Kebajikan asean dalam menagani masalah drugs trafficking di in Indonesia periode 2003-2008

(1)

KEBIJAKAN ASEAN DALAM MENANGANI

MASALAH DRUGS TRAFFICKING DI INDONESIA

PERIODE 2003-2008

Skripsi

NATIQOH

NIM . 106083003631

PROGRAM STUD I HUBUNGAN IN TERN ASION AL

FAK ULTAS ILM U SOSIAL D AN ILM U POLITIK

UIN SY AR IF H ID AY ATULLAH

JAK AR TA

2011

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Sosial


(2)

(3)

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Nege i (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 18 Maret 2011

Natiqoh


(5)

ABSTRAK

Kata Kunci: , , ,

,

Dengan semakin maraknya arus globalisasi dan merebaknya dampak sosial dari krisis ekonomi dan moneter di Kawasan Asia Tenggara, telah menyebabkan semakin meningkatnya aksi-aksi kejahatan yang melintas batas. Bentuk dan aksi kejahatan ini salah satunya adalah masalah Dengan kondisi seperti ini, maka perdagangan dan peredaran narkotika obat-obatan terlarang bukan saja menjadi ancaman keamanan masing-masing negara anggota ASEAN. Dari sisi yang sama, ia telah menjadi suatu ancaman keamanan bagi ketahanan regional ASEAN secara keseluruhan, baik untuk saat ini maupun pada masa yang akan datang. Hal ini mengingat sasaran dari pengguna narkotika dan obat-obatan terlarang adalah generasi muda yang merupakan generasi penerus bangsa dimasa depan dan mengancam . Mengingat kondisi tersebut, maka dalam skripsi ini penulis menganalisis kebijakan ASEAN dalam menangani masalah

di Indonesia pada periode 2003-2008.

Tujuan dari penelitian ini adalah bagaimana kebijakan dalam

menangani masalah di Indonesia, serta melihat bagaimana implementasi dari hasil kerjasama ASEAN tersebut untuk direalisasikan di negara ASEAN khususnya Indonesia. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis menemukan hasil dari kebijakan ASEAN itu adalah mengadakan kerjasama dengan anggota ASEAN menyangkut masalah .

Kerjasama tersebut dengan melihat perkembangan kebijakan yang dilakukan ASEAN serta program aksi dan strategi ASOD (

) sebagai institusi ASEAN. Sementara kelemahan dari kerjasama ASEAN yang paling mendasar dalam upaya mengatasi masalah ini adalah kurangnya sumberdaya manusia yang memadai dan sumber dana yang mencukupi.

Pendekatan konsep penelitian ini dengan menggunakan tiga teori yang pertama kerjasama regional dimana ASEAN ini adalah sekumpulan negara yang memiliki kedekatan geografis karena berada dalam satu wilayah tertentu, yang

kedua keamanan dimana masalah keamanan ini cenderung bersifat laten, dinamis dan multidimensial, yang implikasinya tidak hanya terbatas pada suatu negara, tetapi lintas negara. Yang ketiga dimana dampak dari

ini mengancam keamanan manusia itu sendiri.

drugs trafficking.

human security drugs trafficking

drugs trafficking

drugs trafficking ASEAN Senior Officials on Drugs Matters

drugs trafficking

human security drugs

trafficking

Drugs Trafficking Human Security Transnational Crime


(6)

KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan kemudahan yang diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercuarah dan terlimpah kepada

Nabi Muhammad saw.

Selama penyusunan skripsi ini penulis banyak menerima dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Prof.Dr.Bachtiar Effendy selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dina Afrianty, Ph.D., selaku Ketua Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Agus Nilmada Azmi, M.Si., sebagai Sekertaris Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ali Munhanif, Ph.D selaku pembimbing akademik Jurusan ungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah


(7)

5. Bapak Drs.Armein daulay M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang penuh dengan rasa sabar dalam memberikan arahan, saran serta motivasi selama penulisan skripsi ini. “Terimakasih banyak pak, semoga segala kebaikan dan ketulusan yang Bapak berikan menjadi amal shaleh dan juga ilmu yang diberikan menjadi ilmu yang bermanfaat.”

6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Nazaruddin Nasution, SH, MA., Kiky Rizky MSi., Adian Firnas, MSi., Rahmi Fitriyanti MSi., yang telah mengajarkan berbagai ilmu dan telah membant penulis dalam meyelesaikan tugasnya sebagai mahasiswi. Kenangan belajar bersama dosen-dosen tsb akan selalu terpatri dalam hati penulis selamanya.

7. Segenap pihak Kementrian Luar Negeri RI Direktorat Jendral Kerjasama Fungsional ASEAN dan segenap Sekertariat Badan Narkotika Nasional RI yang telah membantu penulis dalam penyediaan data-data yang berkaitan dengan skripsi ini.

8. Kedua orang tua ku tercinta Ayahanda H.Madsyukra dan Ibunda Hj.Siti Hamrah yang tanpa pernah lelah selalu memberikan senyuman serta tetesan

airmata do’a untuk kesuksesan anak-anaknya.

9. Kakak-kakaku tercinta Ulumuddin, zein Qursayni, Fahrurrozi, Siti Hanah, Jamaluddin, Ja’far Sidiq, Ubaydillah. yang selalu memberikan semangat dalam selimut cinta dan kasih. keponakan-keponakanku, Lia, Ebah, Zaky, Fauziah, Mu2s, Fadil, Ubad, Abi, Alif, Ziska yang menghibur dan penyemangat penulis.


(8)

10. Tuk seorang yang sangat berarti “Ma’mun Ibni Khidir S.HI” yang selalu setia mendampingi dan menghibur penulis, serta penyemangat, yang telah menjadi cinta yang setia, serta menghiburku dikala penulis mengalami kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Sahabat-sahabatku Crista MC Auliffe, Dian Erlita Aristya, Murni Habibah yang telah memberikan arti sebuah ketulusan dalam bingkai persahabatan, juga buat Neni Herdiyani, Hastri Nurdiyanti, Nayla Hidayah, Lina Herlina, Musyrifah, Aldi Wandra Terima kasih tuk semua canda tawa serta tempat

dalam berbagi suka dan duka.

12. Teman-temanku, Anne Normadiah, Ita Fatimah, Hazrina, Dzuriah Tiara Hany, Ayu Yukhairoh, Astrid Ismulyanti, Izun Nahdliya, Dwi Wahyuni, Umi Kulsum, Shinta Octalia, Insan Maulidy, Agus Firmansyah, Khairul Umam, Eko Fernanda, Bernardy Ferdiansyah. Kalian adalah keluarga kecilku yang penuh kehangatan, terima kasih tuk sekotak senyuman yang diberikan bagi penulis ketika penulis menghadapi masa-masa sulit.

13. Teman-teman Mahasiswa/Mahasiswi Jurusan Hubungan Internasional kelas A dan B angkatan 2006, 2007, 2008, 2009 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

14. Saudara dan sahabat-sahabatku di Banjaran-Bandung, yang telah banyak mengajarkan diri ini untuk menjadi pribadi yang ramah dan sederhana.

15. Serta Besar harapan penulis bahwa skripsi ini dapat menambah khazanah keilmuan dan bermanfaat bagi banyak pihak. Penulis sadar bahwa masih


(9)

banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, sehingga penulis berharap peneliti-peneliti selanjutnya dapat melakukan perbaikan.

Akhir kata penulis ucapkan. Jazakumullah Khairan Katsirin

Jakarta, 18 Maret 2010


(10)

DAF TAR ISI

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR SINGKATAN... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GRAFIK... xv

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang... 1

I.2 Rumusan Masalah... 9

I.3 Tujuan Penelitian... 10

I.4 Tinjauan Pustaka... 10

I.5 Kerangka Pem ikiran... 12

1.5.1 Konsep Kerjasama Regional ... 12

1.5.2 Konsep Keamanan ... 14

1.5.3 Konsep ... 19

I.6 Metode Penelitian... 24

I.7 Sistematika Penulisan... 26 Human Security


(11)

BAB II PERMASALAHAN DRUGS TRAFFICKING DAN DAMPAKNYA TERHADAP HUMAN SECURITY

BAB III GAMBARAN UMUM MASALAH DRUGS TRAFFICKING DI INDONESIA

II.1 Gambaran Umum Masalah ... 28

II.1.1Masalah di Segi Tiga Emas ( )... 32

II.1.2 Produksi dan Jalur Peredaran di Segitiga Emas ( )... 37

II.2 Dampak dari Masalah Terhadap Human Security... 41

II.2.1 Dampak terhadap Dimensi Politik... 42

II.2.2 Dampak terhadap Dimensi Ekonomi... 44

II.2.3 Dampak terhadap Dimensi Sosial... 47

II.2.4 Dampak terhadap Dimensi Budaya... 50

II.2.5 Dampak terhadap Dimensi Kesehatan... 50

II.2.6 Dampak terhadap Dimensi Penegak Hukum... 51

II.2.7 Dampak terhadap Dimensi Keamanan Nasional... 53

III.1 Masalah di Indonesia... 55

III.2 Jenis Narkotika dan Obat-obatan Terlarang di Indonesia.. 56

III.3 Produksi Narkotika dan Obat-obatan Terlarang di Indonesia... 63

Drugs Trafficking

Drugs Trafficking Golden

Triangle

Drugs Trafficking Golden Triangle

Drugs Trafficking


(12)

III.4 Jalur Peredaran Narkotika dan Obat-obatan Terlarang di

Indonesia... 65

IV.1Kebijakan ASEAN dalam Menangani Masalah Narkotika dan Obat-obatan terlarang ... 73

IV.1.1 Perkembangan Kerjasama ASEAN... 79

IV.1.2 Program Perkembangan Aksi ASEAN... 88

IV.1.3 Perkembangan Strategi Kerjasama ASEAN... 91

IV.2 Implementasi Kerjasama ASEAN dalam Menangani Masalah Narkotika dan Obat-obatan Terlarang di Indonesia... 97

IV.3 Hambatan Kerjasama ASEAN dalam Menangani Masalah Narkotika dan Obat-obatan Terlarang... 101

IV.3.1 Kurangnya komitmen dari Negara-negara Anggota. 102 IV.3.2 Permasalahan Dana ( ) ... 104

IV.3.3 Hambatan dari Faktor Geografis ASEAN... 104

V.1 Kesimpulan dan Saran ... 108

BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN ASEAN DALAM MENANGANI MASALAH DI INDONESIA BAB V PENUTUP DAFTAR PUSTAKA ... xvi LAMPIRAN-LAMPIRAN

DRUGS TRAFFICKING


(13)

