PERBEDAAN PENGARUH PELATIHAN INTERVAL ANAEROB RASIO WAKTU KERJA ISTIRAHAT 1 3, 1 5 DAN 1 7 TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN RENANG 50 METER GAYA BEBAS DITINJAU DARI POWER OTOT LENGAN

(1)

commit to user

PERBEDAAN PENGARUH PELATIHAN INTERVAL ANAEROB RASIO WAKTU KERJA-ISTIRAHAT 1:3, 1:5 DAN 1:7 TERHADAP PENINGKATAN

KECEPATAN RENANG 50 METER GAYA BEBAS DITINJAU DARI POWER OTOT LENGAN

(Studi Eksperimen Pada Mahasiswa Putra Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derejat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan

Oleh :

Andarias Ginting A120809103

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2 0 1 1


(2)

commit to user

ii

PERBEDAAN PENGARUH PELATIHAN INTERVAL ANAEROB RASIO WAKTU KERJA-ISTIRAHAT 1:3, 1:5 DAN 1:7 TERHADAP PENINGKATAN

KECEPATAN RENANG 50 METER GAYA BEBAS DITINJAU DARI POWER OTOT LENGAN

(Studi Eksperimen Pada Mahasiswa Putra Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan)

Disusun oleh : Andarias Ginting

A120809103

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I. Prof. Dr. Sugiyanto ……….… ….………….

Pembimbing II. Prof.Dr.H.M. Furqon H, M.Pd ……… .………

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan

Prof. Dr. Sugiyanto NIP. 19491108 197609 1 001


(3)

commit to user

iii

PERBEDAAN PENGARUH PELATIHAN INTERVAL ANAEROB RASIO WAKTU KERJA-ISTIRAHAT 1:3, 1:5 DAN 1:7 TERHADAP PENINGKATAN

KECEPATAN RENANG 50 METER GAYA BEBAS DITINJAU DARI POWER OTOT LENGAN

(Studi Eksperimen Pada Mahasiswa Putra Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan)

Disusun oleh : Andarias Ginting

A120809103

Telah disetujui dan disyahkan oleh Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Prof. Dr. M. Doewes, dr., AIFO ..………….… ….………….

Sekretaris Dr. Kiyatno, dr., M.Or., AIFO ……… .……….

Anggota

Penguji : 1. Prof. Dr. Sugiyanto ……… …………..…

2. Prof. Dr. H. M. Furqon H, M.Pd ……… ………

Surakarta, Agustus 2011 Mengetahui,

Direktur PPs UNS Ketua Prodi Ilmu Keolahragaan

Pascasarjana UNS

Prof. Drs. Suranto., M.Sc., Ph.D Prof. Dr. Sugiyanto


(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Andarias Ginting

NIM : A120809103

Program Studi : Ilmu Keolahragaan

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul Perbedaan Pengaruh

Pelatihan Interval Anaerob Rasio Waktu Kerja-Istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7 Terhadap Peningkatan Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas Ditinjau Dari

Power Otot Lengan” adalah benar karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya

dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, 25 Juli 2011 Yang membuat pernyataan,


(5)

commit to user

v

MOTTO

Dengan Ketulusan Hati Tesis Ini Penulis Persembahkan Kepada ; v Ayahanda Amir Ginting dan Ibunda Alhm. Asaria Br Sitepu

Beserta Seluruh Keluarga yang Saya Mulyakan

v Istri Tercinta Diana Novita Br Sitepu dan Anak-Anakku ; Irsyad El Hamdi Ginting dan

Firnannisa Masthura Br Ginting.

v Seluruh Pembaca

DENGAN

ILMU PENGETAHUAN

SEJAHTERAKAN KELUARGA dan BAHAGIAKAN ORANG LAIN

KELIHATAN BUAHNYA KENALI POHONNYA


(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena atas berkat, rahmat serta karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan bejudul ”Perbedaan Pengaruh Pelatihan Interval Anaerob Rasio Waktu Kerja-Istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7 Terhadap Peningkatan Kecepatan Renang 50

Meter Gaya Bebas Ditinjau Dari Power Otot Lengan”

Dalam kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga, terutama kepada Dosen Pembimbing yaitu yang terhormat Prof. Dr. Sugiyanto dan Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatulah, M.Pd yang telah dengan sabar membimbing dan senantiasa memberikan semangat, ilmu, arahan, masukan, koreksi sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Serta kepada seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Keolahragaan Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, yang dengan tulus telah memberikan ilmu dan pengetahuan, serta berbagai pengalaman kepada penulis selama menempuh pendidikan di Program Studi Ilmu Keolahragaan Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

Pada kesempatan ini penulis juga menghaturkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memeberikan

kesempatan pada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

2. Rektor Universitas Negeri Medan yang telah memberikan kesempatan tugas

belajar kepada penulis untuk melanjutkan Pendidikan di Program Studi Ilmu Keolahragaan PPs Universitas Sebelas Maret.

3. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian dalam rangka memenuhi tugas akhir.

4. Prof. Dr. Sugiyanto., selaku Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan PPs

Universitas Sebelas Maret yang senantiasa memberikan motivasi, bimbingan, serta dorongan untuk segera menyelesaikan tesis ini.


(7)

commit to user

vii

5. Prof. Dr. Muchsin Doewes, dr., PFark., MARS., AIFO., selaku Sekretaris

Program Studi Ilmu Keolahragaan PPs Universitas Sebelas Maret yang senantiasa memeberikan motivasi, bimbingan, serta dorongan untuk segera menyelesaikan tesis ini.

6. Drs. Basyaruddin Daulay, M.Kes., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan

Universitas Negeri Medan yang memberikan ijin penelitian kepada penulis serta bimbingan dan motivasinya untuk menyelesaikan tesis ini.

7. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fik Unimed

yang telah memberikan dorongan, semangat dan motivasi untuk menyelesaikan tesis ini.

8. Ketua, Koordinator dan seluruh anggota I–MHERE Unimed, yang telah

memberikan kesempatan, bantuan moril, materil dan motivasi untuk melanjudkan studi sampai akhir penyelesaian tesis ini

9. Pimpinan kolam renang Sejahtera Club Chain Unimed yang telah

memberikan izin pemakaian tempat dan fasilitas kolam renang dalam pelaksanaan penelitian tesis ini.

10. Seluruh rekan-rekan Dosen Fakutas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

Medan serta Abangnda Sabar Surbakti dan Sumanto yang telah memberikan dorongan, semangat dan motivasi untuk menyelesaikan tesis ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

membantu dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini.

Terakhir harapan penulis, semoga kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang setimpal oleh Allah Yang Maha Kuasa serta memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.

Surakarta, Juli 2011 Peneliti,


(8)

commit to user

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL TESIS ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xvi

ABSTRACT... xvii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian... 10

F. Manfaat Penelitian... 11

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS ... 12

A. Kajian Teori... 12

1. Renang ... 12

a. Renang Gaya Bebas (Front Crawl)... 14

b. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan... 23

c. Prinsip Pelatihan Kecepatan... 26


(9)

commit to user

ix

2. Sumber Energi ... 30

a. Defenisi Energi... 30

b. Siklus Energi Biologis ... 31

c. Adenosin Triphosphat –ATP ... 32

3. Sumber ATP ... 35

a. Sistem ATP-PC (Adenosine Triphosphate –Phospho Creatine) ... 35

b. Sistem Glikolisis Anaerobik (Lactic Acid System)... 37

c. Sistem Aerobik atau Sistem Oksigen... 39

1). Glikolisis Aerob (Aerobic Glycolysis)... 41

2). Siklus Krebs (The Krebs Cycle)... 42

3). Sistem Transport Elektron (The Electron Transport System)... 45

4. Pelatihan Interval Anaerob ... 47

a. Kebutuhan Waktu Pemulihan ... 58

1). Pemulihan Oksigen ... 59

2). Pemulihan Energi... 61

b. Jenis Relief Interval ... 64

1). Istirahat Diantara Repetisi (Take a Rest Among Repetition.)... 65

2). Istirahat Diantara Set ... 65

c. Rasio Waktu Kerja-Istirahat... 65

1). Kelebihan dan Kekurangan Pelatihan Interval Anaerob Rasio Waktu Kerja – Istirahat 1:3... 66

2). Kelebihan dan Kekurangan Pelatihan Interval Anaerob Rasio Waktu Kerja – Istirahat 1:5... 67

3). Kelebihan dan Kekurangan Pelatihan Interval Anaerob Rasio Waktu Kerja – Istirahat 1:7... 69

5. Power Otot... 70

a. Power Otot Lengan ... 72


(10)

commit to user

x

c. Peranan Power Otot Lengan Terhadap Peningkatan

Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas... 77

B.Penelitian Yang Relevan... 79

C.Kerangka Berfikir ... 81

D.Pengajuan Hipotesis... 85

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 86

A. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 86

B. Metode Penelitian... 86

C. Variabel Penelitian ... 88

D. Definisi Operasional Variabel ... 88

E. Populasi dan Sampel ... 90

F. Teknik Pengumpulan Data ... 91

G. Teknik Analisa Data ... 95

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 103

A. Deskripsi Data... 103

B. Pengujian Prasyarat Analisis Variansi ... 109

1. Uji Normalitas Populasi ... 109

2. Uji Homogenitas Variansi Populasi ... 110

C. Pengujian Hipotesis ... 111

1. Hipotesis Pertama... 111

2. Hipotesis Kedua ... 112

3. Hipotesis Ketiga ... 112

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 113

E. Keterbatasan Penelitian ... 117

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 118

A. Kesimpulan ... 118

B. Implikasi... 119

C. Saran... 122

DAFTAR PUSTAKA ... 123


(11)

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Istilah-istilah yang Biasa Digunakan dalam Pelatihan Interval

dan Definisinya ... 53

Tabel 2. Resep Pelatihan Interval Berdasarkan Jarak Pelatihan ... 53

Tabel 3. Pembentukan Phosphagen Selama Istirahat Setelah Pelatihan ... 63

Tabel 4. Rekomendasi Waktu Pemulihan yang Dianjurkan Setelah Pelatihan .. 63

Tabel 5. Rancangan Penelilian (factorial design) 3x2... 87

Tabel 6. Standard untuk Menginterpretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas... 95

Tabel 7. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data ... 95

Tabel 8. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan... 99

Tabel 9. Deskripsi Gain Skor Tes Awal dan Tes Akhir Keseluruhan Kelompok Pelatihan Interval Anaerob Rasio Waktu Kerja-Istirahat ... 109

Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Populasi ... 110

Tabel 11. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi Populasi ... 110

Tabel 12. Rangkuman Hasil Analisis Variansi Dua Jalan ... 111


(12)

