Tinjauan Pustaka LANDASAN TEORI

9

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Tentang Hak Asasi Manusia a. Pengertian Hak Asasi Manusia Menurut Darwan Prinst 2001: 8,”Hak asasi manusia merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, pengingkaran atasnya berarti mengingkari martabat kemanusiaan”. Sedangkan menurut Haryono 2007: 11,”Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kodratnya”. Dengan demikian hak asasi manusia merupakan hak yang bersifat kodrati artinya hak itu dimiliki oleh setiap manusia karena stastusnya sebagai manusia. Pengertian hak asasi manusia menurut Undang-Undang No.39 Tahun 1999 dalam Krisna Harahap 2000: 139 adalah: ”Seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan dan perlindungan harkat dan martabat manusia”. Pengertian hak asasi manusia dapat disimpulkan sebagai hak dasar yang dimiliki manusia sejak lahir sebagai kodrat dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang wajib untuk dilindungi dan dihargai oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan dan perlindungan harkat dan martabat manusia. Dengan demikian, hak asasi manusia didasarkan pada pengakuan bahwa semua manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki derajat dan martabat yang sama. Pengakuan bahwa semua manusia memiliki harkat dan martabat yang sama, dengan tidak membeda-bedakan baik atas jenis kelamin, agama, suku dan sebagainya. Menurut Gunawan Setiardja 1993: 75 mengatakan bahwa,”Hak Asasi Manusia jika ditinjau secara objektif berhubungan dengan kodrat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berbudi”. Artinya bahwa dalam menjalankan hak-hak asasinya harus memperhatikan hak asasi orang lain mengingat kodrat manusia yang saling berinteraksi dengan sesamanya dalam memenuhi kebutuhannya. b. Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia. Latar belakang sejarah hak asasi manusia pada hakikatnya muncul karena kesadaran manusia terhadap harga diri, harkat dan martabat kemanusiaanya sebagai akibat tindakan sewenang-wenang dari penguasa, penjajahan, perbudakan, ketidakadilan dan kezaliman yang hampir melanda seluruh umat manusia. Sejarah perkembangan hak asasi manusia dapat dilihat sebagai berikut: 1 Tahun 1215 Lahirnya Magna Charta di Inggris. Piagam ini dianggap sebagai piagam pertama tentang hak asasi manusia. Piagam ini berisi pembatasan kekuasaan raja dan hak asasi manusia. 2 Tahun 1679 Lahir piagam hak asasi manusia, yaitu Hobeas Corpus Act, yang isinya jaminan kebebasan warga negara dan mencegah penjeraan yang sewenang-wenang terhadap rakyat. 3 Tahun 1776 Declration of Independence di Amerika, yaitu deklarasi kemerdekaaan yang diumumkan oleh tiga belas negara bagian. Deklarasi ini merupakan piagam hak asasi manusia karena mengandung pernyataan,”bahwa semua bangsa diciptakan sama derajat ole Tuhan Yang Maha Pencipta”. 4 Tahun 1789 Lahir piagam Declaration des Droits de L’Homme et du Citoyen, yaitu piagam pernyataan hak asasi manusia dan warga negara sebagai hasil dari revolusi Perancis dibawah kepemimpinan jenderal Laffayette. 5 Tahun 1918 Lahir piagam hak asasi manusia, yaitu Right of Determination. Naskah ini diusulkan oleh presiden Theodero Woodrow Wilson yang memuat 14 pasal dasar untuk mencapai perdamaian adil. 6 Tahun 1941 Atlantic Charter yang lahir pada saat berkobarnya perang dunia II dengan pelopornya F.D. Roosevelt, mengusulkan empat kebebasan The Four Freedom sebagai penyangga hak asasi manusia yang paling pokok dan mendasar. 7 Tahun 1948 Pada tanggal 10 Desember 1948 PBB mengesahkan piagam hak asasi manusia atau Declaration of Human Rights. Tim MGMP Kewarganegaraan, 2006: 46-47 c. Macam-Macam Hak Asasi Manusia Rumusan hak asasi manusia menurut piagam hak asasi manusia sedunia Universal Declaration of Human Right yang ditetapkan PBB tanggal 10 Desember 1948. 1 Hak untuk hidup 2 Kemerdekaan dan keamanan badan 3 Hak untuk diakui kepribadiannya menurut hokum 4 Hak memperoleh perlakuan yang sama dengan orang lain 5 Hak mendapat jaminan hukum dalam perkara pidana seperti diperiksa dimuka umum, dianggap tidak bersalah kecuali ada bukti sah 6 Hak masuk dan keluar wilayah suatu negara 7 Hak mendapat hak milik atas benda 8 Hak mengutarakan pikiran dan perasaan 9 Hak untuk bebas memeluk agama serta mempunyai dan mengeluarkan pendapat 10 Hak berkumpul 11 Hak mendapat jaminan sosial 12 Hak mendapat pekerjaan 13 Hak berdagang 14 Hak mendapat pendidikan 15 Hak turut serta dalam gerakan kebudayaan di masyarakat 16 Hak menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan Syahrial Syarbaini, 2006: 130 Secara umum hak-hak asasi manusia dapat dikelompokkan menjadi enam macam, yaitu : 1 Hak asasi pribadi personal right, misalnya : a Hak mengeluarkan pendapat. b Hak menikah. c Hak untuk memeluk agama. d Hak kebebasan untuk bergerak. 2 Hak asasi politik political right, misalnya : a Mendirikan, menjadi anggota dan simpatisan parpol. b Ikut pemilu dan kampanya pemilu. c Hak ikut berpartisipasi dalam pembentukan kebijakan umum. 3 Hak asasi ekonomi property right, misalnya : a Hak mendirikan koperasi. b Hak menjual, membeli dan menyimpan barang. c Hak mendirikan badan usaha swasta. d Hak mengadakan transaksi bisnis. 4 Hak mendapatkan persamaan hukum dan pemerintahan right of legal equality, misalnya : a Hak untuk menjadi pejabat. b Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hokum. c Hak perlindungan hukum. 5 Hak sosial budaya social and cultural right, misalnya : a Hak mendapatkan pendidikan. b Hak menikmati haisl kebudayaan. c Hak untuk mengembangkan kebudayaan. d Hak untuk mendapatkan kehidupan yang layak. 6 Hak untuk mendapatkan prosedur hukum yang benar procedural right, misalnya: a Hak untuk mendapatkan prosedur hukum yang benar dalam penahanan, penangkapan, penggeledahan dan razia. b Hak untuk mendapatkan prosedur yang benar dalam proses peradilan. Tim MGMP Kewarganegaraan, 2006: 46-47 Berdasarkan beberapa rumusan hak asasi manusia di atas, ciri pokok hakikat hak asasi manusia menurut Mansyur Fakih 2003 yang dikutip dari http:rafqiachmat.blogspot.com yaitu: 1 Hak asasi manusia tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. Hak asasi manusia adalah bagian dari manusia secara otomatis. 