32 Cara kerja:
Ekstrak etanol ditambahkan 40 ml etanol, lalu dilarutkan dengan air panas sebanyak 100 ml, lalu dimasukkan ke dalam corong pisah, difraksinasipartisi
dengan n - heksana sebanyak 100 ml, dilakukan 3 kali, sehingga diperoleh fraksi n-heksana dan fraksi air. Fraksi n-heksana dipekatkan Rohman, 2009.
3.10 Kromatografi Lapis Tipis dari Ekstrak n–Heksana Herba Kurmak Mbelin
Kromatografi lapis tipis KLT digunakan untuk mendapatkan fase gerak yang terbaik untuk dipakai pada KLT hasil kromatografi kolom. Terhadap
fraksi n - heksana dilakukan analisis secara KLT menggunakan fase diam silika gel F
254
dan fase gerak campuran n-heksana : etilasetat dengan perbandingan 100 : 0, 90 : 10, 80 : 20, 70 : 30, dan 60 : 40, sebagai penampak bercak
digunakan pereaksi Liebermann-Burchard. Cara kerja:
Ekstrak dilarutkan dalam n-heksana, ditotolkan pada plat lapis tipis, kemudian dimasukan ke dalam chamber yang telah jenuh dengan uap fase gerak.
Pengembangan selesai, lalu plat dikeluarkan dan dikeringkan, plat disemprot dengan penampak bercak Liebermann-Burchard dan dipanaskan di oven pada
suhu 110 ℃ selama 10 menit. Amati warna yang terbentuk dan dihitung harga Rf
pada semua bercak. Fase gerak yang menghasilkan noda bercak paling banyak adalah fase gerak yang terbaik Stahl, 1985.
3.11 Kromatografi Kolom dari Ekstrak n-Heksana Herba Kurmak Mbelin
Kandungan kimia yang terdapat dalam ekstrak n-heksana dipisahkan dengan kromatografi kolom menggunakan pelarut landaian n-heksana : etilasetat
Universitas Sumatera Utara
33 dengan perbandingan 100 : 0, 90 : 10, 80 : 20, 70 : 30, 60 : 40, 50 : 50,
40 : 60, 30 : 70, 20 : 80, 10 : 90, 0 : 100 dan metanol. Cara kerja:
Seperangkat alat kromatografi kolom dipasang sedemikian rupa dan pada dasar kolom dimasukkan kapas bebas lemak, kemudian dimasukkan fase gerak.
Silika gel 60 H dibuat bubur dengan larutan fase gerak sampai bebas gelembung udara, kran dibuka kemudian bubur silika dimasukkan ke dalam kromatografi
kolom secara perlahan-lahan sambil dinding kolom diketuk-ketuk dan fase gerak tetap dialiri sampai silika gel turun, lalu didiamkan sampai kolom kompak,
selanjutnya fase gerak diturunkan sampai setinggi lebih kurang 1 cm di atas fase diam, kran ditutup. Bagian atas silika gel dilapisi dengan kertas saring kemudian
ekstrak n-heksana yang sebelumnya telah dicampur dengan silika gel 60 H dimasukkan ke dalam bejana kromatografi kolom sambil fase gerak ditambah
sedikit demi sedikit, setelah sampel turun kran dibuka perlahan sambil fase gerak terus ditambah. Eluat yang keluar ditampung dalam vial, masing-masing sebanyak
5 ml. Hal ini dilakukan sampai eluat memberikan hasil negatif terhadap pereaksi Liebermann-Burchard. Hasil elusi dipantau dengan kromatografi lapis tipis
menggunakan fase gerak n-heksana : etilasetat 70 : 30, penampang bercak Liebermann-Burchard. Untuk eluat yang mempunyai pola kromatogram yang
sama digabung menjadi satu fraksi Sastrohamidjojo, 1985.
3.12 Isolasi Senyawa SteroidTriterpenoid Hasil Kromatografi Kolom dengan KLT Preparatif
Terhadap fraksi hasil kromatografi kolom yang memberikan bercak sama dilakukan isolasi secara KLT preparatif, sebagai penampak bercak digunakan
Universitas Sumatera Utara
34 pereaksi Liebermann-Burchard dan sebagai fase gerak digunakan n-
heksana:etilasetat 70 : 30 dan fase diam silika gel F
254
. Cara kerja:
Fraksi ditotolkan berupa pita pada jarak 2 cm dari tepi bawah plat KLT berukuran 20 x 20 cm yang telah diaktifkan, setelah kering plat KLT dimasukkan
ke dalam bejana yang telah jenuh dengan uap fase gerak, pengembang dibiarkan naik membawa komponen yang ada, setelah mencapai batas pengembangan plat
dikeluarkan dari bejana lalu dikeringkan. Bagian tengah plat ditutup dengan kaca yang bersih sedangkan pada sisi kanan dan kiri plat disemprot dengan penampak
bercak Liebermann-Burchard. Bagian tengah plat yang sejajar dengan bercak
berwarna biru-hijau dikerok dan dikumpulkan, direndam dengan metanol satu malam lalu disaring kemudian pelarutnya diuapkan, kemudian dilakukan uji
kemurnian dengan KLT terhadap isolat yang diperoleh Hostettmann, 1995.
3.13 Uji Kemurnian Terhadap Kristal Hasil Isolasi