Tujuan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan

28 rawan KDRT kekerasan dalam rumah tangga atau sudah saatnya perempuan berpartisipasi dalam pembangunan, konsep pemberdayaan ekonomi perempuan ini disambut baik oleh berbagai pihak, baik lembaga yang diakui pemerintah, ormas, LSM Lembaga Swadaya Masyarakat maupun masyarakat umum. Akhirnya berbagai pihak menerima bahkan turut menyebarluaskan program pemberdayaan ekonomi perempuan dengan berbagai konsekuensinya. 16

E. Tujuan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan

Keberdayaan perempuan di bidang ekonomi adalah salah satu indikator meningkatnya kesejahteraan. Saat perempuan menjadi kaum terdidik, mempunyai hak-hak kepemilikan, dan bebas untuk bekerja di luar rumah serta mempunyai pendapatan mandiri, inilah tanda kesejahteraan rumah tangga meningkat. Lebih dari seabad lalu telah dikemukakan Kartini, bahwa tiap perempuan mesti memiliki kemandirian secara ekonomi, agar dirinya punya kuasa dan posisi dalam hubungan domestik, keluarga, dan lingkungan sosial. 17 Agar mengetahui fokus dan tujuan pemberdayaan, maka perlu di ketahui berbagai indikator yang dapat menunjukkan seseorang itu berdaya atau tidak. Schuler, Hashemi dan Riley mengembangkan beberapa indikator 16 Lusiyanti, “Mampukah Perempuan Mengentaskan Kemiskinan?”, Pikiran Rakyat, 23 Desember 2010. 17 Rommy Haryanto, Pemberdayaan Perempuan untuk Ekonomi, artikel diakses pada 26 Oktober 2010 dari http:www.wrp-diet.compemberdayaan-perempuan-untuk-perkembangan- ekonomi. 29 pemberdayaan, yang mereka sebut sebagai empowerment index atau indeks pemberdayaan. Indikator tersebut mencakup hal-hal dibawah ini: 18 Pertama, kebebasan mobilitas, yaitu kemampuan individu untuk pergi ke luar rumah atau wilayah tempat tinggalnya, seperti ke pasar, fasilitas medis, rumah ibadah. Tingkat mobilitas ini di anggap tinggi jika individu mampu pergi sendirian. Kedua, k emampuan membeli komoditas „kecil‟ yaitu kemampuan individu untuk membeli barang-barang kebutuhan keluarga sehari-hari, seperti kebutuhan pokok beras, minyak tanah, minyak goreng, bumbu dan kebutuhan dirinya minyak rambut, sabun mandi, bedak, sampo. Individu di anggap mampu melakukan kegiatan ini terutama jika ia dapat membuat keputusan sendiri tanpa meminta ijin pasangannya; terlebih jika ia dapat membeli barang-barang tersebut dengan menggunakan uangnya sendiri. Ketiga, kemampuan membeli komoditas „besar‟: kemampuan individu untuk membeli barang-barang sekunder atau tersier, seperti lemari pakaian, TV, radio, koran, majalah, pakaian keluarga. Seperti halnya indikator di atas, poin tinggi diberikan terhadap individu yang dapat membuat keputusan 18 Safriadi, Konsepsi dan Aktualisasi Kebijakan untuk Pemberdayaan Ekonomi bagi Perempuan dan Bangsa Indonesia dalam Menghadapi Globalisasi, artikel diakses pada 26 Oktober 2010 dari http:safriadi.wordpress.com20090204konsepsi-dan-aktualisasi-kebijakan-untuk - pemberdayaan-ekonomi-kerakyatan-bagi-perempuan-dan-bangsa-indonesia-dalam-menghadapi- globalsasi . 30 sendiri tanpa meminta ijin pasangannya; terlebih jika ia dapat membeli barang-barang tersebut dengan menggunakan uangnya sendiri. Keempat, terlibat dalam pembuatan keputusan-keputuan rumah tangga: mampu membuat keputusan secara sendiri mapun bersama suamiistri mengenai keputusan-keputusan keluarga, misalnya mengenai renovasi rumah, pembelian kambing untuk diternak, memperoleh kredit usaha. Kelima, kebebasan relatif dari dominasi keluarga. Menurut Schuler, Hashemi dan Riley, seseorang di anggap berdaya jika dia tidak di dominasi oleh keluarganya, suami, istri, anak-anak, mertua. Keenam, kesadaran hukum dan politik: mengetahui nama salah seorang pegawai pemerintah desakelurahan; seorang anggota DPRD setempat; nama presiden; mengetahui pentingnya memiliki surat nikah dan hukum-hukum waris. Ketujuh, keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes: seseorang di anggap „berdaya‟ jika ia pernah terlibat dalam kampanye atau bersama orang lain melakukan protes, misalnya, terhadap suami yang memukul istri; istri yang mengabaikan suami dan keluarganya; gaji yang tidak adil; penyalahgunaan bantuan sosial; atau penyalahgunaan kekuasaan polisi dan pegawai pemerintah. Kedelapan, jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga: memiliki rumah, tanah, asset produktif, tabungan. Seseorang di anggap 31 memiliki poin tinggi jika ia memiliki aspek-aspek tersebut secara sendiri atau terpisah dari pasangannya. Dari empowerment indeks di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pemberdayaan ekonomi perempuan yaitu agar kaum perempuan memiliki kemampuan diri dan financial untuk mengambil suatu keputusan ekonomi tanpa tergantung kepada pasangannya. 32

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Profil Kota Tangerang Selatan

Kota Tangerang Selatan terletak di bagian timur Provinsi Banten dan secara administratif terdiri dari 7 tujuh kecamatan, 49 empat puluh sembilan kelurahan dan 5 lima desa dengan luas wilayah 147,19 km 2 . Menurut Kabupaten Tangerang pada Tahun 20072008, luas wilayah kecamatan-kecamatan yang berada di Kota Tangerang Selatan yang kemudian di ambil sebagai luas wilayah kota Tangerang Selatan adalah seluas 150,78 km 2 sedangkan menurut Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan adalah sebesar 147,19 km 2 dengan rincian luas kecamatan masing-masing yang berbeda pula. Angka yang digunakan adalah 147,19 km 2 karena sesuai dengan Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Propinsi Banten. Batas wilayah Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:  Sebelah utara berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta Kota Tangerang  Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta Kota Depok  Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor Kota Depok  Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang Luas wilayah masing-masing kecamatan berbeda-beda. Kecamatan dengan wilayah paling besar adalah Pondok Aren dengan luas 2.988 Ha atau