BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sekarang ini adalah zaman media. Hidup kita dikuasai oleh media mulai dari media elektornik maupun cetak dapat kita temui dimana-mana. Sebagian atau banyak
dari informasi yang kita miliki diperoleh dari media. Hampir tidak ada satu rumahpun di dunia ini yang tidak dimasuki oleh arus informasi dari media, baik informasi yang dapat
dibaca maupun yang bersifat audiovisual. Media memiliki kekuatan untuk mengubah persepsi dan perilaku khalayak.
Berbicara mengenai citra mengenai seseorang atau sesuatu yang melekat pada diri kita, sebagian besar dibentuk oleh media. Misalnya dari iklan di media citra perempuan
diperlihatkan sebagai sosok yang lebih mempertimbangkan emosi daripada pikiran, berperilaku halus dan lemah gemulai, serta peran sosialnya di ranah rumah tangga
domestik domain berbeda dengan pria yang digambarkan sebagi sosok yang mempertimbangkan pikiran, kasar, dan berkiprah di ranah publik publik domain.
Melalui penambahan citra itu sesungguhnya media, langsung atau tidak langsung, telah melakukan diskriminasi sebab telah mengabaikan kelompok perempuan, padahal
perempuan juga merupakan pihak yang dapat berkiprah di ruang publik, ambisius dan ‘wanita karir’. Dalam konteks kemampuan dalam pembentukan citra itulah, media
berperan untuk mengangkat isu-isu ke sektor publik.
Universitas Sumatera Utara
SBY dan JK adalah Presiden dan Wakil Presiden yang pertama sekali dipilih dalam pemilihan umum secara langsung oleh rakyat pada tahun November 2004 . Selama
2,5 tahun pemerintahannya SBY dan JK selalu mendapat sorotan publik, bukan saja dari masyarakat tapi juga dari pihak oposisi
Dalam proses terpilihnya SBY sebagai Presiden, SBY memperoleh ‘keuntungan’ citra yang besar ketika diberhentikan oleh Gus Dur sebagai Menkosospolhankam dan
menolak jabatan lainnya. Ia juga mendapat ‘keuntungan’ citra ketika mengundurkan diri sebagai Menkopolkam. SBY tampil memberi keterangan pers, dengan ekspresi emosi
yang matang dan hal ini dipublikasikan oleh media. Di media SBY tampil dengan sosok dengan tutur kata yang tertata, tenang dan santun tanpa kehilangan wibawa. Peristiwa
tersebut turut membentuk citra SBY sebelum pemilihan umum sebagai sosok yang layak memimpin bangsa Indonesia karena bukan termasuk arus besar politik seperti legislatif,
eksekutif, dan yudikatif yang dipersepsikan telah gagal memulihkan Indonesia dari krisis.
Bangsa Indonesia sedang mengalami berbagai persoalan, berbagai bencana alam seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi di berbagai daerah di tanah air mewarnai
perjalanan tahun 2006. Masalah bencana alam di berbagai daerah belum lagi selesai, akhir akhir ini masyarakat kita terhenyak dengan berbagai kecelakaan transportasi.
Akhir tahun 2006, tepatnya tanggal 30 Desember KM Kapal Motor Senopati Nusantara yang berangkat dari Teluk Kumai, Kalimantan Tengah, dinyatakan hilang.
Berdasarkan data penumpang, kapal ini mengangkut 628 orang yang terdiri dari 542 penumpang, 57 anak buah kapal, dan 29 orang sopir truk dan kendaraan. Selain
penumpang, kapal ini juga membawa truk besar, 3 kendaraan kecil, 1 alat berat dan 3
Universitas Sumatera Utara
sepeda motor. Dari jumlah total penumpang diperkirakan 46 orang meninggal dan 349 dinyatakan hilang. http:news.indosiar.com
Awal Januari 2007, tepatnya 1 Januari, kita semua dikejutkan dengan hilangnya pesawat Adam Air. Pesawat jenis Boeing 737-400 milik maskapai penerbangan Adam
Air jurusan Surabaya–Manado, yang sebelum transit di Surabaya berasal dari Jakarta, dinyatakan hilang di selat Makassar dan sampai saat ini tidak diketahui keberadaannya.
Semua penumpang sebanyak 149 orang dan 6 orang awak pesawat dinyatakan tewas di perairan selat Makasar http:wikipedia.org. Kerabat korban Adam Air terpaksa
merayakan tahun baru dalam suasana duka, harapan agar saudara dan orang-orang tercinta dapat diselamatkan punahlah sudah karena sampai saat ini upaya menemukan
Adam Air tidak pernah berhasil, yang ada hanyalah bangkai pesawat yang di temukan oleh penduduk di kepulauan Majene Sulawesi.
