suatu peristiwa dan itu dapat dilihat dari bagaimana mereka mengkonstruksi peristiwa itu, yang diwujudkan dalam teks berita Eriyanto, 2002: 17. Setiap media akan memodifikasi
konstruksi realitas berita dengan caranya masing-masing sehingga suatu peristiwa yang sama saat dimuat oleh beberapa media pada terbitan keesokan harinya akan berbeda satu
dengan lainnya. Berita dalam pandangan konstruksi sosial , bukan merupakan peristiwa atau fakta
dalam arti yang rill. Disini realitas bukan diperoleh begitu saja sebagai berita, ia adalah produk interaksi antara wartawan dengan fakta.
1.5.2 Analisis Framing
Analisis framing termasuk ke dalam paradigma konstruksionis. Analisis framing adalah salah satu metode analisis media, seperti halnya analisis isi dan analisis semiotik.
Framing secara sederhana adalah membingkai sebuah peristiwa. Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat
mengkonstruksi fakta. Analisisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau
lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya Sobur, 2001:162. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan atau cara pandang yang
digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang
ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa ke mana berita tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Framing merupakan metode penyajian realitas dimana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan dibelokkan secara halus, dengan
memberikan penonjolan terhadap aspek-aspek tertentu, dengan menggunakan istilah- istilah yang mempunyai konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat
ilustrasi lainnya Sudibyo, 2001:186. Artinya, realitas dibingkai, dikonstruksi dan dimaknai oleh media.
Ada hal penting dalam framing, ketika sesuatu diletakkan dalam frame, tidak semua berita ditampilkan dalam arti ada bagian yang dibuang dan ada bagian yang
dilihat. Untuk menjelaskan framing kita bisa menghadirkan analogi ketika kita memfoto suatu pemandangan, maka maksud foto hanyalah bagian yang berada dalam ‘frame’,
sementara bagian lain terbuang. Contohnya adalah pas photo Rachmat. Ketika Rachmat difoto 3x4 untuk KTP, maka yang di-frame adalah bagian dada ke atas. Bagian bawah
tidak termasuk dalam frame Kriyantoro, 2006: 251-252. Tentunya ada alasan mengapa framing dilakukan pada bagian tertentu, mengapa bagian tertentu yang difoto sementara
bagian lain tidak. Oleh karena itu analisis framing hadir untuk menanyakan mengapa peristiwa X diberitakan? Mengapa peristiwa lain tidak? Mengapa suatu tempat dan pihak
yang terlibat berbeda meskipun peristiwanya sama? Mengapa realita didefinisikan dengan cara tertentu? Mengapa sisi atau angle tertentu yang ditonjolkan sedang yang lain tidak?
Mengapa menampilkan sumber berita X dan mengapa bukan sumber berita yang lain yang diwawancarai?.
Jadi analisis framing ini merupakan analisis untuk mengkaji pembingkaian realitas peristiwa, individu, kelompok, dan lain-lain yang dilakukan media.
Pembingkaian tersebut merupakan proses konstruksi, yang artinya realitas dimaknai dan
Universitas Sumatera Utara
direkonstruksi dengan cara dan makna tertentu. Framing digunakan media untuk menonjolkan atau memberi penekanan aspek tertentu sesuai kepentingan media.
Akibatnya, hanya bagian tertentu saja yang lebih bermakna, lebih diperhatikan, dianggap penting, dan lebih mengena dalam pikiran khalayak.
Dalam praktik, analisis framing banyak digunakan untuk melihat frame surat kabar karena masing-masing surat kabar memiliki ‘kebijakan politis’ tersendiri.
1.5.3 Berita dan Proses Produksi Berita