dan selanjutnya direndam kembali dengan alkohol 100 untuk membersihkan carbolxylene.
8. Perendaman selanjutnya dengan menggunakan minyak cengkeh selama 5-10 menit.
9. Pindahkan spesimen ke gelas objek yang telah ditetesi minyak cengkeh. Spesimen diletakkan sedemikian rupa sehingga jelas posisi
bagian tubuhnya. Kemudian dilakukan penyerapan minyak cengkeh dengan menggunakan tisu.
10. Spesimen ditetesi balsam canada sebanyak 1 tetes dan ditutup dengan gelas penutup Sartiami, 2011.
Sebagai uji banding terhadap spesies kutu putih, sampel imago maupun hasil identifikasi dikirim ke Klinik Tanaman, Laboratorium
Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor dan Balai Uji Terap Teknik dan Metoda Karantina Pertanian di Jakarta.
2. Persentase Mortalitas
Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah kutu putih yang mati. Persentase mortalitas dihitung pada 1 dan 2 HSA hari setelah
aplikasi, dengan perkiraan komoditas tersebut telah sampai di negara tujuan. Perhitungan dilakukan dengan membuka kelopak buah. Persentase
mortalitas yang diamati, dihitung menggunakan rumus: a
P = ─── X 100
b
Universitas Sumatera Utara
P = Persentase mortalitas a = Jumlah hama yang mati
b = Jumlah hama seluruhnya Steel Torrie, 1993
3. Perilaku Hama
Pengamatan perilaku hama dilakukan dengan mengamati perubahan-perubahan yang terjadi pada hama setelah aplikasi dengan
menggunakan kaca pembesar. Perilaku yang diamati meliputi tampilan
hama dan gerak tubuhnya. Pengamatan dilakukan pada 1, 2 dan 3 HSA.
4. Morfologi Buah Manggis
Pengamatan dilakukan dengan mengamati perubahan yang terjadi pada kulit dan tampilan manggis keseluruhan secara visual meliputi
perubahan warna, tampilan morfologis buah, kesegaran buah serta rasa
buah manggis mulai dari 1, 2 dan 3 HSA.
5. Residu Pestisida
Pengukuran residu pada buah yang telah diaplikasi dilakukan untuk melihat sejauh mana pestisida tersebut aman dikonsumsi oleh manusia,
sesuai standard yang ditentukan oleh komisi pestisida. Biji srikaya maupun nimba dilaporkan bekerja sebagai racun perut yang dapat menyebabkan
disentri. Hasil perlakuan buah yang terbaik setelah aplikasi, dikirim ke laboratorium terakreditasi dibidang uji residu yaitu PT. Angler
BioChemical Surabaya.
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Identifikasi Spesies Kutu Putih
Hasil identifikasi yang dilakukan terhadap spesies kutu putih yang menyerang buah manggis yang berasal dari kabupaten Deli Serdang dan
Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara terdiri dari 3 spesies yaitu Pseudococcus = Dysmicoccus brevipes Cockerell, D. lepelleyi Betrem dan
Exallomochlus hispidus Morrison. Hasil identifikasi ini sesuai dengan hasil identifikasi yang dilakukan oleh Departemen Proteksi Institut Pertanian Bogor
yang mengidentifikasi 2 spesies yaitu D. lepelleyi dan Exallomochlus hispidus Lampiran 9 serta Balai Uji Terap Teknik dan Metoda Karantina Pertanian
Jakarta yakni D. brevipes Lampiran 8.
a. Dysmicoccus brevipes
D. brevipes Cockerell mempunyai bentuk tubuh oval melebar atau bundar berwarna merah muda atau coklat kekuningan John, 1959; Wiliams,
2004; Ronald Jayma, 2007. Tungkai berwarna coklat kekuningan dan tubuh ditutupi oleh lapisan lilin tipis putih bertepung. Ukuran tubuh umumnya 2,3-3,00
mm. Antena bersegmen 7-8 ruas, tetapi banyak juga ditemukan 8 ruas. Ruas di bagian abdomen berjumlah 7-9 ruas dan mempunyai “discoidales glandes” berupa
pori-pori yang berfungsi sebagai saringan. Hal ini dikuatkan dengan laporan Mamet,1957; William, 2004; Ronald Jayma, 2007; Chamaiporn, 2011. Pori-
pori tersebar di seluruh bagian tubuh pada kedua dorsum dan pori terbesar berada
Universitas Sumatera Utara
pada bagian posterior abdomen. Satu dari tiga pori-pori pori discoidal ditemukan disekitar mata yang merupakan ciri khasnya John, 1959; Williams, 2004.
