Konstruksionis Khalayak mempunyai penfsiran sendiri yang bisa jadi berbeda dari pembuat berita.
Sumber: Eriyanto, 2002: 35
Dari berbagai pandangan diatas jelas terlihat ada perbedaan yang mendasar antaraparadigma positivis dengan konstruksionis. Karena itu secara umum ada
dua karakteristik penting dari pendekatan konstruksionis, pertama pendekatan konstruksionis menekankan pada politik pemaknaan dan proses bagaimana
seseorang membuat gambaran tentang realitas. Kedua pendekatan konstuksionis memandang kegiatan komunikasi sebagai proses yang dinamis, yang memeriksa
bagaimana pembentukan pesan dari sisi komunikator dan memeriksa bagaimana konstruksi makna individu komunikan ketika menerima pesan. Berdasarkan
pandangan tersebut maka analisis framing yang digunakan dalam penelitian ini adalah salah satu analisis teks yang berada dalam kategori penelitian
konstruksionis.
2.2 Analisis Framing
Gagasan mengenai framing, pertama sekali diperkenalkan oleh Beterson tahun 1955. Awalnya frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan
yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian
dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada tahu 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku strips of behavior yang membimbing individu
Universitas Sumatera Utara
dalam membaca realitas. Akhir- akhir ini konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penyeleksian dan
penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realita oleh media. Walaupun Konsep tentang framing atau frame sendiri bukan murni konsep ilmu komunikasi, akan tetapi ditinjau dari
ilmu kognitif psikologis dan sosiologi Sobur, 2002: 162. Pendekatan psikologis terutama melihat bagaimana pengaruh kognisi seseorang dalam membentuk skema
tentang sesuatu, atau gagasan tertentu. Sementara dari sosiologi melihat setiap tindakan manusia pada dasarnya mempunyai arti dan manusia berusaha memberi penafsiran atas
perilaku tersebut agar bermakna dan berarti. Analisis framing termasuk ke dalam paradigma konstruksionis. Pada dasarnya,
analisis framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media. Analisis framing adalah salah satu metode analisis media,
seperti halnya analisis isi dan analisis semiotik. Framing secara sederhana adalah membingkai sebuah peristiwa. Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai
untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih
bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya Sobur, 2001:162.
Menurut Gitlin, frame media pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan frame dalam pengertian sehari hari yang sering kali kita lakukan. Setiap hari kompleksitasnya.
Lewat frame, jurnalis mengemas peristiwa yang kompleks itu menjadi peristiwa yang dapat dipahami. Ada dua aspek penting dalam framing. Pertama, memilih faktarealitas.
Dalam memilih fakta ini, selalu terkandung dua kemungkinan: apa yang dipilih
Universitas Sumatera Utara
included dan apa yang dibuang excluded. Bagian mana yang ditekankan dalam realitas dan bagian mana yang tidak diberitakan? Penekanan aspek tertentu itu dilakukan dengan
memilih angel tertentu, memilih fakta tertentu, dan melupakan fakta yang lain. Akibatanya pemahaman atas suatu peristiwa bisa saja berbeda antara satu media dengan
media lainnya. Kedua, menuliskan fakta. Proses ini berhubungan dengan bagaimana fakta itu disajikan kepada khalayak. Gagasan itu diungkapkan dengan kata, kalimat dan
proposisi apa, dengan bantuan foto dan gambaran apa, dan sebagainya. Bagaimana fakta yang sudah dipilih tersebut ditekankan dengan penempatan tertentu.: penempatan yang
mencolok menempatkan di headline depan, atau bagian belakang, pengulangan, pemakaina grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tetentu
ketika menggambarkan orangperistiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi, simplifikasi, dan pemakaian kata yang mencolok, gambar, dan
sebagainya Eriyanto, 2002:70.
MEMILIH MENULIS
FAKTA FAKTA
Framing merupakan metode penyajian realitas dimana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan dibelokkan secara halus, dengan memberikan
penonjolan terhadap aspek-aspek tertentu, dengan menggunakan istilah-istilah yang mempunyai konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat ilustrasi
lainnya Sudibyo, 2001:186. Artinya, realitas dibingkai, dikonstruksi dan dimaknai oleh media. Semua aspek itu dipakai untuk membuat dimensi tertentu menjadi bermakna dan
diingat oleh khalayak.
