Latar Belakang Masalah. PENDAHULUAN

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Peringkat Nasional Provinsi Sumatera Utara pada umumnya semakin meningkat setelah pernah terpuruk pada PON ke XIV tahun 1996 di Jakarta, Sumatera Utara berada pada peringkat 12 Nasional namun pada PON berikutnya tahun 2000, 2004 dan 2008 menunjukkan perubahan peringkat yang signifikan. Grafik peningkatan peringkat olahraga Provinsi Sumatera Utara dalam PON II tahun 1951 sampai dengan PON XV tahun 2000 dapat di ilustrasikan seperti gambar berikut ini : Gambar 1. Illustrasi Grafik Prestasi Olahraga Sumatera Utara Pada PON I – XV. Muhammad TWH, 2003 : 222 PEKAN OLAHRAGA NASIONAL PON R ang ki ng I 1948 Solo II 1951 Jakarta III 1953 Medan IV 1957 Makasar V 1961 Bandung VI 1965 Jakarta VII 1969 Surabaya VIII 1973 Jakarta IX 1977 Jakarta X 1981 Jakarta XI 1985 Jakarta XII 1989 Jakarta XIII 1993 Jakarta XIV 1996 Jakarta XV 2000 Surabaya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 PON I S O L O S U M U T T ID A K IK U T PON V I J A K A R T A T ID A K J A D I D I A D A K A N commit to user 2 Peringkat Provinsi Sumatera Utara secara umum memang meningkat, seperti pada PON XVII 2008 Kalimantan Timur yang mampu mencapai peringkat 7 Nasional, sedangkan sebelumnya pada PON XVI 2004 Sumatera Selatan hanya mampu pada peringkat 12 nasional. Setiap cabang olahraga yang mampu menyumbang medali tentunya akan meningkatkan peringkat nasional suatu Provinsi pesera PON, namun dalam perolehan medali per cabang olahraga ada yang menunjukkan prestasi maksimal dan ada yang tidak. Cabang olahraga akuatik pada PON XIV, atlet PRSI Provinsi Sumatera Utara, hanya mampu memperoleh 2 medali, pada nomor 200 m gaya kupu-kupu memperoleh medali perak dan 100 m gaya kupu-kupu memperoleh medali perunggu, sementara renang gaya bebas tidak menunjukkan prestasi yang memuaskan. Atlet PRSI Provinsi Sumatera Utara Pada PON XV Surabaya cabang olahraga akuatik sama sekali tidak dapat menyumbang medali, namun pada PON XVI Palembang terjadi peningkatan, atlet cabang olahraga akuatik mampu menyumbang dua medali perunggu pada nomor 200 m renang gaya bebas dan 400 m renang gaya ganti perorangan. Renang gaya bebas juga tidak menunjukkan prestasi yang memuaskan. Pada PON XVII Kalimantan Timur yang baru saja berlangsung atlet cabang olahraga akuatik, nomor renang mampu menyumbang 2 medali emas yaitu 100 meter dan 200 meter gaya dada, namun pada nomor renang gaya bebas, gaya punggung dan gaya kupu-kupu tidak menunjukkan prestasi. Khususnya renang gaya bebas yang merupakan nomor perlombaan yang bergengsi karena merupakan teknik renang yang menuntut kecepatan tinggi, sama sekali nihil medali. Apa yang menjadi penyebabnya ?. Sedangkan pada PON commit to user 3 XVIII mendatang Gubernur Sumatera Utara menantang para pengurus PRSI, bisa merebut 7 hingga 8 medali emas di PON XVIII tahun 2012 di Pekanbaru. “Jika di PON 2008 meraih 3 emas dan 2 perunggu, maka di PON Pekanbaru nanti hendaknya bisa meraih 7 atau 8 emas,” tantang Gubernur Sumatera Utara. Karenanya, para pengurus harus menjalankan organisasi dengan baik. Jadi pengurus olahraga harus ikhlas dan siap meladeni atlet, bukan malah minta diladeni,” ujar Gubernur Sumatera Utara. http:www.google.co.idsearch?hl=idq=PRSI+SUMUTaq=oaqi=aql=oq =gs_rfai = http:www.pempropsu.go.idlengkap.php?id=2112 diunduh 14 Juni 2010 Tantangan sekaligus amanah dari Gubernur Sumatera Utara ini menjadi suatu motivasi untuk meningkatkan prestasi, namun untuk meningkatkan prestasi olahraga bukan hal yang mudah, karena diperlukan persiapan, perencanan, waktu yang lama, pelatihan yang terus menerus dan pengetahuan yang luas dengan memaksimalkan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan. Prestasi renang yang memuaskan tidak akan tercapai dengan spekulatif, tetapi harus melalui pelatihan yang intensif dengan program pelatihan yang baik berdasarkan prinsip-prinsip pelatihan yang benar. Pembinaan cabang olahraga renang harus mampu menciptakan