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Illustrasi Grafik Prestasi Olahraga Sumatera Utara

pada PON I – XV ... 1

Gambar 2. Posisi Badan (body position) Meliuk Saat Berenang... 17

Gambar 3. Gerakan Kaki (floating kick)... 18

Gambar 4. Gerakan Mengambil Nafas/pernafasan (breathing)... 19

Gambar 5. Pola Gerak Tangan S Pattern... 22

Gambar 6. Pola Gerak Tanda Tanya Terbalik Lengan pada Renang Gaya Crawl Dilihat dari Bawah ... 22

Gambar 7. Gerakan Renang Gaya Bebas ... 23

Gambar 8. Skematik Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecepatan ... 24

Gambar 9. Selisih Besarnya Hambatan dan Dorongan dalam Renang Gaya Bebas ... 26

Gambar 10. Siklus Energi Biologi ... 32

Gambar 11. Struktur ATP ... 33

Gambar 12. ATP dan PC Merupakan Sumber Energi Tinggi yang Bersifat Anaerob ... 34

Gambar 13. Siklus Krebs ... 43

Gambar 14. Sistem Transport Elektron... 45

Gambar 15. Kurva Peningkatan Beban Pelatihan Secara Bertahap... 54

Gambar 16. Pengosongan dan Pengisian Kembal Energi ATP dan PC pada Kerja intermeittent... 62

Gambar 17. Illustrasi Interdependensi Antara Kemampuan Gerak ... 75

Gambar 18. Gerakan Tangan Menyisir... 77

Gambar 19. Gerakan Tangan Menyisir Dianalogikan Dengan Gerakan Baling-baling... 78

Gambar 20. Illustrasi Pembagian Kelompok Sampel Penelitian ... 91


(13)

commit to user

xiii

Gambar 22. Diagram Peningkatan Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas

Kelompok a1b1... 103

Gambar 23. Diagram Peningkatan Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas Kelompok a1b2... 104

Gambar 24. Diagram Peningkatan Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas Kelompok a2b1... 105

Gambar 25. Diagram Peningkatan Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas Kelompok a2b2... 106

Gambar 26. Diagram Peningkatan Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas Kelompok a3b1... 107

Gambar 27. Diagram Peningkatan Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas Kelompok a3b2... 108

Gambar 28. Sampel Melakukan Penimbangan Berat Badan ... 164

Gambar 29. Sampel Saat Melakukan Awalan Vertical Arm Pull Test... 164

Gambar 30. Sampel Saat Pelaksanaan Vertical Arm Pull Test... 165

Gambar 31. Pengukuran Hasil Vertical Arm Pull Test ... 165

Gambar 32. Sampel Saat Diatas Balok Start... 166

Gambar 33. Sampel Saat Pelaksanaan Renang 50 Meter Gaya Bebas ... 166

Gambar 34. Sampel Saat Finish Renang 50 Meter Gaya Bebas... 167


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Rancangan Perencanaan Penelitian... 126 Lampiran 2. Program Pelatihan Interval Anaerob Rasio Waktu

Kerja – Istirahat 1:3 ... 127 Lampiran 3. Program Pelatihan Interval Anaerob Rasio Waktu

Kerja – Istirahat 1:5 ... 128 Lampiran 4. Program Pelatihan Interval Anaerob Rasio Waktu

Kerja – Istirahat 1:7 ... 129

Lampiran 5. Prosedur Pelaksanaan Tes dan Pengukuran Power

Otot Lengan... 130 Lampiran 6. Rekapitulasi Hasil Tes Power Otot Lengan ... 132

Lampiran 7. Uji Reliabilitas Power Otot Lengan Dengan Anava ... 133

Lampiran 8. Prosedur Pelaksana Tes dan Pengukuran Kecepatan

Renang 50 Meter Gaya Bebas... 136 Lampiran 9. Hasil Tes Awal Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas ... 137 Lampiran 10. Uji Reliabilitas Hasil Tes Awal Kecepatan Renang 50 Meter

Gaya Bebas Dengan Anava... 138 Lampiran 11. Klasifikasi Hasil Tes Power Otot Lengan ... 141 Lampiran 12. Kelompok Pelatihan Interval Anaerob Ratio Waktu

Kerja- Istirahat Berdasarkan Klasifikasi Power Otot Lengan

Baik dan Kurang yang di Random... 142 Lampiran 13. Hasil Tes Akhir Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas... 144 Lampiran 14. Uji Reliabilitas Hasil Tes Akhir Kecepatan Renang 50 Meter

Gaya Bebas Dengan Anava... 145 Lampiran 15. Rekapitulasi Hasil Tes Kecepatan Renang 50 Meter Gaya

Bebas, Klasifikasi Power Otot Lengan dan Pembagian


(15)

commit to user

xv

Lampiran 16. Gain Skor Data Tes Awal dan Tes Akhir Kecepatan

Renang 50 Meter Gaya Bebas... 149

Lampiran 17. Uji Normalitas dengan Metode Lilliefors... 151

Lampiran 18. Uji Homogenitas Variansi Populasi ... 154

Lampiran 19. Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Sama ... 155

Lampiran 20. Uji Lanjut Pasca Anava ... 158

Lampiran 21. Profil Interaksi ... 163

Lampiran 22. Dokumentasi dan Surat-Surat Penelitian... 164

Lampiran 23. Distribusi Normal Baku... 168

Lampiran 24. Nilai Kritik untuk Uji Lilliefors... 169

Lampiran 25. Nilai χ2α;ν... 170


(16)

commit to user

xvi

ABSTRAK

ANDARIAS GINTING. NIM. A.120809103. 2011 PERBEDAAN PENGARUH PELATIHAN INTERVAL ANAEROB RASIO WAKTU KERJA-ISTIRAHAT 1:3, 1:5 DAN 1:7 TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN RENANG 50 METER GAYA BEBAS DITINJAU DARI POWER OTOT LENGAN. (Studi Eksperimen Pada Mahasiswa Putra Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan). Komisi Pembimbing I : Prof. Dr. Sugiyanto., Pembimbing II : Prof. Dr. H. M. Furqon H, M.Pd. Tesis. Program Studi Ilmu Keolahrgaan, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1). Perbedaan pengaruh antara pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja - istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7 terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas. (2). Perbedaan peningkatan

kecepatan renang 50 meter gaya bebas antara perenang yang memiliki power otot

lengan baik dan kurang. (3). Pengaruh interaksi antara pelatihan interval anaerob

rasio waktu kerja–istirahat dan power otot lengan terhadap peningkatan kecepatan

renang 50 meter gaya bebas.

Penelitian dilaksanakan di Kolam Renang SCC Universitas Negeri Medan selama dua bulan. Penelitian dilaksanakan dengan metode eksperimen dengan rancangan faktorial 3x2. Populasi penelitian adalah mahasiswa putra Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan yang berjumlah 64 orang. Sampel penelitian berjumlah 36 orang

yang diambil dengan teknik purposif sampling. Variabel penelitian terdiri dari

variabel independen manipulatipyaitu ; pelatihan interval anaerob rasio waktu

kerja-istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7. Variabel independen atributip yaitu ; power otot lengan baik dan kurang serta variabel dependen yaitu ; peningkatan kecepatan

renang 50 meter gaya bebas. Teknik pengumpulan data power otot lengan

diperoleh melalui vertical arm full test, data kecepatan renang dengan tes renang

jarak 50 meter. Teknik analisis data menggunakan analisis variansi dua jalan

dengan taraf signifikansi α = 0,05.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: 1). Tidak ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja-istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7 terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya

bebas. Terbukti berdasarkan analisis variansi dengan hasil Fobs= 1,18 < Fα= 3.32.

2). Tidak ada perbedaan peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas yang

signifikan antara perenang yang memiliki power otot lengan baik dan kurang.

Terbukti berdasarkan analisis variansi dengan hasil Fobs= 1,40 < Fα= 4.17.

3). Tidak ada pengaruh interaksi yang signifikan antara pelatihan interval anerob

rasio waktu kerja-istirahat dan power otot lengan terhadap peningkatan kecepatan

renang 50 meter gaya bebas. Terbukti berdasarkan analisis variansi dengan hasil Fobs=1,19 < Fα=3.32.

Kata kunci : Power Otot Lengan, Pelatihan Interval Anaerob Rasio Waktu


(17)

commit to user

xvii

ABSTRACT

ANDARIAS GINTING. NIM. A.120809103. 2011 EFFECT OF DIFFERENT TRAINING TIME WORK INTERVAL ANAEROBIC-REST RATIO 1:3, 1:5 AND 1:7 ON INCREASING THE SPEED POOL 50 METRES FREE STYLE FROM REVISED POWER ARM MUSCLES. (Experimental Study On Student Son Sport Science Faculty, State University of Medan). The First Commission of Supervision: Prof. Dr. Sugiyanto., The Secont Supervision is: Prof. Dr. H. M Furqon H, M.Pd. Thesis. Sport Science Program, Graduate Program, Sebelas Maret University. Surakarta

This study aims to determine: (1). The difference between the effect of anaerobic interval training ratio of working time - a break 1:3, 1:5 and 1:7 to increase the speed of 50 meters freestyle swimming. (2). The difference increased speed of 50

meters freestyle swimming between swimmers who have a good power arm

muscles and less. (3). Interaction effect between anaerobic interval training time

work-rest ratio and arm muscle power to increase the speed of 50 meters freestyle

swimming.

Research conducted at the SCC Swimming Pool, State University of Medan for two months. Research carried out by the experimental method with 3x2 factorial design. The study population is a student son coaching Sport Department of Education, Faculty of Sport Sciences, State University of Medan, amounting to

64 people. The samples numbered 36 people taken with the purposive

sampling technique. Study variables consisted of the independent variable

manipulation, namely: anaerobic interval training work-break time ratio 1:3, 1:5

and 1:7. Attributive independent variables, namely: good arm muscle power and

less and dependent variables, namely: an increase in swimming speed of 50

meters freestyle. Engineering data collection arm muscle power obtained

through the vertical arm full test, the data speed of swimming pool with a test distance of 50 meters. Data analysis techniques using two-way analysis of

variance with significance level α = 0.05.

Based on the results of research can be concluded: 1). There was no significant difference in effect between anaerobic interval training time work-rest ratio of 1:3, 1:5 and 1:7 to increase the speed of 50 meters freestyle swimming. Proven by analysis of variance with the results of Fobs = 1.18 < F α =

3.32. 2). There was no difference in speed increase of 50 meters freestyle swimming significantly between the swimmer who has a good arm muscle power and less. Proven by analysis of variance with the results of F obs =

1.40 < F α = 4.17. 3). There was no significant interaction effect between training

intervals anerob time work-rest ratio and arm muscle power to increase the speed

of 50 meters freestyle swimming. Proven by analysis of variance with the results of Fobs = 1.19 < F α = 3.32.

