21
3. Prinsip Operasional BMT
Dalam perkembangannya, BMT mempunya beberapa prinsip operasional mulai dari pendiriannya hingga operasional kerjanya. Prinsip
operasional BMT antara lain:
5
a. Penumbuhan Dalam prinsip ini, BMT tumbuh dari masyarakat sendiri
dengan dukungan tokoh masyarakat, orang berada aghnia dan kelompok Usaha Muamalah POKUSMA yang ada di daerah
tersebut, dengan modal awal Rp. 20 – 30 juta dikumpulkan dari para
pendiri dan dan POKUSMA dalam bentuk simpanan pokok dan simpanan pokok khusus. Jumlah pendiri minimum 20 orang
BMT harus mempunyai landasan sebaran keanggotaan yang kuat sehingga BMT tidak dikuasai perseorangan dalam jangka
panjang. Hal ini dikarenakan BMT adalah lembaga bisnis, membuat kentungan, tetapi juga memiliki komitmen yang kuat untuk membela
kaum yang lemah dalam penanggulangan kemiskinan, BMT mengelola dana maal.
b. Profesionalitas Sebuah BMT akan berkembang jika dijalankan oleh pengelola
yang handal. Pengelola BMT harus profesional, bekerja penuh
5
M. Amin Azis, Tata Cara Pendirian BMT, Jakarta: Pkes Publishing, 2006, Cet. 1, h. 2.
22
waktu, pendidikan S-1 minimum D-3, mendapat pelatihan keanggotaan BMT oleh PINBUK 2 minggu, memiliki komitmen kerja
penuh waktu, penuh hati dan perasaannya untuk mngembangkan bisnis dan lembaga BMT.
Pengelola profesional berlandaskan sifat-sifat: shidiq, amanah, tabligh, fathonah, sabar dan istiqomah. Pengelola menjemput bola dan
aktif berbaur di masyarakat. Selain itu, operasional BMT harus berlandaskan sistem dan prosedur: SOP, sistem akuntansi yang
memadai. Setelah pendirian, BMT bersedia mengikat kerjasama dengan
PINBUK untuk menerima dan membayar secara cicilan jasa manajemen dan teknologi informasi termasuk online system.
c. Prinsip Islamiyah Selain prinsip penumbuhan dan profesionalitas, BMT juga
mempunyai prinsip islamiyah. Prinsip ini menerapkan cita-cita dan nilai-nilai Islam salam, keselamatan, berkeadilan, kedamaian dan
kesejahteraan dalam kehidupan ekonomi masyarakat banyak. Setiap transaksi diiringi akad yang jelas, serta mempunyai rumusan
penghargaan dan sangsi yang jelas kemudian diterapannya dengan tegaslugas.
23
C. Pengertian Pemberdayaan