inovasi metode pelatihan baru yang dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, dengan : 1. Menerapkan penemuan-penemuan metode baru dari hasil penelitian ilmiah, 2. menerapkan metode pelatihan yang relevan, selaras dengan perkembangan pemanfaatan bidang ilmu dan teknologi, dan 3. Mengkolaborasi antara penemuan baru, metode pelatihan yang relevan serta pengalaman yang telah dimiliki. commit to user 4 Kendala yang menyebabkan prestasi olahraga renang Sumatera Utara tidak menunjukkan peningkatan prestasi yang signifikan adalah kuranganya pelatih menerapkan ilmu keolahragaan yang semakin komplek. Pada umumya pelatihan renang yang diterapkan disetiap perkumpulan klub renang yang ada di Sumatera Utara khususnya di kota Medan, belum memaksimalkan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan, diantaranya pendekatan pelatihan belum berlandaskan pada kajian ilmiah secara obtimal, penyusunan program pelatihan yang belum mencapai tingkat kecermatan dan keakurasian, belum menyentuh pada pengkajian sistem energi dominan yang dibutuhkan terhadap nomor pertandingan olahraga tersebut. Program pelatihan disusun berdasarkan pengalaman yang diperoleh oleh pelatih terdahulu sewaktu menjadi atlet dan kemudian diterapkan kepada atlet-atlet berikutnya dan program ini tidak di dukung oleh kajian ilmiah secara mendalam. Mereka pada umumnya percaya bahwa lebih banyak melakukan pelatihan fisik berarti lebih baik. Sebenarnya yang menentukan keberhasilan seorang atlet bukannya seberapa berat atau seberapa banyak atlet itu berlatih, tetapi yang terpenting adalah keakuratan intensitas pelatihan. Janssen, Peter G.J.M, 1987:155 Pelatih-pelatih renang di berbagai club renang, diberbagai daerah di Provinsi Sumatera Utara, khususya kota Medan adalah alumni dari Fik Unimed yang telah memperoleh ilmu kepelatihan saat perkuliahan dan ditambah dengan pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh top organisasi PRSI Sumatera Utara. Namun metode pelatihan yang diberikan tetap tidak mengalami perubahan, hal ini disebabkan karena pelatih renang yang memiliki disiplin ilmu commit to user 5 kependidikan bukan ilmu keolahragaan seperti sekarang ini, sehingga tetap mengalami kesulitan dalam memahami apalagi menerima dan menerapkan program pelatihan yang berdasarkan kajian ilmiah keolahragaan, seperti yang telah diterapkan di daerah-daerah Provinsi lain di Indonesia. Dalam merancang program pelatihan, kesulitan yang selalu dihadapi pelatih adalah cara menentukan intensitas pelatihan, menyelaraskan antara kerja dan istirahat untuk pemulihan serta menyusun program pelatihan fisik yang efisien dan memiliki relevansi dengan tujuan latihan serta evaluasi program pelatihan. Penyebab pokoknya dikarenakan pelatih belum memanfaatkan kemajuan ilmu keolahragaan dan teknologi yang ada sekarang ini. Perkembangan dewasa ini pelatihan renang telah menekankan pada program pelatihan interval dengan mengacu pada cacatan waktu yang berhasil ditempuh perenang dalam setiap ulangannya work interval, tanpa memperhatikan interval istirahatnya relief interval. Harus diingat bahwa waktu kerja, sama pentingnya dengan waktu istirahat. Seperti yang dikemukakan oleh Russhall, Brent S., and Pyke, Frank S, 1990:63 yang mengatakan bahwa: pemulihan harus menjadi bagian integral dari suatu sesi pelatihan. Kebiasaan bahwa untuk masa istirahat tidak dilakukan kontrol dan waktu istirahatnya tergantung dari perenang sendiri. Pelatih bertanya apakah perenang sudah siap untuk melakukan ulangan renang repetisi berikutnya. Jawaban atlet berbeda- beda, ada yang sudah siap dan ada yang belum, bahkan ada yang berhenti karena kelelahan. commit to user 6 Fox, Edward L, 1984:207 menyatakan bahwa hampir semua cabang olahraga merupakan aktivitas fisik yang “intermittent”. Selanjutnya Fox, Edward L., Bowers, Richard W., and Foss, Merle L, 1993:300 menyebutkan berbagai metode pelatihan dan salah satu diantaranya adalah pelatihan interval. Metode pelatihan interval adalah