Kerangka Berpikir. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

commit to user 81 1:12. Jenis penelitiannya adalah eksperimen dengan rancangan randomized group pretest-posttest design, dengan sampel sebanyak 48 orang yang dibagi dalam 4 kelompok eksperimen. Pelatihan dilakukan tiga kali seminggu selama dua bulan. Waktu kecepatan lari 100 meter sebelum dan sesudah perlakuan dianalisa dengan anava satu jalur pada taraf signifikansi 5 dan diperoleh hasil bahwa : 1. Ada perbedaan pengaruh pelatihan interval anaerob atas dasar kebutuhan waktu pemulihan dengan rasio kerja:istirahat 1:5, 1:7, 1:10 dan 1:12 terhadap kecepatan lari 100 meter. 2. Pelatihan interval anaerob atas dasar kebutuhan waktu pemulihan dengan rasio kerja:istirahat 1:10 lebih baik dibandingkan dengan rasio 1:5, 1:7, dan 1:12 terhadap kecepatan lari 100 meter.

C. Kerangka Berpikir.

Berdasarkan kajian teoritis yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan kerangka berpikir sebagai berikut : 1. Perbedaan pengaruh pelatihan interval anaerob antara rasio waktu kerja - istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7 terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas. Pelatihan interval jarak 25 meter gaya bebas merupakan aktivitas yang intermittent yang terbagi atas waktu kerja dan waktu istirahat, dengan waktu kerja antara 16-20 detik, dengan berdasarkan pada rasio waktu kerja-istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7 waktu istirahatnya berkisar antara 48 – 140 detik, dengan waktu istirahat yang begitu singkat sehingga pemulihan energi ATP mencapai +- 50-97 , dan harus melakukan ulangan kerja dengan intensitas tinggi. commit to user 82 Dalam hal ini awalnya tubuh akan mengalami shock, fatique, atau penurunan kemampuan kondisi fisik, tetapi setelah diberikan treatment yang sesuai dengan beban pelatihan yang diberikan, tubuh akan mengalami adaptasi yang lebih baik secara fisik maupun fisiologis. Dengan adanya tekanan stressor ini, tubuh akan dipacu untuk menghasilkan energi ATP lebih cepat melalui sistem glokolisis anaerob ATP-PC. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan cara memperbanyak jumlah mitokondria dalam otot. Dengan demikian kebutuhan energi akan aktivitas pelatihan interval anaerob akan cepat terpenuhi dan hal ini akan memberi pengaruh terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas. Perbedaan rasio waktu kerja-istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7, dengan waktu istirahat berbeda, tentunya adaptasi fisik maupun fisiologisnya akan berbeda, hal ini dapat diperhatikan berkenaan dengan kesiapan perenang dalam melakukan aktivitas serta kecepatan renangnya pada setiap hari-hari pelatihan. Karena sistem energi yang dikembangkan sama ATP-PC, jarak tempuh renangan dalam pelatihan sama, namun lamanya waktu istirahat guna pemulihan energi ATP serta adaptasi secara fisik maupun fisiologis yang berbeda, maka dapat diduga bahwa antara rasio waktu kerja-istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7 akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas. 2. Perbedaan peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas antara perenang yang memiliki power otot lengan baik dan kurang. Salah satu komponen kondisi fisik yang sangat dibutuhkan dalam berbagai aktivitas olahraga adalah power. Power ini merupakan gabungan dari commit to user 83 kekuatan dan kecepatan, jadi olahraga yang membutuhkan kekuatan dan kecepatan maksimal harus memiliki power yang baik. Demikian halnya dengan cabang olahraga renang, dimana perenang harus memiliki komponen kondisi fisik power, terutama power otot lengan pada saat melakukan kayuhan dengan kuat dan cepat, untuk membawa tubuh melucur kedepan. Power otot lengan tentunya sudah dimiliki oleh perenang setingkat mahasiswa, namun power otot lengan yang dimiliki oleh perenang tersebut tidak semuanya sama, ada yang baik dan ada pula yang kurang. Baik-kurangnya power otot lengan yang dimiliki perenang dipengaruhi oleh berbagai faktor, faktor-faktor itu dapat berupa jenis kegiatan atau aktivitas fisik yang mereka lakukan sehari-hari. Keterkaitan power otot lengan dengan kecepatan renang 50 meter, tentu dapat diduga bahwa terdapat perbedaan antara perenang yang memiliki power otot lengan baik dan power otot lengan kurang. Namun bila dikaitkan kembali dengan pelatihan interval yang bersifat “intermittent”, akan terlihat dengan jelas letak perbedaannya. Perenang yang memiliki power otot baik membutuhkan waktu kerja yang relatif pendek tentu waktu pemulihannya juga pendek kelipatan dari waktu kerja, misalnya : rasio waktu kerja-istirahat 1:3, bagi perenang yang memiliki power otot tinggi, waktu kerja 15 detik, maka waktu istirahatnya 45 detik. Sedangkan bagi perenang yang memiliki power otot lengan kurang, waktu kerja 20 detik, maka waktu istirahatnya 60 detik, jadi bila dikaitkan kembali dengan sistem energi dalam pembentukan kembali ATP, maka yang waktu pemulihannya lebih lama 60 detik lebih banyak ATP yang telah tergantikan, tentu akan lebih siap melakukan pelatihan repetition commit to user 84 yang berikutnya. Maka dapat diduga bahwa antara power otot baik dan kurang akan memberikan perbedaan peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas. 3. Pengaruh interaksi antara pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja – istirahat dan power otot lengan terhadap peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas. Kecepatan renang 50 meter gaya bebas merupakan kemampuan seorang perenang melakukan gerakan menarik dan mendorong air dengan kuat dan cepat, membawa tubuh meluncur kedepan untuk menyelesaikan jarak renangan dengan waktu yang sesingkat-singkatnya. Hasil perhitungan kecepatan renang dimulai dari start bunyi aba-abapluit sampai finish menyentuh dinding. Untuk mengembangkan dan meningkatkan kecepatan dalam menyelesaikan jarak renangan harus dilakukan pelatihan yang terencana berupa bentuk pelatihan interval anaerob dengan mengembangkan sistem energi predominan ATP-PC yang menekankan pada rasio waktu kerja-istirahat. Kecermatan dan ketepatan dalam menentukan rasio waktu kerja – istirahat pada pelatihan interval anaerob merupakan faktor yang sangat penting dalam mengembangkan dan meningkatkan kecepatan renang 50 meter gaya bebas. Ditinjau dari peranan power otot lengan yang merupakan perpaduan antara kekuatan dan kecepatan, maka otot lengan memiliki ciri yang mampu melakukan gerakan yang eksplosif. Gerakan eksplosif lengan juga menggunakan sistem energi ATP-PC yang sangat mendukung kecepatan lengan melakukan kayuhan seperti baling-baling kapal untuk membawa tubuh meluncur dengan cepat kedepan. Hal ini melahirkan pemikiran commit to user 85 bahwa dalam meningkatkan kecepatan renang 50 meter gaya bebas, selain daripada penerapan bentuk pelatihan interval anaerob yang intermittent juga harus didukung oleh power otot lengan yang baik. Dengan demikian antara pelatihan interval anaerob rasio waktu kerja-istirahat 1:3, 1:5 dan 1:7 dengan power otot lengan terdapat interaksi dan memiliki peran meningkatkan kecepatan renang, namun seberapa besar pengaruh interaksi tersebut belum dapat ditentukan, oleh sebab itu hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan jawaban.

D. Pengajuan Hipotesis