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya, pola penonjolan tersebut tidaklah dimaknai sebagai bias, tetapi secara ideologis sebagai strategi wacana: upaya menyuguhkan pada publik tentang
pandangan tetentu agar pandangannya lebih diterima. Kata penonjolan Saliance didefenisikan sebagai membuat sebuah informasi lebih diperhatikan, bermakna, dan
berkesan. Suatu peningkatan dalam penonjolan mempertinggi probabilitas penerima akan lebih memahami informasi, melihat makna lebih tajam, lalu memprosesnya dan
menyimpannya dalam ingatan. Bagian informasi dari teks dapat dibuat lebih menonjol dengan cara penempatannya atau pengulangan atau mengasosiasikan dengan simbol-
simbol budaya yang sudah dikenal Sobur, 2002: 164. Dalam menjelaskan realitas media, ada beberapa tokoh yang menggunakan perangkat yang berbeda untuk
menjelaskan frame dari realitas yang dibentuk oleh media. Tokoh tersebut adalah Robert N.Entman, William A.Gamson dan Andre Modigliani, serta Zhongdang Pan dan Gerald
M.Kosicki. Robert N. Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: Seleksi isu dan
penekanan atau penonjolan aspekaspek tertentu dari realitasisu. Penonjolan adalah proses membuat isu lebih menarik, berarti, atau lebih diingat oleh kahlayak. Realitas yang
disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas. Dalam
prakteknya framing, dijalankan oleh media dengan menseleksi isu tertentu dengan menggunakan berbagai strategi wacana-penempatan yang mencolok menempatkan di
headlline depan atau bagian belakang, pengulangan, pemakain grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu untuk mengambarkan
orangperistiwa tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Seleksi isu Aspek ini berhubungan dengan pemilihan fakta. Dari
realitas yang kompleks dan beragam itu, aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan? Dari proses ini selalu
terkandung di dalamnya ada bagian berita yang dimasukkan excluded. Tidak semua aspek atau bagian
dari isu ditampilkan, wartawan memilih aspek tertentu dari suatu isu.
Penonjolan aspek tertentu
dari isu Aspek ini berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika
aspek tetentu dari suatu peristiwaisu tersebut telah dipilih, bagaimana aspek tersebut ditulis? Hal ini sangat
berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat, gambar, dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak.
Sumber: Eriyanto, 2002: 187
Entman menawarkan sebuah cara untuk mengungkapkan realitas sebagai berikut : Define problems
Pendefinisian masalah Bagaimana suatu peristiwa dilihat? Sebagai
apa? Atau sebagai masalah apa? Diagnoses causes
Memperkirakan masalah atau sumber masalah
Peristiwa itu disebabkan oleh apa?Apa yang dianggap sebagai penyebab dari suatu
masalah? Siapa aktor yang dianggap sebagai penyebab masalah?
Make moral judgement Membuat keputusan moral
Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang
Universitas Sumatera Utara
dipakai untuk meligitimasi suatu tindakan? Treatment Recommendation
Menekankan penyelesaian Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk
mengatasi masalahisu? Jalan apa yang ditawarkan dan harus ditempuh untuk
mengatasi masalah?
Sumber: Eriyanto, 2002: 188
William A.Gamson dan Andre Modigliani selanjutnya mengatakan bahwa media memerankan fungsi yang kompleks dimana media adalah bagian dari konstruksi budaya.
Sebagai sosiolog Gamson banyak menitikberatkan pada studi gerakan sosial yang mau tidak mau menyinggung studi media, elemen penting dari gerakan sosial. Menurut
Gamson , keberhasilan dari gerakan sosial terletak pada bagaimana peristiwa dibingkai, karenanya gerakan sosial selalu menseleksi dan menggunkan simbol, nilai dan retorika
tetntu dalam memobilisasi khalayak. Tujuannya tidak lain adalah untuk memenangkan simpati khalayak. karena itu dipakai simbol, jargon, label yang dikenal oleh khalayak dan
dikenal secara luas. Ketika orang tidak suka dengan Soeharto salah satu simbol dan jargon yang dibuat adalah SDSB Soeharto Dalang Segala Bencana. Disini Soeharto
dianggap sama dengan SDSB Sumbangan Dana Sosial Berhadiah, istilah SDSB mengena dalam benak publik karena familiar.
