Prosedur Pelayanan Publik Pada Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai (PD. Angkutan Kota Binjai) Ditinjau dari Hukum Administrasi Negara

(1)

88 DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Atmosudirdjo, Prajudi, 1983, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Haryatmoko, 2011, Etika Publik, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Istianto, Bambang, 2011, Manajemen Pemerintahan Dalam Perspektif Pelayanan Publik, Mitra Wacana Media, Jakarta.

JuniarsoRidwandanAchmadSodikSudrajat, 2009, Hukum Administrasi Negara Dan Kebijakan Pelayanan Publik, Nuansa, Bandung.

Lijan Poltak Sinambela, et.al., 2006, Reformasi Pelayanan Publik, Teori, Kebijakan, dan Implementasi, PT Bumi Aksara, Jakarta.

Philipus M. Hadjon, et.al., 2008, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia (Introduction To The Indonesian Administrative Law), Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Ridwan HR, 2008, Hukum Administrasi Negara, Rajawali Pers, Yogyakarta. Thamrin, Husni, 2013, Hukum Pelayanan Publik Di Indonesia, Aswaja Pressindo,

Yogyakarta.

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1962 Tentang Perusahaan Daerah. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.


(2)

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 35 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum

Peraturaturan Daerah Kota Binjai Nomor 10 Tahun 2007 Tentang Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai

C. INTERNET

https://id.m.wikipedia.org./wiki/Badan_usaha_milik_daerah, diakses pada tanggal 22 Februari 2016.

http://kbbi.co.id/arti-kata/prosedur, diakses pada tanggal 22 Februari 2016. http://kbbi.web.id/potensi, diakses pada tanggal 21 Maret 2016.


(3)

52

BAB III

PELAYANAN PUBLIK PADA PERUSAHAAN DAERAH ANGKUTAN KOTA BINJAI

A. Dasar Hukum Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai

Perusahaan Daerah adalah bentuk hukum Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Perusahaan Daerah adalah badan hukum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Peraturan Daerah.18 Berdasar pada penyataan tersebut maka

Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai merupakan bentuk hukum Badan Usaha Milik Daerah yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Peraturan Daerah Kota Binjai. Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai didirikan dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah secara nyata dan bertanggung jawab sebagaimana diamanahkan oleh Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan demi mendukung percepatan pembangunan Kota Binjai. Demi tercapainya percepatan pembangunan Kota Binjai dan penyelenggaraan kemanfaatan umum maka diperlukan pengelolaan dan pengawasan yang efektif dan efisien terhadap Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai.

Seyogianya setiap hal yang terjadi dan setiap perbuatan yang dilakukan oleh seseorang pasti memiliki dasar hukum yang diterapkan melalui berbagai bentuk dan jenis peraturan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Dasar hukum merupakan norma hukum atau ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan atau dasar bagi setiap penyelenggaraan atau tindakan hukum oleh subjek hukum baik orang perorangan maupun badan hukum. Selain

18 Peraturaturan Daerah Kota Binjai Nomor 10 Tahun 2007 tentang Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai, Pasal 3 ayat (1).


(4)

itu dasar hukum juga dapat berupa norma hukum atau ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan atau dasar bagi pembentukan peraturan perundang-undangan yang lebih baru dan/atau yang lebih rendah derajatnya dalam hirarki atau tata urutan peraturan perundang-undangan. Bentuk yang disebut terakhir ini juga biasanya disebut sebagai landasan yuridis yang biasanya tercantum dalam konsideran peraturan hukum atau surat keputusan yang diterbitkan oleh lembaga-lembaga tertentu. Perlunya dasar hukum tersebut dibuat adalah agar segala sesuatu yang dilakukan oleh orang perorangan maupun badan hukum berada dalam koridor yang semestinya dan tidak menimbulkan kekacauan dan kesenjangan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai merupakan perpanjangan tangan dari Pemerintah Kota Binjai yang menyelenggaraan atau melakukan suatu tindakan hukum dibidang pemberian pelayanan publik dalam kedudukannya sebagai badan hukum. Oleh karenanya perlu dibuat suatu peraturan yang menjadi dasar bagi Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai dalam melaksanakan usaha-usaha pelayanan publik di Kota Binjai.

Sebelum membahas mengenai dasar hukum yang menjadi landasan maupun acuan bagi Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai, terlebih dahulu kita harus mengetahui dasar hukum dari perusahaan daerah secara umum.

Perusahaan Daerah diatur berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah. Undang-undang ini terdiri dari 19 bab dengan 32 pasal. Di dalam Undang-undang tersebut diatur mengenai ketentuan umum, sifat, tujuan, lapangan usaha, modal, saham, penguasaan dan cara mengurus hingga pembubaran perusahaan daerah serta aturan peralihan dan ketentuan


(5)

54 penutup. Undang-undang ini ditetapkan dan diundangkan di Jakarta pada tanggal 14 Februari 1962 dan berlaku sejak hari diundangkan serta di tulis dalam lembaran negara republik Indonesia tahun 1962 nomor 10.

Pasal 4 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah dinyatakan bahwa perusahaan daerah didirikan dengan Peraturan Daerah atas kuasa undang-undang ini. Berdasarkan ketentuan pasal tersebut diatas, maka Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai didirikan dengan Peraturan Daerah Kota Binjai. Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai diatur dalam Peraturan Daerah Kota Binjai Nomor 10 Tahun 2007 tentang Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai yang kemudian ditulis dalam Lembaran Daerah Kota Binjai Tahun 2007 Nomor 10. Peraturan Daerah Kota Binjai Nomor 10 Tahun 2007 tentang Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai ditetapkan oleh Walikota Binjai di Binjai pada tanggal 18 September 2007 dan diundangkan pada tanggal 24 September 2007 di Kota Binjai. Peraturan Daerah Kota Binjai Nomor 10 Tahun 2007 tentang Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai terdiri dari 20 bab dengan 74 pasal. Secara umum Peraturan Daerah ini mengatur hal-hal seperti yang diatur dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah namun isi dari pasal-pasalnya khusus ditujukan untuk Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai, sementara di dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah mengatur hal-hal tersebut hanya secara umum saja. Di dalam Peraturan Daerah Kota Binjai Nomor 10 Tahun 2007 tentang Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai diatur mengenai ketentuan umum, nama dan kedudukan hukum, tempat dan kedudukan, usaha, tugas pokok dan fungsi, modal, pengelolaan, pengawasan, organisasi perusahaan daerah, keuangan, hingga


(6)

pembubaran Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai serta ketentuan penutup yang diatur dalam bab ke 20.

B. Struktur Organisasi Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai

Struktur Organisasi Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai berdasarkan Peraturan Daerah Kota Binjai Nomor 10 Tahun 2007 tentang Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai terdiri dari susunan sebagai berikut :

a. Badan Pengawas;

Pasal 1 angka 6 Peraturan Daerah Kota Binjai Nomor 10 Tahun 2007 tentang Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai menyatakan Badan Pengawas adalah Badan Pengawas Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai. Pada setiap Perusahaan daerah dibentuk Badan Pengawas yang bertanggung jawab kepada Walikota. Badan pengawas bertugas untuk melaksanakan pengawasan terhadap pengelolaan Perusahaan Daerah termasuk pelaksanaan rencana kerja dan anggaran perusahaan.19

b. Unsur Pimpinan : 1. Direktur;

Direktur Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai mempunyai tugas :

a) Memimpin pelaksanaan tugas Perusahaan Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(7)

56 b) Memimpin dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan/usaha

Perusahaan Daerah.

c) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan pengawasan intern. d) Mengelola urusan administrasi.

e) Menyusun rencana program kerja dan rencana anggaran setiap tahun.20

Direktur dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 2 (dua) orang kepala bagian yaitu Kepala Ketatausahaan dan Bagian Teknik/Operasi dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Badan Pengawas.

2. Bagian Ketata Usahaan;

Kepala Bagian Ketatausahaan dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Direktur Perusahaan. Bagian Ketatausahaan mempunyai tugas :

a) Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan keuangan dan akuntansi.

b) Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan yang menyangkut kepegawaian, surat menyurat, ketertiban, perlengakapan kantor, dan kerumahtanggan.21

Kepala Bagian Ketatausahaan mempunyai dalam melaksnakan tugas dibantu oleh 2 (dua) orang kepala seksi yakni Kepala Seksi Umum Kepegawaian dan Kepala Seksi Keuangan.

20Ibid, Pasal 44 ayat (1).


(8)

3. Bagian Teknik/Operasi.

Seperti halnya Kepala Bagian Ketatausahaan, Kepala Bagian Teknik/Operasi juga bertanggung jawab kepada Direktur Perusahaan dalam melaksanakan tugasnya. Kepala Bagian Teknik/Operasi dibantu oleh 2 (dua) orang kepala seksi yaitu Kepala Seksi Operasional Angkutan dan Kepala Seksi Perawatan/Perbengkelan. Kepala Bagian Teknik/Operasi bertugas untuk :

a) Mengkoordinasikan, mengendalikan dan mengembangkan kegiatan operasional Perusahaan Daerah.

b) Memasarkan usaha-usaha yang dikelola oleh Perusahaan Daerah.

c) Mengkoordinasikan kegiatan perencanaan jangka panjang, menengah, dan pendek serta program kerja Perusahaan Daerah.

d) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direktur Perusahaan.22

c. Unsur Staf :

1. Pengawas Intern;

Pengawas Intern mempunyai tugas :

a) Menyelenggarakan pengawasan dan pembinaan atas pelaksanaan manajemen perusahaan.