16 Januari 2007 subuh, rangkaian kereta api Bengawan jurusan Solo-Tanah Abang terputus di kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Lima orang
penumpang dilaporkan tewas, ratusan lainnya luka-luka akibat inseiden ini. Kereta Api Bengawan membawa 12 gerbong, gerbong 4 jatuh ke sungai, sedangkan gerbong 5
sampai dengan 12 miring di atas rel. Tanggal 22 Februari 2007, Kapal Motor Levina I terbakar di selat Sunda, sekitar
kepulauan Seribu, 50 mil dari pelabuhan Tanjung Priok Jakarta Utara. Sebanyak 46 orang meninggal dan 349 orang dinyatakan hilang dalam peristiwa ini. Dugaan penyebab
kecelakan adalah karena kelebihan penumpang dan angkutan serta cuaca buruk. Pada hari Mnggu, 25 Februari bangkai kapal Levina I akan ditarik untuk dikandaskan setelah
pemeriksaan selesai dilakukan, namun saat serombongan tim dari Komite Nasional
Universitas Sumatera Utara
Keselamatan Transportasi KNKT, Puslabfor Pusat laboratorium Informasi Mabes Polri dan wartawan yang meliput peristiwa, tengah berada di kapal ini, tiba-tiba kapal
tenggelam di perairan Muara Gembong Bekasi, Jawa Barat. Akibatnya dua orang juru kamera dari stasiun televisi, serta dua orang dari tim Puslabfor Mabes Polri meninggal
dunia. 7 Maret 2007, maskapai penerbangan Garuda Indonesia jurusan Jakarta-
Yogyakarta terbakar ketika hendak mendarat di bandar udara Adi SutjiptoYogyakarta setelah lepas landas dari Bandar Udara Soekarno-Hatta Cengkareng. Pesawat ini
membawa 133 penumpang, 1 orang pilot, 1 Kopilot, dan 5 orang awak kabin. Beberapa tokoh Indonesia juga ikut dalam penerbangan ini antara lain Ketua Umum PP
Muhammadiyah Dien Samsudin luka ringan, kriminolog Adrianus Meliala luka, dan mantan rektor UGM Yogyakarta Prof. Dr. Kusnadi Hardjosumantri meninggal. Pesawat
tersebut juga membawa 19 warga negara asing antara lain dari Jepang, Brunei Darussalam dan 8 orang warga Australia yang merupakan rombongan jurnalis yang akan
meliput kunjungan menteri luar negeri Australia Alexander D. di Yogyakarta. Jumlah korban tewas adalah 22 orang 21 penumpang dan 1 awak pesawat. Perjalanan dengan
pesawat yang dinyatakan sebagai salah satu maskapai penerbangan unggulan di negara ini pun ternyata tidak menjamin keselamatan para penumpang. Jatuhnya pesawat Garuda
ini menepis anggapan bahwa pesawat murah rawan kecelakaan karena ternyata pesawat yang disebut sebagai maskapai penerbangan unggulan negeri ini pun ternyata tidak luput
dari kecelakaan. Rentetan tragedi dari ketidaknyamanan transportasi di Indonesia sepertinya
lengkap sudah, tak terkecuali dari transportasi darat, laut bahkan udara. Kepercayaan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat terhadap transportasi Indonesia mulai menurun. Akumulasi pengalaman traumatik membuahkan frustrasi sosial berlarut di masyarakat. Rasa was-was dan takut
selalu muncul kala ingin bepergian dengan kereta api, kapal laut mapun pesawat terbang. Rasa takut bepergian bukan saja di kalangan rakyat tapi juga melanda para pejabat
negara. Bayang-bayang kecelakaan menghantui masyarakat kala melakukan perjalanan dengan transportasi umum. Sejumlah kecelakaan transportasi yang terjadi sampai
membuat publik meragukan tingkat keamanan trasportasi massal di negeri ini. Kecelakaan massal yang terjadi menunjukkan betapa sistem transportasi kita
memang ringkih, padahal kenyamanan transportasi merupakan unsur vital dalam suatu negara. Betapa ada yang tidak beres dengan moda transportasi kita, hilangnya ratusan
jiwa lewat kecelakaan transportasi beruntun yang terjadi bulan Januari-Maret 2007 bukti dari buruknya manajemen transportasi di negeri ini.