DAFTAR SINGKATAN

ACCORD ASEAN-China Cooperative Operations in Response to Dangerous Drugs

ACOT ASEAN Centre on Transnational Crime

AD Alternative Development

AFMM ASEAN Financial Ministers Meeting

AMM ASEAN Ministerial Meeting

AMMTC ASEAN Ministerial Meeting on Transnational Crime ASEANAPOL ASEAN Chiefs of National Police

ASOD ASEAN Senior Official on Drugs Matters

ATS Amphetamine Type Stimulant

BERSAMA Badan Kerjasama Pembinaan Warga Tama

BNN Badan Narkotika Nasional

CBT Computer Based Training

CMO Comprehensive Multidisciplinary Outline

COSD Cmmitte on Social Development

DEA Drug Enforcement Administration

ICDAIT International Conference on Drug Abuse and Illicit Trafficking

IFNGO International Federation of Non-Government Organizations

for Drugs and Substance Abuses


(14)

INCB International Narcotic Colombo Plan Bureau

KTT Konferensi Tingkat Tinggi

MoU Momerondum of Understanding

NDBC National Drug Abuse Prevention Center

TAC Treaty of Amity and Cooperation

TOC Transnational Organization Crime UNDCP United Nation Drug Control Program UNDP United Nation Development Program UNODC United Nation Office on Drugs and Crime


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.3.1.2 Jalur di ... 48

Gambar II.3.2.1 Jalur Lalu Lintas Obat-Obatan Terlarang yang Masuk

ke Indonesia ... 52 Gambar II.3.2.2 Jalur peredaran ganja di Indonesia... 54


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel II.3.2.3 Kasus Narkoba di Indonesia Tahun 2003-2008... 56

IV.1.3.1 Perkembangan Kebijakan kerjasama ASEAN dalam

menangani masalah ... 92 Tabel


(17)

DAFTAR GRAFIK

Grafik II.3.1.1

... 47 Total seziure of methamphetamines pills in Myanmar


(18)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Perubahan akibat dari globalisasi yang dilandasi oleh sistem informasi dan teknologi yang sangat cepat menja negara-negara “seolah-olah” tanpa batas, serta dampak sosial dari krisis ekonomi dan keuangan yang melanda kawasan Asia Tenggara telah mendorong munculnya masalah gangguan keamanan baru berupa aksi-aksi kejahatan yang melintasi batas wilayah negara. Persoalan batas negara yang belum dikelola dengan baik bahkan juga menjadi salah satu indikator bahwa negara tersebut sangat lemah. Oleh karenanya, batas dan luas teritorial memainkan peran yang sangat signifikan dalam menentukan eksistensi suatu negara.1 Lebih lanjut dengan mengutip pendapat George Sorensen (1996)2, Anak Agung Banyu Perwita menyatakan gagasan utama dari penentuan batas l adalah untuk membedakan negara secara fisik. Selain dari itu negara juga menjadi alat untuk mengontrol aliran barang, gagasan, bahkan ideologi. Selain itu, apabila suatu negara tidak dapat melindungi wilayah perbatasannya akan menghadapi berbagai persoalan ketidakamanan wilayah

1 Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN, Deplu RI,

. 2000. h. 1. 2

Anak Agung Banyu Perwita “

” makalah disampaikan dalam seminar Nasional

“ ” Bandung, 10

September 2007. h 7-10.

Kerjasama ASEAN dalam Menaggulangi Kejahatan Lintas Negara

Problematika Hubungan TNI dan POLRI dalam Menangani Terorisme dan Kejahatan Lintas Batas


(19)

perbatasannya yang muncul dari aktor non negara seperti kejahatan transnasional seperti perdagangan narkotika.

Bentuk dan aksi kejahatan transnasional di atas antaranya meliputi perdagangan dan penyelundupan manusia, (khususnya wanita dan anak

-anak); pencegahan dan penanggulangan bahaya narkotika obat-obatan terlarang; pembajakan kapal di perairan Asia Tenggara; masalah pencucian uang serta perdagangan gelap persenjataan ringan ( ).3 Aksi-aksi kejahatan di atas dimanfaatkan oleh kelompok teroris yang kerap menggunakanya karena lemahnya kontrol wilayah perbatasan, diawali dengan merencanakan, mempersiapkan dan menggalang semua aksi kejahatan tersebut akan terus diupayakan untuk dicari pencegahan dan penyelesaiannya.

Misalnya, di Indonesia untuk masalah pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainya di upayakan pencegahan dan penanggulangannya. Dalam hal ini, diadakan koordinasi dengan instansi pemerintah terkait untuk menyusun dan melaksanakan kebijakan di bidang ketersediaan, mengoprasikan satuan tugas melalui komunikasi, informasi dan edukasi, pengendalian dan pengawasan, penegakan hukum, treatment dan rehabilitas

masyarakat bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.4

Salah satu bentuk kejahatan transnasional yang diangkat penulis ialah masalah yang sedang mendapat sorotan, baik dari masyarakat internasional maupun nasional. Dapat dikatakan bahwa akhir

3 h. 11.

4Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia,

. 2009. h. 107.

small arms

drugs trafficking

Ibid

ADVOKASI Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba


(20)

akhir ini di negara anggota ASEAN5 menunjukkan peningkatan baik dari segi kualitas maupun kuantitas dalam kerjasama tersebut. Data statistik di masing -masing negara anggota menunjukkan bahwa kasus-kasus penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang dan para pecandunya semakin meningkat. Antara lain di Brunei Darussalam pada tahun 1988 ditemui dari 15 kasus, meningkat menjadi 423 kasus pada tahun 1998. Kemudian di Thailand dari 122.119 pada tahun (1994) menjadi 167.039 pada tahun (1998). Dan Kamboja dari 32 pada tahun (1994) menjadi 78 pada tahun (1998). Di Malaysia pada tahun 1994 terdapat 11.672 pecandu meningkat menjadi 21.073.6 Bahkan di Indonesia jumlah perkara penyalahgunaan narkotika dan

obat-obatan terlarang dari tahun 1998 sampai dengan tahun 1999 telah meningkat hingga hampir 90%. Jenis narkotika dan obat-obatan terlarang yang beredar juga bervariasi dari

.7

Asia Tenggara merupakan salah satu dari tiga kawasan penghasil obat-obatan terlarang terbesar di dunia, bersama-sama dengan wilayah “Bulan Sabit Emas” atau “ ” (Afganistan-Pakistan-Iran). Secara khusus Asia Tenggara tersebut yakni ASEAN keberadaan “Segitiga Emas”

( ) di perbatasan Thailand, Myanmar dan Laos, menghasilkan 60% produksi opium dan heroin di dunia. Produksi narkoba di kawasan

5 ASEAN ( ) merupakan suatu organisasi regional di

Asia Tenggara yang dibentuk pada tanggal 8 Agustus1967 di Bangkok, Thailand, oleh lima negara Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Pembentukan ASEAN ditandai dengan penandatanganan deklarasi Bangkok. Pada saat ini ASEAN beranggotakan sepuluh negara dengan masuknya Brunei Darussalam (1984), Vietnam (1995), Laos (1997), Myanmar (1997), dan Kamboja (1998).

6

Data dihimpun dari hasil Workshop on ASEAN Community ness:

, Bandung, 24-27 Oktober 1999 yang diselenggarakan oleh Departemen Penerangan RI. Jakarta, 6-8 April 1999.

7

Methamphetamine, Amphetamine, Heroin, Zat-zat Psikotropika, Opium, Mariyuana

Golden Crescent

Golden Triangle

Association of Southeast Asian Nation

The Drug Problem in the Region


(21)

tersebut termasuk dalam kategori narkotika dan yang terbuat dari jenis-jenis tumbuhan dan yang

menghasilkan heroin. Wilayah Segi Tiga Emas ini memberikan sumbangan pada industri heroin yang bernilai US$ 160 milyar pertahun.8 Dari sisi yang sama, produksi yang paling populer di Indonesia adalah ganja yang di hasilkan dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Perkembangan globalisasi dan kemajuan teknologi transportasi dan komunikasi memungkinkan pergerakan barang, jasa, manusia secara cepat dan mudah, termasuk perdagangan narkoba. Jaringan perdagangan narkoba kini memiliki berbagai jalan alternatif ke berbagai negara sasaran, termasuk jalur untuk memasukkan komoditi narkoba ke Indonesia. ini semakin banyak tempat yang menjadi sasaran maupun transit lalu lintas perdagangan narkoba. Tempat-tempat seperti pelabuhan Belawan (Medan), perairan Tanjung Balai, dan Pulau Nias di Sumatra Utara menjadi pintu masuk peredaran obat-obatan terlarang tersebut.9 Propinsi tersebut dekat dengan kawasan dan bertetangga dengan daerah “penghasil” ganja di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) keadaan ini memang sangat rawan, bukan hanya sebagai wilayah transit tetapi juga sentra penyebarannya. Di samping melalui pelabuhan-pelabuhan besar, tidak dipungkiri pasokan

obat-obatan tersebut dapat dilakukan melalui pelabuhan-pelabuhan kecil yang terdapat di pinggiran pantai.1 0

8

Fredy B. L. Tobing,

, dalam , Vol 5 No1 November 2002 h. 83. 9 h. 62.

10

potential addictive opium poppy papaver somniferum

The Golden Triangle

“ Aktifitas Drugs Trafficking Sebagai Isu Keamanan yang Mengancam Stabilitas Negara” Jurnal Global Politik Internasional

Ibid Ibid


(22)

Tidak mengherankan, bila melihat secara demografi, jumlah penduduk ASEAN hampir mencapai 500 juta jiwa,1 1 menjadikan kawasan tersebut bukan saja sebagai wilayah produksi terbesar obat-obatan terlarang, namun juga sebagai wilayah dan pasar yang cukup potensial bagi para pengedar narkotika dan obat-obatan berbahaya.

Dengan kondisi seperti ini, maka perdagangan dan peredaran narkotika serta obat-obatan terlarang bukan saja menjadi ancaman keamanan masing-masing negara anggota ASEAN. Dari sisi yang sama, ia telah menjadi suatu ancaman keamanan bagi ketahanan regional ASEAN secara luruhan, baik untuk saat ini maupun pada masa yang akan datang. Hal mengingat sasaran dari pengguna narkotika dan obat-obatan terlarang adalah generasi muda yang merupakan generasi penerus bangsa di masa depan. Disamping itu, dampak yang ditimbulkan dari pengguna obat-obatan ini telah terbukti selain membahayakan kesehatan, ia juga mengubah pergeseran nilai dan perubahan gaya hidup dengan kemampuan daya beli ( )

generasi muda yang meningkat.1 2

Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya penggunaan dan pemasokan narkoba ke Asia Tenggara. Bagaimanapun, yang

paling menghawatirkan yaitu pada kenyataannya kawasan Tenggara dewasa ini termasuk sebagai salah satu pasar potensial bagi obat-obatan terlarang. Dampaknya, masalah peredaran dan penggunaan narkoba

11 h. 78. 12 h. 80.

purchasing power

Ibid Ibid


(23)

diperkirakan terus meningkat dapat mengancam kehidupan generasi muda

ASEAN di masa mendatang.