metode pelatihan yang mengharuskan atlet bergantian melakukan aktivitas antara interval kerja dan interval istirahat. Kontribusi sistem energi utama pada saat interval kerja yang dipergunakan adalah sistem anaerob, sedangkan sistem energi utama saat interval istirahat adalah sistem energi aerob. Dalam metode pelatihan renang belum dijalankan bentuk-bentuk pelatihan fisik secara akurat dengan penggunaan sistem energi utama. Program pelatihan yang efektif akan tampak baik bila cara pelatihannya sesuai dengan sistem energi yang digunaknnya. Fox, Edward L., and Mathews, Donald K, 1981:280 menyatakan, sumber energi yang tepat tergantung terutama pada waktu dan intensitasnya, tanpa perlu merinci sifat-sifat dari cabang olahraganya, waktu merupakan hal terpenting untuk diperhatikan. Memahami hubungan antara sistem energi utama dengan waktu pelaksanaan kerja merupakan dasar untuk menyusun dan menentukan rasio interval kerja dan interval istirahat, termasuk dalam program pelatihan interval anaerob. Pada program pelatihan interval anaerob untuk renang 50 meter gaya bebas menggunakan jarak tempuh renangan yang disesuaikan dengan penggunaan sistem energi. Jarak tempuh pelatihan interval anaerob meliputi jarak 25 meter. Sistem energi utama yang dipakai dalam pelatihan interval anaerob jarak 25 meter adalah sistem energi ATP-PC sistem fosfhagen. commit to user 7 Berdasarkan sistem energi utama, waktu pelaksanaan kerja performance time merupakan dasar untuk menyusun interval kerja dan interval istirahat, termasuk dalam program pelatihan renang 50 meter gaya bebas. Interval pemulihan menurut Fox, Edward L., Bowers, Richard W., dan Foss, Merle L, 1993:302 dinyatakan dalam hubungan rasio pemulihan dengan kerja dan dapat dinyatakan sebagai berikut ; 1:½, 1:1, 1:2 atau 1:3. Rasio 1:½ menyatakan bahwa waktu interval pemulihannya sama dengan setengah waktu interval kerja, rasio 1:1 menyatakan bahwa waktu interval pemulihannya sama dengan waktu interval kerja. Pada interval kerja yang memakan waktu lebih pendek, rasionya 1:3 karena intensitasnya yang tinggi, sedangkan interval kerja yang memakai waktu lebih lama, rasio kerja-pemulihan 1:½ atau 1:1. Energi ATP yang telah tersedia didalam otot akan dipergunakan dengan seketika ketika otot berkontraksi dengan kuat dan cepat, seperti halnya gerakan kayuhan lengan menarik dan mendorong air dengan kuat dan cepat. Untuk dapat melakukan gerakan kayuhan lengan dengan kuat dan cepat dibutuhkan komponen kondisi fisik power otot lengan yang baik. Gerakan kayuhan lengan ini merupakan teknik yang harus dikuasai perenang, karena dengan gerakan ini disertai dengan power otot yang baik, perenang mendapat tenaga penggerak yang kuat dan cepat untuk membawa badan meluncur jauh kedepan saat berenang dan juga berfungsi untuk pengaturan keseimbangan tubuh saat berenang. commit to user 8 Perenang setingkat mahasiswa telah memiliki power otot lengan, walaupun diantara mereka ada yang memiliki power otot yang lebih baik dari yang lain, demikian juga dengan kecepatan berenangnya dalam menempuh jarak 50 meter, juga kemampuan pulih asal dalam mengganti energi ATP yang telah dipakai saat berenang kebutuhan waktu istirahat yang berbeda. Dari beberapa pendapat mengenai pelatihan interval, nampak jelas betapa luas variasi yang ditunjukkan pada berbagai rasio waktu kerja-istirahat. Variasi rasio waktu kerja- istirahat ini menjadi penting dalam menentukan keberhasilan program pelatihan interval anaerob yang bertujuan untuk meningkatkan kecepatan renang 50 meter gaya bebas, oleh sabab itu ketepatan pengaturan rasio waktu kerja dan waktu istirahat merupakan masalah pokok yang akan dikaji. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan dasar ilmiah dengan tinjauan teoritis tentang program pelatihan interval anaerob yang berkaitan dengan power otot lengan dengan menekankan pada rasio waktu kerja-istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7 pada mahasiswa putra Fik Unimed.

B. Identifikasi Masalah