Optimasi Penggunaan Energi Sumber Daya Energi .1 Sumber Energi

golongan masyarakat ini, isi hemat baiya dari penggunaan energi tidak akan terlalu berpengaruh, tetapi masalah yang bisa diberikan kepada masyrakat golongan menengah keatas ini adalah akibat yang timbul dari pemakaian energi terlalu banyak dengan percuma. Karena dengan itu mereka akan menyadari pentingnya dalam hal menghemat energi dengan cara mengeffisienkan setiap pemakaian energi.

2.5.3 Optimasi Penggunaan Energi

Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dalam rangka mengoptimalkan penggunaan energi adalah mengenai kebijakan penyediaan energi yang optimal dan melaksanakan konservasi, melaksanakan diversifikasi dalam memanfaatkan energi, menetapan harga energi ke arah harga keekonomian, dan pelestarian lingkungan. Kebijakan konservasi energi dimaksudkan untuk meningkatkan penggunaan energi secara efisien dan rasional tanpa mengurangi kuantitas energi yang memang benar- benar diperlukan. Upaya konservasi energi dapat diterapkan pada seluruh tahap pemanfaatan, mulai dari pemanfaatan sumber daya energi sampai pada pemanfaatan akhir, dengan menggunakan teknologi yang efisien dan membudayakan pola hidup hemat energi. Menurut Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi, definisi konservasi energi adalah upaya sistematis, terencana, dan terpadu guna melestarikan sumber daya energi dalam negeri serta meningkatkan efisiensi pemanfaatannya. Efisiensi merupakan salah satu langkah dalam pelaksanaan konservasi energi. Efisiensi energi adalah istilah umum yang mengacu pada penggunaan energi lebih sedikit untuk menghasilkan jumlah layanan atau output berguna yang sama. Namun sampai saat ini penerapan teknologi efisiensi energi di Indonesia belum berjalan seperti apa yang diharapkan. Meskipun beberapa jenis usaha komersial dan industry telah melakukan usaha-usaha penghematan energi dan revitalisasi, secara nasional hasilnya masih belum cukup untuk meredam laju konsumsi energi yang cukup tinggi. Konsumsi energi final Indonesia pada periode tahun 2000 hingga 2010 telah Universitas Sumatera Utara melonjak hampir dua kalinya, dari 777,9 juta SBM 508,9 juta SBM, tanpa biomasa menjadi 1182,1 juta SBM 902,1 juta SBM, tanpa Biomasa. Penghematan energi di sisi kebutuhan hilir akan menjamin ketersediaan suplai energi sekaligus menghindarkan Indonesia menjadi negara importir energi di masa mendatang atau meningkatkan ketahanan energi nasional. Walaupun konsumsi energi per kapita Indonesia masih rendah namun dalam bidang intensitas energi primer di Indonesia masih termasuk yang cukup tinggi apabila dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya. Pada tahun 2009, intensitas energi Indonesia berkisar 0,24 KTOEUSD Konstan 2005. Sedangkan Jepang, Jerman, Thailand, dan Malaysia pada tahun yang sama berturut-turut adalah 0,12; 0,12; 0,23; dan 0,22 KTOEUSD Konstan 2005 IEA, 2010. Tingkat intensitas energi, yang dihitung dengan membagi volume penggunaan energi nasional Ton Oil Equivalent dengan nilai Produk Domestik Bruto dalam USD, merupakan salah satu indeks makro yang menyatakan seberapa efisien pemanfaatan energi di suatu negara untuk menghasilkan nilai tambah ekonominya. Yang dimana dapat disimpulkan kalau pemanfaatan energi di Indonesia tidak produktif atau masih boros. Selain hal tersebut, di tingkat global, isu perubahan iklim khususnya adanya desakan peningkatan peran negara-negara berkembang, termasuk Indonesia dalam penurunan emisi gas rumah kaca telah mendorong arah pembangunan yang ramah lingkungan dan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang lebih rendah. Upaya penerapan teknologi hemat energi dinilai sebagai upaya penurunan emisi gas rumah kaca yang tepat dan ekonomis serta membawa dampak langsung pada pelaku energi. Sehubungan dengan kondisi tersebut, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT telah melakukan suatu kajian yang bertujuan untuk mengembangkan suatu roadmap penerapan teknologi hemat energi pada sektor rumah tangga, industry dan komersial dengan memperhitungkan kondisi penggunaan energi saat ini, tingkat penetrasi teknologi, tingkat kesiapan komersialisasi atau technology readiness, ketersediaan sumberdaya energi, biaya implementasi, serta kebijakan Universitas Sumatera Utara energi yang ada. Hasil dari simulasi tersebut kemudian dibandingkan dengan target-target jangka panjang yang sudah ditetapkan oleh pemerintah seperti misalnya penurunan intensitas energi 1 per tahun hingga tahun 2025, penurunan elastisitas energi kurang dari 1 hingga tahun 2025 dan sebagainya.

2.5.4 Target Perencanaan Efisiensi dan Elastisitas Energi