2 Hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis, pandangan politik atau asal-usul sosial dan bangsa. 3 Hak asasi manusia tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai hak asasi manusia walaupun sebuah negara membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar hak asasi manusia. Dengan demikian hak asasi manusia berlaku bagi siapa saja, kapan saja dan dimana saja sehingga hak asasi manusia merupakan hak yang bersifat universal dan dimiliki oleh manusia sejak dilahirkan dan tidak seorangpun dapat melanggar hak orang lain. d. Hak Asasi Manusia di Indonesia Dalam sejarah perjuangan pergerakan kemerdekaan bangsa Indonesia, berbagai peristiwa yang terjadi di Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan sudah menunjukkan tuntutan penghormatan terhadap hak asasinya. Hal tersebut terlihat jelas dalam tonggak-tonggak sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia melawan penjajah, antara lain sebagai berikut: 1 Kebangkitan nasional 20 Mei 1908, yang diawali dengan lahirnya berbagai pergerakan kemerdekaan pada awal abad 20, menunjukkan kebangkitan bangsa Indonesia untuk membebaskan diri dari penjajahan bangsa lain. 2 Sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, membuktikan bahwa bangsa Indonesia menyadari hak-haknya sebagai satu bangsa yang bertanah air satu dan menjunjung satu bahasa persatuan Indonesia. 3 Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan puncak perjuanagn pergerakan kemerdekaan Indonesia diikuti dengan penetapan Undang-Undang Dasar 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945 dalam pembukaannya yang mengamanatkan: ‘Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan’. Undang-Undang Dasar 1945 menetapkan aturan dasar ynag sangat pokok, termasuk hak asasi manusia.Wijianto dan Siti Aminah,2004: 65 Pengakuan akan hak asasi manusia di Indonesia telah tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang sebenarnya terlebih dahulu ada dibanding dengan Deklarasi Universal PBB yang lahir pada tanggal 24 Desember 1945. Peraturan tentang hak asasi manusia dalam Tap MPR dan Undang-Undang Dasar 1945 dimuat dalam: 1 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea pertama dan empat Hak asasi manusia sebenarnya sudah tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu, dapat disebutkan bahwa negara Indonesia sendiri, sejak masa berdirinya tidak bisa lepas dari hak asasi manusia. Hal ini dapat kita lihat pada alinea pertama yang berbunyi,’’…bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa…”. Dari pernyataan tersebut sangatlah jelas bahwa dalam jiwa bangsa Indonesia sudah tertanam bahwa secara universal semua bangsa menginginkan kemerdekaan dan kebebasan tanpa membedakan agama, jenis kelamin, etnik dan golongan. Dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, tertulis dengan jelas bahwa dalam pembentukan pemerintahan negara Indonesia berdasarkan kemerdekaan yang kemudian disusun dalam Undang-Undang Dasar. Hal tersebut dapat dilihat pada alinea keempat yaitu,’’…untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia...berdasarkan kemerdekaan…”. 2 Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945 Dalam batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945 rumusan hak asasi manusia mencakup hak dalam bidang politik, ekonomi, social dan budaya yang tersebar dari pasal 27 sampai dengan pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945. Sampai pada berakhirnya orde baru tahun 1998 pengakuan akan hak asasi manusia di Indonesia tidak banyak mengalami perkembangan dan tetap berlandaskan pada rumusan yang ada dalam Undang-Undang Dasar 1945. 3 Ketetapan MPR Ketetapan MPR mengenai hak asasi manusia Indonesia telah tertuang dalam ketetapan MPR No.XVIIMPR1998. Setelah itu, dibentuk Undang- Undang No.39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia. Undang-Undang ini sangat penting seiring dengan proses berjalannya hak asasi manusia di Indonesia. Selain itu, keluar juga Undang-Undang No.26 Tahun 2000 tentang pengadilan hak asasi manusia. Penegakan hak asasi manusia juga menjadi kebijakan penyelenggaraan negara. Kebijakan dalam bidang hokum salah satunya adalah meningkatkan pemahaman dan penyadaran, serta meningkatkan perlindungan, penghormatan dan penegakan hak asasi manusia dalam seluruh aspek kehidupan. 4 Undang-Undang Undang-Undang yang mengatur dan menjadi hak asasi manusia di Indonesia adalah Undang-Undang No.39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia. Undang-Undang ini mengatur dan menjamin pelaksanaan hak asasi manusia. Dalam melaksanakan ketentuan pasal 104, maka disamping Undang-Undang No.39 Tahun 1999 terdapat pula Undang-Undang No.26 Tahun 2000 tentang pengadilan hak asasi manusia. e. Lembaga Perlindungan Hak Asasi manusia Melindungi warga negara dari pelanggaran hak asasi manusia sudah menjadi komitmen bersama. Untuk melakukan itu perlu dibentuk lembaga perlindungan hak asasi manusia di Indonesia yang bertugas melindungi korban dari tindak pelanggaran hak asasi manusia yang dapat dilakukan oleh orang, golongan atau bahkan negara selaku lembaga kekuasaan. Lembaga perlindungan hak asasi manusia di Indonesia antara lain: 1 Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Komnas HAM. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Komnas HAM didirikan pada tahun 1993. komnas HAM dibentuk berdasarkan pada Keppres No.50 Tahun 1993 pada tanggal 7 Juni 1993. Pada era reformasi ini kedudukan lembaga komnas HAM diperkuat lagi dengan UU No.39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia pada pasal 75 sampai dengan pasal 99. Menurut Wijianto dan Siti Aminah 2004: 71, “Komnas HAM adalah sebuah organisasi independent, yang tidak berpihak, visioner, serta melakukan kegiatan pendidikan dan penyuluhan masyarakat tentang hak asasi manusia”. Dengan demikian bangsa Indonesia sangat memperhatikan masalah hak asasi manusia terbukti dengan dibentuknya komnas HAM yang bekerja untuk memajukan dan melindungi hak asasi manusia di seluruh Indonesia. 