Tragedi transportasi massal yang terjadi pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono SBY dan Jusuf Kalla JK mempengaruhi citra mereka di mata
publik, sejauh mana pemimpin bangsa ini menyikapi kecelakaan yang terjadi secara beruntun sangat mempengaruhi citranya di hadapan publik.. SBY dan JK dituntut untuk
dapat mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap moda transportasi di Indonesia, waktunya yang tersisa sampai pemilu berikutnya di tahun 2009 tinggal dua tahun, bahkan
ada yang berpendapat bahwa waktu yang efektif tinggal satu tahun lagi, selebihnya adalah masa menebar janji untuk meraih kekuasaa. http:www.poskota.co.id.
Pengambilan kebijakan pasca kecelakaan trasportasi oleh SBY dan JK dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Berbagai kecelakaan transportasi yang ada tak luput menjadi perhatian media. Hal ini terlihat dari berbagai topik mengenai kecelakaan transportasi yang selalu mewarnai
pemberitaan media baik media cetak maupun media elektronik. Munculnya reformasi tahun 1998 memang membawa angin segar bagi pers indonesia, berbeda halnya dengan
tahun sebelumnya di mana pers dimonopoli oleh pihak tertentu khususnya penguasa Orde Baru. Namun sejak diberlakukannya Undang-Undang kebebasan pers No.40 tahun 1999,
berbagai jenis media tumbuh bak cendawan di musim hujan. Pers kita sudah mulai berani dalam mengemas suatu fakta. Jika sebelumnya banyak fakta yang ditutup-tutupi demi
menjamin kepentingan kelompok tertentu maka sejak munculnya reformasi tahun 1998, wartawan memiliki kebebasan untuk memperoleh informasi dan fakta dari peristiwa yang
terjadi serta kebebasan untuk menyebarkan informasi yang diperolehnya kepada publik. Termasuk informasi mengenai kebijakan suatu negara dan pejabatnya.
Media dalam fungsi kontrol sosialnya mempunyai fungsi sebagai pengawas atas setiap kebijakan yang dilakukan oleh pejabat negara. Dalam hal ini media memiliki
kebebasan untuk mengetahui setiap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Kebebasan pers pada masa Orde Reformasi membuat pers tampil beda, lebih berani bersikap kritis
terhadap penguasa. Pers menjadi lebih agresif dan kreatif dalam memberi nilai tambah suatu berita, dan juga mengeksploitasi isu-isu. Permasalahan-permasalahan diolah
menjadi komoditas informasi. Tetapi justru karena itu, media tak lepas dari pemberitaan yang berpihak pada pihak tetentu, tidak objektif, mengingkari kaidah cover both side,
dan lain-lain. Analisis framing adalah analisis yang memusatkan perhatian pada bagaimana
media mengemas dan membingkai berita. Analisis framing merupakan salah satu
Universitas Sumatera Utara
alternatif model analisis yang dapat mengungkapkan rahasia di balik semua perbedaan bahkan pertentangan media dalam mengungkapkan fakta, bagaimana realitas dibingkai
media. Oleh karena itu analisis framing hadir untuk menanyakan mengapa peristiwa X diberitakan? Mengapa peristiwa lain tidak? Mengapa suatu tempat dan pihak yang terlibat
berbeda meskipun peristiwanya sama? Mengapa realita didefinisikan dengan cara tertentu? Mengapa sisi atau angle tertentu yang ditonjolkan sedang yang lain tidak?
Mengapa menampilkan sumber berita X dan mengapa bukan sumber berita yang lain yang diwawancarai?.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengetahui bagaimanakah media cetak harian Kompas mengemas berita tentang SBYJK pasca
kecelakaan transportasi.
Pemilihan harian Kompas dalam penelitian ini didasarkan pada dua alasan: Pertama, karena harian ini merupakan harian nasional yang mapan secara ekonomis.
Kompas memiliki berbagai anak perusahaan yang dibangun di bawah atap kelompok Kompas Gramedia seperti majalah, stasiun radio, penerbitan, percetakan, hingga hotel.
Kelompok perusahaan ini dikenal sebagai perusahaan yang memanjakan pegawainya., mulai tunjangan kesehatan, pendidikan untuk anak-anak karyawan, bonus lebih dari tiga
kali dalam satu tahun, piknik keluarga, pesta ulang tahun perusahaan secara besar-besaran www.blogberita.com. Pemberian insentif seperti ini dimaksudkan untuk menghindari
adanya ‘wartawan amplop’, sehingga wartawan lebih berintegritas dalam menyusun berita. Kedua, Kompas memiliki khalayak pembaca yang tersebar di seluruh Indonesia.
Hingga saat ini Juli 2007, Kompas masih dikenal sebagai koran berskala nasional terbesar di Indonesia dengan oplah lebih dari 550.000 per hari www.blogberita.com.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian pemberitaan Kompas cukup berdampak luas bagi khalayak pembaca di
Indonesia.
1.2 Perumusan Masalah