihkan watu untuk Adek serta selalu siap membantu Adek ketika
Adek sedang mengalami masalah yang memberatkannya. Jika Adek berhasil membangun hubungan penuh kepercayaan dengan
kedua orangtuanya, berbeda halnya dengan orang-orang diluar lingkungan keluarganya. Meski mengaku jika lingkungan sosialnya pun memberikan
Universitas Sumatera Utara
dukungan dan menerima dirinya kembali, namun Adek belum mampu untuk membangun hubungan yang dilandasi rasa percaya dengan orang dari luar
keluarganya. Meskipun sudah kembali bergaul dan kembali memiliki aktifitas sosial, namun Adek mengaku hingga saat ini masih merasa takut untuk
mempercayai orang lain selain keluarganya sendiri.
IV.A.4.i.b. Struktur dan Peraturan di Rumah
Grotberg 2000 mengatakan Individu yang resilien juga mempunyai struktur dan aturan di dalam rumah yang ditetapkan oleh orang tua mereka. Para
orang tua berharap bahwa anak-anak dapat mematuhi semua peraturan yang ada. Anak-anak juga akan menerima konsekuensi dari setiap tindakan yang mereka
lakukan dalam menjalani aturan tersebut. Ketika mereka melanggar aturan, mereka butuh seseorang untuk memeberi tahu kesalahan yang mereka perbuat dan
jika perlu menerapkan hukuman. Struktur dan aturan dirumah Adek cukup dijelas diberlakukan kepada Adek dan saudara-saubaranya. Aturan tersebut dibuat agar
Adek tidak lagi mengalami masalah yang sama dengan kejadian yang pernah ia alami sebelunya.
Ada beberapa peraturan dirumah yang telah ditetapkan ayah dan ibunya untuk dipatuhi oleh Adek. Adek hanya diminta mematuhi aturan yang ada untuk
menjaga dirinya dari hal-hal yang tidak diinginkan. Kedua orangtua Adek pun tidak pernah menggunakan hukuman fisik untuk memberikan efek jera kepada
Adek ketika dirinya ketika Adek tidak mematuhi aturan yang diberlakukan oleh kedua orangtuanya. Orangtuanya hanya memberikan nasihat kepada Adek agar
Universitas Sumatera Utara
tidak kembali jatuh dilubang yang sama. Seakan paham dengan maksud ayah dan ibunya, hingga saat ini Adek belum pernah melanggar aturan yang ditetap oleh
kedua orangtuanya. Meskipun disisi lain Adek mengaku kurang menyukai aturan yang diterapkan oleh ayah dan ibunya kepada dirinya tetapi dirinya paham akan
bahaya yang mungkin terjadi jika ia tidak mengindahkan apa yang telah ayah dan ibunya terapkan untuk dipatuhi.
IV.A.4.i.c. Dorongan Untuk Mandiri Grotberb 2000 mengungkapkan jika individu yang resilien juga
memperoleh dukungan untuk mandiri dan dapat mengambil keputusan berdasarkan pemikiran serta inisiatifnya sendiri. Dukungan yang diberikan oleh
orangtua ataupun anggota keluarga lainnya akan sangat membantu dalam membentuk sikap mandiri dalam diri seseorang. Orangtua akan mendukung serta
melatih anak untuk dapat berinisiatif dan “berkuasa” atas dirinya sendiri untuk mengambil keputusan tanpa harus bergantung pada orang lain.