2 Lembaga Bantuan Hukum LBH Lembaga Bantuan Hukum LBH berubah menjadi Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia YLBHI. Keberadaanya dilatarbelakangi oleh ketidakmampuan warga negara dalam membayar dan menuntut haknya untuk memiliki kedudukan yang sama dalam hukum. “Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia ini bertujuan untuk membela kepentingan masyarakat tanpa memandang latar belakang suku, keyakinan politik, ideologi, agama, kekayaan, warna kulit, keturunan dan kelompok orang yang dibelanya” Wijianto dan Siti Aminah,2004: 73. Dengan demikian, lembaga ini bertujuan untuk mencegah ledakan gejolak dan keresahan dalam masyarakat. Keberhasilan dari lembaga ini dapat mengembalikan kewibawaan hukum dan pengadilan di negara kita yang sudah lama terpuruk. 3 Lembaga-lembaga Lain Lembaga lain yang dimaksud disini adalah lembaga-lembaga swadaya masyarakat LSM yang dibentuk oleh orang-orang yang juga berperan dalam perlindungan hak asasi manusia. Lembaga swadaya masyarakat bergerak dalam berbagai bidang. Misalnya bidang lingkungan hidup, bidang pendidikan, bidang sosial, dan bidang kesehatan. Lembaga swadaya masyarakat merupakan wujud partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Dengan demikian lembaga-lembaga yang dimaksud disini adalah lembaga-lembaga masyarakat yang bergerak dalam bidang penegakan dan perlindungan hak asasi manusia. 2. Tinjauan Tentang Pemahaman Hak Asasi Manusia a. Pengertian Pemahaman Pengertian pemahaman menurut Benyamin S Bloom yang dikutip oleh Sumadi Suryabrata 1998: 47 mengemukakan bahwa,” pemahaman adalah kemampuan untuk menangkap arti dari suatu bahan yang telah terlihat antara lain dalam kemampuan seseorang menafsirkan, informasi, meramalkan akibat suatu peristiwa dan kemampuan lain sejenisnya”. Sedangkan pengertian pemahaman menurut Suharsimi Arikunto 2002: 134 mengatakan bahwa,” pemahaman adalah mempertahankan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasi, memberi contoh, menuliskan kembali, memperkirakan”. Dengan pemahaman diharapkan seseorang dapat membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta dan konsep dari suatu bahan yang telah dipelajarinya. Kesimpulan dari pengertian pemahaman adalah kemampuan untuk menangkap arti dari suatu bahan yang dipelajari yang dapat dilihat dari kemampuan seseorang dalam mempertahankan, meramalkan, memberi contoh dan menyimpulkan bahan tersebut. Untuk dapat mengetahui lebih jelas lagi tentang pemahaman, maka perlu dikaji hal-hal sebagai berikut: 1 Tingkatan Pemahaman Pemahaman seseorang terhadap suatu obyek atau peristiwa dimulai dari tahap awal hingga tahap akhir yang menunjukkan seseorang tidak hanya mengetahui suatu masalah tetapi juga mengerti serta memahami dengan apa yang telah ia pelajari. Tingkatan pemahaman menurut Buxton dalam Wahyudi 2002: 389 dibagi dalam empat tingkatan yaitu sebagai berikut: Gambar 1 Tentang Tingkatan pemahaman Penjelasan : a Tingkatan pertama disebut tingkatan pemahaman meniru rote learning. Pada tingkatan ini siswa dapat mengerjakan suatu soal tetapi tidak tahu mengapa. Relational Understanding Insightful understanding Observational understanding Rote learning b Tingkatan kedua disebut tingkatan pemahaman observasi observational understanding. Pada tingkatan ini siswa menjadi lebih mengerti setelah melihat adanya suatu pola pattern atau kecenderungan. c Tingkatan ketiga disebut tingkatan pemahaman pencerahan insightful understanding. Pada tingkatan ini, sebagai ilustrasi, ada seorang siswa yang mampu menjawab soal-soal dengan baik dan tepat, tetapi baru kemudian menyadari mengapa dan bagaimana dia dapat menyelesaikannya setelah melakukan diskusi ulang atau mempelajari ulang materinya. d Tingkatan keempat disebut tingkatan pemahaman relasional. Pada tingkatan ini, siswa tidak hanya tahu tentang penyelesaian suatu masalah tetapi dia juga dapat menerapkannya pada situasi lain, baik yang relevan maupun yang lebih kompleks. Berdasarkan tingkatan pemahaman diatas, maka pada dasarnya pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran sangat penting untuk diketahui oleh para pendidik. Hal tersebut untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pemahaman yang telah diperoleh siswa terhadap materi yang diajarkan. Dengan demikian guru dapat mengetahui apakah siswa telah menguasai suatu konsep atau baru pada tahapan tahu atau hafal tentang konsep sesuai dengan sasaran pembelajaran. Tingkatan pemahaman seorang siswa terhadap suatu obyek yang dipelajari tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam mencapai pembelajaran yang optimal. 2 Tingkatan Pemahaman dalam Taksonomi Bloom Dalam hubungannnya dengan satuan pelajaran, ranah kognitif memegang peranan paling penting. Yang menjadi tujuan pengajaran pada umumnya adalah peningkatan kemampuan siswa dalam aspek kognitif. Tingkatan pemahaman merupakan salah satu tingkatan dalam ranah kognitif yang terdiri dari enam tingkatan mulai dari yang hanya bersifat pengetahuan tentang fakta-fakta sampai kepada proses intelektual yang tinggi yaitu dapat mengevaluasikan sejumlah fakta. Menurut Taksonomi Bloom dalam Daryanto 1997: 103 mengatakan bahwa ” Aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian”. Adapun masing-masing tingkatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a Pengetahuan knowledge Pengetahuan adalah aspek yang paling besar dalam taksonomi Bloom, seseorang dituntut untuk mengenali dan mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah-istilah, dan lain sebagainya dan harus mengerti atau dapat menggunakannya. b Pemahaman comprehention Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek dan materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebainya terhadap objek yang dipelajari. c Penerapan application Penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari dari situasi atau kondisi riil sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d Analisis analysis Analis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja misalnya dapat menggambarkan membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. e Sintesis synthesis Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. f Penilaian evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria- kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan tes atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dengan tingkatan tersebut di atas. Tingkatan pemahaman menurut Suhaenah Suparno 2000: 6 merupakan ”kemampuan untuk menangkap arti dari apa yang tersaji”. Dengan demikian, seorang siswa dalam ranah kognitifnya dikatakan tingkat pemahamannya baik apabila siswa dapat menangkap arti dari materi yang telah ia terima. 3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkatan Pemahaman Siswa Ada banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa untuk mencapai pembelajaran yang optimal. Pembelajaran siswa dikatakan optimal jika mereka mengalami pembelajaran yang bermakna, yang disertai dengan pencapaian tingkatan pemahaman yang lebih tinggi dari tingkatan pemahaman sebelumnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkatan pemahaman siswa menurut Wahyudi 2002: 389-390 adalah sebagai berikut : a Faktor pertama adalah tingkat usia siswa tingkat sekolah :SD, SLTP atau SMU. b Faktor kedua adalah pendekatan yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar KBM. c Faktor ketiga adalah motivasi siswa. Dengan demikian pencapaian tingkatan pemahaman pada siswa tergantung pada diri siswa sendiri serta pada guru selaku sarana atau fasilitas bagi siswa dalam mempelajari konsep suatu materi. ”Semakin baik atau tinggi tingkat usia siswa atau tingkat sekolah, motivasi siswa, dan pendekatan yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar maka semakin tinggi pula tingkatan pemahaman siswa terhadap suatu materi dan sebaliknya” Wahyudi, 2002: 390 b. Pemahaman Hak Asasi Manusia Pemahaman tentang konsep hak asasi manusia sangat diperlukan bagi masyarakat untuk mewujudkan kehidupan bermasyarakat yang salung menghormati dan menghargai haekat dan martabat kemanusiaan. Bentuk konkrit yang diharapkan adalah kemampuan seseorang menghormati hukum yang berlaku, menghormati hak orang lain, menyadari hak dan kewajibannya sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab, serta mampu menyelesaikan berbagai permasalahan hidup secara kekeluargaan ataupun melalui jalur hukum. Kemampuan ini akan mengkondisikan seseorang menjadi manusia yang disiplin, mematuhi aturan yang berlaku, yang selalu berusaha menghindari konflik horisontal maupun vertikal, serta menolak perilaku premanisme dan anarkhi dalam penyelesaian berbagai masalah. Pemahaman tentang hak asasi manusia dalam negara hukum di Indonesia menurut Alik Ibe 2009 dalam www.alikibe.blogspot.com didasarkan pada: 1. Hak asasi manusia dipahami dalam terminologi hubungan atau relationship. Hak harus dilihat dalam hubungannya dengan masyarakat secara keseluruhan, dan pada saat yang sama masyarakat atau suatu komunitas berhubungan dengan hak-hak seorang individu. 2. Dalam pengembangan hak asasi manusia, berarti menerima adanya kewajiban atau tanggungjawab manusia. Hak asasi manusia tidak dapat dibicarakan tanpa adanya implikasi langsung dari kewajiban masyarakat untuk menghormati hak asasi manusia. 3. Hak asasi manusia harus dipahami sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Pemahaman ini menunjukkan bahwa pada akhirnya hanya ada satu hak, yaitu hak untuk menjadi manusia. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman hak asasi manusia adalah kemampuan individu sebagai subyek hukum maupun sebagai warga negara dalam memahami, mensikapi dan menerapkan konsep hak asasi manusia yang dipahami sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan yaitu hak untuk menjadi manusia. c. Materi Hak Asasi Manusia Dalam Pendidikan Kewarganegaraan Upaya perlindungan dan pengakuan hak asasi manusia dalam suatu negara dapat terwujud apabila setiap warga negara memilki kesadaran akan hak asasi manusia yang terwujud dalam perilaku untuk menghargai harkat dan martabat manusia setiap individu. Salah satu alat untuk mencapai tujuan tersebut adalah melalui pendidikan. Pendidikan menjadi sarana dalam memberikan pengetahuan serta pemahaman hak asasi manusia sehingga diharapkan dengan adanya pengetahuan dan pemahaman tersebut dapat menumbuhkan kesadaran akan arti penting hak asasi manusia. Adapun cara yang dilakukan yaitu dengan memasukkan materi hak asasi manusia dalam kurikulum pendidikan. Pendidikan Kewarganegaraan menjadi salah satu mata pelajaran yang mencantumkan materi hak asasi manusia yang dapat dilihat dengan jelas dari ruang lingkup yang telah dipaparkan sebelumnya. Dengan dicantumkannya hak asasi manusia sebagai salah satu ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, maka menyebarluaskan informasi serta wawasan mengenai hak asasi manusia pada generasi muda menjadi salah satu tanggungjawab Pendidikan Kewarganegaraan. Berikut ini disampaikan rincian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar materi hak asasi manusia yang ada pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan masing-masing kelas untuk SD, SMP dan SMA sebagai berikut: Tabel 1: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Hak Asasi Manusia untuk Sekolah Dasar kelas 1 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 3. Menerapkan hak 3.1 Menjelaskan hak anak untuk bermain, belajar anak di rumah dan di sekolah dengan gembira dan didengar pendapatnya 3.2 Melaksanakan hak anak di rumah dan di sekolah 4. Menerapkan kewajiban anak di rumah dan di sekolah 4.1 Mengikuti tata tertib di rumah dan di sekolah 4.2 Melaksanakan aturan yang berlaku di masyarakat Tabel 2: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Hak Asasi Manusia untuk Sekolah Menengah Pertama Kelas VII Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 3. Menampilkan sikap positif terhadap perlindungan dan penegakan Hak Asasi Manusia HAM 4. Menampilkan perilaku kemerdekaan mengemukakan pendapat 3.1 Menguraikan hakikat, hukum dan kelembagaan HAM 3.2 Mendeskripsikan kasus pelanggaran dan upaya penegakan HAM 3.3 Menghargai upaya perlindungan HAM 3.4 Menghargai upaya penegakan HAM 4.1 Menjelaskan hakikat kemerdekaan mengemukakan pendapat 4.2 Menguraikan pentingnya kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggungjawab 4.3 Mengaktualisasikan kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggungjawab Tabel 3: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Hak Asasi Manusia untuk Sekolah Menengah Atas Kelas X Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 3. Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan, dan perlindungan Hak Asasi Manusia. 