Grafik 4.6 Grafik perbedaan beban pendingin jam 16.00
Maka dapat disimpulkan kalau secara arah untuk mendapat beban pendingin paling rendah posisi Rumah Sakit Inalum masih berada pada posisi yang tidak tepat.
4.2.9 Verifikasi hasil perhitungan dengan software komersial
Sebagai verifikasi perhitungan software yang dibuat, penulis membandingkan dengan software komersial tentang menghitung beban pendingin yang sudah ada sebelumnya. Nama software tersebut
adalah HVAC dan berikut penulis paparkan cara kerja software tersebut dengan memasukkan data-data yang sama.
1. Pertama kita diminta untuk menentukan design condition dari ruangan
Jam Qs
Utara : hitam
Barat : merah
Selatan : biru
Timur : hijau
Universitas Sumatera Utara
2. Kemudian kita diperintahkan untuk menetukan infiltrasi pada gedung
3. Setelah infiltrasi baru ditentukan zona gedung yang sedang diteliti, dalam hal ini zona gedung yang diteliti adalah lantai 1
Universitas Sumatera Utara
4. Setelah itu asumsikan berapa orang yang ada di dalam gedung setiap harinya, dalam hal ini penulis mengasumsikan sama dengan data sebelumya ada sekitar 25 orang di dalam gedung
setiap harinya
5. Kemudian kita diperinytahkan untuk menentukan besar miscellaneous
Universitas Sumatera Utara
6. Setelah itu dimasukkan ukuran dari lantai gedung tersebut P x L
Universitas Sumatera Utara
7. Kemudian masukkan ukuran dinding yang sedang diteliti sesuai dengan arah mata angin dalam hal ini juga ditentukan bahan kontruksi dari dinding tersebut. Setelah ukuran dinding kemudian
juga masukkan ukuran pintu dan jendela yang ada pada dinding tersebut. Lakukan pada semua dinding sesuai arah mata angina Utara, Barat, Selatan, Timur
Universitas Sumatera Utara
8. Kemudian masukkan ukuran langit-langit dari gedung tersebut
Universitas Sumatera Utara
9. Setelah untuk hasil bisa kita lihat dengan mengklik result pada bagian All rooms
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan perhitungan software dan manual didapatkan kehilangan energi pada jam 16.00 ketika gedung menhadap utara adalah sebesar 798.926,6 W atau 798,93 kW. Sedangkan pada
software HVAC energi yang loss pada gedung tersebut adalah sebesar 7.029.483 BTUH atau sekitar 2.060.138 W atau sekitar 3 kali lebih besar dibandingkan energi yang hilang pada jam
16.00 yang dihitung secara manual atau simulasi . Namum perbedaannya pada software HVAC tidak bisa ditentukan energi yang hilang per jam nya. Jadi apabila dijumlahkan semua energi
yang hilang yang dihitung secara manual ataupun software penulis buat, energi yang hilang dari jam 08.00 pagi sampai jam 17.00 adalah sebesar 4.587.487,1 W dan hasil ini lebih besar
2.527.349,1 W atau sekitar 55 lebih besar dari hasil total dengan menggunakan software HVAC. Hal ini dikarenakan pada software komersial nilai koefisien panas yang digunakan
adalah yang sesauai dengan daerah barat Amerika sedangkan pada software yang dibuat nilai koefisien panas menyeluruh dicari dengan menggunakan rumus empiris perpindahan panas dan
terdapat perbedaan yang sangat besar dalan nilai koefisien perpindahan tersebut. Selain itu dalam software komersial HVAC nilai konstanta yang digunakan seperti CLTD, SC, dll tidak
diberi tahu. Dalam software ini cuma diperintahkan untuk memasukkan ukuran gedung. Jadi bisa diambil kesimpulan hasil dari perhitungan software yang dibuat dengan software HVAC
hampir sama. Karena cara perhitungan yang dipakai hampir sma yaitu menghitung beban
Universitas Sumatera Utara
pendingin dari atap, dinding, jendela, pintu, manusia. Perbedaannya adalah di software HVAC ini kita tidak diberitahu konstanta CLTD, U,SC yang digunakan. Kita Cuma diminta untuk
memasukkan ukuran dari gedung dan hasil perhitungan akan keluar secara otomatis dan juga di software HVAC ini juga dihitung beban dari luas lantai gedung yang pada software penulis buat
perhitungan beban pendingin dari lantai tidak dimasukkan
4.3 Analisa kerugian energi dari proses kondensasi yang terjadi pada kondensor
Parameter yang bisa digunakan dalam mengklasifikasikan jenis kondensasi yang terjadi dan untuk menghitung perpindahan panas adalah bilangan Reynoldd. Dengan parameter ini aliran
massa cairan yang terbentuk dapat dirumuskan menjadi ṁ = � � �, maka bilangan Reynold
dapat dituliskan menjadi Himsar Ambarita 2011 hal 55: �� =
Dh ρl Vl ��
=
4ṁ ���
………. 4.16 Dimana D
h =
4Ap = 4δ adalah diameter hidrolik, A adalah luas penampang aliran dan p panjang daerah basah.
Pada proses kondensasi yang terjadi pada kondensor adalah kondensasi tetes. Maksudnya adalah cairan yang terbentuk tidak menutupi permukaan tetapi setelah ukurannya cukup, tetesan
ini akan jatuh sehingga permukaan akan tetap terbuka dan proses kondensasi terjadi dengan laju yang sangat tinggi.
Untuk temperatur saturasi 22 ᶱC T
sat
100 ᶱC koefisien konveksi rata-ratanya adalah Himsar
Ambarita 2011 hal 59: h = 51.104 + 2044T
sat
……….4.17 Dalam penelitian ini T
sat
yang penulis dapatkan adalah 35 ᶱC, maka koefisien konveksi rata -rata
adalah : h = 51,104 + 204435
= 71 .591,104 Wm
2 .
ᶱ
C � = ℎ �
�
�
�
− �
∞
……….4.18 � = 71.591,104 � 3,14 � 0,025
2
� 0,05 35 − 5 � = 210,746 ����
Jadi dengan mengatasi masalah kondensasi pada kondensor kita bisa menghemat Q=210,746 W perharinya.
Universitas Sumatera Utara
4.4
Analisa kerugian berdasarkan isolasi pipa yang terbuka pada kondensor
Dari tempat yang diteliti terdapat lebih dari 5 cm isolasi pipa yang terbuka. Hal ini mengakibatkan udara luar mengalami pendinginan sehingga mengalami pendinginan sampai
mengeluarkan tetesan air pada bagian pipa yang tidak terisolasi disaat AC dihidupkan. Pengukuran tetesan air dilakukan selama 1 jam dan mendapatkan 200cc dengan temperatur
5˙C. Dengan temperatur lingkungan dianggap 35
˙C dan RH=80. AC bekerja dengan SKU R134
a
T
e
= - 10˙C dan T
k
= 46˙C. AC diperkiran beroperasi 30 hari dalam satu bulan dengan lama hidup 24 jam per hari. Untuk menghitung kerugian penulis menganggap harga listrik dari PLN
1000kWh. Jumlah AC di RS Inalum 18 buah
4.4.1 Perhitungan beban pendingin pada pipa yang tidak terisolasi