Sempat mengalami keterpurukan dan menjadi bergantung dengan orang lain, membuat Adek tidak berani memperlihatkan dirinya dihadapan orang
banyak. Perasaan malu pernah menyelami dunia prostitusi menjadikan Adek tidak berperilaku seperti dahulu. Tetapi berkat dukungan serta semangat dari kedua
orangtuanya membuat Adek kembali bangkit serta mandiri serta memiliki sikap atas dirinya sendiri. Ia berusaha untuk tetap memegang kendali atas persoalan
yang sedang ia hadapi. Namun tetap menjadikan ayah dan ibunya sebagai tokoh penting dalam mendiskusikan permasalahannya tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Merasa masih bertanggung jawab terhadap Adek, terkadang sang ibu selalu mencampuri permasalahan anaknya itu, sehingga terkadang timbul
pertengkaran diantara keduanya. Adek akhirnya harus menjelaskan kepada kedua orangtuanya jika dirinya mengetahui baik dan buruk keputusan yang ia ambil atas
masalah yang sedang ia alami. Dengan demikian, Adek harus menghasilkan keputusan terbaik untuk dirinya dengan cara memikirkan apa yang baik dan buruk
dari keputusan yang diambilnya.
IV.A.4.i.d. Role Models
Grotberg 2000 mengatakan Individu yang resilien mempunyai orang- orang yang dapat menunjukkan apa yang harus remaja lakukan seperti mencari
informasi terhadap sesuatu dan memberikan semangat agar remaja mengikutinya. Selain mendapat dukungan moral dari kedua orangtuanya, ayah dan ibunya juga
memberikan modeling kepada Adek, dan berharap Adek dapat mengikutinya. Hanya saja, ada peran yang diperlihatkan orangtuanya kepada Adek tidak mampu
ia lakukan. Dimana kedua orangtuanya mengajarkan kepada Adek agar memaafkan orang yang telah menjerumuskannya kedalam dunia prostitusi. Adek
sendiri hingga saat ini belum mampu memberi maaf kepada orang-orang yang telah membuatnya menjadi pelacur, termasuk sahabatnya sendiri Mince. Serta
mengajarkan Adek, untuk tidak merasa malu walaupun dirinya dahulu pernah bekerja sebagai pekerja seks komersial.
Modeling lainnya yang menonjol dan diajarkan kepada Adek adalah sikap pekerja keras serta religiusitas yang dimiliki oleh orangtuanya. Untuk dua peran
Universitas Sumatera Utara
tersebut, Adek dapat mengikutinya dengan baik. Selain dari kedua orangtuanya Adek juga memperoleh modeling dari lingkungan sekitarnya pun memberikan
role models yang baik kepada Adek, dimana Adek dapat diterima, diberikan ruang kembali untuk bersama lagi melakukan kegiatan-kegiatan sosial yang ada dan
diberikan rasa percaya dalam melakukan aktifitas sosialnya. Dengan keadaan demikian, Adek dengan cepat dapat kembali membaur serta memulihkan rasa
takutnya untuk bertemu dengan orang-orang dari lingkungan sosialnya. Serta mampu melewati hari-harinya tanpa rasa malu da takut.
IV.A.4.i.e. Memperoleh Layanan Kesehatan, Pendidikan, Keamanan dan Kesejahteraan
Grotberg 2000 mengatakan Individu yang resilien juga akan mendapatkan jaminan kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan serta keamanan
dari orangtua. Sehingga hal ini akan membantu mereka untuk mengembangkan rasa percaya diri dalam diri remaja. Setelah Adek kembali dari kota B,
orangtuanya langsung memberikan dirinya layanan kesehatan dengan memeriksakan kondisi anaknya tersebut ke rumah sakit. Hal tersebut dilakukan
orangtua Adek untuk mengetahui bagaimana kondisi kesehatan anaknya, agar dapat diambil langkah selanjutnya jika hasil memnunjukkan Adek menderita
suatu penyakit tertentu. Untuk layanan pendidikan, walaupun Adek berkeinginan untuk dapat
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, namun orangtuanya tetap
Universitas Sumatera Utara
tidak mampu memberikan layanan seperti yang dirinya harapkan. Kondisi ekonomi yang kurang mendukung, membuat Adek harus menelan keinginannya
untuk melanjutkan pendidikannya. Bahkan Adek pun harus ikut membantu menopang keadaan ekonomi keluarganya dengan bekerja membantu tetangganya
berjualan diwarung millik tetangganya tersebut. Akan tetapi, Adek masih berharap dirinya bisa melanjutkan pendidikan kembali.