Key words: Arm Muscle Power, Anaerobic Interval Training Time Work-Rest


(18)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Peringkat Nasional Provinsi Sumatera Utara pada umumnya semakin meningkat setelah pernah terpuruk pada PON ke XIV tahun 1996 di Jakarta, Sumatera Utara berada pada peringkat 12 Nasional namun pada PON berikutnya tahun 2000, 2004 dan 2008 menunjukkan perubahan peringkat yang signifikan. Grafik peningkatan peringkat olahraga Provinsi Sumatera Utara dalam PON II (tahun 1951) sampai dengan PON XV (tahun 2000) dapat di ilustrasikan seperti gambar berikut ini :

Gambar 1. Illustrasi Grafik Prestasi Olahraga Sumatera Utara Pada PON I – XV. (Muhammad TWH, 2003 : 222)

PEKAN OLAHRAGA NASIONAL (PON)

R

ang

ki

ng 1948 I

Solo II 1951 Jakarta III 1953 Medan IV 1957 Makasar V 1961 Bandung VI 1965 Jakarta VII 1969 Surabaya VIII 1973 Jakarta IX 1977 Jakarta X 1981 Jakarta XI 1985 Jakarta XII 1989 Jakarta XIII 1993 Jakarta XIV 1996 Jakarta XV 2000 Surabaya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 PON I S O L O S U M U T T ID A K IK U T PON V I J A K A R T A T ID A K J A D I D I A D A K A N


(19)

commit to user

Peringkat Provinsi Sumatera Utara secara umum memang meningkat, seperti pada

PON XVII 2008 Kalimantan Timur yang mampu mencapai peringkat 7 Nasional,

sedangkan sebelumnya pada PON XVI 2004 Sumatera Selatan hanya mampu pada peringkat 12 nasional. Setiap cabang olahraga yang mampu menyumbang medali tentunya akan meningkatkan peringkat nasional suatu Provinsi pesera PON, namun dalam perolehan medali per cabang olahraga ada yang menunjukkan prestasi maksimal dan ada yang tidak.

Cabang olahraga akuatik pada PON XIV, atlet PRSI Provinsi Sumatera Utara, hanya mampu memperoleh 2 medali, pada nomor 200 m gaya kupu-kupu memperoleh medali perak dan 100 m gaya kupu-kupu memperoleh medali perunggu, sementara renang gaya bebas tidak menunjukkan prestasi yang memuaskan. Atlet PRSI Provinsi Sumatera Utara Pada PON XV Surabaya cabang olahraga akuatik sama sekali tidak dapat menyumbang medali, namun pada PON XVI Palembang terjadi peningkatan, atlet cabang olahraga akuatik mampu menyumbang dua medali perunggu pada nomor 200 m renang gaya bebas dan 400 m renang gaya ganti perorangan. Renang gaya bebas juga tidak menunjukkan prestasi yang memuaskan. Pada PON XVII Kalimantan Timur yang baru saja berlangsung atlet cabang olahraga akuatik, nomor renang mampu menyumbang 2 medali emas yaitu 100 meter dan 200 meter gaya dada, namun pada nomor renang gaya bebas, gaya punggung dan gaya kupu-kupu tidak menunjukkan prestasi. Khususnya renang gaya bebas yang merupakan nomor perlombaan yang bergengsi karena merupakan teknik renang yang menuntut kecepatan tinggi, sama sekali nihil medali. Apa yang menjadi penyebabnya ?. Sedangkan pada PON


(20)

commit to user

XVIII mendatang Gubernur Sumatera Utara menantang para pengurus PRSI, bisa merebut 7 hingga 8 medali emas di PON XVIII tahun 2012 di Pekanbaru. “Jika di PON 2008 meraih 3 emas dan 2 perunggu, maka di PON Pekanbaru nanti hendaknya bisa meraih 7 atau 8 emas,” tantang Gubernur Sumatera Utara. Karenanya, para pengurus harus menjalankan organisasi dengan baik. Jadi pengurus olahraga harus ikhlas dan siap meladeni atlet, bukan malah minta diladeni,” ujar Gubernur Sumatera Utara.

http://www.google.co.id/search?hl=id&q=PRSI+SUMUT&aq=o&aqi=&aql=&oq =&gs_rfai = http://www.pempropsu.go.id/lengkap.php?id=2112 (diunduh 14 Juni 2010)

Tantangan sekaligus amanah dari Gubernur Sumatera Utara ini menjadi suatu motivasi untuk meningkatkan prestasi, namun untuk meningkatkan prestasi olahraga bukan hal yang mudah, karena diperlukan persiapan, perencanan, waktu yang lama, pelatihan yang terus menerus dan pengetahuan yang luas dengan memaksimalkan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan. Prestasi renang yang memuaskan tidak akan tercapai dengan spekulatif, tetapi harus melalui pelatihan yang intensif dengan program pelatihan yang baik berdasarkan prinsip-prinsip pelatihan yang benar.

Pembinaan cabang olahraga renang harus mampu menciptakan inovasi metode pelatihan baru yang dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, dengan : 1). Menerapkan penemuan-penemuan metode baru dari hasil penelitian ilmiah, 2). menerapkan metode pelatihan yang relevan, selaras dengan perkembangan pemanfaatan bidang ilmu dan teknologi, dan 3). Mengkolaborasi antara penemuan baru, metode pelatihan yang relevan serta pengalaman yang telah dimiliki.


(21)

commit to user

Kendala yang menyebabkan prestasi olahraga renang Sumatera Utara tidak

menunjukkan peningkatan prestasi yang signifikan adalah kuranganya pelatih

menerapkan ilmu keolahragaan yang semakin komplek. Pada umumya pelatihan renang yang diterapkan disetiap perkumpulan (klub) renang yang ada di Sumatera Utara khususnya di kota Medan, belum memaksimalkan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan, diantaranya pendekatan pelatihan belum berlandaskan pada kajian ilmiah secara obtimal, penyusunan program pelatihan yang belum mencapai tingkat kecermatan dan keakurasian, belum menyentuh pada pengkajian sistem energi dominan yang dibutuhkan terhadap nomor pertandingan olahraga tersebut. Program pelatihan disusun berdasarkan

pengalaman yang diperoleh oleh pelatih terdahulu sewaktu menjadi atlet dan

kemudian diterapkan kepada atlet-atlet berikutnya dan program ini tidak di dukung oleh kajian ilmiah secara mendalam. Mereka pada umumnya percaya bahwa lebih banyak melakukan pelatihan fisik berarti lebih baik. Sebenarnya yang menentukan keberhasilan seorang atlet bukannya seberapa berat atau seberapa banyak atlet itu berlatih, tetapi yang terpenting adalah keakuratan intensitas pelatihan. (Janssen, Peter G.J.M, 1987:155)

Pelatih-pelatih renang di berbagai club renang, diberbagai daerah di Provinsi Sumatera Utara, khususya kota Medan adalah alumni dari Fik Unimed yang telah memperoleh ilmu kepelatihan saat perkuliahan dan ditambah dengan pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh top organisasi PRSI Sumatera Utara. Namun metode pelatihan yang diberikan tetap tidak mengalami perubahan, hal ini disebabkan karena pelatih renang yang memiliki disiplin ilmu


(22)

commit to user

kependidikan bukan ilmu keolahragaan seperti sekarang ini, sehingga tetap mengalami kesulitan dalam memahami apalagi menerima dan menerapkan program pelatihan yang berdasarkan kajian ilmiah keolahragaan, seperti yang telah diterapkan di daerah-daerah Provinsi lain di Indonesia.

Dalam merancang program pelatihan, kesulitan yang selalu dihadapi pelatih adalah cara menentukan intensitas pelatihan, menyelaraskan antara kerja dan istirahat untuk pemulihan serta menyusun program pelatihan fisik yang efisien dan memiliki relevansi dengan tujuan latihan serta evaluasi program pelatihan. Penyebab pokoknya dikarenakan pelatih belum memanfaatkan kemajuan ilmu keolahragaan dan teknologi yang ada sekarang ini.

Perkembangan dewasa ini pelatihan renang telah menekankan pada program pelatihan interval dengan mengacu pada cacatan waktu yang berhasil

ditempuh perenang dalam setiap ulangannya (work interval), tanpa

memperhatikan interval istirahatnya (relief interval). Harus diingat bahwa waktu

kerja, sama pentingnya dengan waktu istirahat. Seperti yang dikemukakan oleh (Russhall, Brent S., and Pyke, Frank S, 1990:63) yang mengatakan bahwa:

pemulihan harus menjadi bagian integral dari suatu sesi pelatihan. Kebiasaan

bahwa untuk masa istirahat tidak dilakukan kontrol dan waktu istirahatnya tergantung dari perenang sendiri. Pelatih bertanya apakah perenang sudah siap untuk melakukan ulangan renang (repetisi berikutnya). Jawaban atlet berbeda-beda, ada yang sudah siap dan ada yang belum, bahkan ada yang berhenti karena kelelahan.


(23)

commit to user

(Fox, Edward L, 1984:207) menyatakan bahwa hampir semua cabang

olahraga merupakan aktivitas fisik yang “intermittent”. Selanjutnya (Fox, Edward

L., Bowers, Richard W., and Foss, Merle L, 1993:300) menyebutkan berbagai metode pelatihan dan salah satu diantaranya adalah pelatihan interval. Metode pelatihan interval adalah metode pelatihan yang mengharuskan atlet bergantian melakukan aktivitas antara interval kerja dan interval istirahat. Kontribusi sistem energi utama pada saat interval kerja yang dipergunakan adalah sistem anaerob, sedangkan sistem energi utama saat interval istirahat adalah sistem energi aerob. Dalam metode pelatihan renang belum dijalankan bentuk-bentuk pelatihan fisik secara akurat dengan penggunaan sistem energi utama.

