Measure of sampling adequacy MSA, yaitu suatu indeks perbandingan Percentage of variance, merupakan persentase varian total yang Residuals, yaitu selisih antara korelasi yang terobservasi berdasarkan Scree plot, merupakan plot dari eig

f. Factor loading plot

, ialah suatu plot dari variabel asli dengan menggunakan factor loadings sebagai koordinat.

g. Factor matrix, yaitu memuat semua factor loading dari seluruh variabel

dalam seluruh variabel yang dikembangkan.

h. Factor scores, yaitu skor komposit yang diestimasi untuk setiap responden

pada faktor yang diderivasi.

i. Kaiser-Meyer-Olkin KMO measure of sampling adequacy MSA,

merupakan suatu indeks yang digunakan untuk menguji kesesuaian analisis faktor. Nilai KMO berkisar antar 0,5-1,0 artinya jika nilai kurang dari 0,5 analisis faktor tidak tepat untuk digunakan. Rumus untuk menghitung KMO adalah sebagai berikut : ik k i i ik k i i ik k i i a r r KMO 2 2 2 Keterangan : r 2 ik = Kuadrat matriks korelasi sederhana 2 a ik = Kuadrat matriks korelasi parsial

j. Measure of sampling adequacy MSA, yaitu suatu indeks perbandingan

antara koefisien korelasi parsial untuk setiap variabel. MSA digunakan untuk mengukur kecukupan sampel. Rumus untuk menghitung MSA adalah sebagai berikut : ik k ik k i k i I a r r MSA 2 1 2 2 Keterangan : r 2 ik = Kuadrat matriks korelasi sederhana 2 a ik = Kuadrat matriks korelasi parsial

k. Percentage of variance, merupakan persentase varian total yang

disumbangkan oleh setiap factor. Universitas Sumatera Utara

l. Residuals, yaitu selisih antara korelasi yang terobservasi berdasarkan

input correlation matrix dan korelasi hasil reproduksi yang diestimasi dari matriks factor.

m. Scree plot, merupakan plot dari eigenvalue sebagai sumbu tegak dan

banyaknya faktor sebagai sumbu datar, untuk menentukan banyaknya faktor yang bisa di tarik.

