Bioekologi Kutu Putih Hemiptera:Pseudococcidae

TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan mengenai kutu putih, meliputi sifat biologi, morfologi, gejala serangannya dan jenis insektisida nabati yang dapat dipergunakan untuk pengendalian kutu putih akan diuraikan di bawah ini.

I. Kutu Putih Hemiptera:Pseudococcidae

a. Bioekologi

Kutu putih Famili: Pseudococcidae termasuk dalam Superfamili Coccoidea. Kutu ini mempunyai tipe alat mulut menusuk menghisap. Serangga ini disebut kutu putih karena seluruh tubuhnya ditutupi oleh lilin yang dikeluarkan oleh trilocular pore pada kutikula melalui proses sekresi. Lilin-lilin ini merupakan salah satu ciri morfologi untuk mengidentifikasi spesies imago betina. Imago betina tidak aktif bergerak dan berkembang setelah melalui proses ganti kulit moulting Kalshoven 1981; Williams 2004. Beberapa spesies anggota famili Pseudococcidae merupakan hama penting baik pada tanaman pangan, tanaman hias maupun buah-buahan. Serangga hama ini menyerang dengan cara menusukkan stiletnya ke jaringan tanaman, khususnya bagian phloem dan menghisap cairan dalam pembuluh tersebut. Dapat pula bersembunyi di bagian pangkal daun, di kaliks, diantara pelepah daun dan batang atau di mahkota bunga Sartiami, 2011 Universitas Sumatera Utara Tubuhnya berukuran sangat kecil dan mampu bersembunyi di lekukan-lekukan bagian tanaman yang diserangnya Gambar 1. Gambar 1 : Kutu Putih Dysmicoccus brevipes Sumber: www.Dysmicoccus brevipes habitus.sel.barc.usda.gov. Dysmicoccus mempunyai dua ras yaitu D. brevipes Cockerell mealybug nanas yang diproduksi dengan cara non seksual dan D. neobrevipes Beardsley yang berwarna abu-abu dan merupakan biseksual. Sistem reproduksi non seksual serangga D. brevipes melalui proses partenogenesis yaitu larva betina terjadi tanpa adanya fertilisasi dari serangga jantan. Spesies ini tidak bertelur, sebaliknya ovovivipar yang berarti hidup muda sebagai larva Ronald Jayma, 2007 Dysmicocus brevipes menurut Ito 1938, berwarna merah muda dan lebih dikenal dengan sebutan mealybug nanas. Serangga ini melewati tiga tahap larva sebelum menjadi dewasa. Larva yang lebih dikenal dengan sebutan “crawler” adalah tahap utama penyebaran spesies kutu putih. Larva mempunyai rambut panjang yang membantu penyebarannya melalui angin. Larva tetap berlindung di bawah tubuh imago dewasa sebelum diselubungi oleh lapisan lilin. Tahap larva berlangsung selama 10-26 hari untuk instar pertama, 6-22 hari untuk instar kedua dan 7-24 hari untuk instar ketiga. Periode larva total bervariasi dari 26-55 hari, dan rata-rata sekitar 34 hari Ronald Jayma, 2007. Universitas Sumatera Utara Menurut Williams 2004, terdapat 124 spesies Dysmicoccus. Kutu putih Dysmicoccus cepat berkembang di daerah sub tropis sampai ke daerah tropis. Betina dewasa dapat menghasilkan keturunan sekitar 234-1000 crawler. Siklus hidup betina dewasa bervariasi dari 31-80 hari, rata-rata sekitar 56 hari Ronald Jayma, 2007. Dysmicoccus brevipes merupakan hama penting pada pertanaman buah dengan sebaran inang yang luas mencapai 100 jenis spesies. Menyerang tanaman nanas dan bromelidae lainnya, annona, pisang, seledri, jeruk, kopi, katun, euphorbia, gliricidia, hibiscus, rumput hilo, murbei, nutgrass, anggrek Ronald Jayma, 2007, manggis Chamaiporn, 2011, apel, tebu, pear, akasia, bunga matahari, jahe dan lain-lain John, 1959. Menyebar mulai dari Afrika, Australia, Amerika Tengah dan Selatan, India dan seluruh Pasifik Ronald Jayma, 2007, serta Asia Tenggara William, 2004. Dysmicoccus lepelleyi lebih dikenal dengan annona mealybug dan mempunyai kemiripan dengan D. brevipes. Umumnya menyerang tanaman buah tropis seperti Annona, Artocarpus, Mangifera, Garcinia, Psidium dan Citrus. Spesies ini tersebar luas di Asia Selatan yang meliputi negara Kamboja, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam Williams, 2004. Exallomochlus hispidus mempunyai kisaran inang yang sangat luas dikenal dengan cocoa mealybug, sering ditemukan pada buah Annona muricata, Theobroma cacao, Cocos nucifera, Licula spinosa, Durio zibethinus, Garcinia mangostana, Lansium domesticum, dan Nephelium lappaceum Williams, 2004, di negara Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam Williams Watson, 1998. Universitas Sumatera Utara

b. Morfologi

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Perubahan Kadar Enzim AST, ALT serta Perubahan Makroskopik dan Histopatologi Hati Mencit Jantan (Mus musculus L) strain DDW setelah diberi Monosodium Glutamate (MSG) diban

1 68 118

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

4 100 106

Daya Hambat Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Bakteri Enterococcus faecalis Sebagai Alternatif Bahan Medikamen Saluran Akar (In Vitro)

3 289 97

Daya Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana Linn.) pada bakteri Streptococcus mutans sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar dengan Metode Dilusi In Vitro

6 111 48

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Gambaran Histopatologis Lambung Tikus (Rattus norvegicus L.) Jantan yang Dipapari Kebisingan

2 103 56

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Hitung Leukosit dan diferensiasi Leukosit Tikus (Rattus noevegicus L.) Jantan Setelah Dipapari Kebisingan

0 58 58

Daya Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Fusobacterium nucleatum sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar secara in Vitro

8 89 59

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Enterococcus faecalis sebagai Bahan Medikamen Saluran Akar (Secara In Vitro)

2 96 63

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana.L) Terhadap Perubahan Makroskopis, Mikroskopis dan Tampilan Immunohistokimia Antioksidan Copper Zinc Superoxide Dismutase (Cu Zn SOD) Pada Ginjal Mencit Jantan (Mus Musculus.L) Stra

3 48 107

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Fungsi Hati, Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Tikus (Rattus norvegicus) yang Dipapari dengan Karbon Tetraklorida (CCl4)

3 53 59