3.1Menganalisis upaya pemajuan, penghormatan dan penegakan HAM 3.2 Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan, dan perlindungan Hak Asasi Manusia di Indonesia. 3.3 Mendeskripsikan instrumen hukum dan peradilan internasional HAM Dalam penelitian ini standar kompetensi yang akan dicapai kelas VII semester 2 adalah kemampuan menampilkan sikap positif terhadap perlindungan dan penegakan Hak Asasi Manusia HAM yang meliputi pengetahuan, keterampilan, serta sikap tentang cakupan materi yang berkenaan dengan konsep- konsep yang terdapat dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas VII semester 2. Alasan peneliti memilih materi tersebut, karena dalam materi tersebut cakupan konsep hak asasi manusia lebih luas dibandingkan dengan materi pada standar kompetensi menampilkan perilaku kemerdekaan mengemukakan pendapat. Selain itu materi pada standar kompetensi menampilkan perilaku kemerdekaan mengemukakan pendapat, cenderung mengarah pada perwujudan perilaku demokratis. d. Definisi Konseptual Pemahaman Hak Asasi Manusia Berdasarkan berbagai pendapat tentang pemahaman hak asasi manusia di atas, maka dapat dirumuskan pemahaman hak asasi manusia adalah kemampuan individu sebagai subyek hukum maupun sebagai warganegara dalam memahami, mensikapi dan menerapkan konsep hak asasi manusia yang dipahami sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan yaitu hak untuk menjadi 26 manusia. Pemahaman hak asasi manusia secara konseptual diartikan sebagai kemampuan individu dalam menangkap materi hak asasi manusia. Pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, hak asasi manusia dijabarkan dalam Standar Kompetensi yaitu “Menampilkan sikap positif terhadap perlindungan dan penegakan Hak Asasi Manusia HAM”. e. Definisi Operasional Pemahaman Hak Asasi Manusia Definisi operasional dari pemahaman hak asasi manusia merupakan kompetensi dasar dari penjabaran standar kompetensi. Adapun kompetensi dasar yang dimaksud adalah kompetensi dasar yang masuk dalam tingkatan pemahaman dari ranah kognitif yaitu sebagai berikut: 1. Menguraikan hakikat , hukum dan kelembagaan hak asasi manusia 2. Mendeskripsikan kasus pelanggaran dan upaya penegakan hak asasi manusia 3. Tinjauan Tentang Kesadaran Hak Asasi Manusia a. Pengertian Kesadaran Kesadaran manusia sangat tinggi dalam mewujudkan kehiduupan ini. Menurut A.W. Widjaja 1997: 14 kesadaran adalah “Sikap atau perilaku mengetahui atau mengerti taat dan patuh pada peraturan dan ketentuan perundangan yang ada”. Sedangkan kesadaran menurut Poerwadarminto 1997: 731 mengemukakan kesadaran adalah “keadaan insaf, yakin, merasa, tahu dan mengerti”. Selanjutnya Gerungan 1998: 21 mengemukakan bahwa,”kesadaran adalah suatu aktivitas jiwa dalam hubungannya dengan lingkungan yang menyadari adanya benda-benda di sekitar kita”. Berdasarkan pengertian kesadaran menurut pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kesadaran adalah keadaan insaf sesseorang berdasarkan sikap tahu, mengerti, merasa dan ingat. b. Jenis kesadaran manusia Kesadaran manusia menurut A.W.Widjaja 1997: 14-15 terdiri dari : 1 Kesadaran statis Kesadaran yang sesuai dengan peraturan perundangan berupa ketentuan- ketentuan dalam masyarakat. 2 Kesadaran dinamis Kesadaran dinamis menitikberatkan pada kesadaran yang timbul dalam diri manusia, yang timbul dari kesadaran moral, keinsyafan dari dalam diri sendiri yang merupakan sikap batin yang tumbuh dari rasa tanggungjawab. Kesadaran yang dituntut adalah kesadaran dinamis. Kesadaran ini, manusia dan masyarakat mempunyai keinginan yang kuat untuk meningkatkan dan mengembangkan lebih lanjut. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran, menurut Bimo Walgito 1997: 46 bahwa,”kesadaran dapat dipengaruhi dua faktor yaitu : 1 faktor endogen atau faktor dari dalam, 2 faktor eksogen atau faktor dari luar”. Adapun yang dimaksud faktor dari dalam di sini adalah faktor yang datang dari dirinya sendiri, faktor ini bersifat selektif, daya seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh yang datang dari luar. Kemudian yang di maksud faktor luar adalah faktor-faktor yang terdapat di luar diri sendiri, faktor ini berupa lingkungan atau kelompok masyarakat dimana mereka hidup. c. Kesadaran Akan Hak Asasi Manusia Sebelum berbicara lebih jauh mengenai kesadaran akan hak asasi manusia hendaknya kita harus mengetahui terminologi dari kesadaran hukum. Hal ini dikarenakan kesadaran akan hak asasi manusia yang dimiliki seseorang menunjukkan bahwa orang tersebut memiliki kesadaran hukum. Dikatakan demikian, karena pengakuan terhadap hak asasi manusia merupakan salah satu substansi yang diatur dan dijamin oleh hukum. Soerjono Soekanto 1982: 152 berpendapat, “Kesadaran hukum sebenarnya merupakan kesadaran atau nilai-nilai yang terdapat didalam diri manusia tentang hukum yang ada atau tentang hukum yang diharapkan ada.” Sedangkan OK Chairuddin 1991 : 106 menyatakan, “Kesadaran hukum itu adalah tidak lain daripada suatu kesadaran dalam kehidupan manusia untuk selalu taat dan patuh terhadap hukum”. Ini berarti, kesadaran hukum juga dapat diartikan sebagai perasaan sadar dari seorang manusia akan seperangkat aturan yang memberikan perlindungan terhadap dirinya. Perasaan sadar ini berupa perasaan akan kebutuhan dan pemahaman terhadap hukum sehingga mempengaruhi seseorang kaitannya dengan ketaatan atas peraturan hukum. Dengan demikian, kaitannya dengan kesadaran akan hak asasi manusia dapat dianalogkan bahwa kesadaran akan hak asasi manusia merupakan perasaan sadar dari seseorang terhadap kebutuhan dan pemahaman hak asasi manusia sehingga mempengaruhi seeorang kaitannya dengan ketaatan atas peraturan hukum mengenai hak asasi manusia. d. Penyebab Rendahnya Kesadaran Akan Hak Asasi Manusia Rendahnya kesadaran akan hak asasi manusia tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Jika kita mengkaji rendahnya kesadaran akan hak asasi manusia berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran hukum seseorang, menurut Soerjono Soekamto 1983: 98 mengatakan bahwa rendahnya kesadaran hukum disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut : 1 Taraf sinkronisasi yang rendah dari peraturan perundang-undangan. 