2.13 Langkah-Langkah Pelaksanaan Analisis Faktor

1. Merumuskan Masalah Perumusan masalah dalam analisis faktor akan melibatkan beberapa kegiatan seperti mengidentifikasi variabel, yaitu variabel yang digunakan harus disesuaikan berdasarkan penelitian sebelumnya, teori dan keinginan dari peneliti. Tujuan analisis faktor harus dididentifikasi. Ukuran variabel yang sesuai adalah interval atau rasio. Untuk menentukan banyaknya sampel berdasarkan analisis faktor sedikitnya 4 atau 5 kali banyaknya variabel. 2. Membentuk Matriks Korelasi Proses analisis didasarkan pada suatu matriks korelasi antar variabel. Agar analisis faktor menjadi tepat, variabel-variabel yang akan dianalisis harus berkorelasi. 3. Ekstraksi Faktor Terdapat dua metode ekstraksi faktor dalam analisis faktor yaitu principal component analysis PCA dan common factor analysis CFA. Didalam PCA total variance pada data yang diperhatikan yaitu diagonal matriks korelasi, setiap elemennya sebesar 1 dan full variance digunakan untuk dasar pembentukan faktor, yaitu variabel-variabel baru sebagai pengganti variabel- variabel lama yang jumlahnya lebih sedikit dan tidak lagi berkorelasi satu sama lain. Universitas Sumatera Utara 4. Penentuan Jumlah Faktor Dalam meringkas informasi yang terdapat dalam variabel asli, sejumlah faktor yang lebih sedikit akan diekstraksi. Beberapa jenis prosedur untuk menentukan banyaknya faktor yang harus diekstraksi antara lain : a. Penentuan berdasarkan eigenvalues Dalam pendekatan ini, hanya faktor dengan eigenvalue lebih besar dari 1,00 yang akan dipertahankan. suatu Eigenvalue adalah jumlah varians yang dijelaskan oleh setiap faktor. Faktor dengan nilai eigenvalue lebih kecil dari 1,00 tidak lebih baiik dari sebuah variabel asli, karena variabel asli telah dibakukan standardized yang artinya rata-ratanya 0 dan standart deviasinya 1. b. Penentuan berdasarkan scree plot Scree plot merupakan suatu plot dari eigenvalue sebagai fungsi banyaknya faktor dalam upaya mengekstraksi. Biasanya plot akan berbeda antara slope tegak faktor dengan eigenvalue yang besar dan makin mengecil pada sisa faktor yang tidak perlu diektraksi. Pengecilan slope ini yang disebut scree. 5. Rotasi Faktor Hasil atau output yang penting dari analisis faktor adalah matriks faktor pola factor pattern matrix yang memuat koefisien yang digunakan untuk mengekspresikan variabel yang dibakukan standardized dinyatakan dalam faktor. Koefisien-koefisien ini yang disebut muatan faktor factor loading yang merupakan korelasi antara faktor dengan variabelnya. Suatu koefisien dengan nilai absolut yang besar menunjukkan bahwa faktor dan variabel berkorelasi sangat kuat. Koefisien tersebut bisa digunakan untuk menginterpretasi faktor. Beberapa literatur menyarankan besarnya nilai untuk batasan factor loadings adalah ≥ 0,3, ≥0,4 atau ≥0,5. Dalam melakukan rotasi faktor, diharapkan setiap faktor memiliki factor loading atau koefisien yang tidak nol atau signifikan hanya untuk beberapa Universitas Sumatera Utara variabel. Dan diharapkan agar setiap variabel memiliki factor loading signifikan hanya dengan beberapa faktor saja, atau jika mungkin hanya dengan satu faktor saja. Rotasi tidak berpengaruh terhadap komunalitas dan persentase total varians yang dijelaskan. Namun demikan, rotasi berpengaruh terhadap persentase varians dari setiap faktor. Ada dua metode rotasi yang berbeda yaitu : orthogonal dan oblique rotation. Rotasi dikatakan orthogonal rotation jika sumbu dipertahankan tegak lurus sesamanya bersudut 90 drajat. Metode orthogonal rotation dapat dibedakan menjadi : quartimax, varimax, dan equimax. Rotasi dikatakan oblique rotation jika sumbu tidak dipertahankan harus tegak lurus sesamanya dan faktor-faktor tidak berkorelasi. Oblique rotation akan digunakan jika faktor-faktor pada populasi diperkirakan berkorelasi kuat. Metode ini dapat dibedakan menjadi oblimin, promax, dan orthobolique. Metode rotasi yang banyak digunakan ialah varimax procedure. Prosedur ini merupakan metode orthogonal yang berusaha meminimumkan banyaknya variabel dengan muatan tinggi pada satu faktor, dengan demikian memudahkan interpretasi mengenai faktor. Rotasi orthogonal menghasilkan faktor-faktor yang tidak berkorelasi satu sama lain. 6. Interpretasi Faktor Interpretasi faktor dipermudah dengan mengenali mengidentifikasi variabel yang mempunyai nilai loading yang besar pada faktor yang sama. Faktor tersebut kemudian bisa diinterpretasikan menurut variabel-variabel yang mempunyai nilai loading yang tinggi dengan faktor tersebut. Cara lain yang dapat digunakan adalah melalui pivot variabel dengan faktor loading sebagai koordinat. Variabel pada ujung suatu sumbu ialah variabel yang mempunyai high loadings hanya pada faktor tertentu, sedangkan variabel yang dekat dengan titik asal memiliki muatan rendah low loading pada kedua faktor. Variabel yang tidak dekat dengan sumbu salah satu faktor berarti berkorelasi dengan kedua faktor tersebut. Jika sebuah faktor tidak dapat dengan jelas didefinisikan dalam batas variabel awalya, maka disebut faktor umum. Universitas Sumatera Utara 7. Menentukan Ketepatan Model Model fit Untuk mengetahui apakah model dapat dinyatakan sudah tepat dan layak digunakan yaitu dengan melihat selisih atau nilai residual antara matriks korelasi sebelum dilakukan analisis faktor dengan matriks korelasi setelah dilakukan analisis faktor. Untuk menentukan sebuah model sesuai atau tidak, maka nilai absolut residuals harus kurang dari 0,05 sehingga model tersebut dapat diterima. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang