Prosedur Pembiayaan dan Data Mitra BMT

52

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Prosedur Pembiayaan dan Data Mitra BMT

Layaknya lembaga keuangan formal, BMT Al Fath IKMI dan BMT Al Ittihad memberikan pembiayaan dalam bentuk pembiayaan konsumtif dan modal kerja. Pembiayaan ini pun tidak serta merta diberikan tanpa ada survei lapangan, hal ini untuk menghindari munculnya pembiayaan macet yang akan menambah angka NPF Non Performing Financing. 1 Berdasarkan data dari BMT, ada dua jenis pembiayaan yang diberikan kepada para mitranya yaitu pembiayaan konsumtif dan pembiayaan modal kerja. 1. Pembiayaan konsumtif, yaitu Pembiayaan konsumtif diperlukan oleh pengguna dana untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan akan habis di pakai untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Seperti yang telah di ketahui secara umum, kebutuhan konsumsi terdiri dari kebutuhan primer makanan, minuman, tempat tinggal, pakaian, pelayanan kesehatan, pendidikan dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan tambahan, yang secara kuantitatif maupun kualitatif lebih tinggi atau lebih mewah dari kebutuhan primer. 1 Hasil wawancara dengan Bapak H Saimin, Manajer BMT Al Fath IKMI, Desember 2010. 53 2. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan: a peningkatan produksi, baik secara kuantitatif maupun kualitatif; b untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang. BMT senantiasa melakukan peninjauan ke lapangan sebelum memberikan pembiayaan kepada mitra. Dalam menganalisis kelayakan pembiayaan, setidaknya ada lima pendekatan yang harus di gunakan BMT, yaitu: a Pendekatan Karakter Pendekatan ini merupakan pendekatan data tentang kepribadian dari calon nasabah seperti sifat-sifat pribadi, kebiasaan-kebiasaannya, cara hidup, keadaan dan latar belakang keluarga maupun hobinya. Character ini untuk mengetahui apakah nantinya calon nasabah ini jujur berusaha untuk memenuhi kewajibannya dengan kata lain ini merupakan willingness to pay. b Pendekatan Kelayakan Usaha Pendekatan kelayakan usaha yaitu kemampuan calon nasabah dalam mengelola usahanya yang dapat dilihat dari pendidikannya, pengalaman mengelola usaha business record nya, sejarah perusahaan yang pernah di kelola pernah mengalami masa sulit apa tidak, bagaimana mengatasi kesulitan. Capacity ini merupakan ukuran dari ability to play atau kemampuan dalam membayar. 54 c Pendekatan Saving Power Dalam memberikan pembiayaan perlu diperhatikan juga berapa jumlah tabungan nasabah saving power, minimal jumlah tabungan tersebut ada 30 dari jumlah pembiayaan yang di ambil. d Pendekatan Collateral Pendekatan ini berupa adanya jaminan yang mungkin bisa disita apabila ternyata calon nasabah benar-benar tidak bisa memenuhi kewajibannya. Collateral ini diperhitungkan paling akhir, artinya bilamana masih ada suatu kesangsian dalam pertimbangan-pertimbangan yang lain, maka bisa menilai harta yang mungkin bisa dijadikan jaminan. e Pendekatan Inventory Turn Over Pendekatan ini menilai berapa kali persediaan barang berputar dalam setahun atau hitungan perhari. Bila rasio inventory turn over tinggi, maka akan semakin cepat pula perputaran persediaan menjadi penjualan. f Pendekatan Titik Kritis Pembiayaan yang diberikan juga perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi yang dikaitkan dengan prospek usaha calon nasabah. Ada suatu usaha yang sangat tergantung dari kondisi perekonomian, oleh karena itu perlu mengaitkan kondisi ekonomi dengan usaha calon nasabah. Agar lebih jelasnya lihat diagram alur pembiayaan berikut ini: 55 Ya Ya Ya kurang Ya Ya Ya tidak Ya Gambar 2. 