Perubahan gaya hidup sebagian generasi muda diakibatkan oleh narkoba sangat berdampak buruk, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Ketergantungan yang ditimbulkan oleh zat kandungan narkoba

menjadikan generasi muda hidup dalam alam khayalan, berfi iran pendek dan tidak memikirkan masa depannya. Pada tingkat kecanduan yang sudah akut, mereka akan melakukan apa saja untuk memenuhi kebutuha ya. Untuk membiayai ketergantungan kepada narkoba, seseorang memerlukan banyak biaya untuk membelinya. Akibatnya, para pecandu ini menghalalkan segala cara dengan mencuri, merampok, menipu, mengedarkan narkoba bahkan bisa membunuh untuk mendapatkan uang kesemuanya ini merugikan

masyarakat.1 3

Inilah fenomena ketergantungan atas narkoba dan sederetan

kasus-kasus kejahatan sebagai efek dari konsumsi narkoba. Masalah inilah yang perlu dipelajari dan untuk dicari pula bagaimana pemecahannya.

Sejauh ini ASEAN memang bersikap aktif dalam menghadapi fenomena meluasnya tantangan keamanan non konvensional. Kesiapan ASEAN dalam menghadapi tantangan keamanan non konvensional relatif masih rendah. Hal ini dikarenakan belum mampu memberikan

13 Lihat dalam Visi, Misi. Badan Koordinasi Narkotika Nasional dan kebijaksanaan Serta

Strategi Nasional Jakarta 2000. hal 4-5. Perhatikan juga kasus warga di Kashmir, dalam menghadapi tekanan psikologis dan emosional cenderung diri dengan penggunaan obat terlarang atau narkotika yang semakin meningkat yakni kejadian per 100.000 orang. Namun pasca pemberontakan yang meletus pada tahun 1989 menjadi 13 kejadian per 100.000 orang. Kompas, 16 Agustus 2010.


(24)

prediksi yang akurat sehingga dapat memperkecil kemungkinan makin

merebaknya tantangan keamanan non konvensional.1 4

Sebagai wadah kerjasama regional, ASEAN memegang peranan besar dalam mengatasi fenomena makin maraknya lalu-lintas perdagangan narkoba

di kawasan Asia Tenggara. Pada sidang (AMM)

di Manila pada 26 juni 1976 telah ditandatangani

ini adalah langkah awal ASEAN untuk menghadapi kasus narkoba.1 5

Selanjutnya pada tahun 1981 dibentuk sebagai

subkomite dibawah (COSD) dan

di Sekertariat ASEAN. Kemudian pada tahun 1984 dalam sidang tahunannya yang ke-8 di Jakarta, nama berubah

menjadi (ASOD). Tugas ASOD

adalah menyelaraskan pandangan, pendekatan dan strategi dalam

menanggulangi masalah narkoba, melalui konsolidasi. Selain dari pada itu, memperkuat upaya bersama di bidang penegakan hukum, pe usunan undang-undang, upaya-upaya preventife, kerjasama internasional dan

peningkatan partisipasi organisasi-organisasi non-pemerintah, seperti melibatkan LSM-LSM terkait yang memiliki akar yang kuat dalam

14 Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN, Deplu RI,

. 2000. h. 17. 15

ASEAN Sekretariat. , Jakarta : 1994, h. 7.

ASEAN Ministerial Meeting

ASEAN Declaration of Principles to Combat the Abuse of Narcotic Drugs

ASEAN Drugs Experts

Committee on Social Development Narcotic

Desk

ASEAN Drugs Experts ASEAN Senior Officials on Drug Matters

Kerjasama ASEAN dalam Menaggulangi Kejahatan Lintas Negara


(25)

masyarakat, seperti yang termuat dalam ASEAN

Walaupun demikian, upaya kerjasama yang selama ini terus dilakukan dengan meningkatkan upaya-upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba melalui kerjasama antar negara dan non negara sekalipun. Namun, dalam kenyataannya, kasus-kasus kejahatan narkoba tersebut dari tahun ke tahun terus meningkat baik secara kualitas maupun kuantitas. Di Indonesia misalnya, bila dilihat dari segi geografis jumlah pend uknya sekitar 231 juta jiwa lebih, dengan luas daratan kurang lebih 1,9 juta persegi dan 7,9 juta km persegi lautan (perbandingan daratan dan lautan adalah 1:4).1 7 Dengan begitu Indonesia merupakan wilayah yang rawan bagi berkembangnya masalah penyalahgunaan narkoba, termasuk Ibukota Jakarta juga merupakan

pusat lalu lintas bagi transaksi barang haram ini. Maraknya lu lintas

perdagangan narkoba dan psikotropika di Indonesia juga bermuara pada posisi Indonesia yang terletak diantara dua benua dan ua samudera yang mengelilinginya, hingga membuat lalu lintas perdaganganpun menjadi rawan. Bumi Indonesia juga subur untuk kultivasi gelap tanaman ganja.

Lalu lintas perdagangan narkoba di Indonesia juga dapat diidentifikasi dari data kejahatan narkoba yang ditangani Polri selama tiga tahun terakhir. Dalam kurun waktu tersebut, diketahui bahwa pada tahun 2005 terjadi 16,252 perkara, kemudian meningkat menjadi 17,355 perkara pada tahun 2006 k

16

Direktorat Jendral kerjasama ASEAN, Deplu RI, , Jakarta 2000, h. 173.

17ASEAN Selayang Pandang Edisi Ke-19, Tahun 2010, Direktorat Jenderal Kerjasama

ASEAN Departemen Luar Negeri, Jakarta: 2010. h. 245.

Declaration of Principles to Combat the Abuse of Narcotic Drugs.1 6


(26)

6,8%), dan pada tahun 2007 sebanyak 22,630 perkara (na 30,4%). Pelaku kejahatan narkoba yang ditangkap selama tiga tahun terakhir cukup banyak, pada tahun 2005 sebanyak 22,780 orang, tahun 2006 meningkat menjadi 31,635 orang (naik 91,31%) dan tahun 2007 sebanyak 36, 9 orang (turun 0,63%).1 8 Dengan demikian di Indonesia kasus-kasus penyalahgunaan narkoba cenderung meningkat dari tahun ke tahun, dari iode tahun 2005-2009. Dalam tulisan ini Penulis membatasi masalah tersebut dengan melihat data kasus narkoba dari pusat Badan Narkotika Nasional (BNN). Berangkat dari permasalahan di atas penulis termotivasi untuk menulis skripsi ini dengan judul

Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah dideskripsikan tersebut, tentunya akan sangat luas pembahasannya. Oleh sebab itu guna mencapai sasaran pembahasan dan ruang lingkup yang jelas, dalam penulisan skripsi ini penulis ingin merumuskan pembahasan tentang “Kebijakan

ASEAN dalam Menangani Masalah di Indonesia”.

Perumusan masalah pokoknya dapat diuraikan sebagai ber :

1. Bagaimana Kebijakan ASEAN dalam Menangani Masalah

?

18 Badan Narotika Nasional Republik Indonesia, “

”, 2002, h. 5.

drugs trafficking

Drugs Trafficking

Drugs Trafficking

Kebijakan dan Strategi Badan Narkotika Nasional dalam Pencegahan dan pemberantasan Penyalahgu an dan peredaran Gelap Narkoba

”Kebijakan ASEAN dalam Menangani Masalah Drugs Trafficking di Indonesia Periode 2003-2008”


(27)

2. Bagaimana Implementasi kebijakan ASEAN dalam Menangani Masalah di Indonesia?

3. Apa saja yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan Kebijakan ASEAN

dalam Menangani Masalah ?

1. Mengetahui bagaimana kebijakan ASEAN sebagai organisasi regional antar negara anggotanya dalam mengatasi masalah

2. Melihat sejauh mana implementasi dari kebijakan ASEAN dalam

menangani masalah khususnya di Indonesia.

3. Selain itu juga mengidentifikasikan hambatan-hambatan apa saja yang terjadi dalam pelaksanaan kebijakan ASEAN dalam menangani masalah

Beberapa ahli telah membuat tulisan yang berhubungan dengan permasalahan salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Zarina Othman dalam penelitiannya yang dul “

”,1 9 secara umum tulisan ini juga membahas peredaran narkoba di kawasan Asia Tenggara salah satunya adalah

Myanmar sebagai negara produsen opium terbesar. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perdagangan gelap narkoba di Myanmar berkembang

19 Zarina Othman, . Akademika 65 : 2004 h.

27.

Drugs Trafficking

Drugs Trafficking

drugs trafficking.

drugs trafficking

drugs trafficking.

drugs trafficking

Myanmar, Illicit Drug and Security Implication

Illicit Drug Trafficking and Security Implication I.3 Tujuan Penelitian


(28)

sangat pesat dan mengancam keamanan negara, meskipun ancaman transnasional ini menyebar tanpa memperhatikan batas negara, akan tetapi Myanmar terus melakukan strategi keamanan dengan cara ional. Hal ini bahwa ancama terhadap manusia selalu memiliki potensi mengancam stabilitas negara. pada tahun 1998 ASEAN sebagai organisasi regional di kawasan Asia Tenggara telah menjadikan masalah perdagangan serta peredaran narkoba sebagai ancaman keamanan regional dan setabilitas

kawasan.

Selanjutnya Yunus Husein meneliti tentang

.2 0 Indonesia bersama 53 negara lainnya masuk dalam kategori ini, predikat diberikan kepada negara yang lembaga dan system keuanganya dinilai terkontaminasi bisnis narkotika internasional yang diasumsikan melibatkan uang dalam jumlah yang sangat besar.

Menurut Yunus Husein selanjutnya, sejarah mencatat bahwa kelahiran rejim hukum internasional yang memerangi kejahatan pencucian uang dimulai pada saat masyarakat internasional merasa frustasi dengan upaya memberantas kejahatan perdagangan gelap narkoba.2 1 Pada saat itu, rezim anti pencucian uang dianggap sebagai paradigma baru dalam memberantas kejahatan yang tidak lagi difokuskan pada upaya penangkapan pelakunya, melainkan lebih diarahkan pada penyitaan dan perampasan harta kekayaan yang dihasilkan. Logika dari memfokuskan pada hasil kejahatan ini adalah bahwa motivasi pelaku kejahatan akan menjadi hilang apabila pelaku

20 Yunus Husein,

. Artikel Hukum Pidana, 3 Maret 2006.

