direkonstruksi dengan cara dan makna tertentu. Framing digunakan media untuk menonjolkan atau memberi penekanan aspek tertentu sesuai kepentingan media.
Akibatnya, hanya bagian tertentu saja yang lebih bermakna, lebih diperhatikan, dianggap penting, dan lebih mengena dalam pikiran khalayak.
Dalam praktik, analisis framing banyak digunakan untuk melihat frame surat kabar karena masing-masing surat kabar memiliki ‘kebijakan politis’ tersendiri.
1.5.3 Berita dan Proses Produksi Berita
Berita adalah laporan tentang tentang fakta atu ide yang termasa, yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca, entah
karena ia luar biasa atau entah karena pentingnya, atau karena ia mencakup segi-segi human interest, seperti human, emosi dan ketegangan. Namun ada beberapa konsep
berita yang dapat dikembangkan yaitu berita itu sebagai laporan tercepat, rekaman fakta- fakta obyektif, interpretasi, sensasi, minat insani, ramalan dan sebagai gambar Effendi,
1993:131-134. Melalui berita kita dapat mengetahui apa yang terjadi di Aceh, di Papua dan di Jakarta. Melalui berita kita mengetahui apa saja yang dilakukan oleh elit politik,
kehidupannya dan kegiatannya. Pada umumnya, berita berasal dari peristiwa tetapi tidak semua peristiwa dapat
menjadi berita. Dalam proses pembentukan suatu berita banyak faktor yang berpotensi untuk mempengaruhinya, sehingga niscaya akan terjadi pertarungan wacana dalam
memaknai realitas dalam presentasi media Sudibyo, 2001:7. Proses pembuatan berita
Universitas Sumatera Utara
merupakan proses yang rumit dan melibatkan banyak faktor seperti kepentingan yang bermain dibaliknya.
Pamela D.Shoemaker dan Stephen D.Reese meringkas berbagai faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam ruang pemberitaan yaitu:
1. Faktor Individual.
Faktor ini berhubungan dengan latar belakang profesi dari pengelola media. Level individual melihat bagaimana pengaruh aspek personal dari pengelola media
mempengaruhi pemberitaan yang akan ditampilkan kepada kahalayak. Aspek personal tersebut seperti jenis kelamin, umur, atau agama.
2. Level Rutinitas Media media routine
Rutinitas media berhubungan dengan mekanisme dan proses penentuan berita. Setiap media umumnya mempunyai ukuran tersendiri tentang apa yang disebut
berita, apa ciri-ciri berita yang baik, atau apa kriteria kelayakan berita. Ukuran tesebut adalah rutinitas yang berlangsung tiap hari dan menjadi prosedur standar
bagi pengelola media yang berada di dalamnya. 3.
Level Organisasi. Level organissi berhubungan dengan struktur organisasi yang secara hipotik
mempengaruhi pemberitaan. Pengelola media dan wartawan bukan orang yang tunggal yang ada dalam orgnisasi berita, ia sebaliknya hanya sebagian kecil dari
organisasi media itu sendiri. Masing-masing komponen dalam organisasi media bisa jadi mempunyai kepentingan sendiri-sendiri. Misalnya selain bagian redaksi
ada juga bagian pemasaran, bagian iklan, bagian sirkulasi, bagian umum, dan seterusnya.
Universitas Sumatera Utara
4. Level Ekstramedia
Level ini berhubungan dengan faktor lingkungan di luar media. Meskipun berada di luar organisasi media, namun hal-hal di luar organisasi media ini sedikit
banyak dalam banyak kasus mempengaruhi pemberitaan media. Faktor-faktor tersebut adalah sumber berita, sumber penghasil media iklan,pelangganpembeli
media, pihak eksternal pemerintah dan lingkungan bisnis, dan ideologi kerangka berfikirreferensi.
Sebuah teks berita tidak dapat disamakan dengan Copy realitas, ia haruslah dipandang sebagi konstruksi atas realitas, karenanya sangat potensial terjadi peristiwa
yang sama, tetapi konstruksinya berbeda. Teks berita memiliki sejumlah strategi baku dalam mempersuasikan pernyataan Eriyanto, 2002:14.
Universitas Sumatera Utara
I.6 Kerangka Konsep Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah model analisis yang