Lapisan lilin berbentuk benang serari mempunyai 17 pasang filament dibagian ventral, biasanya kurang dari seperempat panjang tubuhnya dan sering berbentuk
agak melengkung pada posterior Gambar 7.
a b Gambar 7 a dan b: D.brevipes dengan 17 pasang filament
Sumber : Foto langsung perbesaran 100 x Seta pada dorsomedial yang berada pada segmen VIII lebih panjang dari
seta yang ada di segmen VI dan VII. Pori multilocular terdapat terbatas pada
segmen VI, VII dan segment VIII Gambar 8.
Gambar 8 : Multilocular pore Sumber : www.Dysmicoccus brevipes.sel.barc.usda.gov
diunduh 16 April 2012
Universitas Sumatera Utara
Pori-pori transparan di belakang femur dan tibia sejumlah 2-4 seta kerucut di abdomenial serari, di depan coxa bagian segmen VIII perut Gambar
9.a. Seta apikal terdapat pada sekitar cincin anus Gambar 9.b.
a b Gambar 9: a Translucent pores, b Seta apical pada anal area
Sumber : www.Dysmicoccus brevipes.sel.barc.usda.gov diunduh 16 April 2012
Terdapat saluran berbentuk tabung ventral pada daerah segmen V abdomen dan bagian kepala Gambar 10 Williams, 2004.
Gambar 10 : Sketsa D. brevipes Sumber : www.Dysmicoccus brevipes.sel.barc.usda.gov
diunduh 16 April 2012
Universitas Sumatera Utara
b. Dysmicoccus lepelleyi Betrem
Tubuhnya berbentuk oval melebar yang terdiri dari beberapa oral-collar tubular duct berbentuk tabung, Tubuh ditutupi oleh sekresi bertepung putih.
Serari merupakan pasangan lobus tidak termasuk anus berjumlah tiga atau lebih setae berbentuk kerucut. Seta dorsal abdomen segmen VII dan VIII biasanya lebih
panjang dari seta abdomen lainnya, mempunyai pori yang tembus di coxa belakang, femur dan tibia. Multilocular ventral biasanya dibatasi untuk tiga
segmen posterior jarang ditemukan pada segmen V dan VI. D. lepelleyi mirip dengan D. brevipes, dibedakan dengan tidak adanya discoidal pore dekat mata
Gambar 11.
Gambar 11 : Sketsa Dysmicoccus lepelleyi Sumber : www.Dysmicoccus lepelleyi.sel.barc.usda.gov
diunduh 24 Mei 2012
Universitas Sumatera Utara
D. lepelleyi terdiri dari 17 pasang filament lilin tipis di sekeliling tubuh, kadang dilengkapi dengan ovisac ventral sekresi lilin yang membungkus telur
kadang tidak.
c. Exallomochlus hispidus Morrison
Dicirikan dengan tidak adanya oral rim tubular duct dan bagian anal ring. Tubuh imago betina berbentuk oval melebar dengan panjang 1,15 mm-2,55 mm
dan lebar 0,95 mm-2,15 mm Gambar 12.
Gambar 12 : Imago Exallomochlus hispidus Sumber : Foto langsung perbesaran 100 x
Antena berjumlah 8 ruas. Serari terdiri dari 18 pasang dan cerari setae pada bagian dorsal meruncing atau berbentuk kerucut berjumlah tiga atau lebih.
Multilocular disc pore sedikit dan terdapat disekitar vulva dan ada juga pada ruas VII. Anal lobe cerarri dengan 4 conidial setae pada area membran atau area yang
mengalami sklerotisasi, beberapa seta pada dorsal lebih panjang dari cerarian, leg translucent terdapat di coxa bagian belakang dan di tibia Williams Watson,
1998.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 13 : Sketsa Exallomochlus hispidus Sumber : www.Exallomochlus hispidus.sel.barc.usda.gov
diunduh 24 Mei 2012
2. Persentase Mortalitas Kutu Putih