21

Major Laundering Countries

major laundering countries

Hubungan Antara Peredaran Gelap Narkoba dan Tindak Pidana Pencucian Uang


(29)

dihalang-halangi untuk menikmati hasil kejahatannya. Melihat kolerasi yang erat antara kejahatan peredaran gelap narkoba sebagai dan kejahatan pencucian uang sebagai -nya, maka Yunus Husein berasumsi bahwa keberhasilan perang melawan kejahatan gelap narkoba disuatu negara sangat ditentukan oleh efektifitas rezim anti pencucian uang di negara itu.2 2

Dalam skripsi ini penulis ingin memfokuskan lebih dalam tentang fenomena perdagangan narkoba di kawasan regional ASEAN khususnya Indonesia, dilihat dari kasus penyalahgunaan narkoba yang semakin meningkat dan faktor yang melatarbelakangi semakin berkembangnya kerjasama antara negara anggota ASEAN. Hal ini melahirkan kebijakan ASEAN dalam upaya mengurangi perdagangan narkoba, untuk mengembangkan kebijakan tersebut disusun dan disepakati arah kerjasama, aksi, dan strategi dalam menangani masalah narkoba. Serta bagaimana

mengimplementasikan kerjasama tersebut khususnya di Indonesia dan upaya mengatasi berbagai hambatan yang muncul dalam perjalanan kerjasama

tersebut.

Kerjasama dapat diartikan dalam rangka hubungan bilate l yang hanya menyangkut masalah dua negara, dan dapat juga diadakan dalam

22

predicate crime derivative

Ibid

I.5 Kerangka Pemikiran


(30)

rangka hubungan multilateral yang menyangkut masalah banyak negara. Kemudian kerjasama multilateral dibagi pula dalam kerjasama regional yang terbatas pada beberapa negara-negara kawasan.2 3 Sedangkan menurut K.J Hans J. Morgenthau, region atau kawasan diartikan sebagai sekumpulan negara yang memiliki kedekatan geografis karena berada dalam satu wilayah tertentu.2 4

Dalam Tulisan ini penulis menggunakan konsep regionalism, regionalism merupakan tatanan dunia yang tidak asing sejak Perang Dingin, bahkan mencapai puncaknya dipertengahan tahun 1980-an.2 5

Fenomena ini tidak hanya terjadi di Amerika dan Eropa, namun juga di Asia, khususnya Asia Tenggara yang salah satunya ditunjukkan dengan adanya ASEAN. Kesadaran regional ini mencerminkan keinginan bersama negara-negara dalam satu kawasan tertentu untuk menciptakan yang terbaik bagi kawasannya. Berkaitan dengan itu Josep S Nye, Jr. mendefinisikan kawasan regional sebagai sejumlah negara yang saling berkait karena hubungan geografis dan derajad interdependensi yang pembentukannya saling menguntungkan.2 6

Menurut Michael Leifer,2 7 Regionalisme muncul karena berbagai hal, seperti adanya persamaan tempat tinggal dan identitas atau karena

23

M, Sabir. , Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1992. h. 15. 24 Craig A Snyder. . Palgrave: Little Brown & CO, 1968. h. 228.

25

Joseph S. Nye, Jr (ed.), . Boston: Little Brown & Co, 1968. h. 12.

26

27 Michael Leifer, , Jakarta : CSIS, 1997, h.

55.

ASEAN Harapan dan Kenyataan

Contemporary Security and Strategy International Regionalism Ibid


(31)

adanya prospek keuntungan timbal balik bila saling berkerjasama, atau karena adanya kesamaan persepsi mengenai ancaman eksternal. Sama halnya dengan Joseph S Nye dan Leifer juga melihat bahwa istilah regionalism bisa mengacu pada suatu bentuk kerjasama negara yang berada dalam satu kawasan.2 8 Kerjasama tersebut dibangun untuk mencapai berbagai tujuan. Di satu sisi berguna sebagai wadah untuk melakukan respon terhadap tantangan dari luar kawasan untuk mengkordinasikan posisi regional dalam institusi internasional atau dalam forum negosiasi. Disisi lain, berguna sebagai wadah untuk mencapai kesejahteraan untuk mempromosikan nilai-nilai bersama dan untuk memecahkan masalah bersama terutama yang muncul semakin meningkatnya interdependensi regional. Dari sinilah lahir sebuah keinginan bersama negara-negara dalam satu region untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dapat mengganggu stabi itas

kawasan.

Terjadinya peningkatan perdagangan narkotika dan obat-obatan terlarang di kawasan Asia Tenggara ini telah menjadi suatu ancaman

baru, terutama bagi generasi mendatang. Ancaman ini di dalam studi politik keamanan internasional dikategorikan sebagai masalah keamanan non-konvensional. Istilah keamanan bukan dalam

28

I.5.2 Konsep Keamanan


(32)

pengertian keamanan militer saja, melainkan suatu upaya untuk membangun tatanan regional yang berujung pada integras ekonomi melalui konsepsi komunitas ekonomi, dari sisi politik keamanan menjadi satu konsep komunitas keamanan ASEAN. Masalah akan menjadi tantangan besar bagi perkembangan ASEAN di masa

mendatang, oleh karena beberapa faktor.2 9

Faktor pertama adalah bahwa hakekat dari masalah keamanan nonkonvensional itu sendiri, yaitu sukar untuk dirumuskan, bahkan sering muncul sebagai masalah “baru”. Beberapa masalah keamanan nonkonvensional seperti misalnya migrasi gelap ( ) ataupun perdagangan narkotika dan obat-obatan terlarang seyogyanya sudah mendapatkan perhatian baik oleh pengamat maupun pemerintah. Disamping itu, terdapat tantangan lain, seperti ancaman terhadap lingkungan hidup dan terorisme internasional, dengan masing-masing karakter dan akar permasalahanya yang terus berkembang. Selain dari itu sumber dan ragam dari masalah tantangan keamanan nonkonvensional tersebut juga diperkirakan akan terus bang seiring dengan tren yang sedang dan akan terus berlangsung di dunia internasional, seperti pelaksanaaan demokrasi, hak asasi manusia serta sistem perdagangan dan moneter yang bebas dan terbuka.3 0

Faktor kedua yang merumitkan penanganan ialah masalah keamanan nonkonvensial adalah kecenderungannya sebagai isu lintas

29 A.K.P Mochtar. “ ”, CSIS Jakarta, 1999.

h. 46. 30

illegal migration

ASEAN dan Agenda Keamanan Nonkonvensional Ibid


(33)

negara ( ). Misalnya kasus-kasus migran gelap, perdagangan narkotika, ancaman terhadap lingkungan hidup atau menipisnya sumber energi yang tidak dapat diperbaharui (

). Dampak yang ditimbulkan oleh permasalahan nonkonvensional tersebut pada umumnya tidak terbatas pada satu negara, tetapi cenderung melibatkan negara lain.3 1

Sementara itu, menurut Barry Buzan (1998) dalam penelitiannya ia membagi keamanan ke dalam lima dimensi atau sektor, yaitu politik, militer, ekonomi, dan lingkungan.3 2 Tiap-tiap sektor keamanan tersebut memiliki unit keamanan, nilai ( ), dan karakteristik dan ancaman yang berbeda-beda. Secara umum, penelitian yang dilakukan oleh Buzan hanya memfokuskan pada empat dimensi atau sektor keamanan saja, yaitu politik, militer, ekonomi, dan sosial ( ).3 3

Berkaitan dengan keempat dimensi keamanan tersebut, masalah peredaran obat-obatan terlarang sebagai bagian dari kejahatan transnasional ( ) dilihat sebagai isu keamanan. Menurut Alan Dupont,3 4 hal ini didasarkan atas empat proposisi diantaranya: , kegiatan-kegiatan kejahatan transnasional dapat menjadi ancaman langsung terhadap kedaulatan politik suatu negara

31 32

Barry Buzan dan Ole Waever, and Jaap de Wilde. , London: Boulder, 1998. h. 21.

33

34 Alan Dupont, ”. dalam Jurnal

Vol.XXXIX No.3 May/june, 1999. h. 440. inter state

non-renewable energy resources

societal,

value survival

societal

transnational crime

Pertama

Ibid

Security: A New Frmaework for Analysis

Ibid

Transnational Crime, Drugs And Security in East Asia Asian Survey


(34)

karena kapasitas dari kegiatan-kegiatan tersebut mampu melemahkan otoritas dan legitimasi pemerintahan di suatu negara. , adalah menurutnya legitimasi dan otoritas negara tersebut akan menyebabkan maraknya tindakan korupsi yang merupakan bagian dari strategi aktor -aktor kejahatan transnasional untuk mempertahankan bisnis ilegal mereka. Hal ini pada giliranya menimbulkan ancaman di bidang ekonomi. , meningkatnya kekuatan koersif dari sindikat kejahatan tersebut, pada tingkat internasional, dapat mengancam

norma-norma dan berbagai institusi yang berperan untuk menjaga tatanan global. , kejahatan transnational tersebut juga dapat menghadirkan ancaman yang bersifat militer terutama jika berkaitan dengan kegiatan-kegiatan dari berbagai kelompok pemberontakan internal di dalam negara.

Bagi banyak negara berkembang seperti Indonesia misalnya, isu perbatasan negara dan keamanan nasional kerap menjadi yang sangat dilematis. Aspek pertahanan yang merujuk kepada kemampuan untuk mengatasi berbagai ancaman militer yang berasal dari lingkungan internasional akan berbaur dengan aspek ancaman non militer. Tidak seperti negara maju lainya, negara-negara berkembang harus menghadapi sekaligus berbagai isu pembangunan ekonomi, sosial budaya dan politik yang begitu rumit dan terkait erat dengan stabilitas internal serta kemampuan aspek pertahanan negara untuk melindunginya dari berbagai kemungkinan ancaman militer yang

Kedua

Ketiga


(35)

berasal dari lingkungan eksternal. Sedangkan tindakan liter dalam menumpas perdagangan narkotika dan obat-obatan terlarang bukan merupakan sarana yang efektif dalam menanggulangi masalah ini.3 5 Dengan demikian kerjasama internasional antara lembaga-lembaga terkait di masing-masing negara perlu lebih dikedepankan dalam

mencegah perdagangan narkotika dan obat-obatan terlarang.

