Tujuan Penelitian Tinjauan Pustaka

dihalang- halangi untuk menikmati hasil kejahatannya. Melihat kolerasi yang erat antara kejahatan peredaran gelap narkoba sebagai dan kejahatan pencucian uang sebagai - nya, maka Yunus Husein berasumsi bahwa keberhasilan perang melawan kejahatan gelap narkoba disuatu negara sangat ditentukan oleh efektifitas rezim anti pencucian uang di negara itu. 2 2 Dalam skripsi ini penulis ingin memfokuskan lebih dalam tentang fenomena perdagangan narkoba di kawasan regional ASEAN khususnya Indonesia , dilihat dari kasus penyalahgunaan narkoba yang semakin meningkat dan faktor yang melatarbelakangi semakin berkembangnya kerjasama antara negara anggota ASEAN . Hal ini melahirkan kebijakan ASEAN dalam upaya mengurangi perdagangan narkoba, untuk mengembangkan kebijakan tersebut disusun dan disepakati arah ke rjasama , aksi, dan strategi dalam menangani masalah narkoba. Serta bagaimana mengimplementasikan kerjasama tersebut khususnya di Indonesia dan upaya mengatasi berbagai hambatan yang muncul dalam perjalanan kerjasama tersebut. Kerjasama dapat diartikan dalam rangka hubungan bilate l yang hanya menyangkut masalah dua negara, dan dapat juga diadakan dalam 22 predicate crime derivative Ibid I.5 Kerangka Pemikiran I.5.1 Konsep kerjasama Regional rangka hubungan multilateral yang menyangkut masalah banyak negara. Kemudian kerjasama multilateral dibagi pula dalam kerjasama regional yang terbatas pada beberapa negara - negara kawasan. 2 3 Sedangkan menurut K.J Hans J. Morgenthau, region atau kawasan diartikan sebagai sekumpulan negara yang memiliki kedekatan geografis karena berada dalam satu wilayah tertentu. 2 4 Dalam Tulisan ini penulis menggunakan konsep regionalism, regionalism merupakan tatanan dunia yang tidak asing sejak Perang Dingin, bahkan mencapai puncaknya dipertengahan tahun 1980 -an. 2 5 Fenomena ini tidak hanya terjadi di Amerika dan Eropa, namun juga di Asia, khususnya Asia Tenggara yang salah satunya ditunjukkan dengan adanya ASEAN. Kesadaran regional ini mencerminkan keinginan bersama negara - negara dalam satu kawasan tertentu untuk menciptakan yang terbaik bagi kawasannya. Berkaitan dengan itu Josep S Nye, Jr. mendefinisikan kawasan regional sebagai sejumlah negara yang saling berkait karena hubungan geografis dan derajad interdependensi yang pembentukannya saling menguntungkan. 2 6 Menurut Michael Leifer, 2 7 Regionalisme muncul karena berbagai hal, seperti adanya persamaan tempat tinggal dan identitas atau karena 23 M, Sabir. , Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1992. h. 15. 24 Craig A Snyder. . Palgrav e: Little Brown CO, 1968. h. 228. 25 Joseph S. Nye, Jr ed., . B oston: Little Brown Co, 1968. h. 12. 26 27 Michael Leifer, , Jakarta : CSIS, 1997, h. 55. ASEAN Harapan dan Kenyataan Contemporary Security and Strategy International Regionalism Ibid Regionalism, Global Balance and South East Asia adanya prospek keuntungan timbal balik bila saling berkerjasama, atau karena adanya kesamaan persepsi mengenai ancaman eksternal. Sama halnya dengan Joseph S Nye dan Leifer juga melihat bahwa istilah regionalism bisa mengacu pada suatu bentuk kerjasama negara yang berada dalam satu kawasan. 2 8 Kerjasama tersebut dibangun untuk mencapai berbagai tujuan. Di satu sisi berguna sebagai wadah untuk melakukan respon terhadap tantangan dari luar kawasan untuk mengkordinasikan posisi regional dalam institusi internasional atau dalam forum negosiasi. Disisi lain, berguna sebagai wadah untuk mencapai kesejahteraan untuk mempromosikan nilai - nilai bersama dan untuk memecahkan masalah bersama terutama yang muncul semakin meningkatnya interdependensi regional. Dari sinilah lahir sebuah keinginan bersa ma negara- negara dalam satu region untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dapat mengganggu stabi itas kawasan. Terjadinya peningkatan perdagangan narkotika dan obat - obatan terlarang di kawasan Asia Tenggara ini telah menjadi sua tu ancaman baru, terutama bagi generasi mendatang. Ancaman ini di dalam studi politik keamanan internasional dikategorikan sebagai masalah keamanan non -konvensional. Istilah keamanan bukan dalam 28

I.5.2 Konsep Keamanan

Ibid