(9)

58 b) Menyelenggarakan pengawasan dan penilaian atas kegiatan

Perusahaan.

c) Menyelenggarakan pengawasan dan penilaian atas kegiatan bidang keuangan.

d) Menyelenggarakan pengawasan dan penilaian atas kegiatan bidang kepegawaian, material, dan operasional terutama menyangkut supir, kondektur, dan mandor angkutan.

e) Menyelenggarakan pengawasan umum lainnya.

f) Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada Direktur Perusahaan.23

2. Seksi Umum Kepegawaian;

Seksi Umum Kepegawaian dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Sub Seksi Umum dan Tata Usaha Perusahaan dan Sub Seksi Kepegawaian yang bertanggung jawab kepada Direktur melalui Kepala Bagian Ketatausahaan. Seksi Umum Kepegawaian mempunyai beberapa tugas, diantaranya:

a) Menyelenggarakan kegiatan administrasi umum. b) Menyelenggarakan rapat-rapat dan pertemuan.

c) Menyelenggarakan kegiatan yang menyangkut hubungan masyarakat dengan bidang hukum.

d) Menyelenggarakan kegiatan yang menyangkut kepegawaian.

23Ibid, Pasal 47.


(10)

e) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Direktur.24

3. Seksi Keuangan;

Seksi Keuangan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Sub Seksi Anggaran dan Sub Seksi Bendahara/Kas yang bertanggung jawab kepada Direktur Perusahaan melalui bagian Ketatausahaan. Seksi Keuangan mempunyai tugas :

a) Melaksanakan pengelolaan uang dan surat berharga.

b) Menyelenggarakan pengurusan, penyimpanan, dan pengamanan yang berhubungan dengan data keuangan Perusahaan Daerah.

c) Menyusun, melaksanakan dan mengurus masalah hutang-piutang, perpajakan, dan asuransi.

d) Menyiapkan laporan keuangan.

e) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

4. Seksi Operasional Angkutan;

Seksi Operasional Angkutan dipimpin oleh seorang kepala seksi dan dibantu oleh Sub Seksi Angkutan dan Sub Seksi Tata Usaha Kendaraan dan bertanggung jawab kepada Direktur melalui Kepala Bagian Tekni/Operasi. Seksi Operasional Angkutan bertugas :

a) Menyususn rencana kerja seksi.


(11)

60 b) Menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan dengan

kelancaran armada angkutan.

c) Menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan dengan operasional dan pemeliharaan barang-barang milik Perusahaan Daerah.

d) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Bagian Teknik/Operasi.

5. Seksi Perawatan/Perbengkelan.

Seksi Perawatan/Perbengkelan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dibantu oleh Sub Seksi Pengadaan dan Perawatan dan Sub Seksi Perbengkelan yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Direktur melalui Kepala Bagian Teknik/Operasi. Seksi Perawatan/Perbengkelan mempunyai tugas :

a) Menyusun Rencana Kerja.

b) Mempersiapkan jadwal perbaikan kendaraan oleh montir/pelaksana teknik.

c) Memeriksa dan merawat serta memperbaiki kendaraan-kendaraan dinas angkutan maupun armada kendaraan-kendaraan Perusahaan.

d) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bagian Teknik/Operasi.

d. Dibantu :


(12)

2. Sub Seksi Kepegawaian; 3. Sub Seksi Anggaran; 4. Sub Seksi Bendahara/Kas; 5. Sub Seksi Angkutan;

6. Sub Seksi Tata Usaha Kendaraan; 7. Sub Seksi Pengadaan dan Perawatan; 8. Sub Seksi Perbengkelan.

C. Prosedur Pelayanan Publik Pada Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai.

Perusahaan Daerah Angkuta Kota Binjai didirikan dengan maksud dan tujuan antara lain :

1. Mewujudkan dan meningkatkan penyelenggaraan kemanfaatan umum dalam memberikan pelayanan transportasi kepada masyarakat, pelajar, dan mahasiswa.

2. Memanfaatkan dan menggali segala potensi daerah serta mengelola secara proporsional sehingga diharapkan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai sarana pengembangan perekonomian guna percepatan pembangunan Kota Binjai.

3. Memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada masyarakat dengan memberdayakan Sumber Daya Manusia (SDM).25


(13)

62 Terdapat 2 (dua) usaha/kegiatan pokok yang dilaksanakan Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai sebagai bentuk penyelenggaraan pelayanan publik di Kota Binjai. 2 (dua) usaha/kegiatan pokok tersebut antara lain :

1. Menyelenggarakan pelayanan pengangkutan bagi masyarakat dalam trayek/line tertentu yang telah ditetapkan oleh pemerintah Kota Binjai. 2. Menyediakan pelayanan rental (penyewaan) bus bagi masyarakat ke

tujuan-tujuan tertentu.

1. Pemberian Pelayanan Angkutan Umum

Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai memberikan jasa/fasilitas angkutan umum bagi masyarakat Kota Binjai dan sekitarnya melalui Bus Perintis yang merupakan angkutan milik pemerintah Kota Binjai yang dihibahkan kepada Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai sejak tahun 2008 untuk dikelola demi kemanfaatan umum. Masyarakat Kota Binjai bisa menggunakan fasilitas tersebut untuk pergi ke tempat tertentu dalam trayek-trayek yang telah ditentukan. Adapun trayek-trayek tersebut ditentukan berdasarkan Surat Keputusan Walikota Binjai Nomor : 551.1-391/K/2005 tertanggal 17 Februari 2005 tentang Izin Trayek Bus Perintis Pemerintah Kota Binjai.

Berdasarkan Surat Keputusan tersebut ditetapkan 4 (empat) izin trayek mobil Bus Perintis Pemerintah Kota Binjai, yaitu :

a. Trayek I

Masuk  Terminal Ikan Paus (start) – Jalan Soekarno Hatta – Jalan Sutomo – Jalan Tuanku Imam Bonjol – Jalan Letjend Jamin Ginting – Jalan Pekan Baru (Sekolah MAN dan MTsN) –


(14)

Jalan Bandung – Jalan Padang Sidempuan (Sekolah PABA dan SMUN 3) – Jalan Jambi (SMUN 5) – Jalan Sibolga – Jalan Letjend Jamin Ginting – Jalan Padang (SMUN 2) – Jalan Pangeran Diponegoro – Jalan Ir. H. Juanda – Jalan Takraw – Jalan Bejomuna (SMPN 4 dan SMPN 12) – Jalan Olahraga – Jalan Soekarno Hatta (SMPN 3) – Terminal Ikan Paus.

Keluar  Terminal Ikan Paus (start) – Jalan Soekarno Hatta (SMPN 3) - Jalan Olahraga - Jalan Bejomuna (SMPN 4 dan SMPN 12) - Jalan Takraw - Jalan Ir. H. Juanda - Jalan Pangeran Diponegoro - Jalan Padang (SMUN 2) - Jalan Letjend Jamin Ginting - Jalan Sibolga - Jalan Jambi (SMUN 5) - Jalan Padang Sidempuan (Sekolah PABA dan SMUN 3) - Jalan Bandung – Jalan Sultan Hasanuddin (SMPN 1) – Jalan Jendral Ahmad Yani (Sekolah Alwasliyah dan Metodis) – Jalan Kapten Muslim – Jalan T. Imam Bonjol – Jalan Sutomo

– Jalan Soekarno Hatta – Terminal Ikan Paus.

b. Trayek II

Masuk  Terminal Pasar Tavip (start) – Jalan Manggis – Jalan Umar Baki – Jalan Ismail – Jalan Gatot Subroto – Jalan Sultan Hasanuddin – Jalan Samanhudi (SMKN dan SMP TPW dan Akper Sehat) – Jalan Gunung Sinabung – Jalan Gunung Sinabung I, II, dan III (Perumnas Marcapada) – Jalan


(15)

64 Samanhudi – Jalan S. Bangkatan – Jalan Letjend Jamin Ginting – Jalan Sibolga – Jalan Jambi (SMUN 5) – Jalan Padang Sidempuan (Sekolah PABA dan SMUN 3) – Jalan Bandung – Jalan Sultan Hasanuddin (SMPN 1, SMPN 2, dan SMPN 7) – Jalan Jendral Sudirman (Sekolah Taman Siswa dan Metodis) – Jalan Dr. Wahidin – Terminal Pasar Tavip. Keluar  Terminal Pasar Tavip (start) – Jalan Manggis – Jalan Umar

Baki – Jalan Ismail – Jalan Gatot Subroto –Jalan Sultan Hasanuddin (SMPN 1, SMPN 2, dan SMPN 7) – Jalan Bandung – Jalan Padang Sidempuan - Jalan Padang Sidempuan (Sekolah PABA dan SMUN 3) - Jalan Jambi (SMUN 5) - Jalan Sibolga - Jalan Letjend Jamin Ginting - Jalan S. Bangkatan - Jalan Samanhudi (SMKN dan SMP TPW dan Akper Sehat) - Jalan Gunung Sinabung – Jalan Gunung Sinabung I, II, dan III (Perumnas Marcapada) - Jalan Samanhudi - Jalan Jendral Sudirman (Sekolah Taman Siswa dan Metodis) – Jalan Dr. Wahidin – Terminal Pasar Tavip.

c. Trayek III

Masuk  Terminal Pasar Tavip (start) – Jalan Manggis – Jalan Umar Baki – Jalan Ismail – Jalan Gatot Subroto – Jalan Sultan Hasanuddin - Jalan Samanhudi (SMKN 1 dan SMP TPW) – Jalan Mesjid Baiturrahman – Jalan Jambore Raya (Perumnas Bumi Berngam Baru) – Jalan Gugus Depan – Jalan


(16)

Samanhudi – Jalan Gunung Sibayak – Jalan Gunung Kidul – Jalan Gunung Sinabung – Jalan Samanhudi (Akper Sehat) – Jalan Gunung Bendahara (Perumnas Jaya Manggala) – Jalan Sei Bahorok – Jalan Letjend Jamin Ginting – Jalan Sibolga – Jalan Bandung – Jalan Sultan Hasanuddin (SMPN 1) – Jalan Jendral Ahmad Yani – Jalan R.A Kartini (SMP Muhammadiyah) – Jalan Jendral Ahmad Yani - Jalan Jendral Sudirman (Sekolah Taman Siswa dan Metodis) – Jalan Dr. Wahidin – Terminal Pasar Tavip.

