hak asasi manusia Y kelas VII SMP Negeri 1 Kebakkramat tahun ajaran 20092010. Untuk uji keberartian koefisiensi korelasi sederhana dengan uji t
diperoleh t
hitung
t
tabel
atau 2,163 2.02 sehingga hubungan antara pemahaman hak asasi manusia X dan kesadaran akan hak asasi manusia Y adalah berarti atau
signifikan. Persamaan garis regresi linier sederhana diperoleh persamaan Y=a+bx
atau Y=51,8802+0.3454X. Jadi dari persamaan regresi yang didapat menggambarkan bahwa setiap kenaikan satu unit atau adanya kenaikan satu angka
pada variabel pemahaman hak asasi manusia X maka diikuti kenaikan kesadaran akan hak asasi manusia Y sebesar kemiringan gradien garis regresi yaitu 0.3454.
3. Kesimpulan Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan analisis data dan penafsiran terhadap pengujian hipotesis selanjutnya dapat ditarik kesimpulan dari pengujian hipotesis tersebut, yaitu
adanya hubungan yang positif dan signifikan antara pemahaman hak asasi manusia dengan kesadaran akan hak asasi manusia pada siswa kelas VII SMP Negeri 1
Kebakkramat Tahun Ajaran 20092010.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Berdasarkan analisa dan interprestasi hasil analisa data antara variabel pemahaman hak asasi manusia X dengan kesadaran akan hak asasi manusia Y,
maka dapat dijelaskan sebagai berikut : Hipotesis yang berbunyi “Terdapat hubungan yang positif dan signifikan
antara pemahaman hak asasi manusia dengan kesadaran akan hak asasi manusia siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kebakkramat tahun ajaran 20092010”, dinyatakan
diterima. Hal ini disebabkan karena
tabel y
x
r r
1
, yaitu 0,3311 0,312, selanjutnya dengan uji t diperoleh t
hitung
t
tabel
yaitu 2,163 2,02. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel pemahaman
hak asasi manusia dengan variabel kesadaran akan hak asasi manusia siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kebakkramat tahun ajaran 20092010.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dibuat suatu kesimpulan bahwa pemahaman hak asasi manusia dengan kesadaran akan hak asasi manusia
mempunyai hubungan yang erat. Dimana pemahaman hak asasi manusia menjadi tolak ukur yang penting dalam rangka meningkatkan kesadaran akan hak asasi
manusia. Kesadaran akan hak asasi manusia sangat diperlukan untuk menciptakan
keamanan dan ketertiban serta ketentraman bermasyarakat. Kesadaran akan hak asasi manusia diperlukan untuk mencegah terjadinya tindakan sewenang-wenang
atau tindakan anarkhi yang mengarah pada pelanggaran hak asasi manusia terutama dalam kehidupan demokrasi sekarang ini yang rentan dengan perbedaan
pola pikir atau cara pandang seseorang terhadap suatu hal. Untuk meningkatkan kesadaran akan hak asasi manusia, maka diperlukan berbagai upaya yang
berfungsi menumbuhkan kesadaran dan penghargaan terhadap nilai-nilai hak asasi manusia.
Salah satu bentuk upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesadaran akan hak asasi manusia adalah dengan memaksimalkan berbagai pembahasan
mengenai hak asasi manusia. Bentuk konkritnya adalah dengan menjadikan masalah hak-hak asasi manusia sebagai bahan kajian dalam suatu mata pelajaran.
Hal ini sejalan dengan pendapat Suparman Marzuki 2005 yang menyatakan bahwa, “Kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan segi-segi kognitif atau
pengetahuan tentang hak-hak asasi yaitu dengan pendekatan kepada pihak yang berwenang untuk menjadikan masalah hak-hak asasi manusia sebagai bahan kajian
dalam suatu mata pelajaran” http:www.pusham.uii.ac.id
. Ditambahkan pula oleh pendapat Driyarkara dalam Zaim Elmubarok
2009: 13 “perlunya keseimbangan antara dimensi kognitif dan afektif dalam proses pendidikan”. Artinya untuk membentuk manusia seutuhnya tidak cukup
hanya dengan mengembangkan kecerdasan berpikir atau IQ anak melalui dengan segudang ilmu pengetahuan, melainkan juga harus dibarengi dengan
pengembangan perilaku dan sikap yang mencerminkan pengetahuan serta pemahaman dari apa yang telah ia pelajari.
Kaitannya dengan teori gestalt dari Max Wertheimer, bahwa teori ini menekankan adanya pemahaman dalam proses pembelajaran. Hal itu terlihat dari
delapan prinsip teori gestalt, dimana salah satunya yakni belajar harus dengan pemahaman Dimyati dan Mujono, 1999:10.
Pendekatan Wertheimer bersifat dinamis, berurusan dengan pola-pola utuh yang ada dalam kesadaran. Dengan demikian pemahaman bukan hanya melibatkan
kebenaran logika melainkan juga persepsi mengenai persoalan sebagai keseluruhan yang utuh, mengenai cara menggunakan sarana untuk mengarah ke
tujuan pembelajaran Winfred F. Hill 2009: 136. Dengan demikian teori gestlat ini menekankan bahwa pemahaman dalam
proses pembelajaran sangat diperlukan untuk dapat mengarah pada tujuan pembelajaran. Pemahaman yang dimaksud disini bukan pemahaman yang hanya
melibatkan kebenaran logika melainkan persepsi atau pemikiran-pemikiran yang dikembangkan sehingga dapat mengarah pada tujuan pendidikan yang sebenarnya.
Menurut Soetandjo Wignjosoebroto dalam Sobirin Maulian dan Suparman Marzuki 2006: 1 yang mengatakan bahwa,”Pendidikan merupakan suatu proses
terprogram untuk mengefektifkan terjadinya perubahan kognitif dan afektif dalam diri seorang individu, sedemikian rupa sehingga si anak akan dapat berfungsi
dengan baik di dalam masyarakat”. Adapun perubahan lewat proses pendidikan yang dimaksud adalah perubahan yang tersimak dalam wujud bertambahnya
pengetahuan, pemahaman dan kesadaran serta kepekaan seseorang akan hak- haknya yang asasi dan hak-hak sesama manusia atau sesama warga negara.
Dari pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kesadaran akan hak asasi manusia yang dimiliki seseorang berkaitan dengan seberapa besar
pemahaman hak asasi manusia yang dimiliki oleh orang tersebut. Sehingga, semakin peserta didik tahu dan paham mengenai hak asasi manusia maka semakin
tinggi tingkat kesadaran akan hak asasi manusianya. Dengan demikian, tinggi rendahnya pemahaman hak asasi manusia yang
dimiliki seseorang berhubungan dengan tinggi rendahnya kesadaran akan hak asasi manusia orang tersebut. Semakin tinggi pemahaman yang dimiliki tentang hak
asasi manusia maka akan meningkatkan kesadaran akan hak asasi manusianya.
71
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN