40
koefisien -1,737 dengan nilai sig 0,016 alpha 0,05 dan arah koefisien negatif tidak sesuai dengan hipotesis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
H
3b
ditolak, hal ini menunjukkan bahwa level of indebtedness tidak berpengaruh positif terhadap keputusan revaluasi aset tetap di Singapura.
Artinya, semakin tinggi rasio utang perusahaan maka semakin rendah kemungkinan perusahaan merevaluasi aset tetapnya.
4. Hasil Pengujian Hipotesis Empat
H
4a
: Liquidity berpengaruh negatif terhadap keputusan revaluasi aset tetap di Indonesia.
H
4b
: Liquidity berpengaruh negatif terhadap keputusan revaluasi aset tetap di Singapura.
Berdasarkan tabel 4.10 variabel liquidity yang diukur dengan acid test ratio memiliki nilai koefisien -1,044 dengan nilai sig 0,023 alpha
0,05 dan arah koefisien negatif sesuai dengan hipotesis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H
4a
diterima, hal ini menunjukkan bahwa liquidity berpengaruh negatif terhadap keputusan revaluasi aset tetap di Indonesia.
Artinya, semakin rendah likuiditas perusahaan maka semakin tinggi kemungkinan perusahaan merevaluasi aset tetapnya.
Sedangkan, berdasarkan tabel 4.11 variabel liquidity yang diukur dengan acid test ratio memiliki nilai koefisien -0,016 dengan nilai sig
0,242 alpha 0,05 dan arah koefisien negatif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H
4b
ditolak, hal ini menunjukkan bahwa liquidity tidak berpengaruh negatif terhadap keputusan revaluasi aset tetap di Singapura. Artinya,
41
semakin rendah likuiditas perusahaan maka semakin rendah kemungkinan perusahaan merevaluasi aset tetapnya.
5. Pengujian Hipotesis Lima
H
5a
: Declining Cash Flow From Operation berpengaruh positif terhadap
keputusan revaluasi aset tetap di Indonesia.
H
5b
: Declining Cash Flow From Operation berpengaruh positif terhadap keputusan revaluasi aset tetap di Singapura.
Berdasarkan tabel 4.10 variabel declining cash flow from operation yang diukur dengan perubahaan arus kas operasi selama 2 tahun dibagi
total aset tetap memiliki nilai koefisien -0,276 dengan nilai sig 0,443 alpha 0,05 dan arah koefisien negatif tidak sesuai dengan hipotesis.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa H
5a
ditolak, hal ini menunjukkan bahwa declining cash flow from operation tidak berpengaruh positif
terhadap keputusan revaluasi aset tetap di Indonesia. Artinya, semakin tinggi penurunan arus kas operasi perusahaan maka semakin rendah
kemungkinan perusahaan merevaluasi aset tetapnya. Berdasarkan tabel 4.11 variabel declining cash flow from operation
yang diukur dengan perubahaan arus kas operasi selama 2 tahun dibagi total aset tetap memiliki nilai koefisien -0,001 dengan nilai sig 0,834
alpha 0,05 dan arah koefisien negatif tidak sesuai dengan hipotesis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H
5b
ditolak, hal ini menunjukkan bahwa declining cash flow from operation tidak berpengaruh positif
terhadap keputusan revaluasi aset tetap di Singapura. Artinya, semakin