Keluar  Terminal Pasar Tavip (start) – Jalan Manggis – Jalan Umar Baki – Jalan Ismail – Jalan Gatot Subroto – Jalan Jenderal Sudirman – Jalan R.A Kartini (SMP Muhammadiyah) – Jalan Jendral Ahmad Yani – Jalan Sultan Hasanuddin (SMPN 1) – Jalan Bandung – Jalan Sibolga – Jalan Letjend Jamin Ginting

– Jalan Sei Bahorok – Jalan Gunung Bendahara (Perumnas Jaya Manggala) – Jalan Samanhudi (Akper Sehat) – Jalan Gunung Sinabung – Jalan Gunung Kidul – Jalan Gunung Sibayak – Jalan Samanhudi – Jalan Gugus Depan – Jalan Jambore Raya (Perumnas Bumi Berngam Baru) – Jalan Mesjid Baiturrahman – Jalan Samanhudi (SMKN 1 dan SMP TPW) – Jalan Jendral Sudirman (Sekolah Taman Siswa dan Metodis) – Jalan Dr. Wahidin – Terminal Pasar Tavip.


(17)

66 d. Trayek IV

Masuk  Terminal Pasar Tavip (start) – Jalan Manggis – Jalan Umar Baki – Jalan Durian (Perumnas Bandar Senembah) – Jalan Umar Baki - Jalan Ismail – Jalan Gatot Subroto – Jalan Jenderal Sudirman – Jalan R.A Kartini (SMP Muhammadiyah) – Jalan Sultan Hasanuddin (SMPN 2 dan SMPN 7) – Jalan Gatot Subroto – Jalan Ismail – Jalan Umar Baki – Jalan Apel – Jalan Suka Damai – Jalan Coklat – Jalan Mayjend Sutoyo.

Keluar  Terminal Pasar Tavip (start) – Jalan Manggis – Jalan Umar Baki – Jalan Durian (Perumnas Bandar Senembah) - Jalan Umar Baki – Jalan Apel – Jalan Suka Damai – Jalan Coklat – Jalan Mayjend Sutoyo - Jalan Coklat - Jalan Suka Damai - Jalan Apel - Jalan Umar Baki - Jalan Ismail - Jalan Gatot Subroto - Sultan Hasanuddin (SMPN 1, SMPN 2 dan SMPN 7) – Jalan Jendral Ahmad Yani – Jalan R.A Kartini (SMP Muhammadiyah) - Jalan Jendral Sudirman (Sekolah Taman Siswa dan Metodis) – Jalan Dr. Wahidin – Terminal Pasar Tavip.

Masyarakat dapat menikmati fasilitas angkutan umum Bus Perinits tersebut sejak pukul 06.00 WIB sampai dengan pukul 18.00 WIB setiap harinya. Masyarakat dapat naik dan turun di setiap lintasan trayek yang dilalui oleh Bus Perintis. Tarif yang diberlakukan oleh Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai


(18)

relatif murah karena bersifat sosial dan untuk pemanfaatan umum. Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai Nomor : 15/SK.DIR/XII/2008 tertanggal 31 Desember 2008 tentang Penetapan Tarif Pelajar/Mahasiswa Dan Penumpang Umum, Penyewaan/Rental Pada Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai, tarif untuk menggunakan jasa angkutan umum Bus Perintis Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai adalah Rp. 1.500.-/orang bagi pelajar/mahasiswa untuk jarak jauh-dekat dan per estafet/rit, dan untuk penumpang umum dikenakan tarif Rp. 2.000.-/orang untuk jarak jauh-dekat dan per estafet/rit.

2. Penyediaan Pelayanan Rental (penyewaan) Bus

Kegiatan/usaha kedua yang dilakukan Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai adalah menyediakan pelayanan rental (penyewaan) bus bagi masyarakat ke tujuan-tujuan tertentu. Masyarakat Kota Binjai yang berasal dari berbagai kalangan diberikan kesempatan untuk melakukan penyewaan (rental) Bus Perintis dari Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai. Prosedur yang harus dijalankan jika akan menyewa (rental) Bus Perintis milik Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai adalah :

a. Calon pemakai jasa penyewaan (rental) datang ke Kantor Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai untuk memberitahukan rencana penyewaan (rental) Bus Perintis kepada petugas.

b. Calon pemakai jasa penyewaan (rental) Bus Perintis datang ke kantor Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai paling lambat 1 (satu) minggu sebelum jadwal keberangkatan. Namun untuk keadaan-keadaan tertentu


(19)

68 calon pemakai jasa penyewaan (rental) bisa datang dalam jangka waktu 3 (tiga) hari sebelum jadwal keberangkatan atau bahkan bisa datang pada hari H keberangkatan (on the spot). Tujuan adanya penetapan waktu tersebut adalah agar calon pemakai jasa penyewaan (rental) Bus Perintis mendapatkan bus yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan calon pemakai jasa, karena kondisi muatan Bus Perintis yang berbeda-beda. c. Selanjutnya adalah menentukan jadwal dan tujuan keberangkatan calon

pemakai jasa penyewaan (rental) serta tempat penjemputan calon pemakai jasa penyewaan serta pemilihan bus yang akan disewa (muatan bus). d. Kemudian petugas akan menghitung dan menetapkan tarif atau biaya yang

harus dikeluarkan oleh calon pemakai jasa penyewaan (rental). Untuk tujuan-tujuan yang bersifat umum penetapan tarif penyewaan (rental) bus ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Direktur Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai Nomor : 15/SK.DIR/XII/2008 tertanggal 31 Desember 2008 tentang Penetapan Tarif Pelajar/Mahasiswa Dan Penumpang Umum, Penyewaan/Rental Pada Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai. Namun untuk tujuan-tujuan tertentu yang bersifat khusus yang tidak diatur dalam Surat Keputusan Direktur Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai Nomor : 15/SK.DIR/XII/2008 tertanggal 31 Desember 2008 tentang Penetapan Tarif Pelajar/Mahasiswa Dan Penumpang Umum, Penyewaan/Rental Pada Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai, maka penetapan tarif atau biaya dilakukan dengan cara perhitungan manual oleh petugas dengan rumus hitungan khusus yang


(20)

dilihat berdasarkan jarak tujuan keberangkatan, waktu yang diperlukan untuk mencapai ke tempat tujuan tersebut, dan tempat penjemputan.

e. Setelah tercapai kesepakatan antara petugas dan calon pemakai jasa penyewaan (rental) mengenai biaya yang harus dikeluarkan dalam keberangkatan tersebut, maka calon pemakai jasa penyewaan (rental) harus membayar panjar sebagai tanda jadi penyewaan (rental) Bus Perintis. Besarnya jumlah panjar yang harus dibayarkan adalah minimal 30% dari total biaya penyewaan Bus Perintis.

f. Kemudian calon pemakai jasa penyewaan (rental) berhak mendapatkan kwitansi pembayaran panjar penyewaan (rental) Bus Perintis dari petugas dengan dibubuhi stempel perusahaan.

g. Selanjutnya petugas menentukan 1 (satu) orang supir dan 1 (satu) orang kondektur yang akan bertugas dalam keberangktan dan menentukan bus yang akan digunakan. Untuk jarak yang cukup jauh akan disediakan 2 (dua) orang supir dan 1 (satu) orang kondektur untuk keberangkatan tersebut.

h. Calon pemakai jasa penyewaan (rental) membayar sisa biaya penyewaan (rental) Bus Perintis 1 (satu) hari sebelum hari keberangkatan dan berhak mendapatkan kwitansi pelunasan biaya penyewaan (rental) bus dari petugas. Apabila 1 (satu) hari sebelum hari keberangkatan calon pemakai jasa penyewaan (rental) Bus Perintis tidak melunasi sisa pembayaran, maka petugas akan menghubungi calon pemakai jasa untuk menanyakan tentang sisa pembayaran tersebut dan memastikan keberangkatan.


(21)

70 i. Apabila ternyata keberangktan tidak jadi dilaksanakan maka panjar yang telah dibayarkan oleh calon pemakai jasa penyewaan (rental) Bus Perintis akan dikembalikan sebesar 50% dari total panjar yang telah disetorkan kepada perusahaan.

Prosedur yang tersebut diatas adalah tata cara yang diterapkan oleh Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai bagi setiap orang yang akan memakai jasa penyewaan (rental) Bus Perintis milik Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai. Mengenai prosedur tersebut tidak diatur secara tertulis di dalam suatu peraturan perundang-undangan tertentu. Penetapan prosedur tersebut didasarkan pada hukum kebiasaan yang diterapkan oleh Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai. Dengan menjalankan semua prosedur diatas maka akan terjalin hubungan yang baik antara Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai sebagai penyelenggara penyewaan (rental) Bus Perintis dengan pemakai jasa penyewaan (rental) Bus Perintis.

Dengan menjalankan kedua jenis usaha/kegiatan yang telah dijelaskan diatas, maka Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai akan mendapatkan pendapatan setiap harinya. Pendapatan inilah yang kemudian diolah sedemikian rupa dengan ketentuan-ketentuan tertentu sehingga nantinya dapat disetor kepada pemerintah Kota Binjai sebagai penghasilan daerah yang disebut dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang merupakan sumber dana yang digunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan di Kota Binjai.


(22)

BAB IV

KENDALA YANG DIHADAPI DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN PUBLIK PADA PERUSAHAAN DAERAH ANGKUTAN KOTA BINJAI

A. Potensi Dan Masalah Yang Dihadapi Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai Dalam Memberikan Pelayanan Publik

1. Potensi Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai Dalam Memberikan Pelayanan Publik

Potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan; kekuatan; kesanggupan.26 Secara umum potensi adalah kemampuan dasar yang dimiliki yang sangat mungkin untuk dikembangkan, sehingga pada intinya potensi sendiri berarti suatu kemampuan yang masih bisa dikembangkan menjadi lebih baik lagi.