Demikian halnya dengan rasa keamanan yang harus diberi kepada Adek, meski mengaku merasa aman karen selalu ditemani oleh salah satu anggota
keluarganya jika akan bepergian. Adek mengaku terkadang merasa terkekang karena adanya aturan itu. Adek mengatakan jika dirinya ingin berkumpul bersama
dengan teman-teman sebayanya. Dengan adanya aturan yang ia rasa mengekangnya, Adek hanya bisa berkumpul dengan teman-temannya di warung
depan rumahnya. Dan tidak dibiarkan pergi ika alasannya tidak jelas. Untuk masalah kesejahteraan, kedua orangtua Adek berusaha untuk
membuat Adek merasa nyaman kembali tinggal bersama mereka. Kedua orangtuanya selalu mendukung dan menyediakan waktu yang lebih bagi Adek,
selalu membantu Adek jika Adek memiliki masalah dan sedang dalam kesulitan, orangtua Adek tetap memberikan kasih dan sayangnya kepada Adek agar Adek
merasa jika dirinya adalah sosok yang berharga serta dengan cepat dapat bangkit dari masa-masa terpuruknya.
IV.A.4.ii. I Am
Universitas Sumatera Utara
Grotberg 2000 mengatakan bahwa I Am merupakan kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang, kekuatan tersebut meliputi perasaan, tingkah laku,
dan kepercayaan yang ada dalam dirinya. IV.A.4.ii.a
. Bangga Terhadap Diri Sendiri Grotberg 2000 mengatakan Individu yang resilien tahu bahwa mereka
adalah seorang yang penting dan merasa bangga akan siapakah mereka itu dan apapun yang mereka lakukan atau akan dicapai. Individu itu tidak akan
membiarkan orang lain meremehkan atau merendahkan mereka. Ketika individu mempunyai masalah dalam hidup, kepercayaan diri dan self esteem membantu
mereka untuk dapat bertahan dan mengatasi masalah tersebut. Sebelum dirinya terjerumus kedalam kelamnya dunia prostitusi, Adek merasa bangga dengan
dirina sendiri. Namun kebanggaan terhadap diri sendiri itu sempat hilang ketika ia menyadari jika sudah pernah dijadikan sebagai pelacur oleh orang-orang yang
tidak bertanggung jawab dan mengeruk keuntungan dari penderitaannya. Seiring berjalannya waktu, melihat dukungan dan penerimaan dari
keluarga dan lingkungan sosialnya Adek akhirnya berhasil menerima keadaan dirinya saat ini. Selain kembali mampu menerima keadaan dirinya, Adek juga
mampu lebih menjaga dirinya dari orang-orang yang hanya ingin menjadikan dirinya sebagai bahan ejekan dan candaan. Meskipun kepercayaan dirinya
menurun sejak kejadian yang menimpanya, tetapi itu tidak membuat Adek tidak bisa menerima keadaan dirinya dan menutup diri dari orang-orang sekitarnya.
IV.A.4.ii.b. Disayang dan Disukai Orang Lain
Universitas Sumatera Utara
Groberg 2000 mengatakan Individu yang resilien pasti mempunyai orang
yang menyukai dan mencintainya. Individu akan bersikap baik terhadap orang- orang yang menyukai dan mencintainya. seseorang dapat mengatur sikap dan
perilakunya jika menghadapi respon-respon yang berbeda ketika berbicara dengan orang lain. Walaupun mengaku sempat merasa malu untuk kembali berhubungan
dengan orang-orang dilingkungan sosialnya, tetapi dengan adanya dukungan serta penerimaan dari lingkungannya sekitarnya membuatnya kembali memberanikan
diri bergaul dengan teman-teman sebayanya. Disisi lain, Adek merupakan orang yang tidak tebang pilih dalam
berteman, Adek berteman dengan siapa saja, kecuali orang itu menjadikan dirinya sebagai bahan ejekan. Hal itu juga menjadika orang lain menyenangi dirinya, ia
memiliki banyak teman di sekitar tempat tinggalnya. Meskipun demikian, Adek sedikit mengatur tingkah lakunya ketika bergaul dengan teman-temannya. Adek
tidak ingin jika kesalahan dalam perilakunya bisa membuat orang lain memberikan pandangan jelek kepada dirinya. Untuk tetap menjaga hubungan
baiknya dengan teman-temannya, Adek mengaku akan meminta maaf jika dirinya membuat suatu kesalahan ketika sedang bergaul dengan teman-temannya.