Konsep keamanan telah didefinisikan dalam kerangka geo-politik, yang mencakup berbagai aspek seperti “ ,

”.3 6 Digunakannya istilah “ ” dalam masalah ancaman ini dengan tujuan agar supaya masalah ini mendapatkan perhatian serius dari negara-negara lain khususnya yang tergabung dalam ASEAN. Bahaya terhadap ancaman keamanan ini pada hakekatnya cenderung bersifat transnasional yang bahaya alam, ekonomi, pembangunan dan sosial-politik. Misalnya, masalah perdagangan gelap narkoba.3 7

Apabila meninjau keadaan ASEAN pada saat ini, dapat dilihat bahwa baik sebelum terjadinya krisis ekonomi maupun sesudahnya, pembangunan politik dan ekonomi di masing-masing negara tidak merata, bahkan sebagai akibat krisis, masing-masing negara masih berada pada tahap yang cukup rentan dalam proses pemba n

35 Anak Agung Banyu Perwita “

” makalah disampaikan dalam seminar Nasional

“ ” Bandung, 10

September 2007. h. 9 36 Muladi “

” h. 15. 37

deterrence power

balancing dan military strategy security

Problematika Hubungan TNI dan POLRI dalam Menangani Terorisme dan Kejahatan Lintas Batas

Memperkuat Hubungan TNI-POLRI dalam Kerangka Keamanan Nasional

Problematika Hubungan TNI dan POLRI dalam Menangani Terorisme dan Kejahatan Lintas Batas Ibid,


(36)

bangsa. Oleh karenanya ketahanan masyarakat terhadap proses globalisasi masih sangat lemah. Sebaliknya dengan adanya kemajuan ekonomi akan mendorong terjadinya pergeseran nilai-nilai hidup di dalam masyarakat, sehingga dapat menimbulkan dampak negatif dari modernisasi.

Dengan demikian tantangan keamanan pada umumnya bersifat tidak langsung dan cenderung berawal dari keadaan atau perkembangan di dalam negeri, yang arah dan perkembanganya tidak terlepas dari kecenderungan-kecenderungan globalisasi. Dengan kata lain, masalah keamanan non-konvensional cenderung bersifat laten, dinamis dan multidimensial, yang implikasinya tidak hanya terbatas

pada suatu negara, tetapi lintas negara.3 8

Konsep sudah berkembang sejak didirikannya Palang Merah Internasional ( ) pada tahun 1896.3 9 kemudian dalam perkembangan waktu, konsep ini disahka melalui Piagam PBB pada tahun 1945 yang disusul oleh

pada tahun 1948. Sedangkan istilah untuk pertama kalinya diperkenalkan dalam

38

A.K.P Mochtar, Loc.Cit. h. 47-50.

39 Human Scurity: (April 1999) dalam

http://www.summit-americas-org/Canada/Humansecurity-english.html, diakses pada tanggal 28 juni 2010.

I.5.3 Konsep Human Security

human security

International Red Cross

Deklarasi Universal Hak-hak Asazi Manusia

human security Human


(37)

Development Report United Nation Deveopment Program

human security

interdependent human security

people contered

human

security economic security

food security health

security

personal security community security

political security

Ibid

Human Development Report 1993. tahun 1994, yang dikeluarkan oleh

(UNDP).4 0

Sebagaimana yang dijelaskan dalam laporan tersebut, ba konsep dari menekankan pada pentingnya empat karakteristik utama. Pertama, yaitu bahwa konsep keamanan manusia itu haruslah universal artinya relevan untuk semua orang baik di negara kaya maupun miskin. Kedua, adalah . Ketiga, yang akan lebih terjam in melalui pencegahan daripada intervensi dan keempat, berbasis pada rakyat ( ). Hal ini berhubungan dengan bagaimana orang dapat hidup bebas di masyarakat dilain pihak. Bila dijabarkan lebih lanjut, berdasarkan identifikasi UNDP pada tahun 1994 terdapat tujuh komponen

yaitu keamanan ekonomi ( ), keamanan pangan ( ), keamanan kesehatan (

), keamanan lingkungan hidup, keamanan pribadi

( ), keamanan komunitas ( ),

keamanan politik ( ).4 1

Mengingat masalah keamanan manusia merupakan suatu konsep yang problematis, khususnya bila ia dijadikan sebagai ian dari analisis atas keamanan internasional, maka bentuk keamanan inipun memiliki agenda yang berbeda. Biasanya ia menjadi isu internasional maupun keamanan yang hanya ditafsirkan sebagai

40

41 United Nation Development Program, Oxford


(38)

pemahaman dalam konsep keamanan militer. Namun dalam pemahaman ini, keamanan bagi suatu negara tidak hanya paut kepada keamanan militer belaka tetapi hal ini memiliki makna untuk kelangsungan hidup manusia. Sementara itu, identitas merupakan kunci dari pemahaman keamanan bagi suatu bangsa. Dengan demikian ruang lingkup lebih luas daripada karena tidak terjaminnya keamanan manusia, pada dasarnya dapat memberi dampak ancaman terhadap seluru umat manusia yang bersifat global. Hal ini dapat dikatakan bahwa

merupakan salah satu bagian dari .4 2

Masalah keamanan tradisional ini sudah tidak terlalu dominan, karena hal ini disebabkan terjadinya pergeseran dari isu-isu keamanan

konvensional menuju isu non konvensional.4 3 Artinya konsep-konsep keamanan seperti tersebut diatas perlu diredefinisikan kembali, karena mencakup semua aspek kehidupan manusia. Konsep keamana manusia inipun semakin mendapat perhatian sebagai salah satu cara

pendekatan keamanan. Konsep ini juga berusaha menggeser pemikiran keamanan dari dominasi kedaulatan negara ke arah keamanan manusia yang mencakup masalah kesejahteraan sosial, perlindungan hak-hak kelompok masyarakat, kelompok minoritas, anak-anak, wanita dari kekerasan fisik, masalah-masalah sosial, ekonomi dan politik.

42

Muladi,

, Makalah disampaikan dalam seminar Nasional dalam Memperkuat Hubungan TNI-POLRI dalam Kerangka Keamanan Nasional, Bandung: 11 September 2007.

43Landry Haryo Subianto, “ ” dalam Analisis

CSIS, . Jakarta 1999. h. 106.

human security national security

national

security human security

Problematika Hubungan TNI dan POLRI dalam Menangani Terorisme dan Kejahatan Lintas Batas

Konsep Human Security: Tinjauan dan Prospek Isu-isu Non-Tradisional: Bentuk Baru Ancaman Keamanan


(39)

Salah satu masalah yang termasuk ke dalam kategori ancaman keamanan non tradisional yang terjadi di kawasan Asia enggara khususnya Indonesia adalah perdagangan narkoba. Meski pada

awalnya Indonesia hanya dijadikan daerah transit perdagangan narkoba oleh para aktor peredaran narkoba, namun pada akhirnya Indonesia pun dijadikan sasaran perdagangan narkoba. Dengan kata lain, masalah perdagangan narkoba ini terus berkembang di kawasan Asia Tenggara.

Ancaman serius ini tentu tidak hanya terjadi dalam negara satu kesatuan kawasan, namun sudah menjadi ancaman serius bagi keamanan manusia ( ), terutama sumber daya generasi muda.

Selain itu konsep menekankan pada hakekat manusia sebagai individu maupun kelompok dalam keseluruhan kerangka keamanan. Persoalan apabila diabaikan akan melemahkan sumber daya manusia. Terutama di negara-negara berkembang yang masih berada dalam masa transisi polit diliputi berbagai masalah disintegrasi bangsa, krisis ekonomi berkepanjangan, konflik etnis, serta merebaknya korupsi diantara para pejabat pemerintahan dan aparat penegak hukum. Berbagai persoalan domestik ini juga meningkatkan berbagai ancaman terhadap .4 4

Karena perkembangan isu-isu global yang terkait dengan

bersifat transnasional (lintas-batas), maka berbagai ancaman

44 h.

107.

human security

human security

human security

human security human security


(40)

terhadap tidak hanya menjadi persoalan domestik suatu negara. Akan tetapi, ancaman ini juga merupakan masalah dalam hubungan internasional. Tidak ada satu negarapun yang membatasi diri terhadap persoalan yang mengancam mengingat ancaman ini tidak mengenal batas-batas teritorial (transnasionalisasi ancaman). Oleh sebab itu dalam upaya menangani ancaman ini, perlu ditingkatkan kerjasama antar negara dan antar aparat negara maupun aktor non-negara. Misalnya ia meliputi sumber daya manusia, organisasi non-pemerintah, akademisi, serta organisasi regional dan internasional dalam merumuskan strategi keamanan secara gelobal baik itu di lingkup domestik, regional, maupun di ling internasional. Dengan demikian, berdasarkan sifat-sifatnya isu-isu global yang lintas-batas teritorial (transnasional/antarnegara) diperlukan kerjasama Internasional yang dilandasi dengan pembentukan berdasarkan pada perluasan peran masyarakat ( ), dari berbagai aturan diciptakan secara bersama melalui hubungan antarpemerintah dan antar masyarakat.4 5

Dalam perkembangan selanjutnya, juga

dituangkan dalam yang menjadi konsep program

kerja ASEAN dalam mengoperasionalkan “

”.4 6 Program ini mengembangkan serta

45

Caballero-Anthony, Mely. “ ”

, Vol.XXVIII, No.4. 2000. h. 1-3. 46 http://www.aseansec.org/5804.htm, The 21st

Jakarta, 6-8 April 1998, di akses pada tanggal 30 juni 2010. human security

human security,

global governance civil sosiety

human security Hanoi Plan of Action

ASEAN Plan of Action on Drug Abuse Control by 2004

Human Security and Comprehensive Security in ASEAN The Indonesian Quarterly

Meeting of The ASEAN Senior Officials on Drug Matter,


(41)

mengimplementasikan berbagai program strategis dalam menangani masalah narkotika dan obat-batan terlarang. Tujuan tersebut ialah untuk meningkatkan kegiatan pencegahan penyalahgunaan ba dengan (berbasiskan masyarakat), pemberdayaan generasi muda untuk melawan penyalahgunaan obat-obatan terlarang seperti narkoba dan zat psikotropika. Selain itu, diadakan

dalam konseling untuk meningkatkan kemampuan interpersonal melalui pendidikan mengenai masalah narkoba, penyuluhan, pencegahan, sosialisasi, pelayanan terapi rehabilitasi bagi para pengguna narkoba.

Penelitian ini bersifat deskriptif di mana suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang ada.4 7 Sedangkan menurut Whitney (1960) yang dikutip Mohammad Nazir, mengatakan bahwa penelitian deskriptif yaitu mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi tertentu, termasuk tantangan hubungan, kegiatan, serta proses-proses yang sedang berlangsung

47

Nazir Mohammad, , Ghalia Indonesia : Jakarta 1988. h. 63. community-based

Training of Trainers

Metode Penelitian I.6 Metode Penelitian


(42)

dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.4 8 Selanjutnya penelitian penulis tentang kebijakan ASEAN dalam menangani masalah

merupakan penelitian deskriptif kualitatif, bertujuan ntuk memberikan deskripsi secara kompherensip, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang ada diselidiki dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif.

Analisis ini memaparkan penjelasan data dan berbagai informasi lainnya untuk menjawab pertanyaan permasalahan penelitian ini. Hal yang akan dipaparkan kemudian dalam penelitian ini adalah yang berkaitan dengan masalah di Asia Tenggara, dan kebijakan yang dilakukan oleh ASEAN dengan merujuk kepada kebijakan lain yang telah dilakukan oleh masing-masing negara anggota ASEAN khususnya Indonesia. Selanjutnya akan dilihat sejauhmana keberhasilan kebijakan-kebijakan tersebut yang sudah diterapkan.

