16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Energi BaruTerbarukan Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan yang terletak di Jalan Sisingamangaraja, Medan selama
2 bulan.
3.2 Bahan dan Peralatan yang Digunakan 3.2.1 Bahan yang Digunakan
Buah kakao dikumpulkan dari Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara Indonesia. Sebelum pengeringan, biji kakao segar yang difermentasi menggunakan
kotak yang terbuat dari styrofoam. Biji kakao untuk satu batch pengeringan adalah 1 kg dengan isi lembab awal bervariasi dari 59 sampai 65 . Ini adalah konten lembab
awal khas untuk biji kakao fermentasi di Indonesia dan LiCl sebagai absorben.
3.2.2 Peralatan yang Digunakan
Alat pengering surya telah dibuat dan digunakan dalam percobaan. Pengering surya ini terdiri dari tiga komponen utama: pengeringan ruang; kolektor surya; dan
penyimpanan energi panas. Pengeringan ruang adalah ruang dengan dimensi 50 cm × 50 cm × 50 cm. Biji kakao kering yang tersebar di nampan pengeringan yang terbuat dari
aluminium sheet berlubang dengan luas 49 cm × 49 cm. Penyimpanan panas ditempatkan di dalam wadah terbuka terbuat dari baja dengan dimensi 30 cm x 30 cm x
5 cm. Kolektor surya adalah jenis plat datar dengan dimensi 2 m × 0,5 m × 0,1 m. Absorber yang dicat hitam terbuat dari 1 mm lembaran baja galvanis. Dua jendela
dipisahkan oleh celah udara 2 cm digunakan sebagai transparan penutup untuk mencegah hilangnya panas dari atas. Kolektor surya berorientasi ke utara dengan sudut
kemiringan 60 °C.
Universitas Sumatera Utara
17
3.2.3 Peralatan Pengukuran
Efektivitas pengering kakao diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan data-data yang diperoleh dari alat pengujian dan alat ukur seperti alat ukur intensitas
radiasi matahari, alat ukur temperatur dan yang lainnya. 1.
Laptop Digunakan untuk menyimpan dan mengolah data yang telah didapatkan dari Hobo
Microstation data logger dan Agilient 34972 A.
Gambar 3.1 Laptop
2. RH dan T Data Logger
Alat ini dimasukkan ke dalam ruang yang akan diukur temperaturnya. Pencatatan data pengukuran disimpan secara otomatis pada rentang waktu 10 menit.
Gambar 3.2 RH dan T data logger
Universitas Sumatera Utara
18
3. Hobo Microstation Data Logger
Alat ini di hubungkan ke data logger untuk kemudian dihubungkan ke komputer untuk diolah datanya.
Terdapat beberapa alat ukur pada Hobo Micro station data logger yaitu :
Gambar 3.3 Hobo Microstation data logger
Keterangan : a.
Pyranometer, adalah alat untuk mengukur radiasi matahari pada suatu lokasi. Satuan alat ukur ini adalah Wm
2
. b.
Wind Velocity Sensor, adalah alat untuk mengukur kecepatan angin. Satuan alat ukur ini adalah ms.
c. Ambient Measurement Apparatus, adalah alat untuk mengukur temperatur lingkungan
sekitar. Satuan alat ukur ini adalah °C. d.
T and RH Smart Sensor, adalah alat untuk mengukur kelembaban udara. Besarnya nilai yang diukur oleh alat ini dalam persen .
4. Load cell
Load Cell akan mengukur massa bahan secara kontinu namun tidak tercatat secara otomatis. Data yang diberikan oleh load cell akan dicatat pada rentang waktu 10 menit.
Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa besar pengurangan berat produk setelah mengalami proses pengeringan dengan alat pengering.
a c
b
d
Universitas Sumatera Utara
19
Gambar 3.4 Load Cell
5. Thermolaser
Thermolaser akan mengukur temperatur suatu bahan dimana kita mengarahkan alat tersebut. Data temperature diambil per 10 menit sekali.