Melihat dari kegiatan/usaha yang dilakukan Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai dalam memberikan pelayanan publik, sebenarnya masih banyak potensi yang dimiliki oleh Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai untuk lebih memajukan perusahaan dan meningkatkan kualitas, khususnya peningkatan kualitas pelayanan publik. Ada beberapa potensi yang bisa dikembangkan oleh Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai, antara lain :


(23)

72 a. Menjangkau Masyarakat Dilingkungan Yang Tidak Dilalui Kendaraan

Umum

Secara geografis Kota Binjai berada pada 33140 - 3402 Lintang Utara dan 98273 - 983232 Bujur Timur, terletak 28 m diatas permukaan laut dan memiliki luas daerah seluas 90, 23 km2.27 Luas wilayah Kota Binjai terbilang tidak terlalu besar dibandingkan dengan kota-kota lainnya di Indonesia. Namun demikian, aktivitas kehidupan di Kota Binjai dikategorikan cukup banyak dan sibuk. Setiap orang melakukan aktivitas seperti bekerja, sekolah, dan aktivitas lain nya setiap hari. Oleh karena itu banyak orang memerlukan kendaraan untuk menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Namun masih banyak masyarakat yang tidak memiliki kendaraan pribadi untuk membantunya menjalankan aktivitas harian. Dengan keadaan dan situasi tersebut masyarakat membutuhkan kendaraan umum sebagai alat transportasi yang dapat digunakan untuk beraktivitas sehari-hari. Keadaan yang terjadi adalah bahwa tidak setiap daerah di Kota Binjai di lalui oleh kendaraan umum.

Melihat keadaan ini Bus Perintis milik Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai sangat berpotensi dan berpeluang untuk menjangkau daerah-daerah yang tidak dilalui oleh kendaraan umum. Bus Perintis dipersiapkan untuk memberikan pelayanan transportasi bagi warga Kota Binjai. Oleh karenanya dengan menambah trayek ke daerah-daerah yang tidak dilalui kendaraan umum, maka akan sangat

27 http://www.binjaikota.go.id/profil-15.html, diakses pada hari Senin, tanggal 21 Maret 2016, jam 15.00 WIB.


(24)

membantu masyarakat menjalankan aktivitas sehari-hari. Selain itu juga dapat meningkatkan pendapatan bagi perusahaan.

b. Turut Serta Membantu Program Pemerintah Dalam Memberantas Kemacetan

Kendaraan semakin hari jumlahnya semakin banyak dan tumpah membanjiri jalan raya yang membuat jalanan menjadi padat. Kemudahan yang diberikan perusahaan-perusahaan kendaraan bermotor kepada masyarakat untuk bisa mendapatkan kendaraan dengan cara gampang dan harga serta sistem pembayaran yang mudah dan murah justru membuat permasalahan besar bagi negara Indonesia. Akibat dari hal tersebut maka kemacetan pun tidak bisa dihindarkan diberbagai daerah di Indonesia, termasuk di Sumatera Utara, khususnya Kota Binjai. Untuk mengatasi kemacetan pemerintah baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah telah melakukan banyak kebijakan-kebijakan, seperti membuat jalan baru, membuat pelebaran jalan, membuat jalan layang, menambah transportasi umum, dan lain sebagainya.

Kota Binjai melalui Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai turut serta dalam membantu pemberantasan kemacetan di Indonesia dengan menyediakan Bus Perintis sebagai sarana transportasi umum yang dapat digunakan masyarakat untuk bepergian. Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai menghimbau masyarakat untuk menggunakan transportasi umum daerah ini untuk bepergian di sekitaran Kota Binjai.


(25)

74 Dengan menggunakan Bus Perintis sebagai transportasi sehari-hari maka penggunaan kendaraan pribadi akan berkurang sehingga mengurangi volume kendaraan di jalan raya dan menekan kemacetan di Kota Binjai.

c. Membantu Pengembangan Pariwisata Daerah

Pariwisata adalah salah satu sektor ekonomi yang penting di Indonesia. Pada tahun 2011, pariwisata menempati urutan ke 3 (tiga) dalam hal penerimaan devisa setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), 11 (sebelas) provinsi yang paling sering dikunjungi oleh para wisatawan adalah Bali, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DKI Jakarta, Sumatera Barat, Lampung, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Banten, dan Sumatera Utara.

Sumatera Utara menjadi salah satu provinsi yang paling sering dikunjungi di Indonesia baik oleh para wisatawan lokal maupun manca negara. Wisatawan lokal datang dari berbagai daerah baik yang berada di Sumatera Utara sendiri maupun yang berada di luar Sumatera Utara. Para wisatawan datang untuk berlibur baik sendiri, bersama keluarga, hingga dengan rombongan tertentu.

Untuk rombongan pastilah dibutuhkan kendaraan yang besar dan bermuatan banyak agar dapat menampung setiap orang yang ikut berangkat. Dengan membuka jasa penyewaan (rental) bus kepada masyarakat, Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai secara langsung


(26)

dapat membantu masyarakat untuk bepergian ke tempat-tempat wisata tertentu yang secara tidak langsung menjadikan Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai turut serta dalam pengembangan pariwisata daerah.

d. Membantu Memperlancar Kegiatan Dinas/Instansi di Kota Binjai Dalam Bidang Transportasi

Setiap kantor/instansi memiliki kegiatan dan program kerja masing-masing yang harus dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan yang telah ditentukan. Kegiatan-kegiatan maupun program kerja tersebut disusun oleh kantor/instansi masing-masing, namun untuk kantor/instansi tertentu seperti instansi KODIM, Kantor Pertanahan, Kantor Perpajakan, dan lain sebagainya penentuan kegiatan dan program kerja tidak secara mutlak ditentukan oleh instansi di daerah tersebut namun juga ditentukan oleh pusat. Setiap instansi yang ada di Kota Binjai juga memiliki kegiatan-kegiatan tertentu, baik kegiatan intern di instansi tersebut maupun kegiatan ekstern. Tidak jarang kegiatan tersebut membutuhkan kendaraan yang bermuatan banyak untuk dapat mengangkut orang-orang yang turut serta dalam kegiatan tersebut.

Melihat kondisi tersebut sebenarnya Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai memiliki peluang untuk dapat membantu instansi-instansi di Kota Binjai yang membutuhkan kendaraan yang bermuatan banyak untuk menjalankan kegiatan. Dengan menggunakan


(27)

76 Bus Perintis milik Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai maka instansi-instansi di Kota Binjai dapat dengan mudah menyediakan transportasi untuk menjalankan kegiatan-kegiatan tertentu yang dilakukukan di suatu tempat. Selain membantu instansi-instansi tersebut, maka Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai bisa menambah pendapatan perusahaan setiap bulannya dan dapat membantu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang lebih besar lagi.

2. Masalah Yang Dihadapi Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai Dalam Memberikan Pelayanan Publik

Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai telah berdiri sejak tahun 2002 dengan nama Bus Perintis Kota Binjai. Latar belakang pendiriannya bersumber dari Walikota Binjai pada masa itu yang melihat banyak daerah-daerah di Kota Binjai yang tidak dilalui oleh kendaraan umum dan masih sedikit warga Kota Binjai yang memiliki kendaraan pribadi. Atas dasar tersebut akhirnya pemerintah Kota Binjai mengeluarkan terobosan dengan membuat transportasi umum bagi masyarakat melalui Bus Perintis Kota Binjai. Pada saat awal pendirian Bus Perintis Kota Binjai berada dalam naungan Dinas Perhubungan Kota Binjai. Seiring dengan perkembangan kemudian Bus Perintis Kota Binjai diambil alih oleh Perusahaan Daerah Pembangunan Kota Binjai yang berdiri pada tahun 2007. Perusahaan Daerah Pembangunan Kota Binjai terdiri dari beberapa macam bidang usaha, dan dibidang usaha angkutan/transportasi mereka


(28)

mengambil dari Bus Perintis Kota Binjai. Kemudian sekitar bulan September 2007, Bus Perintis melepaskan diri dari Perusahaan Daerah Pembangunan Kota Binjai, dan mencoba untuk berdiri sendiri dengan nama Perusahaan daerah Angkutan Kota Binjai. Maka pada tanggal 18 September 2007 akhirnya Peraturan Daerah Kota Binjai tentang Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai ditetapkan melalui Peraturan Daerah Kota Binjai Nomor 7 Tahun 2007 tentang Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai yang kemudian diundangkan pada tanggal 24 September 2007 di Kota Binjai.

Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai sudah berdiri selama 13 tahun lamanya. Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai senantiasa berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat Kota Binjai. Namun demikian, dalam menjalankan program pelayanan pasti banyak kendala dan masalah yang dihadapi oleh Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai. Berbagai masalah yang dihadapi oleh Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai, antara lain :

a. Menurunnya Minat Masyarakat Untuk Menggunakan Transportasi Umum Milik Daerah

Seiring dengan perkembangan zaman, banyak kemajuan-kemajuan serta kemudahan-kemudahan yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Misalnya saja dalam hal transportasi. Menjamurnya kendaraan di jalan raya salah satunya disebabkan karena banyak kemudahan yang diberikan untuk masyarakat yang ingin


(29)

78 mempunyai kendaraan pribadi. Pada zaman dahulu, hanya beberapa orang saja yang dapat membeli kendaraan pribadi seperti sepeda motor dan mobil, karena harga yang ditawarkan relatif mahal sehingga banyak masyarakat dikalangan menengah kebawah yang tidak mampu membelinya. Namun dewasa ini, kita sebagai masyarakat dapat dengan mudah untuk mempunyai kendaraan pribadi. Berbagai penawaran diberikan kepada konsumen agar mau membeli produk yang dijual oleh produsen. Cara pembayaran dengan sistem kredit dan DP murah membuat masyarakat tergiur untuk membeli kendaraan bermotor untuk kepentingan pribadi. Akibatnya tanpa disadari hal ini lah yang menjadi penyebab kemacetan di jalan raya.

