Pada prinsipnya media massa juga berusaha menjual sesuatu demi memperoleh keuntungan. Keuntungan inilah yang kemudian dapat menghidupi organisasi media
massa, dan modal tentu diperlukan sebagai awal untuk menjalankan kegiatan media, dan modal inilah yang biasa dipenuhi oleh pemilik media massa, pemegang saham, penguasa
dan sebagainya. Untuk alasan ekonomi inilah pemilihan dan penulisan berita harus disesuaikan dengan selera masyarakat belum lagi adanya iklim persaingan antar media.
Terjadinya proses tarik menarik antara editor judgements dan market forces merupakan dualisme yang dihadapi dalam proses prosuksi isi media. Namun ketika harus
memilih opsi tersebut, editor Judgements-lah yang lebih tepat untuk didahulukan. Bagaimanapun jurnalis harus mementingkan kepentingan khalayak bukan dalam
pengertian ekonomi, tetapi untuk kepentingan jurnalis Hidayat, 2000: 408.
2.4 Bahasa dan Ideologi
Proses komunikasi merupakan pengiriman pesan dari seseorang pengirim komunikan kepada orang lain penerimakomunikator dengan maksud untuk
menghasilkan sebuah makna yang sama. Proses pengiriman pesan tersebut dilakukan melalui kata-kata simbol verbal, dimana pesan verbal tersebut merupakan unsur dasar
dari bahasa. Kata atau bahasa di dalam linguistik diberi pengertian sebagai sistem simbol
bunyi bermakna dan berartikulasi dihasilkan oleh alat ucap yang bersifat arbiter berubah-ubah dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh
sekelompok manusia untuk melahirkan perasaaan dan pikiran.
Universitas Sumatera Utara
Bahasa adalah kombinasi kata yang diatur secara sistematis sehingga bisa digunakan sebagai alat komunikasi Sobur, 2001: 42. Kata merupakan simbol dari
pemikiran manusia. Oleh karena manusia adalah makhluk yang dinamis dan beragam latar budaya, maka bahasa pun memiliki keragaman itu sehingga suatu bahasa tertentu
hanya dapat dimengerti oleh kelompok masyarakat tertentu. Keragaman bahasa memungkinkan adanya keragaman makna juga, artinya dengan bahasa yang sama dapat
menimbulkan makna yang berbeda dalam kelompok-kelompok masyarakat. Istilah bahasa dapat digunakan dalam arti harafiah dan metaforis. Dalam arti
harafiah, istilah itu mengacu kepada bahasa biasa, yang alami, yang dipakai di keseharian. Dalam arti metaforis, istilah itu mengacu kepada berbagai cara
berkomunikasi atau berkontak seperti kedipan mata, lambaian tangan, nyala lampu berwarna tertentu, gambar pada rambu-rambu, bunyi kentongan dan sebagainya Sobur,
2001:43. Untuk menganalisis pesan media digunakan pendekatan melalui arti metaforis, dimana bahasa media tidak dilihat sebagai sesuatu yang biasa dan alami saja namun
merupakan simbol untuk mengungkapkan realitas. Dalam artian, setiap bahasa simbol yang disampaikan oleh media pastilah merupakan hasil konstruksi manusia. Setiap
bahasa mempunyai maksud dibaliknya, bahasa yang disampaikan mempunyai makna lain disamping makna alami.
Bahasa dan penggunaanya terus berkembang seiring dengan perkembangan manusia itu sendiri. Setiap bahasa mempunyai fungsi tersendiri. Menurut Halliday, secara
makro bahasa mempunyai fungsi sebagai berikut Sobur, 2002:17: 1.
Fungsi ideasional: untuk membentuk, mempertahankan dan memperjelas hubungan di antara anggota masyarakat. Tampak pada struktur yang melibatkan
Universitas Sumatera Utara
peran-peran proses, partisipan, dan sirkumstansi; aktif, prosesif, statif; aktor, sasaran, dan pemanfaat; kala, loka, cara.
2. Fungsi interpersonal: untuk menyampaikan informasi diantara anggota
masyarakat. Berkaitan dengan peran bahasa untuk membangun dan memelihara hubungan sosial, untuk pengungkapan peranan-peranan sosial termasuk peranan-
peranan komunikasi yang diciptakan oleh bahasa itu sendiri. Fungsi interpersonal tampak pada struktur yang melibatkan aneka modalitas dan sistem yang
dibangunnya. 3.
Fungsi Tekstual ; untuk meyediakan kerangka, pengorganisasian diskursus wacana yang relevan dengan situasi. Fungsi tekstual bahasa ini adalah satuan
dasar bahasa dalam penggunaan, bukan kata atau kalimat, melainkan teks; dan unsur tekstual dalam bahasa adalah seperangkat pilihan, yang dengan cara itu
memungkinkan pembicara atau penulis menciptakan teks-teks untuk menggunakan bahasa dengan jalan yang relevan dengan konteksnya.