Program pelatihan yang efektif akan tampak baik bila cara pelatihannya sesuai dengan sistem energi yang digunaknnya. (Fox, Edward L., and Mathews, Donald K, 1981:280) menyatakan, sumber energi yang tepat tergantung terutama pada waktu dan intensitasnya, tanpa perlu merinci sifat-sifat dari cabang olahraganya, waktu merupakan hal terpenting untuk diperhatikan. Memahami hubungan antara sistem energi utama dengan waktu pelaksanaan kerja merupakan dasar untuk menyusun dan menentukan rasio interval kerja dan interval istirahat, termasuk dalam program pelatihan interval anaerob. Pada program pelatihan interval anaerob untuk renang 50 meter gaya bebas menggunakan jarak tempuh renangan yang disesuaikan dengan penggunaan sistem energi. Jarak tempuh pelatihan interval anaerob meliputi jarak 25 meter. Sistem energi utama yang dipakai dalam pelatihan interval anaerob jarak 25 meter adalah sistem energi


(24)

commit to user

Berdasarkan sistem energi utama, waktu pelaksanaan kerja (performance time)

merupakan dasar untuk menyusun interval kerja dan interval istirahat, termasuk dalam program pelatihan renang 50 meter gaya bebas. Interval pemulihan menurut (Fox, Edward L., Bowers, Richard W., dan Foss, Merle L, 1993:302) dinyatakan dalam hubungan rasio pemulihan dengan kerja dan dapat dinyatakan sebagai berikut ; 1:½, 1:1, 1:2 atau 1:3. Rasio 1:½ menyatakan bahwa waktu interval pemulihannya sama dengan setengah waktu interval kerja, rasio 1:1 menyatakan bahwa waktu interval pemulihannya sama dengan waktu interval kerja. Pada interval kerja yang memakan waktu lebih pendek, rasionya 1:3 karena intensitasnya yang tinggi, sedangkan interval kerja yang memakai waktu lebih lama, rasio kerja-pemulihan 1:½ atau 1:1.

Energi (ATP) yang telah tersedia didalam otot akan dipergunakan dengan seketika ketika otot berkontraksi dengan kuat dan cepat, seperti halnya gerakan kayuhan lengan (menarik dan mendorong) air dengan kuat dan cepat. Untuk dapat melakukan gerakan kayuhan lengan dengan kuat dan cepat dibutuhkan komponen

kondisi fisik power otot lengan yang baik. Gerakan kayuhan lengan ini merupakan

teknik yang harus dikuasai perenang, karena dengan gerakan ini disertai dengan

power otot yang baik, perenang mendapat tenaga penggerak yang kuat dan cepat

untuk membawa badan meluncur jauh kedepan saat berenang dan juga berfungsi untuk pengaturan keseimbangan tubuh saat berenang.


(25)

commit to user

Perenang setingkat mahasiswa telah memiliki power otot lengan,

walaupun diantara mereka ada yang memiliki power otot yang lebih baik dari

yang lain, demikian juga dengan kecepatan berenangnya dalam menempuh jarak 50 meter, juga kemampuan pulih asal dalam mengganti energi (ATP) yang telah dipakai saat berenang (kebutuhan waktu istirahat yang berbeda). Dari beberapa pendapat mengenai pelatihan interval, nampak jelas betapa luas variasi yang ditunjukkan pada berbagai rasio waktu istirahat. Variasi rasio waktu kerja-istirahat ini menjadi penting dalam menentukan keberhasilan program pelatihan interval anaerob yang bertujuan untuk meningkatkan kecepatan renang 50 meter gaya bebas, oleh sabab itu ketepatan pengaturan rasio waktu kerja dan waktu istirahat merupakan masalah pokok yang akan dikaji. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan dasar ilmiah dengan tinjauan teoritis

tentang program pelatihan interval anaerob yang berkaitan dengan power otot

lengan dengan menekankan pada rasio waktu kerja-istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7 pada mahasiswa putra Fik Unimed.

B.Identifikasi Masalah

Identifikasi beberapa masalah sebagai berikut : Faktor-faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi kecepatan renang 50 meter gaya bebas ? Dari berbagai faktor yang mempengaruhi, komponen mana yang paling dominan memberi pengaruh terhadap kecepatan renang 50 meter gaya bebas ?. Apakah program pelatihan yang diberikan kepada perenang sesuai dengan tujuan dan kebutuhannya ? Apakah waktu istirahat yang singkat antara interval pelatihan memberi pengaruh terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas ?.


(26)

commit to user

Apakah waktu istirahat yang lama antara interval pelatihan memberi pengaruh terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas? Berapakah waktu kerja - istirahat yang ideal bagi perenang untuk meningkatkan kecepatan renang 50 meter gaya bebas? Apakah pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja-istirahat 1:3 memberikan pengaruh terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas? Apakah pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja-istirahat 1:5 memberikan pengaruh terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas?. Apakah pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja-istirahat 1:7 memberikan pengaruh terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas?. Sejauhmanakah pengaruh yang diberikan oleh pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja-istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7 terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas ?. Apakah ada perbedaan pengaruh antara pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja-istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7 terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas ?. Apakah terdapat perbedaan peningkatan

kecepatan renang 50 meter gaya bebas antara perenang yang memiliki power otot

lengan baik dan kurang ? Apakah ada pengaruh interaksi antara pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja-istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7 terhadap peningkatan

kecepatan renang 50 meter gaya bebas ditinjau dari power otot lengan ?

C.Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, masalah dibatasi tentang :

1. Pengaruh pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja-istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7


(27)

commit to user

2. Perbedaan peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas antara perenang

yang memiliki power otot lengan baik dan kurang.

3. Pengaruh interaksi antara pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja – istirahat

dan power otot lengan terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya

bebas.

D.Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah, maka perlu adanya rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Adakah perbedaan pengaruh antara pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja

- istirahat 1:3, 1:5 dan 1;7 terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas?

2. Adakah perbedaan peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas antara

perenang yang memiliki power otot lengan baik dan kurang ?

3. Adakah pengaruh interaksi antara pelatihan interval anaerob rasio waktu

kerja-istirahat dan power otot lengan terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter

gaya bebas?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara pelatihan interval anaerob rasio

waktu kerja - istirahat1:3, 1:5 dan 1:7 terhadap peningkatan kecepatan renang


(28)

commit to user

2. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas

antara perenang yang memiliki power otot lengan baik dan kurang.

3. Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara pelatihan interval anaerob rasio

waktu kerja – istirahat dan power otot lengan terhadap peningkatan kecepatan

renang 50 meter gaya bebas.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

1. Secara teoritis mendukung dan memperkaya ilmu pengetahuan tentang metode pelatihan interval yang sudah ada, khususnya pada teori metode pelatihan interval dengan menekankan pada pemakaian sistem energi anaerob dengan perbandingan rasio waktu kerja-istirahat 1:3, 1:5, 1:7 dan keterkaitannya dengan power otot lengan dalam meningkatkan kecepatan renang 50 meter gaya bebas.

2. Sebagai rekomendasi, acuan dan masukan bagi para pelatih dalam perubahan program/metode pelatihan interval anaerob dengan memperhatikan rasio waktu kerja-istirahat (ratio work-relief )

3. Bagi peneliti yang lain secara praktis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan pembanding dan perimbang bila akan mengadakan penelitian tentang pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja-istirahat.


(29)

commit to user

12

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A.Kajian Teori

Kajian teori adalah penjabaran tentang ha-hal yang akan dibicarakan dalam penelitian. Kajian teori diperoleh dari penelaahan buku-buku serta sumber bacaan lain yang relevan dengan permasalahan. Kajian teori yang menjadi bahasan dalam penelitian ini adalah tentang program pelatihan interval anaerob dengan menekankan pada rasio waktu kerja-istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7 yang

berkaitan dengan power otot lengan pada mahasiswa putra Fik Unimed. Untuk

lebih jelas dalam bab ini dikemukakan penjelasan tentang masalah yang menjadi sumber bahasan.

1. Renang

Olahraga renang adalah olahraga yang dilakukan di air, dan tempat olahraga tersebut tidak sama dengan kehidupan kita sehari-hari. Renang tidak menentukan suatu pola gerak tangan atau kaki yang harus dilakukan artinya dapat menggunakan tangan dan kaki sekehendak hati, sehingga dapat bergerak dan berpindah dari suatu tempat ketempat lain. Namun suatu kombinasi tertentu dari beberapa jenis gerakan dapat lebih efisien dari pada kombinasi yang lain sehingga para perenang mengelompokkan kombinasi gerakan tersebut ke dalam gaya-gaya renang. Gaya-gaya renang tersebut terdiri dari gaya bebas, gaya dada, gaya punggung dan gaya kupu-kupu. Dalam olahraga renang ada empat jenis gaya yang lazim diperlombakan ditingkat nasional maupun internasional yaitu :


(30)

commit to user

- Gaya Dada ( the breast stroke ).

Gaya dada adalah gaya yang dimulai dengan dayungan lengan yang pertama

sesudah start dan sesudah pembalikan badan harus tetap menelungkup dan

kedua bahu segaris dengan permukaan air. (Dumadi dan Kasiyo DW, 1992:71).

- Gaya Bebas ( the crawl stroke ).

Gaya bebas adalah renang yang benar-benar bebas menggunakan salah satu gaya renang dalam nomor gaya bebas, tapi tidak boleh menggunakan tiga gaya renang yang mendahuluinya (gaya dada, gaya punggung dan gaya

kupu-kupu). Istilah lain renang gaya bebas adalah gaya crawl, the front

crawl stroke, dan the crawl stroke. (Dumadi dan Kasiyo DW, 1992:2).

- Gaya Punggung ( the back stroke ).

Gaya punggung adalah suatu gaya yang dilaksanakan dengan cara perenang selalu berada di bagian bawah dari sikap badan di air. (Dumadi dan Kasiyo DW, 1992:113).

- Gaya Kupu-kupu ( the butterfly stroke ).

Gaya kupu-kupu adalah gaya yang meniru lecutan ekor ikan dolphin

sehingga dinamakan The Butterfly Dophin Kick. (Dumadi dan Kasiyo DW,

(1992:154).

Dari ke empat gaya renang tersebut, gaya renang yang paling populer adalah gaya bebas. Sehingga dalam penelitian ini akan dikaji mengenai renang gaya bebas.


(31)

commit to user

a. Renang Gaya Bebas.(Front Crawl)

Gaya renang ini (gaya bebas) menyerupai cara berenang seekor

binatang, oleh sebab itu disebut “crawl” yang artinya merangkak. Gerakan

asli dari gaya ini adalah menirukan gerakan dari anjing yang berenang atau

dikenal dengan renang gaya anjing (dog style). Gaya bebas ini juga disebut

dengan gaya rimau, yang berasal dari kata “harimau”, hingga saat ini gaya

ini dikenal dengan nama front crawl. Dengan adanya

perlombaan-perlombaan dalam olahraga renang, dan untuk mencapai kemenangan itu perlu diusahakan agar dapat berenang dengan kecepatan tinggi, maka tumbullah perubahan dan variasi gerakan dalam gaya renang tersebut. Dalam buku-buku peraturan renang menyatakan bahwa renang gaya bebas berarti bahwa segala macam gaya renang diperbolehkan sesuai dengan keinginan para perenang yang berlomba. Tanpa kecuali, gaya yang menjadi pilihan dalam perlombaan renang gaya bebas adalah gaya yang menggunakan gerakan mengayunkan tangan lewat atas permukaan air atau

gaya crawl. Gaya bebas itu sama juga artinya dengan gaya crawl. (Thomas,

David G, 1998:111). Selanjutnya (Bachtiar Burhan, dkk., 2000:31)

menyatakan bahwa yang dimaksut dengan free style dalam suatu nomor

perlombaan dimana seseorang perenang dapat melakukan gaya apa saja,

kecuali dalam renang gaya ganti perorangan, yang dimaksut dengan free


(32)

commit to user

Kemudian (Sukintaka, 1987:86) menyatakan bahwa renang gaya crawl

adalah renang yang diperlombakan ditingkat nasional maupun internasional dan termasuk dalam nomor gaya bebas.

Berdasarkan uraian, pengertian renang gaya bebas yang telah diutarakan diatas dapat disimpulkan bahwa renang gaya bebas merupakan suatu gaya renang apa saja yang dapat digunakan untuk mencapai jarak renangan dengan secepat-cepatnya dan gaya yang digunakan pada umumnya adalah gaya renang yang menirukan gerakan seekor binatang (anjing/harimau) yang berenang, kemudian berkembang sesuai dengan penemuan-penemuan baru dalam ilmu pengetahun dan kebutuhan perlombaan baik nasional maupun internasional agar dapat berenang dengan

lebih cepat sehingga pada akhirnya gaya ini dikenal dengan gaya free style.

Penguasaan keterampilan yang baik dapat diperoleh melalui usaha belajar dan pelatihan serta pengkajian terhadap teknik-teknik dan faktor-faktor yang menunjang pada cabang olahraga yang bersangkutan. Menurut (Pyke, Frank S, 1991:61) bahwa tanpa belajar atau pelatihan suatu keterampilan tidak akan tercapai. Pembentukan keterampilan olahraga pada umumnya banyak berhubungan dengan gerakan-gerakan koordinasi dari komponen-komponen/organ-organ tubuh. Koordinasi gerakan tubuh dipengaruhi oleh fungsi syaraf dan diperoleh dari hasil belajar dan pelatihan, oleh sebab itu untuk memperoleh tingkat keterampilan gerak yang tinggi diperlukan pelatihan dalam jangka waktu yang lama agar fungsi sistem syaraf dapat terkoordinasi dengan sempurna yang menuju pada otomatisasi


(33)

commit to user

gerak. Teknik renang gaya bebas merupakan kombinasi dari posisi badan, gerakan lengan, gerakan kaki dan pernafasan yang harus dikoordinasikan menjadi suatu rangkaian gerakan yang utuh, tidak terputus-putus.

Teknik-teknik renang gaya bebas yang harus dikuasai adalah sebagai berikut :

1. Posisi Badan (Body Position)

- Posisi badan yang baik menurut (Hay, James G, 1993: 430) adalah

posisi yang dapat memberikan gaya dorong maksimal dan mengurangi gaya hambatan sampai minimal. Untuk memenuhi persyaratan tersebut, posisi badan terlungkup, kepala sedikit dibawah permukaan air, tungkai lemas lurus kebelakang.

- Pada prinsipnya dalam berenang ini diusahakan supaya letak tubuh itu

hampir sejajar dengan permukaan air (streamline atau hidrodinamis)

kemudia dahi, letak bahu, dan pinggul berada di tengah-tengah permukaan air disertai dengan letak tumit sedikit di atas permukaan air.

- Tubuh harus berputar pada garis pusat atau pada rotasinya.

- Hindarkan kemungkinan terjadinya gerakan-gerakan tangan dan kaki


(34)

commit to user

Gambar 2. Posisi Badan (body Position) Meliuk Saat Berenang. (Bachtiar

Burhan, dkk., 2000:67)

- Pada sikap kepala yang normal

· Untuk perenang jarak pendek/sprinters, sikap kepala cenderung

agak naik (arah pandangan agak lurus kedepan)

· Untuk perenang jarak menengah dan jarak jauh, sikap kepala agak

rendah (arah pandangan sedikit membentuk sudut dengan dasar kolam)

2. Gerakan Kaki (Floating Kick)

- Fungsi kaki yang utama adalah sebagai stabilitator (pengatur

keseimbangan tubuh) dan sebagai alat pendorong/penggerak untuk

menjadikan tubuh tetap dalam keadaan streamline, sehingga tahanan

menjadi kecil.

- Irama gerakan kaki terdiri dari beberapa macam yaitu ;


(35)

commit to user

· Naik turun dengan 6 pukulan kaki (the six baet kick), dengan

kedalaman kaki di bawah permukaan air ketika naik turun dari atas permukaan air berkisar 25-30 cm.

· Naik turun dengan 4 pukulan kaki (the four beat kick)

· Naik turun dengan 2 pukulan kaki (the two baet kick)

Gambar 3. Gerakan Kaki (floating kick). (Thomas, David G. 1998:114)

3. Pernafasan (Breathing)

- Pengambilan nafas sebaiknya dilakukan se efektif mungkin, agar

hambatan yang terjadi dalam gerak maju lebih kecil. Pengambilan nafas dilakukan dengan beberapa cara :

· Memutar kepala ke arah kanan saja,

· Memutar kapala ke arah kiri saja

· Memutar kepala ke kanan atau ke kiri pada jarak tertentu.

- Pengambilan nafas dilakukan pada saat berakhirnya gerakan tangan


(36)

commit to user

Gambar 4. Gerakan Mengambil Nafas/pernafasan (Breathing).

(Thomas, David G. 1998:114)

4. Gerakan Lengan/ Rotasi Tangan (Hand Rotation)

Gerakan lengan ditekankan pada gerakan menarik dan mendorong air dengan cepat agar tubuh meluncur ke depan disamping sebagai pengaturan keseimbangan tubuh.

a. Fase-fase rotasi tangan gaya bebas terdiri dari :

- Fase masuk permukaan air (entry phase)

· Masuk permukaan air dengan menggunakan ujung-ujung jari,

dengan posisi telapak tangan menghadap ke bawah (telungkup) dan ibu jari masuk terlebih dahulu.

· Usahakan masuknya tangan ke permukaan air, sejauh mungkin

dapat dijangkau lurus ke depan.

- Fase menangkap (catch Phase)

· Fase ini dilakukan setelah fase masuk tangan ke permukaan air


(37)

commit to user

· Fase ini terbagi dua yaitu fase membuka (outward atau

outsweep) dan fase menekan (downward)

- Fase menarik (pullphase)

Untuk memahami fase menarik ini, perlu digambarkan bahwa tubuh pada dasarnya mempunyai garis tengah atau garis sumbu yang sifatnya khayal yang sering disebut dengan nama garis pusat

(centre line). Fase menarik dapat dilakukan dengan beberapa cara,

yaitu :

· Menarik hingga jari tangan berada pada posisi agak jauh dari

garis pusat.

· Menarik hingga jari tangan berada pada posisi mendekati garis

pusat

· Menarik hingga jari tangan berada pada posisi menyilang tubuh

dan memotong garis pusat.

· Versi Maglischo, fase menarik diberi istilah dengan nama fase

sapuan ke dalam (insweep atau inward).

- Fase mendorong (push phase)

Fase ini dilakukan setelah fase menarik ke dalam telah berakhir. Akhir dari fase mendorong adalah bagian bawah dari paha, dengan patokan ibu jari menyentuh bagian samping paha.

- Fase istirahat (recovery phase)

Sesuai dengan tingkat kelentukan tubuh, khusus pada bahu maka fase ini mempunyai beberapa posisi, yaitu :


(38)

commit to user

· Siku diangkat tinggi, mereka yang memiliki kelentukan tinggi

· Siku diangakat sedang, kelentukan sedang

· Siku rendah dan kadang-kadang mengarah lurus, tingkat

kelentukan sangat rendah

· Fase ini dilakukan setelah berakhirnya fase mendorong,

perhatikan agar saat dimulainya fase ini posisi telapak tangan menghadap ke dalam.

b. Pola Gerak Lengan di Dalam Air

Gerakan lengan di dalam air, harus diperhitungkan berdasarkan pola gerak disamping teknik gerak. Pola gerak modern yang dipakai oleh

para perenang gaya crawl pada saat ini adalah pola gerak S dan pola

gerak tanda tanya terbalik, kedua pola gerak tersebut mempunyai

pengaruh terhadap kecepatan. Gerakan lengan renang gaya crawl yang

sesuai dengan biomekanika dan tuntutan agar bergerak cepat untuk mengejar waktu yang sependek mungkin (secepat-cepatnya), maka pada waktu di udara lengan tidak lurus, tetapi ditekuk pada siku.

-Pola Gerak S

Pola gerak S merupakan merupakan pendekatan teori berdasarkan

prinsip Bernouille yang penerapannya digunakan pada baling-baling


(39)

commit to user

Keterangan :

--- = Arah gerak

S = Gerakan yang dibayangkan melalui mental imajinasi

Gambar 5. Pola Gerak Tangan S. Pattern. (Dumadi dan Kasiyo DW, 1992:42)

- Pola gerak tanda tanya terbalik

Pola gerak tanda tanya terbalik juga merupakan perwujudan dari

teori baling-baling (teori Propeller) yang berlandaskan hukum

Bernouille. Pola gerak lengan tanda tanya terbalik dalam renang

gaya crawl dapat dilihat gambar dibawah ini :

Keterangan :

--- = Arah gerakan tanda tanya terbalik

Gambar 6. Pola Gerak Tanda Tanya Terbalik Lengan pada Renang

Gaya Crawl Dilihat dari Bawah. (Dumadi dan Kasiyo


(40)

commit to user

5. Renang lengkap (koordinasi gerak saat berenang)

Setelah menguasai bagian demi bagian dalam teknik renang gaya bebas, maka langkah selanjutnya adalah mengkoordinasikan dari gerakan-gerakan yang telah di uraikan tersebut untuk membentuk suatu kesatuan gerak yang utuh yang disebut dengan renang gaya bebas, seperti gambar berikut ini :

Gambar 7. Gerakan Renang Gaya Bebas. (Hay, James G, 1993:359)

b. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Renang

Kecepatan mencakup tiga jenis yaitu waktu reaksi, frekuensi gerakan setiap satuan waktu dan kecepatan untuk menempuh jarak tertentu. Unsur kecepatan meliputi kecepatan reaksi atau kecepatan menjawab suatu

rangsangan, kecepatan bergerak (speed of movement), kecepatan (sprint)

atau kemampuan organisme untuk bergerak ke depan dengan sangat cepat. Menurut (Pate, Russell R., Mc. Clenaghan, Bruce., and Rotella, Robert, 1984:96) bahwa kecepatan ditentukan oleh tipe otot atau banyaknya otot cepat dan otot lambat, koordinasi syaraf dengan otot, biomekanika atau


(41)

commit to user

teknik gerakan serta kekuatan otot. Olahragawan yang memiliki serabut otot cepat (fast twitch fiber) lebih banyak, kecepatannya lebih tinggi. Hal ini dikarenakan otot cepat mampu berkontraksi lebih cepat dibandingkan

dengan otot lambat (slow twitch fiber). (Nossek, J. 1982:56) mengemukakan

secara skematik faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan gerak suatu otot adalah sebagai berikut :

Gambar 8. Skematik Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecepatan. (Nossek, J. 1982:35)

Selanjudnya (Suharno H.P, 1993:79). Menyatakan bahwa “ kecepatan dipengaruhi oleh macam myofibril otot yang dibawa sejak lahir (pembawaan), pengaturan sistem persarafan, kekuatan otot, kemampuan elastisitas otot, relaksasi otot, kemauan dan disiplin individu atlet”.

Berikutnya oleh (Bompa, Tudor O, 1999:368) menyebutkan bahwa

kecepatan dipengaruhi oleh keturunan (heredity), waktu reaksi, kemampuan

Mobility proses syaraf

Perangsangan - penghentian

Kontraksi - relaksasi

KECEPATAN

Elastisitas otot (kelenturan)

Koordinasi otot sinergis dan antagonis Peregangan dan kapasitas

kontraksi otot-otot

Daya kehendak (kemauan)

Teknik olahraga

Kekuatan, kecepatan, dan daya tahan kecepatan


(42)

commit to user

untuk mengatasi tahanan (resistance) eksternal, teknik, konsentrasi dan

semangat serta elastisitas otot. Gerakan yang cepat dan kuat tidak dapat dilakukan dalam jangka waktu yang lama, hal ini hanya mampu dipertahankan beberapa detik saja, oleh karena itu kecepatan juga ditentukan oleh faktor kapasitas anaerobic. Adapun kapasitas anaerobic seseorang ditentukan oleh : a). Persediaan ATP-PC dan glikogen otot, b). Prosentase serabut otot cepat, c). Kemampuan menanggung beban asam laktat, d). Aktivitas enzim yang berperan pada metabolisme anaerobic dan sistem glikogen.

Kecepatan dalam menempuh suatu jarak tertentu, seperti dalam renang gaya bebas juga dipengaruhi oleh “hambatan dan dorongan”. Menurut (Sukintaka. 1987:73) dalam renang ada tiga jenis hambatan air, yaitu :

1. Hambatan dari depan adalah hambatan terhadap gerakan maju

(meluncur) yang ditimbulkan oleh air yang ada di depan perenang atau didepan badan.

2. Hambatan berupa gesekan kulit yaitu hambatan yang disebabkan oleh

adanya gesekan kulit dengan air sehingga menimbulkan hambatan pada sisi badan perenang.

3. Hambatan yang berupa pusaran air dibelakang perenang yaitu hambatan

yang disebabkan oleh air yang dapat menghisap bagian belakang badan yang tidak mendatar, sehingga badan harus menarik sejumlah molekul-molekul air.


(43)

commit to user

Dorongan merupakan daya atau force yang menyebabkan perenang

dapat bergerak maju dimana hal ini disebabkan oleh gerakan lengan dan tungkai yang berhasil menarik dan mendorong air kebelakang. (Soejoko

Hendromartono, 1992:8) mengatakan bahwa dorongan ini diperoleh dari

gerakan tangan atau gerakan kaki. Sehingga dapat disimpulkan bahwa cepat atau lambatnya gerakan maju (meluncur) dalam renang gaya bebas adalah selisih antara besarnya daya dorong dengan hambatannya.

Gambar 9. Selisih Besarnya Hambatan dan Dorongan dalam Renang

Gaya Bebas. (Soejoko Hendromartono, 1992 : 2)

c. Prinsip Pelatihan Kecepatan.

Kemampuan maksimal merupakan prestasi yang diperoleh melalui pelatihan fisik yang sesuai dengan tujuan pelatihan. Namun harus disadari bahwa konsep dasar dari pelatihan fisik adalah untuk meningkatkan kemampuan fisik itu sendiri, setelah tercapai, baru dapat mempengaruhi/ meningkatkan prestasi yang dimaksud. Karena tujuan pelatihan adalah untuk mempengaruhi kecepatan maksimal dalam berenang maka tidak cukup hanya pelatihan fisik saja yang diperhatikan, namun pelatihan teknik berenang juga. Pelatihan kecepatan pada perinsipnya bahwa otot lengan harus berkontraksi berulang-ulang dengan secepat-cepatnya. Di samping itu untuk meningkatkan kecepatan kontraksi otot, hal yang paling penting

D = dorongan H = hambatan

D D


(44)

commit to user

adalah prinsip beban bertambah yang diberikan dalam suatu periode pelatihan guna mencapai beberapa gerakan tubuh yang cepat dalam waktu yang singkat. Dengan demikian, pelatihan kecepatan berlangsung dalam waktu yang cepat dan ditentukan oleh kapasitas anaerobic. Disamping itu dalam pelatihan kecepatan otot harus berkontraksi berulang-ulang dengan cepat. Kecepatan akan semakin tinggi oleh peningkatan kekuatan dan kelentukan otot dengan memperbaiki efisiensi mekanika gerak.

d. Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas

Dalam banyak cabang olahraga kecepatan merupakan komponen yang sangat penting dimana kecepatan menjadi faktor penentu didalam menentukan tingginya prestasi seseorang seperti lari jarak pendek, renang jarak pendek dan beberapa cabang olahraga permainan seperti sepak bola, bola basket dan sebagainya. (Harsono, 1988 : 216) mengatakan kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. (Bompa, Tudor O, 1994:309) juga menyatakan bahwa salah satu kemampuan biomotorik yang sangat penting dilakukan dalam olahraga adalah kecepatan, atau kapasitas untuk berpindah, bergerak secepat mungkin. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai prestasi maksimal dalam olahraga, dimana penyelesaiannya harus menempuh suatu jarak tertentu dan dilakukan dalam waktu yang singkat harus memiliki kemampuan biomotor kecepatan.


(45)

commit to user

Menurut (Kirkendall, Don R., Gruber, Joseph J., and Johnson, Robert E, 1980), kecepatan didefinisikan sebagai jarak per satuan waktu, yakni kecepatan di ukur dengan satuan jarak dibagi dengan satuan waktu. Secara fisik, kecepatan didefinisikan sebagai jarak per-satuan waktu. Sedangkan secara fisiologis, kecepatan diartikan sebagai kemampuan berdasarkan kemampuan gerak yang dipengaruhi sistem syaraf atau perangkat otot untuk melakukan gerakan dalam satuan waktu tertentu.

Secara ilmu fisika kecepatan diformulasikan dengan rumus :

t d

V= , dimana :

V = Kecepatan (speed). d = Jarak (distance). t = Waktu (time).

Berdasarkan uraian diatas maka dapat didefinisikan bahwa kecapatan renang 50 meter gaya bebas adalah kemampuan tubuh untuk bergerak maju menempuh jarak renangan 50 meter dengan kecepatan penuh dalam waktu yang secepat-cepatnya.

Menurut (Bompa, Tudor O, 1994:310), bahwa kecepatan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kecepatan umum dan kecepatan khusus. Kecepatan umum adalah kapasitas untuk melakukan beberapa

macam gerak reaksi (reaksi motorik) dengan cara cepat. Persipan fisik

secara umum maupun khusus dapat memperbaiki kecepatan umum tersebut. Kecepatan khusus adalah kapasitas untuk melakukan suatu pelatihan atau keterampilan pada kecepatan tertentu, yang biasanya sangat tinggi sesuai dengan cabang olahraganya. Kecepatan khusus adalah khusus untuk tiap


(46)

commit to user

cabang olahraga dan sebagian tidak dapat ditransferkan. Kecepatan khusus hanya mungkin dikembangkan melalui metode khusus, namun demikian perlu dicari bentuk pelatihan alternatifnya. Seseorang tidak akan memperolah transfer yang positif, kecuali jika memperbaiki struktur gerakan yang mirip dengan pola keterampilannya. Dalam renang 50 meter kecepatan ini tidak dapat dipisahkan, dimana kecepatan kayuhan kedua lengan secara bergantian demikian juga kecepatan pukulan kedua kaki merupakan kecepatan khusus yang harus dilatih hingga menjadi suatu keterampilan yang mutlak dalam renang gaya bebas. Inti dari olahraga renang jarak 50 meter gaya bebas adalah terletak pada kecepatannya, oleh karena itu faktor kecepatan merupakan unsur utama yang harus di perhatikan.

(Imam hidayat 1999:147) menyatakan bahwa kecepatan renang ditentukan oleh frekuensi kayuhan dan panjang kayuhan. Untuk memperbesar frekuensi kayuhan dalam renang gaya bebas membutuhkan

komponen kecepatan dan daya ledak yang disebut dengan power otot

lengan, juga tidak terlepas dari sistem energi predominan yang dipergunakan dalam pelatihan. Untuk mengembangkan sistem energi

dilakukan dengan pelatihan interval (interval training) yang bersifat


(47)

commit to user

2. Sumber Energi a. Definisi Energi

Sebelum banyak makna yang dapat diberikan kepada sebuah pembahasan tentang sumber energi, kita perlu mendefinisikan energi. Mungkin kita semua memiliki beberapa ide tentang sifat energi. Kata-kata yang umum seperti gaya, daya, kekuatan, tenaga, gerakan, hidup, dan

bahkan semangat kurang lebih mengemukakan ide tentang energi. Akan

tetapi, istilah ini tidak memberi kita deskripsi yang memuaskan tentang makna yang sesungguhnya dari energi. Selanjutnya, mereka tidak meminjamkan dirinya kepada penghitungan ilmiah. Maka dari itu, para ilmuwan mendefinisikan energi sebagai kapasitas atau kemampuan untuk melakukan pekerjaan. Kerja kita definisikan sebagai penerapan sebuah gaya melalui suatu jarak. Akibatnya, energi dan kerja tidak dapat dipisahkan.