Saat ini hampir semua masyarakat memiliki kendaraan pribadi, bahkan 1 (satu) orang banyak yang memiliki kendaraan yang lebih dari 1 (satu). Hal ini juga terjadi di Kota Binjai. Dengan fenomena tersebut mengakibatkan menurunnya minat masyarakat untuk menggunakan Bus Perintis dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Masyarakat lebih memilih untuk membeli kendaraan pribadi dengan sistem pembayaran kredit dan DP murah daripada harus naik Bus Perintis. Hal ini menjadi salah satu masalah terbesar yang dihadapi Perusahaan daerah Angkutan Kota Binjai. Mengingat kembali pada pembahasan sebelumnya bahwa Bus Perintis milik Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai dipersiapkan untuk membantu masyarakat dalam bidang transportasi umum karena sedikitnya masyarakat yang mempunyai kendaraan pribadi dan tidak semua daerah di Kota Binjai dilalui oleh


(30)

kendaraan umum. Namun melihat keadaan yang terjadi sekarang, peminat Bus Perintis mulai menurun dan mengakibatkan penurunan pendapatan Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai. Jika terjadi penurunan pendapatan Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai, maka sedikit banyaknya juga turut berdampak kepada penurunan Penghasilan Asli Daerah (PAD) Kota Binjai.

b. Jumlah Armada Bus Yang Tidak Terlalu Banyak

Jumlah armada bus perintis milik Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai yang tidak terlalu banyak dibandingakan dengan perusahaan jasa travel milik perusahaan swasta juga menjadi persoalan. Misalnya saja pada hari-hari tertentu seperti hari libur nasional atau pada masa-masa liburan sekolah, banyak masyarakat yang ingin berlibur ke berbagai tempat menggunakan Bus Perintis. Namun dikerenakan armada yang dimiliki Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai tidak terlalu banyak, maka dengan cepat bus-bus tersebut laku terjual, sehingga banyak masyarakat yang hendak menyewa Bus Perintis menjadi kecewa karena tidak mendapatkan bus.

c. Kapasitas bus tidak seperti bus travel

Masalah selanjutnya yang menghambat Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai dalam memberikan pelayanan publik adalah kapasitas bus yang dimiliki oleh Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai tidak seperti bus-bus travel yang saat ini marak berkembang.


(31)

80 Kapasitas bus-bus travel bisa mencapai 40-60 orang dalam 1 (satu) bus sehingga membuat rombongan tidak menjadi terpisah satu dengan lainnya. Kapasitas bus juga menjadi persoalan penting, karena setiap masyarakat yang ingin menyewa (rental) untuk pergi kesuatu tempat tertentu pasti telah mengetahui berapa jumlah orang yang akan pergi. Kapasitas Bus Perintis yang terbesar hanya dapat mengangkut sekitar 30 orang membuat masyarakat kembali berpikir untuk menyewa Bus Perintis. Pada dasarnya para penyewa Bus Perintis tidak ingin pergi ke suatu tempat dengan kondisi terpisah dari rombongan. Mereka pasti menginginkan berada dalam 1 (satu) bus yang sama ketika bepergian. Namun demikian, ada juga yang bersedia untuk menyewa lebih dari 1 (satu) bus dan bersedia jika rombongan terpisah menjadi beberapa kelompok.

d. Fluktuasi Harga Bahan Bakar Dan Spare Part

Harga barang-barang yang selalu tidak stabil juga menjadi masalah yang harus dihadapi Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai dalam memberikan pelayanan publik di Kota Binjai. Kebijakan pemerintah yang setiap saat terus berubah-ubah mengenai harga barang-barang yang berlaku di Indonesia termasuk harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Spare Part membuat situasi perekonomian menjadi tidak stabil. Hal ini menyebabkan masalah yang cukup besar bagi Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai, karena Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai bergantung kepada hal-hal tersbut, dan


(32)

tuntutan kebutuhan operasional tetap harus dipenuhi setiap hari guna kelancaran kegiatan operasional. Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Spare Part merupakan kebutuhan pokok bagi Bus Perintis yang wajib dipenuhi guna kelancaran operasional kendaraan tersebut. Jika salah satu komponen tersebut tidak dipenuhi maka Bus Perintis tidak dapat beroperasi dengan baik yang akhirnya menghambat kegiatan/usaha pokok Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai sebagai perusahaan daerah yang bergerak di bidang transportasi. Fluktuasi harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Spare Part membuat biaya operasional perusahaan menjadi berubah-ubah. Pada saat harga naik maka perusahaan harus menyesuaikan biaya operasional yang dibutuhkan dengan keadaan harga yang berlaku di pasar. Hal ini jelas akan mempengaruhi pendapatan perusahaan.

B. Upaya Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai Dalam Memberikan Pelayanan Publik

Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai terus berusaha untuk meningkatan kualitas pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat Kota Binjai. Meskipun terdapat berbagai permasalahan yang menghambat Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai untuk memberi pelayanan semaksimal mungkin, Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai menjadikan permasalahan dan hambatan tersebut sebagai suatu tantangan yang harus diselesaikan. Metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengkaji darimana timbul permasalahan tersebut. Untuk menghadapi tantangan tersebut


(33)

82 berbagai cara dilakukan melalui rapat-rapat antara unsur-unsur susunan organisasi perusahaan. Dari hasil rapat-rapat tersebut diperoleh keputusan dan upaya-upaya yang akan dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan sehingga mampu menghasilkan pendapatan sesuai dengan yang direncanakan dalam Rencana Anggaran dan Belanja Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai yang disusun setiap tahun. Hasil keputusan dan upaya-upaya tersebut antara lain :

1. Berkordinasi dengan instansi terkait dalam hal pemasaran jasa seperti dengan Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kota Binjai, serta instansi lainnya dalam jajaran pemerintah Kota Binjai, mengharapkan adanya himbauan dari Kepala Dinas setempat kepada setiap sekolah dan setiap instansi agar senantiasa menggunakan Bus Perintis dalam setiap kegiatan yang memerlukan jasa transportasi.

2. Memberikan potongan harga (discount) kepada sekolah-sekolah di Kota Binjai baik sekolah-sekolah negeri maupun sekolah-sekolah swasta yang menggunakan jasa Bus Perintis dalam melaksanakan kegiatan sekolah.

3. Memberikan insentif (fee) bagi setiap orang yang membawa calon penyewa (rental) Bus Perintis ke tujuan-tujuan tertentu yang besarannya ditentukan oleh perusahaan.

4. Membuat iklan layanan masyarakat yang berisi informasi yang terkait dengan fasilitas pelayanan yang disediakan Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai melalui spanduk-spanduk, sticker, dan banner.


(34)

5. Melakukan sosialisasi ke masyarakat Kota Binjai.

Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai dapat memanfaatkan peluang untuk mempromosikan Bus Perintis kepada masyarakat dengan membuka stand-stand informasi pada kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah Kota Binjai yang melibatkan banyak orang terutama masyarakat umum dalam hal turut serta mendukung program pemerintah Kota Binjai misalnya pengajian-pengajian akbar, kegiatan-kegiatan sosial, pameran pembangunan, dan kegiatan lainnya.


(35)

84

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat ditarik ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pelayanan Publik di Indonesia diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yang lahir dengan dilatarbelakangi oleh Pasal 18A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pelaksanaan pelayanan publik di Indonesia didasarkan kepada asas-asas pelayanan publik yang diatur dalam Pasal 4 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik guna mencapai tujuan pelayanan publik sesuai dengan yang diatur dalam Pasal 3 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

2. Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai yang diatur dalam Peraturan Daerah Kota Binjai Nomor 10 Tahun 2007 tentang Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai memiliki 2 (dua) kegiatan/usaha utama dalam memberikan pelayanan kepada publik yaitu pemberian pelayanan angkutan umum dan penyediaan pelayanan rental (penyewaan) bus. Masyarakat bisa menikmati fasilitas angkutan umum Bus Perinits sejak pukul 06.00 WIB sampai dengan pukul 18.00 WIB setiap harinya dan dapat naik dan turun di setiap lintasan trayek yang dilalui oleh Bus Perintis dengan membayar tarif yang telah ditetapkan berdasarkan


(36)

Surat Keputusan Direktur Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai Nomor : 15/SK.DIR/XII/2008 tertanggal 31 Desember 2008 tentang Penetapan Tarif Pelajar/Mahasiswa Dan Penumpang Umum, Penyewaan/Rental Pada Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai, yaitu Rp. 1.500.-/orang bagi pelajar/mahasiswa dan untuk penumpang umum dikenakan tarif Rp. 2.000.-/orang. Untuk pelayanan rental (penyewaan) bus prosedur yang harus dijalankan dimulai dari kedatangan calon penyewa (rental) bus ke kantor Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai untuk memberitahukan rencana penyewaan bus, menentukan tanggal keberangkatan, tujuan, dan tempat penjemputan, memilih bus yang ingin disewa (rental), perhitungan biaya, pembayaran panjar sebagai tanda jadi penyewaan, pelunasan biaya, dan masa keberangkatan. Prosedur tersebut ditentukan berdasarkan hukum kebiasaan yang diterapkan di Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai.

3. Potensi yang dimiliki oleh Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai sebagai penyelenggara pelayanan publik di Kota Binjai antara lain menjangkau masyarakat dilingkungan yang tidak dilalui kendaraan umum, membantu program pemerintah dalam memberantas kemacetan, membantu pengembangan pariwisata daerah, membantu memperlancar kegiatan dinas/instansi di Kota Binjai dalam bidang transportasi. Sementara masalah-masalah yang dihadapi oleh Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai antara lain menurunnya minat masyarakat untuk menggunakan transportasi umum milik


(37)

86 daerah, jumlah armada bus yang tidak terlalu banyak, kapasitas bus tidak seperti bus travel, fluktuasi harga bahan bakar dan spare part. Dan untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai berupaya untuk melakukan kegiatan seperti bekerja sama dengan instansi-instansi lain di Kota Binjai, memberikan potongan harga (discount) kepada sekolah-sekolah baik sekolah negeri maupun sekolah swasta ketika menggunakan Bus Perintis untuk melaksanakan kegiatan sekolah, memberi insentif (fee) bagi orang yang membawa calon penyewa (rental) Bus Perintis, membuat iklan layanan masyarakat, dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat.