IV.A.4.ii.c. Percaya Diri, Optimis dan Penuh Harap
Grotberg 2000 mengatakan orang yang resilien dipenuhi harapan, iman, dan kepercayaan. Individu percaya ada harapan bagi mereka, serta orang lain dan
institusi yang dapat dipercaya. Individu merasakan mana yang benar maupun salah, dan ingin ikut serta di dalamnya. Individu mempunyai kepercayaan diri dan
Universitas Sumatera Utara
iman dalam moral dan kebaikan, serta dapat mengekspresikannya sebagai kepercayaan terhadap Tuhan dan manusia yang mempunyai spiritual yang lebih
tinggi. Selain memiliki memiliki harapan akan masa depan yang cerah, Adek juga
selalu percaya jika dirinya akan menjadi pribadi yang lebih baik lagi kedepannya. Adek terus memanjatkan doa serta menjalani segala yang telah terjadi dengan rasa
iklhas, dirinya berkeyakinan kelak ia akan mendapatkan suatu hal yang baik. Adek pun memiliki harapan-harapan untuk masa depannya, saat ini dirinya
sedang bergiat melakukan hal-hal yang dapat mewujudkan impian-impian masa depannya tersebut menjadi kenyataan.
Untuk masalah hubungan dengan lawan jenis, saat ini Adek memang belum memiliki seorang kekasih, akan tetapi Adek masih memiliki harapan kelak
dirnya akan memiliki hubungan serius dengan seorang pria yang ia harapkan dapat menegrti dan menerima keadaan dirinya. Adek tidak akan memaksan jika
nantinya orang yang ia cintai mengetahui keadaan dirinya yang sebenarnya dan tidak mampu menerimanya, Adek hanya ingin menjalin hubungan serius dengan
laki-laki yang dapat menerimanya lahir dan batín.
IV.A.4.ii.d. Memiliki Empati dan Peduli Terhadap Sesama
Grotberg 2000 mengatakan individu yang resilien merasa bahwa mereka memiliki empati dan sikap kepedulian yang tinggi terhadap sesama. Perasaan itu
mereka tunjukkan melalui sikap peduli mereka terhadap peristiwa yang terjadi pada orang lain. Mereka juga merasakan ketidaknyamanan dan penderitaan yang
Universitas Sumatera Utara
dirasakan oleh orang lain dan berusaha membantu untuk mengatasi masalah yang terjadi.
Rasa empati dam peduli sesama adalah hal yang baru kelihatan dalam diri Adek setelah ia kembali tinggal bersama orangtuanya. empati dan rasa pedulinya
ia perlihatkan kepada teman-teman sebayannya yang sedang membutuhkan bantuan dirinya. Bahkan ia merasa kasihan jika dirinya tidak membantu orang
yang sedang mengalami kesulitan, walaupun sebenarnya dirinya dapat melakukan hal itu.
Namun, jika ia benar-benar tidak dapat membantu orang yang menninta bantuannya, Adek akan memohon maaf karen tidak dapat membantu seperti yang
diharapkan. Karena sikap empati dan peduli yang dimiliki Adek, saat ini banyak dari teman-teman sebayanya yang mencurahkan isi hati, perasaan serta
permasalahannya kepada Adek. Dengan harapan Adek mampu memberikan jalan keluar. Hanya saja, berbeda dengan kenyataan yang diperoleh teman-teman Adek.
Sejauh ini, Adek hanya memberanikan dirinya menjadi pendengar yang baik, dirinya siap mendengarkan segala keluh kesaha teman-temannya yang datang
mengeluh kepadanya. Tetapi Adek tidak pernah memberikan solusi seperi yang diharapkan. Rasa takut dan tidak mau mencampuri urusan orang lain menjadi
alasan utama ia tidak pernah memberikan solusi kepada teman-temannya yang menceritakan keluh kesah mereka kepada Adek.
IV.A.4.ii.e. Mampu Bertanggung Jawab Terhadap Perilaku Sendiri dan Menerima Konsekuensinya
Universitas Sumatera Utara
Grotberg 2000 individu yang resilien dapat melakukan berbagai macam hal menurut keinginan mereka dan menerima berbagai konsekuensi dan
perilakunya. Individu merasakan bahwa ia bisa mandiri dan bertanggung jawab atas hal tersebut. Individu mengerti batasan kontrol mereka terhadap berbagai
kegiatan dan mengetahui saat orang lain bertanggung jawab. Adanya control dan tanggung jawab bagi perilaku Adek yang diterapkan
oleh orangtua dan dirinya sendiri, mmwbuat Adek berpikir terlebih dahulu sebelum dirinya berperilaku banik didalam keluarganya, ataupun lingkungan
sosialnya. Mengerti akan adanya konsekuensi yang ditimbulkan dari perilakunya sendiri, sebelum mengambil tindakan dirinya terlebih dahulu akan memikirkan
efek negatif dan positif dari tindakan tersebut. Jika keputusan yang ia ambil salah, makan Adek siap untuk meneriman konsekuensi dari kesalahanya itu.
Sebagai seorang yang tengah bangit, Adek selalu mendiskusikan permasalahannya kepada orangtuanya sebelum akhirnya memutuskan sendiri apa
yang harus Adek perbuat. Merasa sudah paham dan mengerti tentang baik dan buruk dari perilaku yang ditimbulkan, Adek pun sudah siap jika ia mengambil
keputusan yang salah dan tidak akan menyesalinya dikemudian hari.
IV.A.4.iii. I Can
I Can merupakan kemampuan individu untuk melakukan hubungan sosial dan interpersonal. Mereka dapat belajar kemampuan ini melalui interaksinya
dengan semua orang yang ada disekitar mereka.
Universitas Sumatera Utara
IV.A.4.iii.a. Mampu Mengungkapkan Pikiran dan Perasaan dalam Berkomunikasi
Grotberg 2000 mengungkapkan individu yang resiliens memiliki kemampuan untuk berkomunikasi serta memecahkan masalah dengan baik.
Mereka mampu mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dengan baik. Pernah menjadi korban prostitusi, Adek yang awalnya adalah seorang gadis yang
selalu bersikap terbuka menjadi seorang yang tertutup dan terkadang enggan untuk menyampaikan perasaannya ketika sedang berkomunikasi dengan oarang,
baik dalam keluarga, maupun diluar keluarganya sendiri. Perasaan takut tidak diterima ketika mengeluarkan pikiran dan
perasaannya kepada orang lain dikemukakan Adek sebagai alasan utama mengapa dirinya enggan mengungkapkan pikiran dan perasaannya kepada orang lain. Adek
lebih senang menyimpan sendiri didalam hatinya ketimbang harus
mengeluarkannya dan memberitahu apa yang ia rasakan. Selain enggan untuk mengungkapkan isa pikiran dan perasaannya kepada
orang lain, Adek juga selalu berdiam diri ketika sedang berkumpul bersama dengan keluarga maupun orang-orang dilingkungan sosialnya. Adek tidak merasa
takut jika ia terlalu banyak berbicara akan mengundang orang lain memberikan komentar buruk tentang dirinya, ia menyadari betul bagaimana latar belakang
masa lalunya, sehingga membuat Adek selalu menjaga sikap dan perilaku serta ucapannya ketika sedang berada ditemgah-tengah orang lain. Walaupun dirinya
mendapat dukungan serta ajakan nasihat untuk selalu menceritakan apa yang ia
Universitas Sumatera Utara
alami, namun Adek tetap tidak enggan untuk mengungkapkan apa yang ia pikirkan dan rasakan kepada orang lain.
