BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah Negara yang memiliki 70.611 desa yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia, dan sekitar dari 32.376 desa tergolong desa yang
tertinggal yang membutuhkan pembangunan. http:groups.yahoo.comgrouplingkunganessage28317
Di Indonesia, masyarakat desa banyak bekerja di sektor pertaniaan, dan sebagian lagi bekerja sebagai nelayan. Hidup sederhana adalah ciri khas dari pada
masyarakat Desa. Kebanyakan masyarakat desa masih bekerja secara sederhana bersifat sebagai gaya hidup. dan belum beriorentasi secara ekonomis. Kehidupan
di desa masih memiliki rasa solidaritas yang tinggi. Rasa kegotong-royongan masih terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Keramah-tamahan dan sopan santun
masih terpelihara. Sumatra Utara sebagi salah satu Provinsi di Indonesia. Masyarakatnya
masih banyak yang tinggal di pedesaan, dan belum tersentuh oleh pembangunan. Desa-desa tersebut membutuhkan pembangunan sehingga dapat meningkatkan
kesejahtraan masyarakat. Sebanyak 818 desa masih tergolong sebagai daerah yang tertinggal, dan
diantaranya tersebar di enam kabupaten tertinggal di Sumatra Utara SUMUT, yaitu Dairi 95 Desa, Nias Selatan 206, Tapanuli Tengah 68, Pakpak Barat
42, Nias 313, dan samosir 94. Sisanya, 1.931 Desa tertinggal, terdapat di kabupaten lain yang tidak termasuk kabupaten tertinggal.
http:niasonline.net20060901desa-tertinggal-semakin-banyak-di-sumut
Universitas Sumatera Utara
Dalam konteks yang lebih kecil lagi, Sumatra Utara yang memiliki beberapa kabupaten, salalah satunya adalah Mandailing Natal. Sebelum
Mandailing Natal menjadi sebuah kabupaten, wilayah ini masih termasuk kabupaten Tapanuli Selatan. Setelah terjadi pemekaran, dibentuklah kabupaten
Mandailing Natal berdasarkan undang undang Nomor 12 tahun 1998, secara formal di resmikan oleh Menteri dalam Negeri pada tanggal 9 Maret 1999.
Masyarakat Mandailing Natal terdiri dari sukuetnis Mandailing, Minang, Jawa, Batak, Nias, Melayu dan Aceh, namun etnis mayoritas adalah etnis
Mandailing 80,00 etnis Melayu Pesisir 7,00 dan etnis jawa 6,00 . Etnis Mandailing Sebagian besar mendiami daerah mandailing, sedangkan Melayu dan
Minang mendiami daerah Pantai Barat. Secara garis besar masyarakat Mandailing Natal tinggal di daerah
pedesaan yang lingkungannya masih di kelilingi oleh hutan. Masih banyak desa yang belum tersentuh listrik dan masih jauh dari pusat kota, sehingga masih
membutuhkan pembangunan imprastruktur. Masyarakatnya masih tergolong tradisional, gaya hidup masih sederhana dan masih tinggal di sekitar hutan dan
kehidupan warga desa itu di atur oleh tanah adat. Artinya, mereka tidak mengenal ke pemilikan tanah perseorangan seperti di pulau Jawa, Semua tanah disana,
termasuk hutan disekitar desa, adalah milik bersama atau atau tanah ulayat. Tidak sedikit juga yang tinggal di daerah pegunungan. Akses kesehatan dan pendidikan
masih jauh dari jangkauan masyarakat. Alat transportasi masih jarang di jumpai, bahkan ada yang hanya satu kali dalam satu hari. Ini di sebabkan karena kondisi
jalan belum sepenuhnya terbangun. Dari kondisi tersebut membuat jangkauan arus listrik sulit untuk di akses oleh masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Di Kabupaten Mandailing Natal Madina masih banyak desa yang belum tersentuh Jaringan Listrik PLN. Tujuh desa di kecamatan Kotanopan, Kabupaten
Madina belum tersentuh jaringan listrik. Selain di kecamatan Kotanopan sejumlah desa di kecamatan lainnya juga bernasib sama. Desa-desa di kecamatan
Kotanopan yang belum di masuki jaringan listrik tersebut meliputi Desa Batahan, Sopo Sorik, Muara Potan, Patialo, Simandolam, Gunung Tua Simandolam dan
Desa Simpang Pinang, Di Kecamatan Muara Sipongi ada satu yakni Desa Silogun. Di kecamatan Panyabungan Desa Sopo Batu. Kecamatan Ulu Pumgkut,
Dudu Dolok. Kecamatan Siabu , Desa Tanjung Sialang. Kecamatan Natal Desa Sundutan Tigo.
Kecamatan Muara Batang Gadis dan Kecamatan Batang Natal termasuk dua kecamatan yang paling banyak desanya yang tak memilki jaringan listrik. Di
kecamatan Muara Batang Gadis meliputi desa Manuncang, Hutaimbaru, Rantau Panjang, Lubuk Kapundung, sikapas panungulan , Batu Mundom, Tagilang Julu
dan Desa Sali Baru. Kecamatan Batang Natal meliputi desa Aek Nabara, Ampung Julu, Guo
Batu, Aek Holbung, Hadangkahan, Aek Manggis, Aek Baru Julu, Lubuk Bondar dan Desa Tor Naincat. Di Kecamatan Batahan ada dua desa yakni desa Sondet
dan Pulau Tamang. Kecamtan Lingga Bayu satu desa yaitu desa Simpang Durian. Dengan demikian, total desa yang belum tersentuh listrik sebanyak 34
desa di 11 kecamatan, sementara jumlah total desa di kabupaten Mandailing Natal sebanyak 349 desa. Ketiadaan jaringan listrik merupakan salah satu faktor
penghambat pertumbuhan ekonomi. Kendala memasukkan jaringan PLN ke desa- desa tersebut terutama faktor geokrafis. Desa-desa tersebut sulit dijangkau Karena
Universitas Sumatera Utara
jauh berada di pedalaman. Selain itu , PT. PLN persero masih menghadapi persoalan angaran pendanaan bagi perluasan jaringan menuju desa- desa terisolir.