1 Diagram Alur Teknik Analisis Pembiayaan Aman dan Cepat Permohonan Pendekatan syarat BMT BMT- able tidak ditolak Pendekatan Karakter baik Pend. Kelayakan Usaha Pend.Cholateral Memadai layak Pend. Kelayakan Usaha Pend. Saving Power Memadai layak Pend. Saving Power Pend. Titik Kritis Pend. Inventory Turn Over Prospektif Memadai Bisa diatasi Pend. Titik Kritis Bisa diatasi Pend.Cholateral Memadai ditolak ditolak ditolak diterima STOP diterima STOP Start STOP tidak meragukan tidak tidak tidak tidak 56 Seiring perkembangan yang ditunjukkan oleh BMT Al Fath IKMI dan BMT Al Ittihad lihat bab 3, kedua BMT ini telah berupaya menyalurkan dana pada mitra yang membutuhkan. Berikut ini adalah data jumlah mitra pembiayaan BMT Al Fath IKMI dan BMT Al Ittihad tahun 2010: Tabel 3. 1 Jumlah Mitra Pembiayaan BMT Al Fath IKMI Tahun 2010 Bulan Laki-laki Perempuan Januari 43 14 Februari 24 16 Maret 35 16 April 36 19 Mei 39 16 Juni 39 16 Juli 33 31 Agustus 22 11 September 30 15 Oktober 54 16 Nopember 14 7 Desember 18 9 Total 387 186 Sumber: Data Primer BMT Al Fath IKMI 57 Tabel 3. 2 Jumlah Mitra Pembiayaan BMT Al Ittihad Tahun 2010 Bulan Laki-laki Perempuan Januari 115 98 Februari 102 75 Maret 148 119 April 131 118 Mei 148 113 Juni 133 123 Juli 136 132 Agustus 106 102 September 57 48 Oktober 114 118 Nopember 111 117 Desember 127 109 Total 1428 1273 Sumber: Data Primer BMT Al Ittihad 58 Dari kedua data di atas, terlihat bahwa BMT Al Ittihad mampu memberi pembiayaan pada perempuan lebih banyak jika dibandingkan dengan BMT Al Fath IKMI yaitu dengan total jumlah mitra pembiayaan perempuan sebanyak 1273 orang yaitu sebesar 47,1 dari total jumlah mitra pembiayaan selama tahun 2010. Sedangkan BMT Al Fath IKMI hanya mampu memberikan 32,4 pembiayaannya pada perempuan. 2 Syarat-syarat bagi pemohon pembiayaan pun tergolong mudah, baik BMT Al Fath IKMI ataupun BMT Al Ittihad tidak mendiskriminasikan antara pemohon pembiayaan laki-laki maupun perempuan. Syarat-syarat mengajukan pembiayaan yaitu: 3 1. Telah menjadi mitra BMT 2. Mengisi formulir permohonan pembiayaan 3. Foto copy KTP suamiistri yang masih berlaku + foto copy KK 4. Foto copy surat nikah 5. 1 set copy jaminan 6. Slip gaji terakhir 7. Pas foto suamiistri ukuran 3 x 4 2lembar Dengan adanya data-data dan keterangan di atas tidak serta merta dapat disimpulkan bahwa BMT telah cukup banyak memberikan kontribusi terhadap perkembangan ekonomi mitra perempuannya. Namun perlu di 2 Diolah dari data BMT Al Fath IKMI dan BMT Al Ittihad. 3 Data di peroleh dari brosur BMT. 59 lakukan penelitian lebih jauh tentang bagaimana kondisi ekonomi para mitra perempuannya setelah mendapatkan pembiayaan, terlepas dari jenis pembiayaan yang di ambilnya. Apakah pembiayaan telah mampu membantu perekonomiannya, atau justru sebaliknya. Untuk itu, penulis mengambil sampel sebanyak 50 orang mitra perempuan yang mengambil pembiayaan di BMT Al Fath IKMI dan BMT Al Ittihad. Metode sampling yang di ambil yaitu dengan menggunakan metode random sampling.

B. Deskripsi Responden