Gambar 3.5 Thermolaser 3.3 Diagram Kerja
Gambar 3.6 Diagram Kerja Pengeringan Kakao Energi Surya
Menggunakan Absorben LiCl Biji Kakao
Fermentasi Alat
Pengering Ukur suhu, massa,
dan kelembaban Ukur massa dan
kelembaban awal
Desikan absorben LiCl
Malam hari
Universitas Sumatera Utara
20
3.4 Prosedur Kerja 3.4.1 Efektivitas Pengeringan Siang Hari
Efektivitas pengeringan siang hari merupakan perbandingan kondisi sistem di dalam box pengering dengan kondisi cuaca lingkungan setempat terhadap pengurangan
massa kakao. Untuk mengetahui efektivitas pengeringan pada siang hari yang telah dilakukan maka pertama sekali perlu mengetahui berapa intensitas radiasi matahari yang
diperoleh pada saat penelitian sedang berlangsung. Alat yang digunakan untuk memperoleh data tersebut adalah HOBO data logger yang akan secara otomatis
mencatat besar intensitas radiasi matahari dan temperatur lingkungan setiap 1 menit sekali. Selain itu, perlu mengetahui kenaikan temperatur di dalam box pengering selama
pengeringan berlangsung untuk kemudian dibandingkan dengan besarnya intensitas radiasi matahari yang diterima. Untuk memperoleh data tersebut, digunakan RH dan T
data logger dengan mensetting alat terlebih dahulu sesuai dengan keperluan yang kita inginkan dengan menggunakan software EasyLog USB. RH dan T data logger akan
merekam data setiap 10 menit sekali. Alat diletakkan di dalam box pengering selama proses pengeringan berlangsung dan apabila pengeringan telah selesai alat kembali di set
off dan data yang diperoleh akan disimpan di laptop. Sedangkan pengurangan massa kakao diukur setiap 10 menit sekali menggunakan load cell yang dimasukkan kedalam
box pengering.
3.4.2 Efektivitas Pengeringan Malam Hari
Efektivitas pengeringan malam hari merupakan perbandingan kinerja absorben dengan massa yang berbeda dilihat dari Temperatur dan RH minimum di box pengering,
kadar air akhir, pengurangan massa kakao pada malam hari, dan waktu pengeringan. Untuk mengetahui hal tersebut maka perlu diketahui bagaimana kondisi temperatur dan
ratio humidifitas di dalam box pengering. Dimana digunakan alat RH dan T data logger dengan mensetting alat terlebih dahulu sesuai dengan keperluan yang kita inginkan. Alat
akan merekam data setiap 10 menit sekali secara otomatis. Selain itu perlu diketahui bagaimana pengurangan massa kakao pada proses pengeringan. Pengurangan massa
kakao pada malam hari ditentukan dari perubahan ratio humidifitas di box pengering. Kemudian kakao yang sudah merupakan hasil pengeringan diuji kadar air akhirnya ke
Universitas Sumatera Utara
21 Balai Riset dan Standardisasi untuk memperoleh hasil yang lebih akurat. Waktu
pengeringan dapat diperoleh dari menjumlah seluruh waktu yang digunakan selama pengeringan.
3.4.3 Difusivitas Efektif
Untuk memperoleh difusivitas efektif maka perlu menghitung molaritas relatif dari perubahan massa kakao yang ditimbang setiap 10 menit sekali kemudian mem-plot data
Ln MR dan t detik. Slope dari grafik tersebut akan dimasukkan ke Persamaan
2 eff
2
r .
.D π
- =
Slope
Nilai jari-jari kakao diperoleh dengan mengukur panjang, lebar dan tebal dari masing – masing tiap run sepuluh sampel acak kakao hasil pengeringan dengan
menggunakan penggaris kemudian dirata-ratakan. Setelah itu dicari volume kakao dengan rumus :
Vol kakao = × ×
× ×
Setelah diperoleh volume kakao, jari – jari kakao dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :
Vol kakao = = × ×
3.4.4 Model Kinetika Pengeringan yang Sesuai
Untuk memperoleh model kinetika yang sesuai diperlukan data moisture ratio dan model kinetika yang ingin diuji kesesuaiannya. Dalam penelitian ini digunakan empat
persamaan model kinetika untuk dibandingkan yaitu Newton, Exponensial, Page, dan Logarithmic. Setelah diperoleh nilai MR exp dari Persamaan
k k
k i
M M
- M
M Mk
- M
= MR
, maka dihitung MR pred dengan menggunakan persamaan model kinetika Newton,
Eksponensial, Page, dan Logarithmic berdasarkan Tabel 2.1. Untuk menentukan yang paling sesuai, dilihat dari nilai R
2
, RMSE, x
2
yang dihitung dengan persamaan 2.7 s.d 2.9 dimana dipilih model kinetika dengan nilai R
2
terbesar dan nilai RMSE ,x
2
terkecil. [2]
[2]
Universitas Sumatera Utara
22
3.4.5 Konsumsi Energi Spesifik
Untuk menghitung konsumsi energi spesifik diperlukan data temperatur absorber yang terdiri dari plat, kayu, dan acrylic yang diambil dengan thermolaser di titik yang sudah
ditentukan setiap 10 menit sekali, selain itu data temperatur lingkungan sekitar dan intensitas radiasi matahari yang direkam dengan alat HOBO data logger per menitnya.
Kemudian untuk malam harinya, energi termokimia absorben diperoleh dengan menghitung panas reaksi LiCl.H
2
O terlebih dahulu, kemudian diselesaikan dengan persamaan 2.20 Data yang dipakai dalam perhitungan merupakan data rata – rata. Data
diselesaikan dengan persamaan 2.11 s.d 2.19. Kemudian jumlah energy dalam MJ yang diperoleh nantinya ditotalkan dan dibagikan dengan total air yang diuapkan sesuai
dengan definisi konsumsi energi spesifik yaitu MJair yang diuapkan.
3.4.6 Hubungan Laju Pengeringan dengan Waktu dan Kadar Air
Untuk menghitung laju pengeringan, maka perlu diketahui perubahan massa kakao pada waktu tertentu. Massa kakao ditimbang setiap 10 menit sekali dengan menggunakan
load cell. Kemudian data diselesaikan dengan menggunakan persamaan =
Setelah diperoleh data laju pengeringan, dibuat grafik laju pengeringan vs waktu dan laju pengeringan vs kadar air dan dilihat bagaimana hubungannya.
Untuk lebih jelasnya disajikan set up penelitian dalam rupa gambar dibawah ini :
Universitas Sumatera Utara
23
Thermolaser pada acrylic absorber
Thermolaser pada plat absorber
HOBO data logger
Universitas Sumatera Utara
24
Gambar 3.6 Prosedur Pengukuran
Load cell RH dan T data logger
Load cell display
Thermolaser pada kayu absorber
Universitas Sumatera Utara
25 Adapun dari gambar diatas, dapat diberikan table informasi pengukuran yang dilakukan
sebagai berikut:
Tabel 3.5 Tabel Pengukuran yang Dilakukan dalam Penelitian
Yang akan diukur Satuan
pengukuran Alat yang digunakan
Posisi
Massa Kakao gr
Load cell Rak sampel
Massa Desikan gr
Load cell Rak desikan
Temperatur
o
C Thermolaser
Plat kaca, kayu, baja, desika, kakao, box pengering
Humidifitas Relatif
T, RH Lingkungan sekitar, box
pengering Kecepatan angin
ms Wind
Velocity Sensor
Lingkungan sekitar
Radiasi Matahari Wm
2
Pyranometer Lingkungan sekitar
Universitas Sumatera Utara
26
3.5 Flowchart Penelitian
Untuk lebih jelasnya prosedur penelitian disajikan dalam bentuk flowchart sebagai berikut :
Mulai
Load cell dimasukkan ke dalam ruang pengering tepat dibawah nampan pengering Alat pengering disiapkan
Biji kakao hasil fermentasi ditebarkan di dalam nampan sebanyak 1 kg
Pengukuran suhu, kelembaban relatif, radiasi matahari, akan dilakukan setiap 10 menit dengan data logging dengan menekan tombol start
Pengukuran massa kakao, suhu plat, kayu dan acrylic dicatat setiap 10 menit secara manual dengan menggunakan thermolaser
Pengeringan dengan energi surya dilakukan
Absorben LiCl dimasukkan sebanyak 1 kg ke ruang pengering pada nampan absorben
Proses pengeringan dengan absorben dibiarkan terjadi selama 16 jam sambil menimbang massa kakao per 10 menit
Pengeringan dengan absorben selesai Pengeringan dengan energi surya selesai
A B
C
Universitas Sumatera Utara
27
Gambar 3.7 Flowchart Penelitian Optimasi Penggunaan Absorben Pada Pengering
Sistem Integrasi Energi Surya dan Desikan Diukur pertambahan massa absorben LiCl
RH dan T data logger serta HOBO data logger di stop dan data yang terekam di masukkan ke laptop
Diperoleh data
Selesai A
Diukur pengurangan massa kakao
Dilakukan perhitungan dengan Microsoft Excel
Dilakukan pengeringan dengan energi surya kembali untuk mendapatkan massa konstan
Apakah massa kakao sudah
konstan?