2 Mentalitas yang kurang baik dari penegak hukum oleh karena sikap tindaknya yang: a Impuls b Emosional c Didasarkan pada: 1 Kekayaan material 2 Kekuasaan 3 Kedudukan 4 Ketenaran 3 Fasilitas pendukung proses hukum yang relatif tidak memadai. 4 Pemberian contoh yang kurang baik dalam sebagai penataan dari golongan panutan 5 Membudayanya “ Shame culture” dan bukan “ Gult culture” 6 Kecenderungan untuk senantiasa melaksanakan “beleid”. 7 Lebih mementingkan kelaziman daripada kebenaran. Berdasarkan faktor-faktor penyebab rendahnya kesadaran hukum di atas, maka pada dasarnya setiap warga masyarakat senantiasa mempunyai taraf kesadaran hukum yang berbeda-beda yaitu kesadaran hukum yang tinggi dan kesadaran hukum yang rendah. Hal tersebut dipengaruhi oleh seberapa besar pengetahuan yang dimiliki seseorang terhadap arti penting hukum itu sendiri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian rendahnya kesadaran seseorang terhadap hukum yang mengatur mengenai hak asasi manusia adalah suatu penilaian yang tidak tahu atau paham, tidak mengerti akan sistem hukum, adanya perilaku menyimpang dari hukum, kepatuhan hukum yang rendah yang hanya mengetahui hukum tetapi berperilaku tidak sesuai dengan hukum sehingga cenderung pada tindakan pelanggaran hukum. e. Peningkatan Kesadaran Akan Hak Asasi Manusia Peningkatan kesadaran akan hak asasi manusia berhubungan dengan tinggi rendahnya kesadaran seseorang terhadap aturan hukum yang mengatur tentang hak asasi manusia. Sedangkan untuk meningkatkan kesadaran hukum seseorang diperlukan adanya peningkatan dalam pemahaman dan pengetahuan. Adapun, peningkatan kesadaran hukum dan penyuluhannya hukum yang teratur dengan dasar rencana yang mantap. ”Tujuan utama dari penyuluhan hukum adalah agar para warga masyarakat memahami hukum-hukum sesuai yang sedang dihadapinya pada suatu saat. Penyuluhan hukum dapat berisi hak-hak dan kewajiban-kewajiban di bidang-bidang tertentu serta manfaatnya apabila hukum tersebut ditaati”. Soerjono Soekanto, 1983: 127 Tujuan dari penerangan dan penyuluhan hukum tidak hanya sekedar agar setiap warga masyarakat mengetahui adanya suatu hukum yang berlaku secara sah, tetapi juga agar setiap warga masyarakat mempunyai kesadaran hukum yang tinggi, sehingga dapat melaksanakan kaedah-kaedah hukum yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, kaitannya dengan kesadaran akan hak asasi manusia dapat disimpulkan bahwa kesadaran akan hak asasi manusia merupakan perasaan sadar dari seseorang terhadap kebutuhan dan pemahaman hak asasi manusia sehingga mempengaruhi seseorang kaitannya dengan ketaatan atas peraturan hukum mengenai hak asasi manusia. Artinya, ketaatan seseorang terhadap peraturan hukum mengenai hak asasi manusia berkaitan serta dengan seberapa besar kesadaran seseorang itu terhadap kebutuhan dan pemahaman yang dimilikinya tentang konsep hak asasi manusia. Terlepas dari hal tersebut di atas, maka seharusnya manusia dan masyarakat mengetahui dengan baik dab benar apa saja yang menjadi hak-hak asasi dan kewajiban-kewajiban asasinya. A.W Widjaja 1985: 32 memberikan contoh mengenai kaitan antara kewajiban-kewajiban asasi dengan hak-hak asasi misalnya antara lain adalah sebagai berikut: 1 Bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran maka setiap warga negara mempunyai kewajiban belajar. 2 Bahwa setiap warga negara berhakmemiliki kebebasan dan setiap warga negara berkewajiban mengeluarkan suara dengan dilandasi rasa tanggungjawab. 3 Bahwa setiap warga negara berhak untuk merasa aman dan setiap warga negara berkewajiban menjaga keamanan. 4 Dan lain-lain. f. Definisi Kesadaran Konseptual akan Hak Asasi Manusia Kesadaran akan hak asasi manusia adalah keadaan sadar atau perasaan seseorang akan hak-hak asasi dan kewajiban-kewajiban asasi yang dimilikinya sebagai kodrat dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang wajib untuk dilindungi dan dihargai oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan dan perlindungan harkat dan martabat manusia. g. Definisi Operasional Kesadaran akan Hak Asasi Manusia 1. Kemampuan memiliki kepekaan terhadap hak-hak asasinya 2. Kesanggupan menghargai dan menghormati hak sesama manusia 3. Dorongan untuk berpartisipasi dalam perlindungan, penegakan dan pemajuan hak asasi manusia 4. Kemampuan bersikap dan berpikir positif terhadap upaya perlindungan dan penegakan hak asasi manusia 4. Tinjauan Pendidikan Kewarganegaraan kaitannya dengan Hak Asasi Manusia Pendidikan adalah salah satu alat untuk membangun bangsa Indonesia melalui generasi mudanya. Karena pendidikan memberikan arti penting dalam masa perkembangan generasi muda, khususnya dalam perkembangan sikap dan perilaku guna memberikan arah dan penentuan pandangan hidupnya. Pendidikan memiliki hakikat mengajarkan manusia untuk menjunjung etika, moral, akhlak, budi pekerti serta perilaku manusia yang dapat menciptakan suatu kehidupan yang baik. Pendidikan juga merupakan salah satu alat dalam pembinaan kesadaran hak asasi manusia baik di sekolah, keluarga, maupun masyarakat. Salah satu mata pelajaran yang berperan dalam upaya pembinaan kesadaran hak asasi manusia adalah Pendidikan Kewarganegaraan. Pemahaman tentang konsep hak asasi manusia dalam Pendidikan Kewarganegaraan sangat diperlukan untuk membangun pengetahuan seseorang terhadap arti penting hak asasi manusia. Menurut Nils Rosemann 2006: 73 mengatakan bahwa,” Education was designed in order to make those educated able to act in accordance with their knowledge either to restrain from violations or to claim human right for their protection”. Pendidikan dirancang untuk membuat orang-orang berpendidikan dan mampu bertindak sesuai dengan pengetahuan mereka baik untuk menahan dari pelanggaran atau untuk mengklaim hak-hak manusia untuk perlindungan mereka. Jika seseorang menyadari hak-hak yang dimilikinya maka ia akan dapat berjuang untuk hidup mereka sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Anja Minhr 2006: 86 yang menyatakan bahwa,” If people are unaware of their own and other s human right they will be unable to claim these right or to fight for them”. Artinya bahwa jika seseorang tidak menyadari dirinya sendiri dan hak asasi manusia orang lain, maka mereka tidak akan dapat berjuang untuk diri mereka sendiri. Berdasarkan pendapat diatas, maka jelas bahwa pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan masyarakat yang sadar akan arti penting hak asasi manusia. Dalam hal ini pendidikan yang dimaksud adalah Pendidikan Kewarganegaraan. Untuk mengetahui kaitan antara Pendidikan Keawrganegaraan dengan hak asasi manusia maka perlu diketahui terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut: a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan kewarganegaraan didalam suatu konsep pendidikan sangatlah perlu diberikan kepada seorang siswa yang menempuh suatu jenjang pendidikan baik itu SD, SMP maupun di SMA serta perguruan tinggi karena pendidikan kewarganegaraan memiliki peranan yang penting dalam pembentukan moral dan budi pekerti serta kesadaran untuk melaksanakan hak dan kewajiban seseorang dalam kehidupan bernegara. Dari pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan yang dimaksudkan agar warga negara memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan perilaku berdasarkan Pancasila dengan kesadaran untuk melaksanakan hak dan kewajibannya. b. Ruang Lingkup Isi Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai salah satu disiplin ilmu tentunya mempunyai ruang lingkup kajian. Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, menyatakan bahwa ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek Persatuan dan kesatuan bangsa, norma hukum dan peraturan, HAM, kebutuhan warga negara, konstitusi negara, kekuasaan dan politik, pancasila dan globalisasi sebagai berikut: a Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. b Norma, Hukum dan Peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata terrtib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan- peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistem hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional. c. Hak Asasi Manusia, meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM. d. Kebutuhan warga negara, meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga negara. e. Konstitusi negara, meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi. f. Kekuasaan dan politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyrakat demokrasi. g Pancasila, meliputi: Kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, Proses perumusan pancasila senagai dasar negara, Pengamalan pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka. h. Globalisasi, meliputi: Globalisasi dilingkungannya, Politik luar negeri, Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan Menguasai globalisasi. Pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan di setiap jenjang pendidikan formal mulai dari SD hingga perguruan tinggi. Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai beberapa aspek yang menjadi ruang lingkupnya. Aspek-aspek dalam Pendidikan Kewarganegaraan terssebut kemudian dijabarkan ke dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Yang menjadi ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi persatuan dan kesatuan bangsa, norma hukum dan peraturan, HAM, kebutuhan warga negara, konstitusi negara, kekuasaan dan politik, pancasila dan globalisasi. c. Ranah Pembelajaran Dalam Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran di sekolah mempunyai tujuan dan fungsi , visi dan misi, serta ruang lingkup. Sesuai dengan rumusan tentang tujuan fungsi, visi misi, dan ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan sebagai suatu mata pelajaran yang wajib diberikan dalam setiap jalur pendidikan, maka aspek-aspek kompetensi yang hendak dikembangkan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan setidaknya menyangkut tentang pengetahuan, keterampilan dan sikap atau watak. Menurut Branson dalam Dasim Budimansyah dan Karim Suryadi 2008: 55-61 ”Berdasarkan kompetensi yang perlu dikembangkan, terdapat tiga komponen utama yang perlu dipelajari dalam PKn yaitu Pengetahuan Kewarganegaraan civics knowledge, Kecakapan Kewarganegaraan civics dispotition, Watak Kewarganegaraan civics skill”. Adapun penjelasan dari aspek atau domain dalam Pendidikan Kewarganegaraan adalah sebagai berikut: 1 Civic Knowledge Dasim Budimansyah dan Karim Suryadi 2008: 55 mengatakan ”Civic Knowledge pengetahuan kewarganegaran berkaitan dengan kandungan atau apa yang seharusnya diketahui oleh warga negara”. Pendapat lain dikemukakan oleh Sri Wahyuni dan Syaifullah 2008:78 yang mengatakan bahwa,”Pengetahuan kewarganegaraan berkenaan dengan substansi atau informasi yang harus diketahui oleh warga negara, seperti pengetahuan tentang system politik, pemerintahan, konstitusi, undang-undang, hak dan kewajiban sebagai warga negara, dan sebagainya”. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan kewaraganegaraan Civic Knowledge berkaitan dengan pengetahuan yang harus dikuasai warga negara seperti pengetahuan tentang system politik, pemerintahan, konstitusi, undang-undang, hak dan kewajiban sebagai warga negara, dan sebagainya. Artinya, pemahaman hak asasi manusia masuk dalam aspek atau domain dari civic knowledge yaitu pengetahuan yang harus dikuasai seseorang mengenai hak asasi manusia. Jika dikaitkan dengan Taksonomi Bloom, pemahaman yang merupakan tingkatan kedua dari ranah kognitif menunjukkan kemampuan untuk menangkap makna dari apa yang ia pelajari, sehingga hal tersebut menunjukkan penguasaan dari pengetahuan yang diperoleh siswa. Dengan demikian pemahaman hak asasi manusia dalam taksonomi Bloom masuk dalam ranah kognitif sedangkan dalam aspek atau domain Pendidikan Kewarganegaraan masuk dalam civic knowledge. 2 Civic Skill Menurut Dasim Budimansyah dan Karim Suryadi 2008: 58 ”Civic dispotition kecakapan kewarganegaraan mencakup kecakapan intelektual atau kecakapan berpartisipasi”. Pendapat lain diungkapkan pleh Sri Wahyuni dan Syaifullah 2008: 78 ” keterampilan kewarganegaraan berkaitan dengan kemampuan atau kecakapan intelektual, sosial, dan psikomotorik”. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecakapan-kecakapan intelektual penting untuk terbentuknya warga negara yang berperpengetahuan, efektif, dan bertanggung jawab. 