Ada enam bentuk energi yaitu: (1) kimia, (2) mekanik, (3) panas (kalor), (4) cahaya, (5) listrik, dan (6) nuklir. Masing-masing dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain. ‘Transformasi energi’ ini merupakan kisah yang mengagumkan dan menarik, terutama jika diterapkan pada dunia biologis. Khususnya, kita tertarik dengan transformasi energi kimia menjadi energi mekanik. Energi mekanik dimanifestasikan dalam gerakan manusia, yang sumbernya berasal dari mengubah makanan menjadi energi kimia didalam tubuh kita.


(48)

commit to user

b. Siklus Energi Biologis

Semua energi dalam sistem tata surya kita berasal dari matahari. Darimanakah energi yang disebut energi matahari ini berasal ? Energi matahari sesungguhnya timbul dari energi nuklir. Beberapa energi nuklir ini mencapai bumi sebagai sinar matahari atau energi cahaya. Jutaan tanaman hijau yang mendiami bumi kita menyimpan sebagian dari energi ini dari sinar matahari masih dalam bentuk lain – energi kimia. Nantinya, energi kimia ini digunakan oleh tanaman hijau untuk membentuk molekul-molekul makanan seperti glukosa, selulosa, protein, dan lipid dari karbon dioksida

(CO2) dan air (H2O). Proses ini, dimana tanaman hijau membuat

makanannya sendiri, disebut fotosintesis. Di lain pihak, kita tidak mampu melakukan hal ini; kita harus memakan tumbuhan dan binatang lain untuk pasokan makanan kita. Maka dari itu, kita secara langsung tergantung kepada kehidupan tanaman dan pada akhirnya, kepada sinar matahari untuk energi kita.

Makanan dengan keberadaan O2 dipecah menjadi CO2 dan H2O

dengan pembebasan energi kimia dengan sebuah proses metabolisme yang disebut pernapasan. Satu-satunya tujuan dari pernapasan metabolisme adalah untuk memasok energi yang kita perlukan untuk menjalankan proses biologis seperti kerja kimia pertumbuhan dan kerja mekanik kontraksi otot. Seluruh proses tersebut disebut siklus energi biologis.


(49)

commit to user

Gambar 10. Siklus Energi Biologi. (Fox, Edward L., Bowers, Richard W., dan Foss, Merle L, 1993 :14)

c. Adenosin Triphosphat -ATP

Kita sekarang tahu apa yang dimaksud dengan energi, darimana ia berasal, dan bahwa hal itu dipasok kepada kita oleh makanan yang kita makan. Masalah kita berikutnya adalah untuk memahamai bagaimana energi ini digunakan untuk melakukan kerja fisiologis, terutama kerja mekanik kontraksi otot. Energi yang dilepaskan pada saat pemecahan makanan tidak secara langsung digunakan untuk melakukan kerja. Melainkan hal ini dipergunakan untuk membuat senyawa kimia lain yang disebut adenosine trifosfat, atau lebih mudahnya ATP, yang disimpan didalam semua otot. Hanya dari energi yang dilepaskan oleh pemecahan ATP sel dapat melakukan usaha khususnya.

Struktur ATP terdiri dari suatu rangkaian komponen adenosine dan tiga kelompok posfat. (Foss, Merle L., and Keteyian, Steven J, 1998 : 19) menjelaskan struktur ATP terdiri dari satu komponen yang sangat komplek


(50)

commit to user

yaitu adenosine dan tiga bagian lainnya yaitu kelompok-kelompok fospat. Ikatan

antara dua penghubung kelompok posfat ini dinamakan ikatan berenergi tinggi.

Gambar 11. Struktur ATP. (Foss, Merle L., and Keteyian, Steven J, 1998 : 19) Keterangan :

A. Struktur ATP yang disederhanakan, menunjukkan ikatan fosfat berenergi tinggi. B. Pemecahan ATP menjadi ADP dan Pi dengan mengeluarkan energi yang berguna. Pemecahan satu mole ATP mengeluarkan energi sebesar 7-12 kcal.

Adenosin Triphosphat (ATP), merupakan energi yang diperlukan untuk

kontraksi otot dan daur cross bridge selama proses kontraksi, tetapi persediaan

ATP di dalam otot hanya sedikit sekali, sehingga akan habis terpakai dalam kontraksi maksimal otot dalam satu detik. Untungnya tubuh mampu mengisi/melengkapi ATP hampir secepat waktu yang dibutuhkan untuk pemecahannya (ATP). (Junusul Hairy, 1989:71)

Karena ATP yang disimpan di dalam sel otot sedikit sekali jumlahnya, maka keadaan ini sangat sensitif untuk pengaturan metabolisme energi didalam sel. Untuk mempertahankan sejumlah kecil ATP, konsentrasi relatif ini segera diganti dengan meningkatkan metabolisme energi didalam sel, dengan segera merangsang pemecahan simpanan zat-zat gizi untuk

High-energy Phosphate bonds

Adenosin

Useful

energy

Adenosin

ATP Pi ADP

A B


(51)

commit to user

menyediakan energi untuk resintesa ATP. Dalam keadaan demikian metabolisme energi meningkat dengan cepat pada awal pelatihan. Jumlah total ATP didalam tubuh pada setiap saat sekitar 3 ons. Jumlah ini hanya dapat menyediakan energi untuk aktivitas maksimal beberapa detik saja. Karena ATP tidak dapat disuplai melalu darah atau dari jaringan lain, maka ATP harus secara kontinyu ada didalam setiap sel. Di dalam sel-sel otot, energi untuk resintesis ATP disuplai dengan cepat tanpa oksigen dengan mengubah tenaga kimiawi dari ikatan posfat yang berenergi tinggi, yang disebut posfat cratin (PC). Konsentrasi PC dalam sel 3 – 5 kali jumlah ATP. Berdasarkan alasan ini, maka posfat keratin dianggap sebagai cadangan posfat berenergi tinggi. (Junusul Hairy, 1989:72). Karena PC memiliki energi hidrolisis lebih besar dari ATP, maka energi hidrolisis posfat disumbangkan secara langsung ke ADP untuk membentuk kembali ATP. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim kinase keratin. Apabila energi cukup tersedia, keratin dan posfat dapat besenyawa untuk membentuk kembali keratin posfat (PC). Demikian juga dengan ATP ; rangkaian ADP dan P untuk membentuk kembali ATP.

Kerja Bologis

ATP ADP + P +

CP C + P +

Gambar 12. ATP dan PC Merupakan Sumber Energi Tinggi yang Bersifat Anaerob. (Junusul Hairy, 1989:73)

Energi


(52)

commit to user

3. Sumber ATP

Adenosine Triphosphate (ATP)merupakan energi untuk kontraksi otot,

namun jumlah ATP dalam otot sangat terbatas dan habis terpakai, olehsebab itu ATP harus selalu tersedia. Sedangkan untuk menyediakan ATP saja diperlukan energi, sehingga harus ada mekanisme untuk dapat memenuhi

kebutuhan energi, mekanisme ini dikenal sebagai resintesa ATP dari ADP dan

Pi. Ada tiga proses untuk memproduksi ATP menurut (Foss, Merle L., and

Keteyian, Steven J, 1998:14) yaitu : (1) Sistem ATP-PC (Phosphagen system).

Dalam sistem ini resintesa ATP hanya berasal dari suatu persenyawaan phosphocreatine (PC); (2) Glikolisis Anaerobik atau sistem asam laktat. Sistem ini menyediakan ATP berasal dari pemecahan glukosa atau glikogen; (3). Sistem Aerobik atau Sistem Oksigen. Sistem ini terdiri dari dua bagian. Bagian A merupakan penyelesaian dari oksidasi karbohidrat. Bagian B merupakan penyelesaian dari oksidasi lemak. Kedua sistem ini perjalanan oksidasinya berakhir melalui siklus kreb's.

a. Sistem ATP-PC (Adenosine Triphosphate – Phospho Creatine)

Sistem ATP-PC disebut juga sistem phosphagen, karena ATP dan PC terdiri dari kelompok posfat. Posfokreatin dan ATP sama-sama disimpan dalam sel otot. Kesamaan antara ATP dan PC adalah ; apabila kelompok posfat ini pecah, maka sejumlah energi dikeluarkan. Hasil akhir dari pemecahan PC ini adalah keratin (C = creatin) dan posfat inorganic (Pi).

Energi ini dipergunakan untuk resintesis ATP. ATP dipecah pada saat


(53)

commit to user

adanya energi yang berasal dari pemecahan simpanan PC. Rangkaian reaksi

sistem ATP-PC (phosphagen) tersebut, yaitu:

PC Pi + C + Energi.

Energi +ADP + Pi ATP.

(Fox, Edward L., Bowers, Richard W., dan Foss, Merle L, 1988:16)

Sistem energi ini (ATP-PC) sangat penting bagi olahraga yang

membutuhkan kecepatan dan power, seperti renang jarak 50 meter, dimana

atlet harus mampu menyelesaikan jarak renangannya dengan secepat-cepatnya, demikian juga dengan olahraga lain yang membutuhkan waktu yang sangat singkat dalam pelaksanaannya. Tanpa sistem posfagen,

kecepatan dan daya ledak (power) tidak dapat dilaksanakan, karena kegiatan

semacam itu memerlukan suplai ATP yang cepat dan bukan jumlahnya yang besar. Sistem posfagen menggambarkan penyediaan ATP yang paling cepat untuk dipergunakan oleh otot (Junusul Hairy, 1989:76). Beberapa alasan tentang kecepatan penyediaan sumber energi dari sistem posfagen ini, seperti yang di utarakan oleh, (Fox, Edward L., Bowers, Richard W., and Foss, Merle L, 1988:17) sebagai berikut :

-Sistem posfagen tidak tergantung pada rangkaian reaksi kimia yang panjang

-Sistem posfagen tidak tergantung kapada transport oksigen ke otot yang

sedang bekerja, dan

-ATP dan PC kedua-duanya disimpan langsung didalam mekanisme


(54)

commit to user

Untuk meningkatkan penyediaan ATP dan PC dalam otot yang dipakai pada kegiatan jangka pendek seperti kebutuhan energi pada renang jarak pendek 50 meter diperlukan suatu pelatihan yang intensif seperti pelatihan interval anaerob dengan sifat-sifat sistem phosphagen . Namun kerugian dari sistem energi ATP-PC ini adalah terlalu sedikitnya simpanan bahan tersebut

didalam otot. (Smith, NJ, 1983:184).

b. Sistem Glikolisis Anaerobik (Lactic Acid System)