B. Saran

1. Sebaiknya penerapan asas-asas pelayanan publik dan hal-hal lain yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik harus dilaksanakan dengan semaksimal mungkin agar kualitas pelayanan publik di Indonesia menjadi baik hingga terwujud tujuan dan cita-cita yang diamanatkan Undang-undang tersebut hingga terwujud masyarakat yang sejahtera dan negara yang maju.

2. Sebaiknya prosedur pelayanan publik pada Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai diatur dalam suatu aturan khusus agar dapat digunakan sebagai acuan untuk lebih memudahkan jalannya kegiatan/usaha yang dilakukan Perusahaan Daerah Angkutan Kota


(38)

Binjai dan lebih meningkatkan keabsahan dan legalitas prosedur tersebut. Selain itu diperlukan penyesuaian tarif bagi layanan angkutan umum untuk pelajar, mahasiswa, dan penumpang umum agar sesuai dengan perkembangan zaman dan kondisi yang terjadi saat ini guna meningkatkan pendapatan Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai. 3. Sebaiknya Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai bisa dengan bijak

memaksimalkan potensi yang dimiliki guna peningkatan kualitas pelayanan dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan dengan mengimplementasikan upaya-upaya nyata yang bermanfaat bagi masyarakat umum dengan tidak mengenyampingkan manfaat untuk memajukan Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai itu sendiri.


(39)

26

BAB II

TINJAUAN UMUM PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA

A. Landasan Hukum Pelayanan Publik Di Indonesia

Pelayanan Publik terdiri dari 2 (dua) suku kata yaitu pelayanan dan publik.

Kata pelayanan berasal dari kata dasar “layani” yang berarti menolong, menyediakan segala apa yang diperlukan oleh orang lain untuk perbuatan melayani. Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan bahkan secara ekstern dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Sementara itu, istilah publik berasal dari Bahasa Inggris

public” yang berarti umum, masyarakat, negara.

Hakikat pelayanan publik adalah memberikan pelayanan yang efektif dan efisien serta semaksimal mungkin kepada masyarakat sebagai implementasi kewajiaban pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik. Membangun kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik yang dilakukan penyelenggara pelayanan publik merupakan kegiatan yang harus dilakukan seiring dengan harapan dan tuntutan seluruh warga negara dan penduduk tentang peningkatan pelayanan publik. Sebagai upaya untuk mempertegas hak dan kewajiban setiap warga negara dan penduduk serta terwujudnya tanggung jawab negara dan korporasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik, diperlukan norma hukum yang memberi pengaturan secara jelas. Untuk meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik serta untuk memberi perlindungan bagi setiap warga negara dan penduduk dari penyalahgunaan wewenang di dalam


(40)

penyelenggaran pelayanan publik, perlu dibentuk peraturan tentang pelayanan publik.

Pelayanan publik di Indonesia dan seluruh daerah provinsi serta kabupaten/kota telah memperoleh landasan konstitusional, yaitu diatur dalam pasal 18A Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.10

Menurut Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik Sudrajat perubahan pasal 18 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan hasil perubahan (amandemen) kedua yang disahkan pada tanggal 18 Agustus tahun 2000 dimaksudkan untuk memperjelas pembagian daerah NKRI yang meliputi daerah provinsi, dan dalam daerah provinsi terdapat daerah kabupaten dan kota. Selanjutnya makna substansial dari perubahan ketentuan pasal tersebut juga dimaksudkan agar terciptanya kepastian hukum dalam penyelenggaraan pelayanan publik, baik dari pemerintah selaku penyelenggara maupun terhadap masyarakat sebagai steak holder pelayanan publik.11

Bahwa rumusan ketentuan pasal 18A, khususnya pada ayat (2) menunjukkan bahwa secara konstitusional pelayanan umum merupakan hak setiap orang sebagai anggota masyarakat, dan karenanya pengaturannya di dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 maka hak tersebut merupakan hak yang dapat digolongkan kedalam jenis hak asasi. Dalam hubungannya dengan pelayanan publik, sebagai realisasi keinginan ketentuan

10Pasal 18A UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 : (1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah. (2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.


(41)

28 pasal 18A ayat (2) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tersebut, maka pada tahun 2009 telah dibentuk Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yang telah ditulis dalam lembaran negara republik Indonesia nomor 112 tahun 2009. Pemerintah menetapkan Undang-undang pelayanan publik tersebut untuk memberikan kepastian hukum dalam hubungan antara masyarakat dan penyelenggara pelayanan publik serta mempertegas pemenuhan pelayanan publik bgi warga negara. Pengaturan pelayanan publik yang diselenggarakan berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, secara normatif didasarkan pada amanat dan sekaligus merealisasikan jiwa pasal 18A Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Adanya pengaturan hukum pelayanan publik menghendaki bahwa apapun peraturan yang berkenaan dengan pelayanan publik seharusnya bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat sebagai subjek penerima layanan. Selanjutnya apabila aturan-aturan tersebut benar-benar diaplikasikan secara baik dan benar diyakini akan menjadikan suatu penyelenggaraan pemerintahan daerah (otonomi) lebih efisien dan efektif dalam memberikan pelayanan kepada publik, meskipun pada saat yang sama harus didukung oleh kemampuan pemerintah (daerah).

Dalam penjelasan umum Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik disebutkan bahwa :

Kondisi dan perubahan cepat yang diikuti pergeseran nilai tersebut perlu disikapi secara bijak melalui langkah kegiatan yang terus-menerus dan berkesinambungan dalam berbagai aspek pembangunan untuk membangun kepercayaan masyarakat guna mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Untuk itu diperlukan konsepsi sistem pelayanan publik yang berisi nilai,


(42)

persepsi, dan acuan perilaku yang mampu mewujudkan hak asasi manusia sebagaimana diamanatkan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dapat diterapkan sehingga masyarakat memperoleh pelayanan sesuai dengan harapan dan cita-cita tujuan nasional.12

Pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintahan atau koporasi yang efektif dapat memperkuat demokrasi dan hak asasi manusia, mempromosikan kemakmuran ekonomi, kohesi sosial, mengurangi kemiskinan, meningkatkan perlindungan lingkungan, bijak dalam pemanfaatan sumber daya alam, memperdalam kepercayaan pada pemerintahan dan administrasi publik.

Sebelum dibentuknya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, sebenarnya telah dikeluarkan peraturan mengenai pelayanan publik yaitu melalui Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Lahirnya Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik ini dilatarbelakangi oleh Ketetapan MPR-RI Nomor XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang mengamanatkan agar aparatur negara mampu menjalankan tugas dan fungsinya secara professional, produktif, transparan, dan bebas dari KKN. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik menjadi acuan bagi penyelenggara pelayanan publik dalam pengaturan dan pelaksanaan kegiatan pelayanan publik


(43)

30 untuk mendorong terwujudnya penyelenggara pelayanan publik yang prima dalam arti memenuhi harapan dan kebutuhan baik bagi pemberi layanan maupun penerima layanan. Dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik tersebut dinyatakan bahwa hakikat pelayanan adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik juga turut mengatur tentang asas-asas pelayanan publik, kelompok pelayanan publik, prinsip pelayanan publik, standar pelayanan publik, dan pola penyelenggaraan pelayanan publik.

B. Asas dan Tujuan Pelayanan Publik Di Indonesia

Asas (prinsip) merupakan suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum yang dapat dijadikan pedoman pemikiran dan tindakan. Asas dalam hukum menurut Bellefroid merupakan norma dasar yang dijabarkan dari hukum positif dan yang oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan-aturan yang lebih umum.

Peraturan perundang-undangan Indonesia telah memberikan landasan untuk penyelenggaraan pelayanan publik yang berdasarkan atas asas-asas umum pemerintahan yang baik. Asas-asas umum pemerintahan yang baik dapat dipahami sebagai asas-asas umum yang dijadikan dasar dan tata cara dalam penyelenggaraan pemerintahan yang layak, yang dengan cara demikian


(44)

penyelenggaraan pemerintahan menjadi baik, sopan, adil, dan terhormat, bebas dari kezaliman, pelanggaran peraturan tindakan penyalahgunaan wewenang dan tindakan sewenang-wenang.13 Didalam Undang-undang nomor 28 tahun 1999

tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), pasal 1 angka 6 menyebutkan bahwa asas umum pemerintahan negara yang baik adalah asas yang menjunjung tinggi norma kesusilaan, kepatutan, dan norma hukum untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Selanjutnya dalam undang-undang yang sama pasal 3 menyebutkan bahwa asas-asas umum penyelenggaraan negara meliputi :

1. Asas kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggara negara;

2. Asas tertib penyelenggaraan negara, yaitu asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggara negara.

3. Asas kepentingan umum, yaitu asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.

4. Asas keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.


(45)

32 5. Asas proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan

antara hak dan kewajiban penyelenggara negara.

6. Asas profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

7. Asas akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Selanjutnya dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah pada pasal 58 dinyatakan : “Penyelenggara Pemerintahan

Daerah, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57, dalam menyelenggarakan Pemerintahan Daerah berpedoman pada asas penyelenggaraan pemerintahan negara yang terdiri atas :

1. Asas kepastian hukum;

2. Asas tertib penyelenggara negara; 3. Asas kepentingan umum;

4. Asas keterbukaan; 5. Asas proporsionalitas; 6. Asas profesionalitas; 7. Asas akuntabilitas; 8. Asas efisiensi; 9. Asas efektivitas; dan


(46)

10.Asas Keadilan

Dengan memperhatikan asas-asas yang tersebut diatas maka pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik dapat mengetahui hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dan dilaksanakan demi terciptanya kualitas pelayanan publik yang baik agar terwujudnya kesejahteraan dalam kehidupan masyarakat.