3 Civics dispotition Dasim Budimansyah dan Karim Suryadi 2008: 61 mengatakan ”Civic dispotition watak kewarganegaraan mengisyaratkan pada karakter publik maupun privat yang penting bagi pemeliharaan dan pengembangan demokrasi konstitusional”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Civic dispotiton merupakan karakter atau watak pribadi seseorang untuk bertanggung jawab secara moral, disiplin diri dan dapat menghargai harkat dan martabat manusia dari setiap individu. Hal tersebut sejalan dengan ranah afektif dalam Taksonomi Bloom yang berkenaan dengan perasaan seseorang terhadap suatu hal. Perasaan seseorang terhadap suatu hal mencerminkan karakter atau watak seseorang sehingga dalam hal ini kesadaraan akan hak asasi manusia masuk dalam ranah afektif dalam Taksonomi Bloom sedangkan dalam aspek atau domain pendidikan Kewarganegaraan masuk dalam civic dispotition. 5. Hubungan Antara Pemahaman Hak Asasi Manusia dan Kesadaran akan Hak Asasi Manusia Pendidikan merupakan proses pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas manusia. Hal ini mengandung pengertian bahwa arti dan peranan pendidikan baik di dalam maupun di luar sekolah sama pentingnya, sebab kedua sistem pendidikan tersebut merupakan komponen yang menentukan dalam keseluruhan proses pendidikan manusia dan masyarakat pada umumnya. Kegiatan pendidikan ini dianggap sebagai salah satu cara yang paling efektif untuk mendidik generasi muda menjadi manusia seutuhnya yakni manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani, berilmu, cakap, kreatif, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta menjadi warga yang demokratis dan bertanggung jawab sehingga mampu menghadapi segala tantangan yang ada. Dalam pelaksanaannya, tak jarang pendidikan mengalami hambatan yang mengakibatkan gagalnya output pendidikan. Hal tersebut terlihat dari berbagai perilaku negatif peserta didik seperti tawuran antar pelajar, budaya senioritas dan junioritas yang berlebihan, intimidasi terhadap teman sebaya dan lain sebagainya. Tindakan-tindakan yang mereka lakukan merupakan salah satu bentuk pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Pendidikan Kewarganegaraan dengan ruang lingkupnya yaitu hak aassi manusia dalam pembelajarannya memberikan pemahaman bagi siswa terkait dengan hak asasi manusia. Pemahaman hak asasi manusia adalah kemampuan untuk menangkap arti dari konsep hak asasi manusia yang dipahami sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan yaitu hak untuk menjadi manusia. Adapun konsep hak asasi manusia yang dimaksudkan disini adalah materi-materi hak asasi manusia yang secara sengaja dimasukkan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam pendidikan kewarganegaraan. Dengan adanya pendidikan di sekolah khususnya Pendidikan Kewarganegaraan dengan materi pokok hak asasi manusia, siswa akan mempunyai pemahaman hak asasi manusia. Pemahaman merupakan salah satu tingkatan dari tujuan kognitif yang berupa kemampuan memahami atau mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajarinya. “Pemahaman juga memiliki arti yang sangat mendasar yang meletakkan bagian-bagian belajar pada porsinya, tanpa pemahaman maka keterampilan, pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna” Nurul Aini, 2008: 23. Artinya, pemahaman yang dimiliki seseorang akan mendorong kebermaknaan sikap seseorang terhadap suatu hal. Menurut konsep Driyarkara dalam Zaim Elmubarok 2009: 13 “perlunya keseimbangan antara dimensi kognitif dan afektif dalam proses pendidikan”. Artinya untuk membentuk manusia seutuhnya tidak cukup hanya dengan mengembangkan kecerdasan berpikir atau IQ anak melalui dengan segudang ilmu pengetahuan, melainkan juga harus dibarengi dengan pengembangan perilaku dan sikap. Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwasanya pemahaman hak asasi manusia yang dikaji secara kognitif juga menyangkut sikap seseorang dalam hal ini bahwa pemahaman mendorong kebermaknaan sikap seseorang yang terwujud dalam bentuk kesadaran akan hak asasi manusia yaitu sikap untuk menghargai harkat dan martabat manusia setiap individu. Dengan demikian, semakin peserta didik memiliki pemahaman khususnya pemahaman tentang hak asasi manusia maka semakin tinggi tingkat kesadaran akan hak asasi manusia siswa. 6. Teori Behavioristik menurut Gage Berliner Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Oleh karena itu, antara perilaku dengan hasil belajar siswa sangat berkaitan erat, dimana hasil belajar yang diperoleh siswa memiliki peran dalam pembentukan perilakunya. Slavin 2000 mengemukakan bahwa ”belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon” http:id.wikipedia.com . Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Dengan demikian menurut teori ini, seseorang yang telah diberikan stimulus berupa materi hak asasi manusia akan menghasilkan suatu input berupa pengetahuan serta pemahaman siswa terkait dengan materi hak asasi manusia yang kemudian akan ditanggapi atau direspon oleh pebelajar atau siswa melalui perubahan perilaku yang mengarah pada tujuan pembelajaran hak asasi manusia berupa kesadaran akan hak asasi manusia sebagai outputnya 7. Hasil Penelitian Yang Relevan 1. Ernawati Agustiya. 2006. Hubungan Antara Sikap Persatuan dan Kesatuan Masyarakat dengan Kesadaran Bergotong royong dalam Pembangunan Desa di Desa Kingkang Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten. Dari hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa adanya korelasi Sikap Persatuan dan Kesatuan Masyarakat dengan Kesadaran Bergotong royong dimana diperoleh hasil sebesar 0,4969. Hasil korelasi tersebut lebih besar dari nilai kritisnya yaitu sebesar 0,180. Hal ini menunjukkan hubungan antara sikap persatuan dan kesatuan masyarakat dengan kesadaran bergotong royong tersebut signifikan. 2. Nurul Aini. 2008. Hubungan Antara Pemahaman Pendidikan Kewarganegaraan Dengan Kesadaran Akan Hak dan Kewajiban Sebagai Warga Negara Indonesia pada Siswa Kelas XI SMK Batik Surakarta. Dari hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa adanya korelasi antara pemahaman pendidikan kewarganegaraan dengan kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia dimana diperoleh hasil sebesar 0,382. Hasil korelasi tersebut lebih besar dari nilai kritisnya yaitu sebesar 0,241. Hal ini menunjukkan hubungan antara pemahaman pendidikan kewarganegaraan dengan kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara tersebut signifikan.

B. Kerangka Berfikir