Dalam formulasi yang dibuat oleh William A.Gamson dan Andre Modigliani framing, dipandang sebagai cara bercerita story line atau gugusan ide-ide yang tersusun
sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna dari peristiwa yang berkaitan dengan sutu makna. Gamson melihat wacana media khususnya berita terdiri atas
Universitas Sumatera Utara
sejumlah kemasan package, yakni rangkaian ide-ide yang menunjukkan isu apa yang ditunjukkkan dan peristiwa mana yang relevan. Package adalah semacam skema atau
struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk menafsirkan pesan-pesan yang ia terima. Framing adalah
pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya
menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dibawa kemana berita itu. Perangkat framing yang dikemukakan oleh Gamson dan Modigliani seperti
gambar berikut:
Framing Devices Perangkat framing
Reasoning Devices Perangakt penalaran
Metaphors
Perumpamaan atau pengandaian
Roots
Analisis kausal atau sebab akibat
Catchprases
Frase yang menarik, kontras, menonjolkan suatu wacana. Ini
umumnya jargon atau slogan.
Appeals to principle
Premis dasar, klaim-klaim moral
Exemplar
Mengaitkan bingkai dengan contoh bisa teori, perbandingan yang
memperjelas bingkai
Consequences
Efek atau konsekuensi yang didapat dari bingkai.
Sumber: Eriyanto, 2002: 225 Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki melihat analisis Framing sebagaimana
wacana publik tentang suatu isu atau kebijakan dikonstruksikan dan dinegosiasikan.
Universitas Sumatera Utara
Framing didefenisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih daripada yang lain sehingga khalayaknya lebih tertuju pada
pesan tersebut. Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki menawarkan perangkat framing sebagai berikut :
Tabel perangkat framing Pan dan Kosicki
STRUKTUR UNIT YANG DI AMATI
SINTAKSIS Headline, lead, latar
Cara wartawan informasi, kutipan sumber,
menyusun fakta pernyataan, penutup
SKRIP Cara wartawan
5W+1H mengisahkan fakta
TEMATIK Cara wartawan
Paragraf, proposisi, menulis fakta
hubungan antar kalimat.
RETORIS Cara wartawan
Kata, idiom, gambarfoto, menekankan fakta
grafik
Sumber : Eriyanto, 2002: 256 PERANGKAT
1. Skema berita
2. Kelengkapan berita
3. Detail 4. Koherensi
5. Bentuk kalimat 6. Kata ganti
7. Leksikon 8. Grafis
9. Metafora
Universitas Sumatera Utara
Dari semua pendekatan diatas , maka inti dari framing yang disampaikan oleh para ahli adalah bahwa framing merupakan pendekatan untuk melihat bagaimana sebuah
realitas dibentuk dan dikonstruksi oleh media. Analisis framing juga dapat mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan wartawan ketika menyeleksi isu
dan menulis berita. Ada dua esensi utama dari framing yakni : 1.
Bagaimana peristiwa itu dimaknai berkaitan dengan pemilihan peristiwafakta yang mengakibatkan adanya suatu peristiwa yang diliput atau tidak
2. Bagaimana peristiwa itu ditulis berkaitan dengan bagaimana fakta yang sudah
dipilih semakin ditekankan dengan perangkat tertentu. Misalnya penempatan kata atau kalimat dengan bantuan foto, gambar atau grafik
Frame media dengan demikian adalah bentuk yng muncul dari pikiran kognisi, penafsiran, dan penyajian dari seleksi, penekanan dan pengucilan dengan menggunakan
simbol-simbol yang dilakukan secara teratur dalam wacana yang terorganisir, baik dalam bentuk verbal maupun visual Eriyanto,2002:69.
2.3 Berita dan Proses Produksi Berita