Dengan penekanan pada kejadian-kejadian penting selama perjalanannya, penelitian ini sementara menemukan data mengenai

di Indonesia yaitu dalam bentuk data statistik. Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah studi pustaka yang merujuk pada data skunder yaitu berupa buku-buku, jurnal, artikel, makalah, skripsi, tesis dan situs internet yang relevan dengan masalah yang akan dibahas. Sedangkan data primer, peneliti melakukan serangkaian wawancara kepada pihak yang mendalami masalah kerjasama ASEAN dalam menangani

tersebut.

48 h. 63

-65.

dugs trafficking

drugs trafficking

drugs trafficking

dugs trafficking


(43)

I.7 Sistematika Penulisan Bab I

Bab II

Bab III

BAB IV

Merupakan bagian pendahuluan yang berisikan latar bela rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka

pemikiran, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Membahas permasalahan di kawasan regional ASEAN khususnya di segitiga emas dan dampaknya terhada yang mengancam keamanan manusia itu sendiri dampak dari ini juga dilihat dari berbagai dimensi yaitu seperti dimensi politik, ekonomi, sosial, budaya,

kesehatan, keamanan, penegak hukum.

Berisikan gambaran umum masalah di Indonesia. Diantaranya yaitu melihat sejauh mana masalah

di Indonesia, jenis-jenis narkotika dan obat-obatan terlarang di Indonesia, produksi dan jalur peredaran

di Indonesia.

Kebijakan ASEAN dalam menangani masalah narkotika dan

obat-obatan terlarang. Bab ini pula menjelaskan kebijakan ASEAN serta realisasi dan perkembanganya. Selain itu juga dijelaskan tentang implementasi kebijakan ASEAN dalam menangani masalah narkoba khususnya di Indonesia. Dan mengidentifikasikan hambatan dalam pelaksanaan kerjasama

dalam menangani masalah tersebut.

drugs trafficking

human security

human security

drugs trafficking drugs trafficking

drugs trafficking


(44)

Bab V Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian.


(45)

BAB II

PERMASALAHAN DRUGS TRAFFICKING DAN DAMPAKNYA TERHADAP HUMAN SECURITY

II.1 Gambaran Umum MasalahDrugs Trafficking

Maraknya masalah peredaran dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang telah ada sejak ratusan tahun lalu. Obat-obatan seperti

4 9

telah digunakan sebagai keperluan pengobatan. Pada akhir abad ke 19 dengan semakin berkembangnya ilmu kimia dan farmakologi, masyarakat mensintesiskan berbagai zat yang sangat kuat dan bersifat amat yang dapat mengakibatkan kecanduan yang sangat akut misalnya coccain dan heroin. Semakin berkembangnya zaman terdapat pula penemuan alat suntik ( ) yang disalahgunakan masyarakat untuk menyuntikkan obat-obatan tersebut sehingga mengakibatkan efek yang lebih kuat dan semakin meningkatkan resiko ketergantungan obat-obatan tersebut

yang lebih serius.5 0

Masalah narkotika dan obat-obatan terlarang telah menjadi sebuah fenomena global, dampaknya telah merambah kehampir semua negara di belahan bumi, meskipun tingkat ancaman dan karakterist berbeda-beda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Masalah yang termasuk kedalam kategori ancaman keamanan non tradisional terhadap keamanan di kawasan

49

adalah segala macam zat yang dikonsumsi masyarakat untuk mengubah cara mereka merasakan, berfikir ataupun bertingkahlaku.

50 Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN, Deplu RI “

” 2000. h. 21. psychoactive

addictive

hypodermic syringe

Psychoactive

Kerjasama ASEAN dalam Menanggulangi Kejahatan Transnational


(46)

Asia Tenggara, khususnya keamanan di kawasan Indonesia dalam bentuk . Meskipun pada awalnya Indonesia hanyalah dijadikan daerah transit perdagangan narkoba oleh para aktor pengedar narkoba.

Secara umum, masalah narkotika dan obat-obatan terlarang pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga bagian yang saling itan:5 1 pertama masalah produksi obat secara illegal, kedua perdagangan secara illegal, ketiga penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Produksi obat-obatan secara illegal itu melalui proses pembudidayaan dimana tanaman yang menjadi bahan baku utama untuk pembuatan obat-obatan berbahaya seperti tanaman sebagai bahan baku , sebagai bahan baku heroin dan cannabis (ganja) yang diolah menjadi hashish maupun marijuana dan proses pengolahan ( ) bahan baku tersebut hingga siap untuk diperdagangkan dan dikonsumsi. Perdagangan illegal merupakan segala kegiatan pasca panen maupun paca pengolahan hingga sampai ke tangan para

pengguna ( ) yang meliputi aktifitas pengangkutan, penyelundupan, dan perdagangan obat-batan terlarang tersebut. Sedangkan

merupakan mata rantai terakhir dari masalah narkoba, yaitu penggunaan obat

-obatan berbahaya oleh konsumen yang tidak sesuai dengan kaidah kesehatan yang berdampak serius diakibatkan oleh penyalahgunaan seperti meningkatnya tingkat kejahatan dan tindak kekerasan, serta memburuknya kondisi kesehatan sehingga rentan terhadap berbagai penyakit seperti

HIV/AIDS dan hepatitis.

51

drugs trafficking

coca coccain opium poppies

manyfacture

customers

Drugs Abus


(47)

Masalah narkotika dan obat-obatan terlarang di Indonesia merupakan masalah serius yang harus ditangani dan dicarikan jalan penyelesaiannya

dengan segera. Banyak kasus yang diakibatkan dari masalah ini sehingga menyebabkan banyak kerugian, baik materi maupun non-materi. Maraknya lalulintas perdagangan narkotika dan obat-obatan terlarang di Indonesia bermuara pada posisi Indonesia yang terletak diantara benua dan dua samudera. Dua samudera inilah justru membuat lalulintas perdagangan

barang haram ini menjadi rawan.

Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di Indonesia secara umum disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu:5 2 pertama, ketersediaan obat-obatan dan narkotika secara luas dan bebas di pasaran dalam masa krisis sekarang ini, narkotika merupakan komoditi yang diperjual belikan karena menghasilkan keuntungan yang sangat besar sehingga peredaranya meluas kehampir semua lapisan masyarakat. Kedua, dampak krisis ekonomi dan moneter yang melanda negara-negara di kawasan Asia

Tenggara khususnya Indonesia menyebabkan banyaknya permasalahan baik itu dalam lingkungan keluarga, masyarakat, ataupun negara.

sebagai dampak krisis ternyata tidak lebih ringan dari pada faktor ekonominya. Meningkatnya pengangguran, maraknya tindak kekerasan dan kejahatan. Sebagian dari hal ini disebabkan oleh semakin maraknya bisnis

obat-obatan terlarang. Perdagangan narkotika dan obat-obatan terlarang dapat menghasilkan uang dengan cepat. Faktor ketiga, adalah semakin banyak dan

52

Social-Cost


(48)

beragamnya kesempatan dan pilihan untuk menggunakan dan memakai narkotika dan obat-obatan. Faktor keempat, konsumsi narkoba telah cenderung menjadi gaya hidup pada sebagian orang, terutama para professional dalam kaum selebritis, telah menjadikan penyalahgunaan obat -obatan terlarang sebagi bagian dari gaya hidup mereka. Hal disebabkan oleh semakin menipisnya penghayatan agama dan peran para tokoh agama

serta derasnya arus informasi.

Pada awal tahun 2000 menurut data dari

(UNODC)5 3 menyatakan, bahwa lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia telah menyalahgunakan narkoba. Kalau ini setiap negara menyatakan bahwa orang-orang yang telah menyalahgunakan narkoba semakin meningkat, maka data 200 juta kini tentu sudah terlampaui.

Perkiraan ini mungkin saja terjadi mengingat indikator maraknya peredaran dan produsen gelap narkoba sering terbongkar dengan ju uang sangat mencengangkan. Indikator terbongkarnya peredaran dan produsen gelap narkoba dalam jumlah yang sangat besar itu menunjukan bahwa konsumen terus bertambah. Sebagaimana hukum pasar mengatakan ada ada artinya semakin banyak permintaan maka semakin meningkat

pasokan.

Tahun 2006 merupakan tahun campuran bagi pengawasan narkoba internasional. Kabar baiknya adalah kesuksesan negara-negara Segitiga Emas, khususnya Laos yang berhasil memotong produksi opium gelap hampir ke

53 Badan Narotika Nasional Republik Indonesia,

. 2009. h. 23.

United Nation Office On Drugs and Crime

demand supply

ADVOKASI Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba


(49)

tingkat yang biasa dikatakan tidak ada. Namun pencapaian tersebut dibalikkan lagi oleh kabar buruk dari Afghanistan. Produksi opium

Afghanistan yang diperkirakan menyumbang 92% dari total supplay dunia, naik hingga 49% dengan rekor 6.100 ton.5 4 UNODC telah memperingatkan

negara-negara Barat untuk bersiap-siap menghadapi peningkatan kasus-kasus over dosis sebagai akibat dari peningkatan kemurnian heroin.

atau segi tiga emas adalah sebuah kawasan yang terletak di Asia Tenggara. Segi tiga emas ini terdiri dari daerah Thaiand utara, Laos bagian Barat, dan Myanmar bagian Timur. Di kawasan inilah narkotika, heroin, dan amphetamine diproduksi dan disebarkan keseluruh penjuru dunia.5 5 Bisnis dengan keuntungan berlipat-lipat ini membuat pelaku-pelaku utamanya, khususnya di kawasan Myanmar sangat sulit ditaklukkan. Junta militer Myanmar bahkan cenderung mengambil garis lunak dan memberi otonomi bagi etnis Wa yang dikenal sebagai produsen utama amphetamine. Dari kawasan segitiga emas ini obat-obatan terlarang kemudian disalurkan ke Thailand. Jalur lainnya ialah melalui Yunan, Guang Dong,

Hongkong, dan Macao di China. Jalur transit lain adalah Vietnam, Kamboja, dan Philipina dan dari kawasan ini obat-obatan terlarang

54

55 Bambang Cipto,

: Yogyakarta, Pustaka Pelajar 2007. h. 228.