IV.A.4.iii.b. Menjalin Hubungan Yang Saling Mempercayai
Grotberg 2000 mengatakan jika individu yang resilien mencari hubungan yang dapat di percaya dimana individu dapat menemukan seseorang misalnya
orang tua, saudara, teman sebaya untuk meminta pertolongan, berbagi perasaan dan perhatian, guna mencari cara terbaik untuk mendiskusikan dan menyelesaikan
masalah personal dan interpersonal. Jalinan hubungan yang dilandasi kepercayaan dengan orangtuanya, membuat Adek selalu menjadikan kedua orangtuanya tempat
untuk berbagi perasaan serta menjadikan ayah dan ibunya sebagai tempat berdiskusi. Dengan terciptanya hubungan yang saling percaya diantara Adek dan
orangtuanya, Adek mau menuruti apa yang orangtuanya minta yang tujuannya untuk kebaikan diri Adek sendiri. Adek tidak tidak membantah ketika
orangtuanya memintanya untuk tidak terlebih dahulu terlibat hubungan serius dengan seorang laki-laki, karena menurut Adek sendiri tjuan ayah dan ibunya itu
adalah untuk kebaikannya sendiri. Meskipun memiliki hubungan yang saling percaya, Adek jarang sekali
meminta pertolongan kepada keluarganya berkaitan dengan masalah ataupun kejadian yang ia alami. Dirinya akan berusaha menyelesaikan masalah tersebut
sendiri, tanpa meminta atau pun merepotkan orang lain. Berbeda dengan hubungannnya diluar rumah, meskipun sudah diterima dan dapat membaur
kembali bersama dengan teman-teman sebayanya. Namun Adek belum dapat
Universitas Sumatera Utara
menciptakan hubungan yang saling percaya dengan mereka. Adek masih menyimpan rasa takut untuk menjalin hubungan yang saling percaya diluar
keluarganya karena merasa takut akan mendapat perlakuan sama dengan yang sebelumnya, dimana dirinya dijual oleh sabatannya sendiri.
4.3.3.c. Mampu Mengelola Perasaan
Grotberg 2000 mengatakan individu yang resilien memiliki keterampilan berkomunikasi dimana individu mampu mengekspresikan berbagai macam
pikiran dan perasaan kepada orang lain dan dapat mendengar apa yang orang lain katakan serta merasakan perasaan orang lain. Meskipun sempat mengalami
trauma dan memperlihatkan perilaku-perilaku yang tidak biasa di awal-awal kehadirannya ditempat tinggalnya, tetapi berkat dukungan dari keluargamya Adek
perlahan-lahan mampu untuk mengubah perilaku tersebut serta mampu mengelola perasaannya sendiri.
Walaupun Adek mengalami kesulitan untuk mengekspresikan apa yang ia rasakan kepada orang lain, akan tetapi Adek telah mampu mendengarkan serta
merasakan apa yang orang lain rasakan. Dirinya akan berusaha untuk menolong seseorang yangmengalami kesulitan dan meminta bantuan Adek, serta bersedia
menjadi pendengar yang baik bagi curahan hati teman-temannya sendiri. Meskipun tidak memberikan masukan kepada sang teman. Begitu juga ketika
Adek merasa seoarng temannya menjauh darinya, Adek tidak ingin orang lain merasa tidak nyaman karena kesalahan yang ia buat, sehingga dirinya akan
meminta maaf jika Adek melakukan kesalahan, agar hubungannya dengan sang teman kembali membaik.