Sistem anaerobic selain dari resintesa ATP didalam otot, adalah glikolisis anaerobik yang melibatkan pemecahan tidak sempurna dari karbohidrat (gula), menjadi asam laktat. Didalam tubuh, semua karbohidrat dikonversi menjadi gula sederhana yaitu glukosa, yang disimpan dalam hati dan otot sebagai glikogen untuk dipergunakan kemudian. Asam laktat adalah hasil dari glikolisis anaerobik. Kaitan langsung asam laktat dengan aktivitas fisik, dimana terjadi penumpukan asam laktat sebelum atlet menghentikan kegiatannya yang disebabkan oleh kelelahan yang berat. Jadi atlet menghentikan kegiatan yang sedang dilakukan karena menderita kelelahan berat yang disebabkan oleh menumpuknya asam laktat. Pada pelatihan yang berat energi yang diperlukan melebihi kecepatan suplai

oksigen, hydrogen bersama nikotinamida adenindinukleotida (NAD+) tidak

dapat diproses melalui rantai pernafasan. Pengeluaran energi anaerobic

secara terus-menerus didalam glikolisis tergantung pada adanya NAD+

untuk oksidasi. Sistem ini lebih rumit daripada sistem posfagen. Apabila asam laktat terbentuk didalam otot, asam laktat dengan cepat berdifusi ke


(55)

commit to user

dalam darah dan meninggalkan tempat metabolisme energi. Bagaimanapun juga karena asam laktat di dalam darah dan otot meningkat, maka kecepatan regenerasi ATP tidak dapat mengimbangi kecepatan pemakaiannya, hal ini

menyebabkan terjadinya kelelahan. Kelelahan diperantarai oleh

meningkatnya keasaman, agar enzim-enzim yang terlibat dalam transfer energi tidak aktif. Kerugian dari sistem ini adalah dalam proses ini akan menghasilkan asam laktat yang akan tertimbun dalam otot dan darah, sehingga dapat menimbulkan gejala kelelahan. (Smith, NJ, 1983:184). Asam laktat tidak boleh dianggap sebagai limbah metabolisme, karena asam laktat merupakan sumber energi kimia yang sangat bermanfaat dan tetap disimpan dalam tubuh selama pelatihan berat. Apabila persediaan oksigen telah mencikupi kembali, seperti pada saat pulih asal (recovery) atau pada saat intensitas latiihan dikurangi, hydrogen terikat ke asam laktat dan

diangkut oleh NAD+ dan akhirnya dioksidasi. Akibatnya asam laktat telah

siap untuk di konversi kembali menjadi asam piruvat dan dipergunakan sebagai sumber energi, selanjutnya energi potensial dalam asam laktat dan asam piruvat yang dibentuk dalam otot selama pelatihan dapat dilestarikan/disimpan dan kerangka karbon dari molekul-molekul ini digunakan untuk sintesis glukosa dan proses ini dinamakan proses

glukoneogenesis yang terjadi di dalam daur corl. Daur ini tidak hanya

sebagai alat untuk mengangkut asam laktat, tetapi juga memperbesar glukosa darah dan glukosa otot. Selama glikolisis anaerobik, hanya beberapa mol ATP yang dapat diresintesa dari glikogen, jika dibandingkan


(1)

commit to user

Dalam penelitian ini, baik dalam menyusun program pelatihan, pelaksanaan program pelatihan maupun dalam pengambilan data telah dilakukan dengan berbagai upaya agar hasil penelitian benar-benar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, namun dengan adanya bebarapa faktor sebagai variabel intervening yang tidak dapat terkendalikan sehingga hasil penelitian memiliki beberapa kelemahan. diantaranya ;

1. Penelitian hanya dilakukan di FIK Unimed dengan sampel terbatas pada mahasiswa jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, sehingga penelitian ini belum cukup digeneralisasikan secara nasioal.

2. Keterbatasan dalam melakukan kontrol yang diharapkan hanya dalam perlakuan penelitian ini. Sampel masih melakukan kegiatan diluar ekperimen, karena sampel masih harus melakukan belajar-belajar lain dalam beberapa pelatihannya, sehingga kegiatan diluar perlakuan eksperimen mempengaruhi kesahihan hasil penelitian.

3. Selama pelaksanaan penelitian (eksperimen) perenang tidak diasramakan. sehingga terdapat faktor lain yang mempengaruhi hasil penelitian, seperti, faktor gizi, istirahat, datang terlambat dan pengalaman lainnya, maka hal ini akan mempengaruhi hasil penelitian.

4. Kontrol terhadap unsur-unsur lain yang dapat mempengaruhi kecepatan renang 50 meter gaya bebas, seperti unsur kondisi fisik selain power otot, psikis, suhu air dan juga kemampuan motorik yang lain tidak diperhitungkan sehingga faktor-faktor tersebut mempengaruhi hasil penelitian.


(2)

commit to user

118

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis variansi data diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Tidak ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja-istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7 terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas, ini berarti rasio waktu kerja-istirahat latihan interval anaerob memberi efek yang sama terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas.

2. Tidak ada perbedaan peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas yang signifikan antara perenang yang memiliki power otot lengan baik dan kurang. Kecepatan renang 50 meter gaya bebas perenang yang memiliki power otot lengan baik sama saja peningkatan kecepatannya dengan perenang yang memiliki power otot kurang.

3. Tidak ada pengaruh interaksi yang signifikan antara pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja-istirahat dan power otot lengan terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas. Karekteristik perbedaan pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja-istirahat akan sama peningkatannya pada setiap kelompok perenang yang memiliki power otot lengan baik dan kurang. Demikian juga karakteristik perbedaan antara perenang yang memiliki power

otot lengan baik dan kurang, untuk setiap kelompok pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja – istirahat akan sama juga peningkatannya.


(3)

commit to user

Kesimpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan ide yang lebih luas jika dikaji pula tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas dasar kesimpulan yang telah diambil, dapat dikemukakan implikasinya sebagai berikut: 1. Pelatihan interval anaerob 1:3, 1:5 dan 1:7 yang diterapkan bila ditinjau dari

lamanya waktu istirahat antar repetisi (ulangan) latihan akan berpengaruh tehadap pemulihan ATP-PC untuk melakukan repetisi berikutnya. Pemulihan ATP-PC dari setiap repetisi dari ketiga rasio tersebut belum mencapai 100%. Waktu istirahat antar set (3-5 menit) yang diberikan pada masing-masing pelatihan interval anaerob, berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan diyakini bahwa ATP-PC telah pulih 100%. Sehingga perenang siap kembali untuk melakukan latihan pada set-set berikutnya. Karena pemulihan ATP-PC pada setiap repetisi dan set sama, maka akan meningkatkan kemampuan power otot lengan yang sama pula, sehingga peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas juga sama-sama meningkat, sebab itulah maka tidak ada perbadaan pengaruh yang signifikan (berarti) antara pelatihan interval anaerob terhadap peningkatan kecepatan renang. Tidak ada perbedaan peningkatan kecapatan renang dan tidak ada pengaruh interaksi antara varibel-variabel penelitian. Seluruh perlakuan yang diberikan berada pada wilayah yang sama

2. Secara umum dapat dikatakan bahwa pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja-istirahat dan power otot lengan merupakan variable-variabel yang tidak berpengaruh secara segnifikan terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas.


(4)

commit to user

3. Pada perenang yang berlatih dengan pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja-istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7 secara umum dapat dikatakan bahwa ketiga rasio ini tidak menunjukkan peran secara signifikan dalam meningkatkan kecepatan renang 50 meter gaya bebas, karena ketiga rasio waktu kerja-istirahat pelatihan interval anaerob merupakan pelatihan intensitas tinggi sehingga tidak sesuai untuk diterapkan pada perenang di Fik Unimed. Rasio waktu kerja-istirahat pelatihan interval anaerob ini membutuhkan waktu kerja dan waktu istirahat yang singkat sehingga terjadinya akumulasi asam laktat (LA) yang berlebihan dan mengakibatkan stres terhadap otot tinggi. Adaptasi tubuh terhadap beban pelatihan yang diberikan rendah sehingga dengan adanya tekanan yang terus-menerus, akibat beban pelatihan yang tinggi cidera atau

overtraining akan dapat terjadi.

4. Dapat dikemukakan bahwa rasio waktu kerja-istirahat pelatihan interval anaerob 1:3, 1:5 dan 1:7 tidak direkomendasikan untuk diterapkan dalam pelatihan interval anaerob dan kenyataan ini mengisyaratkan kepada setiap peneliti/pelatih agar dapat menjadi bahan pertimbangan didalam pengambilan keputusan dan kebijakan pengembangan pelatihan untuk peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas.

5. Berkenaan dengan penerapan ketiga rasio waktu kerja-istirahat pelatihan interval anaerob, masih ada faktor lain yang mempengaruhi kecepatan renang 50 meter gaya bebas yaitu power otot lengan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan kecepatan berenang antara kelompok pelatihan dengan power otot lengan baik dan kurang.


(5)

commit to user

lengan baik tidak lebih baik peningkatan kecepatan berenangnya dibandingkan dengan power otot lengan yang kurang, sehingga hal ini mengisyaratkan kepada pelatih, agar berupaya dalam melatih cabang olah raga renang gaya bebas jarak pendek hendaknya memperhatikan faktor lain selain power otot lengan seperti kekuatan, daya tahan kekuatan, koordinasi, fleksibilitas otot, panjang lengan dan lain sebagainya.

6. Hasil penelitian ini mengisyaratkan bahwa program latihan yang diterapkan tidak sesuai dengan kondisi dan keadaan sampel yang diambil dari populasi yang digunakan menjadi sumber data, oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

Berdasarkan uraian diatas dapat memberikan implikasi yang berguna bagi pelatih renang dalam penyusunan program pelatihan yang tepat guna menjadikan program pelatihan sebagai alat untuk meningkatkan kecepatan renang 50 meter gaya bebas.


(6)

commit to user

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian dan analisis data diatas maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut :

1. Kepada pelatih renang 50 meter gaya bebas/jarak pendek, agar lebih memperhatikan sistem energi predominan yang dipergunakan, serta ketepatan rasio waktu kerja dan waktu istirahat dalam setiap repetisi dan set-set pelatihan. 2. Untuk menjadi suatu pertimbangan, bahwa dalam olahraga renang jarak pendek faktor kondisi fisik power otot lengan belum tentu menjadi suatu faktor utama pendukung namun masih ada faktor kondisi fisik yang lain, seperti kekuatan, daya tahan kekuatan, koordinasi, fleksibilitas otot dan panjang lengan juga akan mempengaruhi.

3. Disarankan kepada peneliti selanjudnya untuk meneliti pada ruang lingkup yang lebih luas dan mendalam, mengenai pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja-istirahat, serta keterkaitannya dengan komponen kondisi fisik lain yang diterapkan pada waktu atau lokasi yang berbeda dengan masa pelatihan yang lebih lama.