II.1.1 Masalah Narkotika dan Obat-obatan Terlarang di Segi Tiga Emas (Golden Triangle)

The golden triangle

Ibid

Hubungan Internasional di Asia Tenggara “Teropong Terh dap Dinamika, Kondisi Riil dan Masa Depan”


(50)

tersebut akan diedarkan ke seluruh dunia termasuk ke Asia, yang mulai meningkat daya serapnya terhadap amphetamine.5 6 Di bawah ini adalah negara yang termasuk dalam kawasan :

II.1.1.1 Laos

Laos yang tadinya Negara produsen opium nomor tiga terbesar di dunia, telah melakukan pencapaian besar di tahun 2006, dimana dapat dikatakan menjadi bebas opium dengan penurunan jumlah penanaman opium hingga 93% melalui upaya yang dilakukan sejak tahun 1998. UNODC berkerjasama dengan pemerintah Laos merencanakan strategi nasional yang baru “Pendekatan Seimbang untuk Mempertahankan Penghapusan Opium di Laos PDR (2006

-2009)” yang difokuskan pada kegiatan , peningkatan kesadaran masyarakat dan penegakan hukum. dan pemerintah Laos juga terus melanjutkan dukungan bagi program terapi dan rehabilitasi para pecandu opium di 10 Propinsi di Wilayah Utara. Dalam tahun 2005-2006. lebih dari 8.250 orang mendapatkan perawatan dengan angka relapse yang relatif rendah.

II.1.1.2 Myanmar

Myanmar yang merupakan negara produsen opium nomor dua di Dunia, dengan melihat kondisi geografis, iklim dan situasi politik di Myanmar telah memotivasi perkembangan penanaman opium, sebagai salah satu jenis tanaman yang diandalkan oleh kaum mil separatis

56

golden triangle

alternative development


(51)

untuk membiayai perjuangan militer dan politik mereka. Fenomena ini terjadi pada dekade 1970-an dan kawasan perbukitan Shan di Myanmar dijadikan episentrum penanaman opium, karena mampu memproduksi 90 persen heroin yang beredar di kawasan

. Pada periode 10 tahun selanjutnya, yaitu tahun 1987 sampai tahun 1997, telah terjadi peningkatan produksi heroin yang cukup signifikan di Myanmar, dari yang semula hanya 835 ton 87) menjadi 2.365 ton (1997).5 7

Selanjutnya, dengan melihat fenomena di atas Myanmar berusaha untuk mengikuti program pengurangan penanaman opium di tahun 2006. UNODC meluncurkan proyek dukungan masyarakat, memperkenalkan inisiatif pengurangan permintaan atas narkoba dan membantu untuk menyediakan program terapi dan rehabilitasi bagi para pecandu opium di negeri tersebut. Di Myanmar penanaman opium turun hingga 34% dari sebelumnya 130.000 ha di tahun 1998 menjadi 21.500 ha. Program UNODC dalam pengurangan permintaan memberikan program perawatan dan detoksifikasi bagi para pecandu narkoba di lima wilayah kota Mong Pawk dan Distrik Wein Kao. Antara tahun 2004 hingga Juli 2006 telah dilakukan perawatan kepada lebih dari ratusan pecandu dan memberikan bantuan konseling bagi

57 Fredy B. L. Tobing,

, dalam , Vol 5 No1 November 2002. h. 79. the golden triangle

“Aktifitas Drugs Trafficking Sebagai Isu Keamanan yang Mengancam Stabilitas Negara” Jurnal Global Politik Internasional


(52)

keluarga. Selain itu juga UNODC juga menjadi badan yang memberi dukungan bagi permasalahan HIV/AIDS.5 8

II.1.1.3 Thailand

Kawasan Segitiga Emas, yang terletak antara perbatasan Thailand, Laos, dan Myanmar, dikenal luas sebagai pusat narkotik di kawasan Asia Tenggara. Kaum menanam opium dan mengolahnya menjadi heroin di kawasan sulit, yang jauh dari jangkauan operasi aparat keamanan. Juga tak terelakkan, Thailand masuk dalam jangkauan jaringan mafia narkotik internasional. Kemajuan teknologi telekomunikasi dan transportasi telah dimanfaatkan kaum mafioso untuk memperluas jaringan ke iatannya pada skala global.5 9

Ancaman narkotika telah menimbulkan kerisauan luas karena menjadi salah satu bahaya terbesar dunia, terutama bagi generasi muda. Tidak mudah pula menghancurkan jaringan produksi dan

pengedaran narkotika. Perdagangan narkotika memang termasuk bisnis menggiurkan. Operasi pemberantasan jaringan mafia narkotika

bertambah sulit karena adakalanya pejabat pemerintah dan aparat keamanan sering tergoda oleh penyuapan. Keprihatinan tentang bahaya

narkotika cenderung meluas. Korban narkotika tidak pandang bulu. Thailand juga termasuk negara yang paling dekat dengan kawasan segitiga emas. Tahun 2003 Perdana Menteri Thaksin

58http://www.myanmar-narcotic.net/eradication/coop7.htm. diakses tgl 25-09-2010.

59 H Sumarmo Ma’sum, .

Jakarta: CV Haji Masagung 1987. h. 36-40.

mafioso


(53)

Sinawarta giat melancarkan perang terbuka terhadap jaringan obat

-oatan terlarang di negerinya. Pemerintah Thailand menetapkan target bahwa dalam kurun waktu tiga bulan sejak awal Pebruari 2003 perang ini akan berakhir dengan kemenangan dipihak pemerintah. Pelaksanaan kebijakan ini ternyata menuai protes publi karena penangkapan dan pelaksanaaan eksekusi terhadap mereka dituduh terlibat dalam jaringan obat-obatan terlarang mengakibatkan terjadinya pelanggaran hak azasi manusia.6 0

Salah satu program UNODC di Thailand, CBT (

), meraih UN2 1 Award untuk kategori proyek PBB terbaik di tahun 2006. dengan mempromosikan standarisasi pendataan laboratorium sebagai sumber referensi utama, UNODC memberikan bantuan untuk memperkuat pengawasan prekursor dan peningkatan kemampuan mereka dalam mengenali narkoba. cairan

dari tumbuhan, adalah yang digunakan di laboratorium gelap untuk memproduksi narkoba. UNODC memungkinkan penelitian pertama di Thailand atas kandungan yang sangat kaya dalam hingga dilaksanakannya operasi internasional mengenai ATS oleh INCB. hasil dari penelitian ini akan membant

negara-negara dalam mengembangkan mekanisme untuk mencegah

60

Computer Based Training

Safrol, ekstrasi

prekursor

safrol prekursor


(54)

penyebarluasan bahan ini untuk kepentingan pembuatan gelap

narkoba.6 1

Sebagian telah disebutkan dalam bab terdahulu,

adalah daerah yang dikenal sebagai pusat produksi, penyelundupan, serta perdagangan narkotika di kawasan Tenggara. Daerah tersebut meliputi Thailand, Myanmar, Laos. Ketiga negara ini menjadi salah satu pusat produksi serta pemasok

ATS ( ), heroin maupun opium terbesar di dunia pada dekade terakhir ini. Hal yang paling dikhawatirkan dari keberadaan ini adalah dampaknya bagi negara-negara di kawasan Asia Tenggara, negara-negara-negara tersebut bias saja akan menjadi seperti negara-negara Amerika Latin misalnya Columbia dan Mexico. Masyarakat di negara tersebut percaya bahwa

6 2

lebih kuat dari negara bahkan mampu mengendalikan sebuah negara sekalipun.6 3

61 Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan

Narkoba Bagi Pemuda 2002. h. 39

62

merupakan sebutan untuk orang, kelompok, dan organisasi yang mempu menguasai aktifitas produksi, peredaran, serta perdagangan narkotika dan memiliki jaringan internasional bahkan cenderung tidak tersentuh oleh hukum sekalipun. Di negara Colombia, mafia ataupun organisasi kejahatan yang memegang kendali dalam aktifitas memiliki otoritas yang sngat besar bahkan dalam level negara s dimana mereka dengan mudahnya lepas dari jeratan hukum serta mampu mengendalikan hukum tersebut.

63 Zarina Othman, Akademika

65: 2004. h. 33.

II.1.2 Produksi dan Jalur Peredaran Narkotika dan Obat-obatan Terlarang di Segitiga Emas (The Golden Triangle)

The Golden Triangle

Amphetamine Type Stimulant

The Golden Triangle

the drugs lords

The drug lords

drugs trafficking


(1)

Badan Kerjasama Sosial Usaha Pembinaan Warga Tama,

Caballero-Anthony, Mely. “

” The Indonesian Quarterly, Vol.XXVIII, No.4. 2000. Dupont, Alan. Asian Survey, “

”. Vol.XXXIX, No.3 May/june, 1999. Fredy B. L. Tobing,

, dalam Jurnal Global Politik Internasional, Vol 5 No1 november 2002

Muladi, Problematika Hubungan TNI dan POLRI dalam Menangani Terorisme dan Kejahatan Lintas Batas, Makalah disampaikan dalam Nasional dalam Memperkuat Hubungan TNI-POLRI dalam Kerangka Keamanan Nasional, Bandung: 11 September 2007.

Perwita, Anak Agung Banyu. “

dalam Analisis CSIS, Terorisme dan Keamanan Manusia, CSIS Tahun XXXII/2003/No.1.

Subianto, Landry Haryo. “Konsep Human Security: Tinjauan dan Prospek” dalam Analisis CSIS, Isu-isu Non-Tradisional: Bentuk Baru Ancaman Keamanan. Jakarta 1999.

Yunus Husein,

. Artikel Hukum Pidana, 3 Maret 2006.

United Nation Development Program, Oxford

University Perss, New York, 1993.

ASEAN secretariat Website, http://www.aseansec.org Database Badan Narkotika Nasional, http://www.bknn.or.id

UNDCP Website,

http://www.undcp.un.or.th/Congress/press_release_13_oct_2000.htm di akses pada tgl 25 Agustus 2010

Joint Communique The 31st ASEAN Ministerial Meeting (AMM) Manila, Philippines, 24-45 July 1998, http://www.aseansec.org/5804.htm, di akses tgl 25 juni 2010

Pengawasan Serta Peran Aktif Orang Tua dan Aparat dalam Menanggulangan n penyalahgunaan Narkoba.

Human Security and Comprehensive Security in ASEAN

Transnational Crime, Drugs And Security in East Asia

“Aktifitas Drugs Trafficking Sebagai Isu Keamanan yang Mengancam Stabilitas Negara”

Human Security dalam Konteks Global dan Relevansinya Bagi Indonesia”

Hubungan Antara Peredaran Gelap Narkoba dan Tindak Pidana Pencucian Uang

Human Development Report 1993.


(2)

http://www.summit-americas-org/Canada/Humansecurity-english.html, diakses pada tanggal 28juni 2010

The 21st Jakarta, 6-8

April 1998, http://www.aseansec.org/5804.htm, di akses pada tanggal 30 juni 2010.

