4.3 EFEKTIFITAS DESIKAN PADA PROSES DEHIDRASI BIJI KAKAO
PADA MALAM HARI
Proses absorpsi merupakan peristiwa penyerapan uap dari udara akibat perbedaan tekanan uapnya. Absorben seperti garam hidrat memiliki tekanan
parsial uap air yang lebih rendah dari udara lingkungan dan menyebabkan uap air berpindah dari udara ke absorben. Peristiwa perubahan kimia ini berlangsung
secara simultan dengan pelepasan panas reaksi absorben pada kondisi isotermal hingga mencapai kondisi keseimbangan. Untuk lebih jelasnya, data hasil
pengeringan biji kakao disajikan dalam bentuk tabel agar lebih mudah dalam membandingkannya.
Tabel 4.1. Data Hasil Pengeringan Biji Kakao
Parameter Pengeringan Energi
Surya + Absorben 1:1
Pengeringan Energi Surya + Absorben
1:2 Pengeringan Energi
Surya + Absorben 1:3
25 – 26 November 2015
27 – 28 November 2015
17 – 18 Desember 2015
Berat sampel awal, gr 1000
1000 1000
Berat sampel akhir, gr 447
434 348
Kadar air akhir, 5,17
5,07 4,63
Berat air yang diuapkan, gr 1. siklus energi surya hari-1
341 307
324 2. siklus desikan malam-1
192 224
241 3. siklus energi surya hari-2
18 35
21 Waktu pengeringan, jam
25,5 25
26,8 Berat awal desikan, gr
1000 2000
3000 Pertambahan berat desikan, gr
205 231
267 Bedasarkan gambar 4.2 a dapat dilihat bagaimana proses absorpsi berlangsung
pada awal proses yakni RH 46,5 pada pukul 17:15 dan meningkat cukup signifikan 60 menit kemudian menjadi RH 61.0 dan seterusnya cenderung datar
pada RH 78.5 hingga pukul 08:05 keesokan pagi. Bedasarkan gambar 4.2 b dapat dilihat pada awal proses yakni RH 45,5 pada pukul 17:50 dan meningkat
cukup signifikan 30 menit kemudian menjadi RH 60 dan seterusnya cenderung datar pada RH 77.5 hingga pukul 08:05 keesokan pagi. Berdasarkan gambar 4.2
c dapat dilihat pada awal proses yakni RH 55,5 pada pukul 17:10 dan meningkat cukup signifikan 30 menit kemudian menjadi RH 60 dan seterusnya
Universitas Sumatera Utara
100 90
80 70
60 50
40 30
20
N ilai
R H
18:00 11252015
20:00 22:00
00:00 11262015
02:00 04:00
06:00
Waktu
40 35
30 25
20
T emper
atur
RH LiCl 1 kg RH LiCl 2 kg
RH LiCl 3 kg RH Ling 1
RH Ling 2 RH Ling 3
cenderung datar pada RH 79 hingga pukul 08:05 keesokan pagi. Dari hasil perhitungan stoikiometri dan neraca massa terhadap desikan, maka didapat bahwa
garam hidrat yang terbentuk pada akhir proses absorpsi adalah LiCl.H
2
O. Adapun pengaruh massa absorben LiCl terhadap RH minimum yang dicapai,
dapat dilihat dari grafik berikut.
Berdasarkan gambar 4.4 dapat dilihat bahwa semakin bertambahnya massa absroben LiCl maka Ratio Humidity RH yang diperoleh akan semakin rendah.
Pada proses pengeringan surya + absorben dengan perbandingan 1:1 diperoleh RH minimum 47 dengan temperatur 34
o
C, pada proses pengeringan surya + absorben dengan perbandingan 1:2 diperoleh RH minimum 45 dengan
temperatur 29
o
C, dan pada proses pengeringan surya + absorben dengan perbandingan 1:3 diperoleh RH minimum 43 dengan temperatur 26
o
C. Pada suhu 20
o
C LiCl dapat menurunkan RH sampai 11 . Namun hal tersebut dapat tercapai jika kondisi ruang terisolasi secara sempurna, misalnya didalam sebuah
jar stoples yang di tutup rapat [9]. Pada penelitian ini tidak diperoleh RH dan Temperatur seperti teori diatas dikarenakan adanya ketidakrapatan penutup box
pengering dengan badan box pengering yang menyebabkan sistem dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
Gambar 4.4 Pengaruh Massa Absorben LiCl terhadap Ratio Humidity RH dan
Temperatur Minimum yang Dicapai
Universitas Sumatera Utara
Uap air dari kakao
Uap air terakumulasi di box pengering
kakao
Berdasarkan gambar 4.5, dapat dilihat bahwa selama proses pengeringan malam hari menggunakan absorben tetap terjadi pengurangan berat walaupun nilainya
tidak sebesar pengeringan pada siang hari. Hal tersebut menandakan bahwa absorben yang digunakan memberikan kinerja sesuai dengan yang diharapkan
yaitu menjaga humiditas relatif didalam box pengering agar tidak jenuh sehingga tetap terjadi difusi. Mekanisme penyerapan uap air oleh absorben dapat
diperkirakan seperti gambar berikut :
a b
Berdasarkan gambar 4.2 a, b, dan c dapat dilihat pada malam hari humiditas relatif pada box pengering cenderung semakin bertambah pada waktu yang
berbeda-beda pada batas maksimal 70 – 79 , namun pada kenyataannya perpindahan massa tetap terjadi pada malam hari. Oleh sebab itu muncullah
dugaan bahwa mekanisme penyerapan seperti gambar 4.6 a lah yang terjadi pada
0,000 0,001
0,002 0,003
0,004 0,005
0,006
17:1018:1019:1120:1121:1222:1223:13 0:13 1:14 2:14 3:14 4:15 5:15 6:16 7:16
k g
H 2
O y
a n
g d
iu a
p k
a n
Waktu jamn
Perbandingan 1:1 Perbandingan 1:2
Perbandingan 1:3
Gambar 4.5 Pengurangan Massa Kakao pada Malam Hari
Absorben Absorben
Uap air langsung diserap oleh absorben
kakao
Gambar 4.6 Perkiraan Mekanisme Penyerapan Uap Air Oleh Absorben
Universitas Sumatera Utara
pengeringan kakao tersebut. Untuk perbandingan 1:1 absorben berhasil menyerap 34,8 dari total air yang diuapkan, perbandingan 1:2 menyerap 39,6 dari total
air yang diuapkan, dan perbandingan 1:2 menyerap 41,1 dari total air yang diuapkan.
4.4 NILAI DIFFUSIVITAS EFEKTIF D