Analisis teks media melihat bahasa bukan hanya diterima secara apa adanya, tetapi ditanggapai sebagai perantara dalam pengungkapan maksud-maksud dan makna-
makna tertentu. Bahasa dan maknanya jelas merupakan kerja kolektif. Fakta peristiwa yang disajikan lewat bahasa berita dipandang bukanlah sesuatu
yang bebas nilai. Bahasa tidak netral, dan tidak pula sepenuhnya dalam kontrol kesadaran. Karena itu, bias yang berasal dari bahasa adalah bias yang sesungguhnya amat
berbahaya, ibarat musuh yang menikam dari belakang.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Dedy N. Hidayat, bahasa dilihat sebagai alat yang bisa dimanfaatkan dalam proses mendefinisikan, mengkonstruksi dan melegitimasi suatu realitas hubungan
kekuasaan tertentu sebagai suatu realitas yang alamiah, masuk akal, legal dan sebagainya Eriyanto,2000:65. Bahasa tidak dilihat semata-mata sebagai alat komunikasi tetapi
dilihat sebagai sarana strategis untuk berkuasa. Ideologi adalah sistem ide-ide yang diungkapkan dalam komunikasi. Istilah
ideologi adalah salah satu istilah yang sangat banyak dipergunakan, terutama dalam ilmu- ilmu sosial. Sekarang ini istilah ideologi memang mempunyai dua pengertian yang
bertolak belakang. Secara positif, ideologi dipersepsi sebagai suatu pandangan dunia worldview yang menyatakan nilai-nilai kelompok sosial tertentu untuk membela dan
memajukan kepentingan–kepentingan mereka. Sedangkan secara negatif, ideologi dilihat sebagai suatu kebutuhan untuk melakukan penipuan dengan cara memutarbalikkan
pemahaman orang mengenai realitas sosial Sobur, 2002: 61. Menurut Magnus-Suseno dalam Sobur, 2002:66-68, arti ideologi dapat
dikembalikan pada salah satu atau kombinasi dari tiga arti yakni: a.
Ideologi Sebagai Kesadaran Palsu Ideologi dianggap sebagai sistem berfikir yang sudah terkena distorsi, entah
disadari entah tidak. Biasanya ideologi sekaligus dilihat sebagai sarana kelas atau kelompok yang berkuasa untuk melegitimasikan kekuasaanya secara
tidak wajar. Pada masa kekuasaan Soeharto, media massa diposisikan secara sistemastis sebagai aparatus negara. Namun fungsinya adalah menciptakan
kesadaran palsu bagi masyarakat, agar kepentingan-kepentingan penguasa negara bisa berjalan. Lewat media, mereka mengenal istilah antara lain:
Universitas Sumatera Utara
pembangunan, Bapak Pembangunan, lepas landas, stabilitas nasional, musyawarah mufakat, demokrasi Pancasila, bahaya laten komunis.
b. Ideologi dalam Arti Netral
Dalam arti ini, menurut Magnus Suseno, nilai ideologi bergantung isinya: Kalau isinya baik, ideologi itu baik, kalau isinya buruk misalnya
membenarkan kebencian maka dia buruk. c.
Ideologi : Keyakinan yang Tidak Ilmiah Dalam filsafat dan ilmu-ilmu sosial yang berhaluan positivistik, segala
pemikiran yang tidak dapat dites secara matematis-logis atau empiris disebut ideologi. Arti ketiga ini maunya netral. Tetapi dalam penilaian Magnus-
Suseno, sebenarnya bernada negatif juga karena memuat sindiran bahwa ‘ideologi-ideologi’ itu tidak rasional, di luar hal nalar, jadi merupakan
kepercayaan dan keyakinan subjektif semata-mata, tanpa kemungkinan untuk mempertanggungjawabkannya secara objektif.
Ideologi membuat anggota dari suatu kelompok akan bertindak dalam situasi yang sama, untuk membentuk solidaritas dan kohesi dalam kelompok. dalam perspektif ini,
ideologi mempunyai beberapa implikasi penting. Pertama, ideologi secara inheren bersifat sosial, tidak personal atau individual sehingga membutuhkan share diantara
anggota kelompok misalnya kelompok yang mempunyai ideologi feminis, antirasis, dan prolingkungan. Kedua, ideologi meskipun bersifat sosial, ia digunakan secara internal,
oleh karena itu ideologi membentuk identitas kelompok yang membedakan dengan kelompok lain. Ideologi ini menjadi dasar bagaimana masalah dilihat. Dengan pandangan
Universitas Sumatera Utara
semacam ini, wacana tidak dipahami sebagai sesuatu yang netral dan berlangsung secara alamiah, karena dalam setiap wacana selalu terkandung ideologi untuk mendominasi dan
berebut pengaruh. Oleh karena itu, analisis wacana tidak bisa menempatkan bahasa secara tertutup, tetapi harus melihat konteks, terutama bagaimana ideologi dari
kelompok-kelompok yang ada tersebut berperan dalam membentuk wacana. Misalnya dari teks berita dapat dianalisis apakah dia feminis, antifeminis, kapitalis, sosialis dan
sebagainya Sobur, 2002:68. Dalam perumusan dan penyusunan suatu ideologi bahasa mempunyai peran
penting. Ideologi suatu kelompok atau individu dapat diketahui melalui pemilihan bahasa yang dipakai. Bahasa diperlukan untuk menyampaikan ideologi seseorang dalam
memaknai suatu realitas sosial.
2.5 Media Massa dan Pembentukan Citra