Selain memperhatikan asas-asas umum pemerintahan yang baik dalam pemberian pelayanan, dalam pelayanan publik sendiri juga terdapat asas-asas yang harus dijalankan dan dijadikan acuan dalam memberikan suatu pelayanan. Sesuai dengan pasal 4 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, asas-asas dalam penyelenggaraan pelayanan publik disebutkan sebagai berikut :

a. Asas Kepentingan Umum

Maksudnya adalah bahwa pemberian pelayanan yang dilakukan haruslah mengenyampingkan kepentingan pribadi dan/atau golongan dan mengutamakan kepentingan masyarakat secara umum.

b. Asas Kepastian Hukum

Maksudnya adalah bahwa pemberian pelayanan tersebut harus menjamin terwujudnya hak dan kewajiban dalam penyelenggaraan pelayanan.

c. Asas Kesamaan Hak

Maksudnya adalah setiap orang memiliki kesamaan hak sebagai warga masyarakat, sehingga dalam pemberian pelayanan penyelenggara pelayanan publik tidak boleh membedakan suku, ras, agama, golongan, gender, dan status ekonomi dari warga masyarakat.


(47)

34 d. Asas Keseimbangan Hak dan Kewajiban

Maksudnya adalah pemenuhan hak seorang sebagai warga masyarakat harus sebanding dengan kewajiban yang harus dilaksanakan baik oleh pemberi layanan maupun penerima layanan.

e. Asas Keprofesionalan

Maksudnya adalah bahwa pelaksana pelayanan harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang tugas yang diembannya.

f. Asas Partisipatif

Maksudnya adalah peningkatan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat.

g. Asas Persamaan Perlakuan/Tidak Diskriminatif

Maksudnya adalah setiap warga negara berhak memperoleh pelayanan yang adil.

h. Asas Keterbukaan

Maksudnya adalah setiap penerima pelayanan dapat dengan mudah mengakses dan memperoleh informasi mengenai pelayanan yang diinginkan.

i. Asas Akuntabilitas

Maksudnya adalah proses penyelenggaraan pelayanan harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


(48)

j. Asas Fasilitas dan Perlakuan Khusus Bagi Kelompok Rentan

Maksudnya adalah pelayanan publik itu harus memberikan kemudahan terhadap kelompok rentan sehingga tercipta keadilan dalam pelayanan. Kamus Besar Bahasa Indonesia merumuskan pengertian rentan sebagai : (1) mudah terkena penyakit dan (2) peka, mudah merasa. Kelompok rentan juga diartikan sebagai kelompok yang mudah dipengaruhi. Kelompok rentan yang dimaksud antara lain sebagai berikut :

1. Anak-anak; 2. Wanita hamil;

3. Orang lanjut usia (lansia); 4. Fakir miskin; dan

5. Penyandang cacat.14 k. Asas Ketepatan Waktu

Maksudnya adalah penyelesaian setiap jenis pelayanan haruslah dilakukan tepat waktu sesuai dengan standar pelayanan.

l. Asas Kecepatan, Kemudahan, dan Keterjangkauan

Maksudnya adalah setiap jenis pelayanan harus dilakukan secara cepat, mudah dan terjangkau.

Dalam proses kegiatan pelayanan diatur juga mengenai prinsip pelayanan sebagai dasar pegangan dalam mendukung jalannya kegiatan. Adapun prinsip pelayanan publik tersebut menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 adalah sebagai berikut :


(49)

36 a. Kesederhanaan

Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami, dan mudah dilaksanakan.

b. Kejelasan

Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik, unit kerja atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan atau persoalan dan sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik; rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.

c. Kepastian Waktu

Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

d. Akurasi

Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat, dan sah. e. Keamanan

Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian hukum.

f. Tanggung Jawab

Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuj bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan atau persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.


(50)

g. Kelengkapan Sarana dan Prasarana

Tersedianya sarana dan prasarana kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi, telekomunikasi dan informatika.

h. Kemudahan Akses

Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi, telekomunikasi dan informatika.

i. Kedisiplinan, Kesopanan, dan Keramahan.

Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, sert memberikan pelayanan dengan ikhlas.

j. Kenyamanan

Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan seperti parker, toilet, tempat ibadah, dan lain-lain.

Setiap kegiatan dan kehendak yang dilakukan pastilah memiliki suatu tujuan tertentu. Secara teoritis, tujuan dari pelayanan publik pada dasarnya adalah memuaskan masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan publik yang profesional. Menurut Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik, tujuan dari pelayanan publik adalah menyediakan barang dan jasa yang terbaik bagi masyarakat. Barang dan jasa yang terbaik adalah yang memenuhi apa yang dijanjikan atau apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan demikian


(51)

38 pelayanan publik yang terbaik adalah yang memberikan kepuasan terhadap publik, kalau perlu melebihi harapan publik.15

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik sebenarnya dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum bagi pihak penyelenggara pelayanan publik maupun masyarakat, aparatur penyelenggara merasa memiliki kewajiban hukum untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, sedangkan masyarakat merasa apa yang harus dilakukan oleh aparatur negara tersebut merupakan hak dari masyarakat.16

Mengenai keinginan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Selanjutnya tercermin dalam Pasal 3 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yang menyatakan bahwa pelayanan publik bertujuan untuk :

1. Terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggung jawab, kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik.

2. Terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang layak sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik. 3. Terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan

peraturan perundang-undangan, dan.

4. Terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

15Ibid, Hlm. 18-19.

16 Husni Thamrin, Hukum Pelayanan Publik Di Indonesia, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2013), hlm. 6.


(52)

Berdasarkan ketentuan pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik merupakan kewajiban pemerintah untuk dilaksanakan sebaik-baiknya, baik dalam hal pelayanan administrasi, maupun pelyanan atas barang dan jasa. Oleh karena itu sesungguhnya tidak cukup alasan untuk tidak memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat, sebab hal tersebut telah memperoleh landasan hukum yang kuat bagi masyarakat untuk mendapatkan haknya dan kewajiban bagi aparat penyelenggara negara untuk memberikan pelayanan terbaik.

Untuk mewujudkan segala tujuan dari pelayanan publik sesuai dengan yang dimaksud dalam pasal 3 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik tersebut maka perlu memperhatikan hal-hal seperti asas-asas penting dalam penyelenggaraan pelayanan publik, prinsip-prinsip pelayanan, serta standar penyelenggaraan pelayanan.

Demi terciptanya suatu pelayanan publik yang baik, maka penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan.

Standar pelayanan adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur.17 Standar pelayanan merupakan ukuran yang harus dimiliki dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan penerima layanan. Standar pelayanan publik tersebut sekurang-kurangnya meliputi :

a. Prosedur Pelayanan


(53)

40 Prosedur pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Prosedur pelayanan harus dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan publik, termasuk pengaduan sehingga tidak terjadi permasalahan dikemudian hari. Prosedur pelayanan harus ditetapkan melalui standar pelayanan minimal, sehingga pihak penerima layanan dapat memahami mekanismenya.

b. Waktu Penyelesaian

Waktu penyelesaian merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan. Semakin cepat waktu pelayanan, maka akan semakin meningkatkan kepercayaan masyarakat akan pelayanan yang diberikan.

c. Produk Pelayanan

Hasil pelayanan akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Produk pelayanan harus dipahami secara baik, sehingga memang membutuhkan sosialisasi kepada masyarakat.

d. Biaya Pelayanan

Biaya pelayanan termasuk rinciannya harus ditentukan secara konsisten dan tidak boleh ada diskriminasi, sebab akan menimbulkan rasa ketidakpercayan penerima layanan kepada pemberi pelayanan. Biaya pelayanan ini harus jelas pada setiap jasa pelayanan yang akan diberikan kepada masyarakat, sehingga tidak menimbulkan


(54)

kecemasan, khususnya kepada pihak atau masyarakat yang kurang mampu.

e. Sarana dan Prasarana

Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan publik yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik sangat menentukan dan menunjang keberhasilan pelayanan.

f. Kompetensi Petugas Pemberi Layanan

Kompetensi petugas pemberi layanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku yang dibutuhkan agar pelayanan yang diberikan bermutu.

Asas, prinsip, dan standar pelayanan tersebut diatas merupakan pedoman dalam penyelenggaraan pelayanan publik oleh instansi pemerintah dan juga berfungsi sebagai indikator dalam penilaian serta evaluasi kinerja bagi penyelenggara pelayanan publik demi terciptanya tujuan pelayanan publik yang diamanatkan pasal 3 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.. Dengan adanya standar pelayanan dalam kegaiatan pelayanan publik ini diharapkan masyarakat bisa mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan prosesnya memuaskan dan tidak menyulitkan masyarakat.

Dalam melakukan suatu perbuatan, maka hakikatnya setiap tindakan atau perbuatan yang dilakukan tersebut akan melahirkan hak dan kewajiban.


(55)

42 Hak adalah segala sesuatu yang harus didapatkan oleh setiap orang yang telah ada sejak dalam kandungan hinga meninggal dunia. Dalam hukum pelayanan publik diatur mengenai hak-hak yang dimiliki oleh penyelenggara pelayanan, pelaksana pelayanan, dan penerima pelayanan publik.