Apakah ada variasi massa
absorben? B
Ya Tidak
C
Ya
Tidak
Universitas Sumatera Utara
28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 EFEKTIVITAS PENGERINGAN PADA SIANG HARI PERTAMA UNTUK KETIGA SAMPEL
Efektivitas pengeringan pada siang hari pertama dapat dilihat dari besarnya intensitas radiasi matahari yang diukur setiap menitnya. Proses pengeringan pada
siang hari dipengaruhi oleh nilai intensitas radiasi yang diterima oleh kolektor surya sehingga menentukan kenaikan temperatur media pengering udara yang
memasuki ruang pengering. Makin tinggi intensitas radiasi, temperatur udara pengering yang memasuki kotak pengering akan makin tinggi [26].
Selama proses pengeringan kakao dengan perbandingan massa bahan dan absorben 1:1 berlangsung, diperoleh data temperatur udara lingkungan berkisar
dari 27
o
C - 36
o
C, kelembaban relatif RH berkisar dari 59 - 86 , dan intensitas radiasi matahari berkisar dari 41 Wattm
2
- 871 Wattm
2
. Pada proses pengeringan kakao dengan perbandingan massa bahan dan absorben 1:2,
diperoleh data temperatur udara lingkungan berkisar dari 23
o
C - 35
o
C, kelembaban relatif RH berkisar dari 60 - 100 , dan intensitas radiasi
matahari berkisar dari 4 Wattm
2
– 913 Wattm
2
. Pada pengeringan kakao dengan perbandingan massa bahan dan absorben 1:3, diperoleh data temperatur udara
lingkungan berkisar dari 28
o
C - 34
o
C, kelembaban relatif RH berkisar dari 62 - 86 , dan intensitas radiasi matahari berkisar dari 66 Wattm
2
– 841 Wattm
2
. Berikut adalah data intensitas radiasi matahari, temperatur lingkungan dan
kelembaban udara RH sekitar pada saat melakukan proses pengeringan hari pertama yaitu pada 25 November 2015, 27 November 2015, dan 17 Desember
2015 yang disajikan dalam bentuk grafik yang diukur menggunakan alat HOBO.
` a
b
1000 900
800 700
600 500
400 300
200 100
In te
n s
it a
s R
a d
ia s
i M
a ta
h a
ri
08:00 11252015
09:00 10:00
11:00 12:00
13:00 14:00
15:00 16:00
17:00
Waktu
100 90
80 70
60 50
40 30
20 10
R H
d a
n T
Intensitas Radiasi Matahari, Wattm2 RH,
Temperatur, C 1000
900 800
700 600
500 400
300 200
100
In te
n s
it a
s R
a d
ia s
i M
a ta
h a
ri
08:00 11272015
09:00 10:00
11:00 12:00
13:00 14:00
15:00 16:00
17:00
Waktu
100 90
80 70
60 50
40 30
20 10
R H
d a
n T
Intensitas Radiasi Matahari, Wattm2 RH,
Temperatur, C
Universitas Sumatera Utara