http:www\harian Sinar Indonesia barublog archive 34 desa di Madina belum tersentuh jaringan listrik PLN.htm
Salah satu kecamatan yang ada di kabupaten Mandailing Natal adalah kecamatan Puncak Sorik Marapi. Kecamatan Puncak Sorik Marapi berada tepat di
bawah kaki gunung Sorik Marapi . Desa desa yang ada di kecamatan Puncak Sorik Marapi berada tepat di bawah gunung tersebut. Mata pencaharian
masyarakat desa yang ada di kecamatan Puncak Sorik Marapi adalah bertani dan ada sebagian yang mengantungkan hidupnya di hutan.
Salah satu desa yang ada di kecamatan puncak sorik marapi adalah desa Hutatinggi. Desa tersebut di kelilingi oleh hutan dan gunung yang masih aktif.
Letaknya sangat jauh dari pusat keramaian seperti ibu kota kabupaten yang menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian. Kondisi pemukiman penduduk
yang masih sangat sesuai dengan alam. Artinya alam masih menyediakan segalanya untuk masyarakat yang tinggal di tepat tersebut. Alam masih menjadi
sumber kehidupan masyarakat. Rumah-rumah masih terbuat dari kayu yang di ambil dari hutan. Rumah penduduk masih berbentuk rumah panggung yang
atapnya terbuat dari ijuk yang bersal dari pohon aren . dari pohon aren tersebut masyarakat juga bertani gula aren.
Masyarakat desa Hutatinggi yang tinggal di sekitar gunung Sorik Marapi masih memiliki hubungan yang sangat erat dengan gunung tersebut . Gunung
Sorik Marapi masih di agung –agungkan karena di anggab sebagai sumber penghidupan masyarakat desa yang ada di sekitar pegunungan tersebut,
Universitas Sumatera Utara
masyarakat masih mempercayai mistik tentang pegunungan tersebut salah satunya apabila mendaki gunung, perempuan tidak boleh di ajak untuk ikut mendaki
gunung karena akan mengakibatkan kabut besar dan para pendaki akan kehilangan jejak untuk pulang.
Perubahan seperti alat alat musik seperti keyboard dan lainnya yang berbau modern belum boleh dihidupkan di pemukiman penduduk yang berada di
sekitar pegunungna Sorik Marapi karena di anggab gunung akan bergoyang dan akan mengakibatkan meletusnya gunung tersebut. Maka alat musik sangat
dilarang. Sekarang ini pemerintah daerah mulai membangun jalan jalan yang ada di
kabupaten Mandailing natal. Selah mulai dibagun, bahkan yang lebih jelasnya pembangunan sekarang ini sudah sampai pada pelosok desa yang jauh sekali dari
kota. Dan di desa mulai di bangun jalan jalan yang berjeniskan “gang” yang menghubungkan jalan dari rumah penduduk ke jalan aya. Gang tersebut sekarang
ini mulai di bangun di berbagai daerah di mandailing natal. Sekarang ini pembangunan mulai di lakukan di desa Hutatinggi.
Pembangunan tersebut nampaknya kurang berjalan dengan lancar, karena banyak kendala yang di hadapi oleh pemerintah daerah. Diantaranya banyaknya
warga yang tidak memberikan tanahnya untuk di jadikan jalan raya. Masyarakat desa belum mempunyai partisipasi terhadap pembangunan tersebut. Masyarakat
tidak mau ikut dalam membangun gang maupun jalan raya tersebut. Terkadang yang lebih parahnya lagi tiba-tiba salah satu keluarga memberikan tanahnya untuk
di jadikan jalan raya namun sebelah rumahnya rumahnya tidak memberikan tanahnya untuk di jadikan jalan raya maupu “gang”. Masyarakat desa tidak ikut
Universitas Sumatera Utara
serta dalam dalam perencanaan pembangunan. Masyarakat yang di ikutkan masih ada yang bersifat tradisional artinya masyarakat desa masih ingin tetap ingin
seperti yang sudah ada. Masyarakat tidak mau adanya sebuah perubahan terhadap sruktur maupun sosial ekonomi masyarakat desa. Masyarakat desa sudah merasa
tidak perlu lagi dengan adanya sebuah perubahan. Namun masyarakat yang lain tetap menginginkan adanya sebuah
perubahan terhadap desa Hutatinggi, karena mereka sudah membandingkan dengan dunia luar jadi ada rasa kebutuhan untuk pembangunan tersebut. Warga
yang tidak menginginkan perubahan tersebut karena kurang berhungun dengan dunia luar. Pembangun jalan raya sering mengalami kendala karena penolakan
masyarakat terhadap pembangunan masyarakat. Padahal dengan adanya pembangunan tersebut masyarakat semakin mudah untuk melakukan hubungan
dengan dunia luar.
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana Partisipasi Masyarakat Desa Terhadap Pembangunan Prasarana Transportasi Darat?
1.1 Tujuan Penelitian