Penyelenggara pelayanan publik memiliki hak-hak seperti yang diatur dalam pasal 14 undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, yaitu :

a. Memberikan pelayanan tanpa dihambat pihak lain yang bukan tugasnya;

b. Melakukan kerja sama;

c. Mempunyai anggaran pembiayaan penyelenggaraan pelayanan publik;

d. Melakukan pembelaan terhadap pengaduan dan tuntutan yang tiak sesuai dengan kenyataan dalam penyelenggaraan pelayanan publik; dan

e. Menolak permintaan pelayanan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

Masyarakat sebagai penerima pelayanan publik dari pemerintah menurut pasal 18 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik berhak untuk :

a. Mengetahui kebenaran isi standar pelayanan; b. Mengawasi pelaksanaan standar pelayanan;


(56)

d. Mendapat advokasi, perlinungan, dan/atau pemenuhan layanan; e. Memberitahukan kepada pimpinan penyelenggara untuk

memperbaiki pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan standar pelayanan;

f. Memberitahukan kepada pelaksana untuk memperbaiki pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan standar pelayanan;

g. Mengadukan pelaksana yang melakukan penyimpangan standar pelayanan dan/atau tidak memperbaiki pelayanan kepada penyelenggara pelayanan dan ombudsman;

h. Mengadukan penyelenggara yang melakukan penyimpangan standar pelayanan dan/atau tidak memperbaiki pelayanan kepada pembina pelayanan dan ombudsman; dan

i. Mendapat pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas dan tujuan dari pemberian pelayanan.

2. Kewajiban

Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab.

Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik diatur mengenai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan, yaitu terdapat dalam pasal 15. Penyelenggara berkewajiban untuk :

a. Menyusun dan menetapkan standar pelayanan;


(57)

44 c. Menempatkan pelaksana yang kompeten;

d. Menyediakan sarana, prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan publik yang mendukung terciptanya iklim pelayanan yang memadai;

e. Memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas penyelenggaraan pelayanan publik;

f. Melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan;

g. Berpartisipasi aktif dan mematuhi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik;

h. Memberikan pertanggungjawaban terhadap pelayanan yang diselenggarakan;

i. Membantu masyarakat dalam memahami hak dan tanggung jawabnya;

j. Bertanggung jawab dalam pengelolasan organisasi penyelenggara pelayanan publik;

k. Memberikan pertanggungjawaban sesuai dengan hukum yang berlaku apabila mengundurkan diri atau melepaskan tanggung jawab atas posisi atau jabatan; dan

l. Memenuhi panggilan atau mewakili organisasi untuk hadir dan melaksanakan perintah suatu tindakan hukum atas permintaan pejabat yang berwenang dari lembaga negara atau atau instansi pemerintah yang berhak, berwenang, dan sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.


(58)

Selanjutnya pelaksana pelayanan berkewajiban untuk :

a. Melakukan kegiatan pelayanan sesuai dengan penugasan yang diberikan oleh penyelenggara;

b. Memberikan pertanggunjawaban atas pelaksanaan pelayanan sesuai dengan peratura perundang-undangan;

c. Memenuhi panggilan untuk hadir atau melaksanakan perintah suatu tindakan hukum atas permintaan pejabat yang berwenang dari lembaga negara atau atau instansi pemerintah yang berhak, berwenang, dan sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

d. Memberikan pertanggungjawaban apabila mengundurkan diri atau melepaskan tanggung jawab sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan

e. Melakukan evaluasi dan membuat laporan keuangan dan kinerja kepada penyelenggara secara berkala.

Dalam pasal 19 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, diatur mengenai kewajiban masyarakat sebagai penerima pelayanan publik. Kewajiban masyarakat tersebut adalah :

a. Mematuhi dan memenuhi ketentuan sebagaimana dipersyaratkan dalam standar pelayanan;

b. Ikut menjaga terpeliharanya sarana, prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan publik; dan


(1)

i ABSTRAK

PROSEDUR PELAYANAN PUBLIK PADA PERUSAHAAN DAERAH ANGKUTAN KOTA BINJAI (PD. ANGKUTAN KOTA BINJAI)

DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

*AriniSulastiwi

**SuriaNingsih

***BoyLaksamana

Pelayanan Publik merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai memberikan pelayanan publik bidang transportasi umum di Kota Binjai.

Permasalahan yang diteliti adalah bagaimanakah tinjauan umum pelayanan publik di Indonesia, bagaimanakah prosedur pelayanan publik pada Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai, apa saja potensi dan permasalahan Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai dalam memberikan pelayanan publik.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Dimana dalam penelitian yuridis normatif pengumpulan data-data serta studi kepustakaan maupun studi lapangan dan menggambarkan kondisi dengan melakukan riset langsung ke lapangan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

Pelayanan publik yang diberikan oleh Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai ada 2 (dua) kegiatan pelayanan yaitu pelayanan angkutan umum dan pelayanan penyewaan (rental) bus dengan prosedur yang ditentukan berdasarkan hukum kebiasaan perusahaan.

Kata Kunci : Prosedur, Pelayanan Publik, Perusahaan Daerah.

* Mahasiswa

**Dosen Pembimbing I, Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara ***Dosen Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum USU


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH S.W.T atas segala berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan. Adapun judul skripsi ini adalah “Prosesur Pelayanan Pelayanan Publik Pada Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai (PD. Angkutan Kota Binjai) Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara.”

Penulis berusaha agar hasil penulisan skripsi dapat bermanfaat bagi banyak orang. Namun demikian masih banyak kekurangan-kekurangan dalam penulisan skripsi ini, karena ilmu pengetahuan penulis masih terbatas. Oleh karena itu, segala saran dan kritik akan penulis terima dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan penulisan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum. selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafrudddin Hasibuan, S.H., M.H., DFM. selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. O.K Saidin, S.H., M.Hum. selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Suria Ningsih, S.H., M.Hum. selaku Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara yang telah banyak membantu dan memudahkan saya dalam pengajuan judul skripsi, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I saya yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan petunjuk dan bimbingan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Boy Laksamana S.H., M.Hum. sebagai Dosen Pembimbing II saya yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan banyak petunjuk serta bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(3)

iii 7. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang dengan penuh dedikasi menuntun dan membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan sampai dengan menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pelayanan administrasi yang baik selama proses akademik penulis.

9. Terima kasih kepada kedua orang tua tercinta saya, papa Mhd. Aswin, SE dan mama Sri Sulasmi, SE yang telah mengasuh, membesarkan dan menyayangi saya serta memberikan doa dan dukungan baik moril maupun materiil serta motivasi hingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.

10. Terima kasih kepada adik kandung saya Ade Dwi Laxmitha dan sepupu-sepupu saya Alm. Febby Wibowo Pasaribu, Fenny Wahyuni Pasaribu, dan Rahmad, yang selalu memberikan semangat kepada saya dalam mengerjakan skripsi ini sehingga selesai.

11. Terima kasih untuk ibu Halimah, S.H., Notaris Kota Binjai sebagai atasan saya yang selalu mendukung saya dalam pengerjaan skripsi ini hingga selesai.

12. Terima kasih untuk seluruh keluarga besar staf/pegawai Kantor Notaris dan PPAT Halimah, S.H., Kak Debby Ariani Hutagalung, Kak Iriza Septika, Kak Inda Sari, Kak Rabithah Khairul, dan Fitri Zia Lubis, yang selalu memberikan semangat kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

13. Terima kasih untuk teman teristimewa Akif Kurniawan Liu atas segala dukungan yang diberikan kepada saya hingga teselesaikannya skripsi ini. 14. Terima kasih untuk teman-teman seperjuangan di FH USU Chrissya, Putri,

Fadillah, Melisa, Angel, Indah, Tri Yossyana, Meylda yang telah banyak membantu saya dari awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan saya di FH USU.

15. Terima kasih untuk teman-teman saya di SMA Negeri 1 Binjai Reanda, Gayo, Nia, Agus, Hanaz, dan untuk teman-teman di SMP Negeri 2 Binjai

Aulia, Fira, Try, Vitri atas segala do’a dan dukungan yang telah diberikan


(4)

16. Terima kasih untuk seluruh keluarga di IMKA ERKALIAGA FH USU yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

17. Terima kasih kepada rekan-rekan Grup G stambuk 2012 yang telah memberikan dukungan kepada saya.

18. Terima kasih kepada rekan-rekan di departemen Hukum Administrasi Negara FH USU atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan kepada saya.

19. Terima kasih kepada rekan-rekan stambuk 2012 Fakultas Hukum USU. 20. Dan terima kasih kepada pihak-pihak lain yang turut membantu dan

mendukung saya hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Medan, 2016 Penulis

ARINI SULASTIWI 120200282


(5)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….………i

KATA PENGANTAR………..ii

DAFTAR ISI………..v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 7

B. Perumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan ... 12

D. Keaslian Penulisan ... 13

E. Tinjauan Kepustakaan ... 14

F. Metode penelitian ... 22

G. Sistematika Penulisan... 24

BAB II TINJAUAN UMUM PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA A. Landasan Hukum Pelayanan Publik Di Indonesia ... 26

B. Asas dan Tujuan Pelayanan Publik Di Indonesia ... 30

C. Transportasi Publik Sebagai Bentuk Pelayanan Publik ... 46

BAB III PELAYANAN PUBLIK PADA PERUSAHAAN DAERAH ANGKUTAN KOTA BINJAI A. Dasar Hukum Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai ... 52

B. Struktur Organisasi Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai ... 55

C. Prosedur Pelayanan Publik Pada Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai. ... 61

BAB IV

KENDALA YANG DIHADAPI DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN PUBLIK PADA PERUSAHAAN DAERAH ANGKUTAN KOTA BINJAI


(6)

A. Potensi Dan Masalah Yang Dihadapi Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai

Dalam Memberikan Pelayanan Publik ... 71

1. Potensi Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai Dalam Memberikan

Pelayanan Publik ... 71

2. Masalah Yang Dihadapi Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai Dalam

Memberikan Pelayanan Publik ... 76

B. Upaya Perusahaan Daerah Angkutan Kota Binjai Dalam Memberikan Pelayanan

Publik ... 81

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 84

B. Saran... 86

DAFTAR PUSTAKA………..88