26
BAB II TINJAUAN UMUM PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA
A. Landasan Hukum Pelayanan Publik Di Indonesia
Pelayanan Publik terdiri dari 2 dua suku kata yaitu pelayanan dan publik. Kata pelayanan berasal dari kata dasar “layani” yang berarti menolong,
menyediakan segala apa yang diperlukan oleh orang lain untuk perbuatan melayani. Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan bahkan secara
ekstern dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Sementara itu, istilah publik berasal dari Bahasa Inggris
“public” yang berarti umum, masyarakat, negara. Hakikat pelayanan publik adalah memberikan pelayanan yang efektif dan
efisien serta semaksimal mungkin kepada masyarakat sebagai implementasi kewajiaban pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik. Membangun
kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik yang dilakukan penyelenggara pelayanan publik merupakan kegiatan yang harus dilakukan seiring dengan
harapan dan tuntutan seluruh warga negara dan penduduk tentang peningkatan pelayanan publik. Sebagai upaya untuk mempertegas hak dan kewajiban setiap
warga negara dan penduduk serta terwujudnya tanggung jawab negara dan korporasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik, diperlukan norma hukum
yang memberi pengaturan secara jelas. Untuk meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik sesuai dengan asas-asas umum
pemerintahan dan korporasi yang baik serta untuk memberi perlindungan bagi setiap warga negara dan penduduk dari penyalahgunaan wewenang di dalam
Universitas Sumatera Utara
27
penyelenggaran pelayanan publik, perlu dibentuk peraturan tentang pelayanan publik.
Pelayanan publik di Indonesia dan seluruh daerah provinsi serta kabupatenkota telah memperoleh landasan konstitusional, yaitu diatur dalam
pasal 18A Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
10
Menurut Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik Sudrajat perubahan pasal 18 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan
hasil perubahan amandemen kedua yang disahkan pada tanggal 18 Agustus tahun 2000 dimaksudkan untuk memperjelas pembagian daerah NKRI yang
meliputi daerah provinsi, dan dalam daerah provinsi terdapat daerah kabupaten dan kota. Selanjutnya makna substansial dari perubahan ketentuan pasal tersebut
juga dimaksudkan agar terciptanya kepastian hukum dalam penyelenggaraan pelayanan publik, baik dari pemerintah selaku penyelenggara maupun terhadap
masyarakat sebagai steak holder pelayanan publik.
11
Bahwa rumusan ketentuan pasal 18A, khususnya pada ayat 2 menunjukkan bahwa secara konstitusional pelayanan umum merupakan hak setiap
orang sebagai anggota masyarakat, dan karenanya pengaturannya di dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 maka hak tersebut
merupakan hak yang dapat digolongkan kedalam jenis hak asasi. Dalam hubungannya dengan pelayanan publik, sebagai realisasi keinginan ketentuan
10
Pasal 18A UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 : 1 Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota atau antara provinsi
dan kabupaten dan kota, diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah. 2 Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfatan sumber daya
alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.
11
Juniarso Ridwan Achmad Sodik Sudrajat, Hukum Administrasi Negara Dan Kebijakan Pelayanan Publik, Bandung : Nuansa, 2009, Hlm. 113.
Universitas Sumatera Utara
28
pasal 18A ayat 2 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tersebut, maka pada tahun 2009 telah dibentuk Undang-undang Nomor 25 Tahun
2009 tentang Pelayanan Publik yang telah ditulis dalam lembaran negara republik Indonesia nomor 112 tahun 2009. Pemerintah menetapkan Undang-undang
pelayanan publik tersebut untuk memberikan kepastian hukum dalam hubungan antara masyarakat dan penyelenggara pelayanan publik serta mempertegas
pemenuhan pelayanan publik bgi warga negara. Pengaturan pelayanan publik yang diselenggarakan berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik, secara normatif didasarkan pada amanat dan sekaligus merealisasikan jiwa pasal 18A Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Adanya pengaturan hukum pelayanan publik menghendaki bahwa apapun peraturan yang berkenaan dengan pelayanan publik seharusnya bertujuan
untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat sebagai subjek penerima layanan. Selanjutnya apabila aturan-aturan tersebut benar-benar diaplikasikan secara baik
dan benar diyakini akan menjadikan suatu penyelenggaraan pemerintahan daerah otonomi lebih efisien dan efektif dalam memberikan pelayanan kepada publik,
meskipun pada saat yang sama harus didukung oleh kemampuan pemerintah daerah.
Dalam penjelasan umum Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik disebutkan bahwa :
Kondisi dan perubahan cepat yang diikuti pergeseran nilai tersebut perlu disikapi secara bijak melalui langkah kegiatan yang terus-menerus dan
berkesinambungan dalam berbagai aspek pembangunan untuk membangun kepercayaan masyarakat guna mewujudkan tujuan pembangunan nasional.
Untuk itu diperlukan konsepsi sistem pelayanan publik yang berisi nilai,
Universitas Sumatera Utara
29 persepsi, dan acuan perilaku yang mampu mewujudkan hak asasi manusia
sebagaimana diamanatkan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dapat diterapkan sehingga masyarakat
memperoleh pelayanan sesuai dengan harapan dan cita-cita tujuan nasional.
12
Pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintahan atau koporasi yang efektif dapat memperkuat demokrasi dan hak asasi manusia, mempromosikan
kemakmuran ekonomi, kohesi sosial, mengurangi kemiskinan, meningkatkan perlindungan lingkungan, bijak dalam pemanfaatan sumber daya alam,
memperdalam kepercayaan pada pemerintahan dan administrasi publik. Sebelum dibentuknya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik, sebenarnya telah dikeluarkan peraturan mengenai pelayanan publik yaitu melalui Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Lahirnya Keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik ini dilatarbelakangi oleh Ketetapan
MPR-RI Nomor XIMPR1998 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme KKN yang mengamanatkan agar
aparatur negara mampu menjalankan tugas dan fungsinya secara professional, produktif, transparan, dan bebas dari KKN. Keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik menjadi acuan bagi penyelenggara
pelayanan publik dalam pengaturan dan pelaksanaan kegiatan pelayanan publik
12
Ibid, hlm. 285-286.
Universitas Sumatera Utara
30
untuk mendorong terwujudnya penyelenggara pelayanan publik yang prima dalam arti memenuhi harapan dan kebutuhan baik bagi pemberi layanan maupun
penerima layanan. Dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pelayanan Publik tersebut dinyatakan bahwa hakikat pelayanan adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan
perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia Nomor 63 Tahun
2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik juga turut mengatur tentang asas-asas pelayanan publik, kelompok pelayanan publik, prinsip
pelayanan publik, standar pelayanan publik, dan pola penyelenggaraan pelayanan publik.
B. Asas dan Tujuan Pelayanan Publik Di Indonesia