`b - ` =
cd λ
- b 2.24
Kemiringan kurva saturasi adiabatik adalah ab λ. Garis-garis ini menunjukkan
hubungan antara suhu dan kelembaban udara yang melewati pengering terus menerus beroperasi adiabatik. Suhu bola basah didirikan oleh keseimbangan dinamis antara
panas dan perpindahan massa ketika cairan menguap dari massa yang kecil, seperti bola basah termometer, menjadi massa yang sangat besar seperti gas sehingga
mengalami terakhir tidak ada suhu atau kelembaban perubahan , dan dinyatakan oleh hubungan:
ℎf - g = hi λ `g - ` 2.25
Sebuah kelembaban grafik yang diberikan tepat hanya pada tekanan yang dievaluasi dan sebagian grafik udara-air-uap didasarkan pada tekanan 1 atm.
Kelembaban dibaca dari grafik ini untuk diberikan nilai basah-bola dan suhu kering- bola hanya berlaku pada tekanan atmosfer dari 760 mmHg. Jika tekanan total
berbeda, kelembaban pada diberikan basah-bola dan suhu kering-bola harus dikoreksi sesuai dengan hubungan berikut [24]:
2.26
2.8 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Laju Pengeringan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengeringan, yakni suhu, kecepatan aliran udara, kelembaban udara, kadar air awal, tekanan parsial didalam bahan, dan
ukuran bahan. Kelembaban udara berpengaruh terhadap proses pemindahan uap air, semakin tinggi kelembaban udara maka perbedaan tekanan uap air di dalam dan luar
bahan menjadi kecil sehingga pemindahan uap air dari dalam ke luar bahan menjadi terhambat. Suhu pengeringan akan mempengaruhi kelembababn udara didaam alat
pengeringan dan laju pengeringan bahan tersebut. Pada kelembaban udara yang tinggi, laju penguapan air pada bahan akan lebih lambat dibandingkan dengan
pengeringan pada kelembaban yang rendah. Makin tinggi suhu udara pengering makin besar energy panas yang dibawa udara sehingga makin banyak jumlah massa
cairan yang diuapkan dari permukaan bahan yang dikeringkan dan makin cepat laju pengeringannya. Laju pengeringan akan menurun seiring dengan penurunan kadar air
selama pengeringan. Jumlah air terikat makin lama semakin berkurang [25].
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia ditandai sebagai negara agraris dengan 41 juta petani yang rumah tangganya bergantung pada hasil pertanian untuk hidup mereka. Peran pertanian
terhadap perekonomian Indonesia sangat penting, tidak hanya sebagai sumber penghasilan keluarga tetapi juga karena secara historis pertanian telah dianggap
sebagai cara hidup sebagian besar masyarakat Indonesia [1].
Indonesia terletak di daerah khatulistiwa yaitu
pada 6
o
LU –11
o
LS dan 95
o
BT – 141
o
BT sehingga memiliki sumber energi matahari yang cukup besar. Potensi energi surya rata-rata nasional
adalah 16 MJhari. Meskipun energi surya dipandang sebagai energi yang ramah lingkungan namun secara alamiah sifatnya adalah intermittent tidak kontinu dan
temperatur maksimum yang dapat dicapai adalah 35 °
C. Oleh karena itu, kelayakan energi surya ini dapat ditambah dengan memanfaatkan teknologi energi surya buatan
solar dryer dengan sistem kolektor plat datar untuk dapat menaikkan temperatur udara pemanas higga mencapai 45 – 60
° C pada siang hari sunshine dan dilanjutkan
dengan menyimpan sebagian energi surya ini pada bahan-bahan penyimpan panas phase change material’s = PCM’s untuk melanjutkan proses pengeringan pada saat
malam hari atau yang disebut sebagai sistem contiuous. Desikan termasuk jenis PCM’s yang mempunyai afinitas tinggi terhadap uap air. Secara khas kandungan air