Safety For People in a Changing World


(3)

Lampiran 1

Wawancara dengan Nindasari Utomo, Direktorat Jendral Kerjasama Fungsional ASEAN Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia

Tanggal 25 Januari 2011

Q: Skripsi ini meneliti tentang Kebijakan ASEAN dalam Menangani masalah Trafficking di Indonesia. Yang ingin saya tanyakan menyangkut masalah skripsi saya adalah, bagaimana Kebijakan ASEAN

dalam Menangani Masalah ?

A:

Q: Tujuan dari kerjasama ini untuk apa? A:

Q: Dalam bentuk apa Kerjasama ASEAN dalam Menangani Masalah Narkoba dan Obat-obatan Terlarang khususnya di Indonesia?

A:

Drugs

DrugsTrafficking

Kerjasama negara-negara di Asia Tenggara semakin memperkuat komitmennya untuk memberantas dan menanggulangi masalah kejahatan transnasional di kawasan Asia Tenggara. Hal ini menjadi arah kebijakan ASEAN dalam menangani masalah narkoba adalah dengan adanya kehendak bersama untuk memperkuat komitmen negara anggota dalam menangani masalah narkoba dan obat-obatan terlarang. Dengan komitmen tersebut maka arah kebijakan kerjasama tidakhanya semakinjelasdanmempunyailandasan komitmenyangkuat

Kerjasama dalam menangani masalah narkoba dan obat-obatan terlarang akan terealisasikan jika terdapat komitmen yang kuat dalam memberantas kejahatan transnasional yang bersifat kompleks dan terorganisasi dan mustahil bangsa-bangsa di Asia Tenggara mampu secara efektif dalam menangani masalah narkoba tanpa adanya komitmen yang kuat.

Tujuan dari kerjasama ini adalah untuk mencegah, mengurangi dan memberantas narkoba. Diharapkan kerjasama ini akan semakin efektif dan menghasilkan kerjasama yang jelas hingga tercapainya ASEAN Bebas Narkoba 2015.

kerjasama ASEAN dalam menangani masalah narkoba dan obat-obatan terlarang ini tercakup dalam wadah

(ASOD). Dimana ASOD ini mempunyai rencana aksi yaitu meliputi 4 bidang yakni: pendidikan untuk pencegahan penyalahgunaan narkoba, perawatan dan rehabilitasi pemberdayaan dan penelitian.

Dibidang pendidikandan informasi pencegahan, beberapa workshop tentang pendidikan mengenai obat-obatan terlarang bagi para guru dan penyusun kurikulum serta riset komparatif mengenai pendidikan pencegahan. Hal ini telah diselenggarakan kegiatan kerjasama dalam pemberdayaan hukum mencakup pertukaran personel pemberdayaan hukum, penyelenggaraan program training dengan bantuan lembaga internasional dan informasi mengenai trends, modus operandi dan jalur perdagangan obat-obatan terlarang. Negara-negara anggota ASEAN telah melakukan pertukaran secara regular personel dalam hal perawatan dan rehabilitasi pada tingkat operasional

.

.

ASEAN Senior Officials on Drugs Matters


(4)

Bukan hanya ASOD, ASEANAPOL ( ) juga

dibentuk guna menangani aspek-aspek preventif, penegakan ( )

dan operasional dari kerjasama ASEAN dalam menangani k jahatan transnational. ASEANAPOL telah secara aktif terlibat kerjasa a di bidang

pengetahuan dan keahlian dalam penegakan hukum ( ), pelaksanaan

( ), hukum ( ), criminal justice, serta penanggulangan kejahatan

transnational dan international.

Pertemuan

dilaksanakannya

ASEAN Chiefs of National Police enforcement

policing

enforcement law

Q: Sejauh ini bagaimana perkembangan kerjasama ASEAN dalam Menangani Masalah Narkoba dan Obat-obatan Terlarang?

A:

Q: Apa yang menjadi Kendala atau Hambatan dalam Perjalan Kerjasama ASEAN dalam Menangani Masalah Narkoba dan Obat-obatan Terlarang?

A:

ASOD ke-21 tahun 1999 di Jakarta telah mencatat perkembangan penting dengan beberapa proyek kerjasama ASEAN yang tercakup dalam “

”. Disamping itu, sebagai akibat dari krisis ekonomi dan keuangan, ASEAN telah menspesifikasikan beberapa proyek kerjasamanya dengan tujuan untuk lebih menjangkau kelompok masyarakat yang rentan terhadap narkotika dan obat-obatan terlarang. Dalam pertemuan tersebut, juga telah diundang para wakil dari UNDCP (United Nation Drug Control Programme). Perkembangan kerjasama tersebut juga bukan hanya sampai disitu, sampai sekarang perkembangan kerjasama tersebut masih berjalan dengan baik. contohnya terlihat dalam lampiran 3 dan 4 terdapat laporan kerjasama ASEAN dalam menangani masalah narkoba yang di sebut dengan pertemuan ASOD yang ke 30 – ke 31 di Jakarta.

Komitmen ASEAN dalam menangani masalah narkoba dan obat-batan terlarang juga tercerm in dalam “ASEAN Vision 2020” dan “

” (HPA). Hal ini merupakan pandangan ASEAN mengenai masa depan kerjasama ASEAN dalam berbagai bidang, khususnya bidang politik dan keamanan, ekonomi, fungsional dan kerjasama eksternal ASEAN. Sementara HPA yang disepakati pada KTT ASEAN ke-6 tahun 1998 di Hanoi, merupakan serangkaian rencana aksi enam tahunan untuk ujudkan “ASEAN Vision 2020”. Kedua dokumen ini merupakan dokumen strategis ASEAN dalam menghadapi tantangan di masa depan.

Hambatan dalam menangani masalah narkoba dan obat-obatan terlarang yang dihadapi oleh negara-negara anggota ASEAN diantaranya yaitu: adanya kecenderungan global yang berpengaruh terhadap hampir faktor kehidupan di semua negara tidak terkecuali, apakah negara maju ataupun negara berkembang sekalipun. Hambatan yang terjadi di kawasan regional ini adalah masalah kemiskinan, terlebih lagi setelah terimbas oleh krisis ekonomi dan moneter, rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, informasi mengenai bahaya narkoba. Bukan hanya itu hambatan yang bersekala nasional yaitu setiap negara memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda-beda antara negara satu dengan negara lain dalam menangani masalah narkoba, seperti keterbatasan sumberdaya manusia.

ASEAN-EU three years plan of action on preventive drug education

Hanoi Plan of Action


(5)

Lampiran 2

Wawancara Ibu Maya KASUBDIT Kerjasama Regional dan Internasional, Badan Narkotika Nasional (BNN)

Tanggal 9 Februari 2011

Q: Menurut Ibu bagaimana gambaran umum masalah narkoba di Indonesia ini ? menyangkut masalah peredaran, perdagangan, dan penyalahgunaan narkoba dan obat-obatan terlarang?

A:

Q: Terlihat dari fenomena tersebut, apa saja dampak yang terjadi akibat perdagangan narkoba dan obat-obatan terlarang yang mengancam keamanan manusia itu sendiri?

A:

Q: Dilihat dari data kasus penyalahgunaan narkoba di Indonesia pada tahun 2003-2008 setiap tahunnya meningkat? Apakah kerjasama ini tidak efektif ?

A:

Masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Indonesia memang sudah menjadi persoalan yang krusial. Menurut hasil survey (BNN) pada tahun 2008 dampak sosial dalam masalah perdagangan dan penyalahgunaan narkoba sangat menghawatirkan, hampir semua generasi juga sudah banyak yang menjadi pengguna. Sedangkan dari sisi profesi ada Polisi, Jaksa, Hakim, Profesional Muda, Anggota Dewan, dan kalangan Selebrit yang rentan sebagai pengguna narkoba.

Dampak yang terjadi akibat perdagangan narkoba ini diantaranya adalah masalah ekonomi, dimana orang akan mengeluarkan biaya sangat besar dimulai dari membeli narkoba, hingga membiayai untuk menyembuhkan pecandu tersebut. Bukan hanya itu dari dimensi politik, sosial, budaya, kesehatan, keamanan nasional, dan dimensi penegak hukum juga tidak menutup kemungkinan karena dampak dari masalah ini menyangkut masalah keamanan manusia itu sendiri.

Jadi sebuah kerjasama ataupun institusi seharusnya tidak secara eksplisit dikatakan dapat secara efektif atau tidak efektif, melainkan harus dilihat dari bagaimana dari komponen-komponen dari kerjasama mampu menjalankan fungsinya masing-masing. Pada dasarnya setiap institusi pasti memiliki beberapa tujuan yang merupakan akumulasi dari kepentingan para aktor yang menjadi anggota institusi kerjasama tersebut. Oleh karena itu, jika tujuan pertama institusi sudah tercapai, namun tujuan kedua dan ketiga belum juga tercapai, maka tidak dapat secara pasti dinilai apakah institusi tersebut gagal atau tidak efektif. Paling tidak dari kerjasama tersebut negara-negara ASEAN kususnya Indonesia sendiri sudah berperan aktif dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba, karena dari kerjasama ini juga terdapat hambatan yang memungkinkan kejahatan narkoba ini sangat meluas. Sekarang adalah waktu yang paling tepat untuk mengambil langkah-langkah untuk pencegahan penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang, bukan hanya pemerintah saja melainkan sektor suwasta, Lembaga Swadaya

drugs trafficking


(6)

Masyarakat, kaangan masyarakat seperti tokoh-tokoh masyarakat, juga pemuka agama diharapkan ikut dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan berbahaya lainnya.

khususnya untuk Indonesia sendiri implementasi dari ke tersebut hanya diprioritaskan kepada pedoman pencegahan pemberantasan dan peredaran gelap narkoba P4GN. Indonesia sendiri diperlukan suatu badan nasional yang bertugas dan berfungsi merumuskan arah kebijakan, strategi dan program aksi penanggulangan penyalahgunaan narkoba, yang dapat di jadikan panduan oleh seluruh instansi dan lembaga pemerintah serta organisasi non-pemerintah yang berperan dan terkait dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba. Badan ini sangat diperlukan karena penanggulangan perdagangan dan penyalahgunaan narkoba yang bersifat kompleks, berkorelasi dengan banyak faktor, dan menyentuh berbagai aspek kehidupan, terutama aspek-aspek kehidupan generasi muda.

Implementasi kerjasama ASEAN dalam menangani masalah narkoba dan obat-obatan terlarang jelas tidak akan efektif bila tidak didukung oleh kebijakan dan strategi penanggulangan oleh masing-masing negara anggota ASEAN khususnya Indonesia.

Q: Bagaimana Implementasi Kerjasama ASEAN dalam Menangani Masalah Narkoba dan Obat-batan Terlarang di Indonesia?

A:

Q: Sejauh mana efektifitas dari implementasi kerjasama tersebut dalam menangani masalah narkoba dan obat-obatan terlarang khususnya implementasi di Indonesia?