Universitas Sumatera Utara
IV.A.4.iii.d. Mampu Mengukur Temperamen Diri Sendiri dan Orang Lain
Grotberg 2000 menyatakan jika individu yang resilien mampu Mengukur temperamen diri sendiri dan orang lain dimana individu memahami temperamen
mereka sendiri bagaimana bertingkah, merangsang, dan mengambil resiko atau diam, reflek dan berhati-hati dan juga terhadap temperamen orang lain. Hal ini
menolong individu untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk berkomunikasi, membantu individu untuk mengetahui kecepatan untuk bereaksi,
dan berapa banyak individu mampu sukses dalam berbagai situasi. Saat ini Adek mampu untuk memahami temperamen dirinya sendiri serta
orang lain yang berada disekitarnya. Sehingga dirinya harus memahami tindakan apa yang akan ia ambil untuk mengurani resiko ketengangan yang terjadi ketika ia
tidak dapat mengatur temperamennya sendiri. Untuk menghindai konflik karena ketidaksukaannya diungkit oleh orang lain serta mengetahui dengan jelas
bagaimana sifak dirinya, Adek sengaja menghindar dan tidak ingin terlibat komunikasi dengan orang-orang yang berpotensi akan melakukan hal tersebut.
Jika tidak dapat menghindarkan diri lagi dari kondisi yang tidak menyenangkan tersebut, Adek akan melakukan tindakan untuk membela serta
memberikan pelajaran kepada orang yang telah mengungkit masa lalunya serta menjadikannya sebagai bahan ejekan. Adek juga kurang dapat mengontrol
temperamennya jika dirinya ditanya mengenai sahabatnya yang telah menjual dirinya, tingkahnya akan memperlihatkan rasa emosi ketika dirinya mengingat hal
tersebut, kelihatan jika Adek memang belum dapat mengontrol perilakunya untuk
Universitas Sumatera Utara
hal itu serta kehilangan kehati-hatiannya dalam berbicara ketika ia membicarakan sahabatnya tersebut.
IV.A.4.iii.e. Mampu Memecahkan Masalah
Grotberg 2000 mengatajkan jika individu yang resilien memiliki kemampuan memecahkan masalah. Individu dapat menilai suatu masalah secara
alami serta mengetahui apa yang mereka butuhkan agar dapat memecahkan masalah dan bantuan apa yang mereka butuhkan dari orang lain. Individu dapat
membicarakan berbagai masalah dengan orang lain dan menemukan penyelesaian masalah yang paling tepat dan menyenangkan. Individu terus-menerus bertahan
dengan suatu masalah sampai masalah tersebut terpecahkan. Dukungan yang diterima Adek dari orangtuanya, membuat diri Adek mampu melewati setiap
masalah yang ada. Namun, Adek tidak mampu meyelesaikan masalah yang ia alami. Setiap masalah yang ia alami, tidak semuanya ia ceritakan dan ia bagi
kepada orangtuanya, hanya sebagaian yang dianggaapnya tepat untuk diceritakan dan diselesaikan bersama dengan orangtuanya. Alasannya Adek tidak ingin
orangtuanya repot dengan masalah dirinya. Meskipun kedua orangtuanya selalu siap membantu Adek untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya, namun Adek memilih untuk menyimpannya sendiri, tanpa menyeleseaikan masalah yang dialaminya. Dirinya
tidak menceritkan apa yang sedan ia alami, Adek tidak mengizinkan orang lain untuk memberikan bantuan kepadanya dalam menyelesaikan masalah yan sedang
ia rasakan, bahkan kedua orangtuanya tidak ia izinkan untuk mengetahui apa yang
Universitas Sumatera Utara
Adek rasakan. Sehingga masalah tersebut tidak dapat terselesaikan dengan baik dan hanya disimpan didalam hati saja.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Interpretasi Intra Subjek Interpretasi Responden I
No. Sumber dan Faktor
Gambaran Responden Konfirmasi Teoritis
1. I Have :