66
terciptanya organisasi yang terdapat di pasar Simpang Limun yang diciptakan oleh para pedagang eceran baik berupa arisan jula-jula, tabungan bersama dan
penentuan harga atas barang-barang yang diperjual belikan.
4.4.1 Kepercayaan
Kepercayaan merupakan moralitas umum dalam pikiran ekonomi tidak muncul seketika tetapi terbit dari proses hubungan antara pribadi dari actor-actor
yang sudah lama terlibat dalam prilaku ekonomi secara bersama. Ia terus menerus ditafsirkan dan di nilai oleh para actor yang terlibat dalam hubungan prilaku
ekonomi. Salah satu peran kongkrit dari kepercayaan yang merupakan hasil dari proses jaringan hubungan sosial yang telah dan sedang terjadi dalam hubungan
dagang yang dilakukan. Menurut Torsvik Damsar, 2011, kepercayaan merupakan kecenderungan
prilaku yang dapat mengurangi resiko hal ini muncul dari tindakannya, sedangkan menurut Giddens 2005 Damsar, 2011, kepercayaan pada dasarnya terikat, bukan
kepada risiko namun kepada berbagai kemungkinan, kepercayaan selalu mengandung konotasi keyakinan di tengah-tengah berbagai akibat yang serba
tidak pasti, apakah dia berhubungan dengan tindakan individu atau dengan beroperasinya sistem.
Pada Pasar Simpang Limun, kepercayaan diwujudkan oleh pedagang kepada pembeli melalui pemberian hutang, di sini pedagang memberikan hutang saat
pembeli tidak mempunyai uang untuk membeli secara lunas barang tersebut, sehingga ia harus hutang kepada pedagang. Pedagang sendiri mempunyai
prefrensi tersendiri mengenai hutang, tidak semua pembeli atau pelanggan ia
Universitas Sumatera Utara
67
percaya untuk diberi hutang, bahkan banyak pedagang yang sengaja tidak memberikan hutang, karena menurut mereka tidak semua orang bisa dipercaya.
Selain itu melalui kepercayaan yang terbangun antara pedagang dengan pembeli, pedagang juga seringkali memberikan harga miring kepada pembeli yang
dipercayainnya, atau menyisakan jualan sipedagang untuk langganannya dengan modal SMS. Ibu Simbolon mengatakan:
“Tidak semua pembeli saya percayai hanya ada beberapa orang saja, berawal dari si pembeli sering belanja di tempat jualan saya. Biasanya saya
memberikan sedikit harga miring misalnya, tomat seharga Rp. 8.000kg saya jadi Rp. 7.500, terkadang juga saya memberikan bonus
setiap dia belanja misalnya memberikan 4 tangkai daun sop”. .
Sistem kepercayaan yang terjalin tidak hanya terjadi antara pedagang dengan pembeli saja, akan tetapi antara pedagang dengan pedagang juga terjadi
pedagang eceran dengan pedagang besar atau sering disebut toke. Ibu Simbolan yang merupakan pedagang eceran di Pasar Simpang Limun untuk memenuhi
barang dagangannya seperti sayur-sayuran, cabe, tomat, lengkuas, jahe dan barang lainnya dia peroleh dari para toke yang setiap paginya. Di mulai dari
pukul 4.00 WIB mendatangi pajak Simpang Limun untuk menjual barang dagangannya pada setiap pengecer di pajak tersebut. Para pengecer biasanya
mendatangi para toke-toke untuk mendapatkan barang-barang segar untuk diperjual belikan, seperti Ibu Simbolon yang setia pada tokenya setiap pagi dia
tidak perlu repot-repot lagi mencari toke-toke dan memilih-milih barang jualan dari yang lain, karena barang yang diperolehnya dari tokenya selalu segar dan
tidak pernah mengecewakan dan juga selalu diberikan keringanan kepadanya jika sewaktu-waktu barang dagangannya tidak terjual laris seperti yang dia harapkan.
Universitas Sumatera Utara
68
Keringanan yang dimaksud yaitu dengan membayar barang setengah dulu dan besoknya atau waktu berikutnya baru dia bayar. Kepercayaan yang terjalin
tersebut menurut pengakuan Ibu Simbolon terlah berlangsung selama 10 tahun terakhir ini dan Ibu Simbolon telah berjualan selama 16 tahun. Menurut Ibu
Simbolon: “Saya memperoleh barang dari toke langganan saya Pak Tarigan.
Pukul 4.00 WIB saya telah dipajak ini menunggu toke saya, karena biasanya toke-toke dengan mobil-mobilnya telah menunggu para
pedagang eceran mengambil barang sesuai yang diinginkannya, saya tetap bertahan dengan toke saya karena dia telah banyak membantu
saya selama berjualan di samping itu barang yang dibawanya selalu segar-segar setiap paginya membuat dagangan saya tidak merugi atau
tidak di tawar dan dibeli para pembeli. Pak Tarigan ini sering memberikan saya keringanan jika sewaktu-waktu barang jualan saya
tidak terjual atau hanya sedikit saja yang terjual maka besoknya saya bisa membayar setengah kepadanya terkadang juga saya bayar pada
minggu depannya”. Sistem kepercayaan yang terjalin dengan baik antara Ibu Simbolon dengan
Pak Tarigan toke tidak semua pedagang eceran menjalin sistem kepercayaan tersebut seperti Pak Pangaribuan selama berjualan di pasar Simpang Limun
hampir 10 tahun tidak pernah memiliki satu toke saja sekalipun hampir semua toke-toke yang berdatangan dari desa Sibiru-biru mengenalnya dan dikenalnya
namun dia tidak pernah menjalin hubungan dengan satu toke saja apalagi menjalin sistem kepercayaan. Menurut penjelasan Bapak Pangaribuan tersebut
kenapa dia tidak pernah menjalin hubungan dengan satu toke saja karena kadang kala barang jualan toke-toke kurang bagus atau sedikit layu atau ukurannya
terlalu kecil-kecil, juga terlalu mahal dibandingkan dengan jualan toke lainnya. Padahal para pembeli selalu memilih barang yang bagus-bagus dan segar-segar
juga dapat terjangkau, dan sebagai pedagang harus mampu memenuhi permintaan
Universitas Sumatera Utara
69
para pembeli jika tidak barang dagangannya akan tinggal banyak atau tidak laku satu harian.
Penjelasan dari Bapak Pangaribuan tersebut menjelaskan bahwa tidak semua kepercayaan itu berdampak positif akan tetapi juga berdampak negatif. Di dalam
pasar tradisional timbulnya kepercayaan antarindividu dipengaruhi berbagai faktor, akan tetapi faktor yang paling menentukan yaitu kedekatan hubungan yang
intens antar individu memunculkan kepercayaan positif atau negatif, dimana kepercayaan positif di sini merupakan kepercayaan yang bersifat positif atau di
sini penjual percaya dengan pembeli serta pembeli percaya dengan penjual atau pedagang eceran dengan para pedagang lainnya toke. Kepercayaan positif disini
ditunjukkan dengan adanya hubungan yang terjalin antara penjual maupun pembeli, di sini ketika pembeli berbelanja di salah satu toko penjual, maka
pembeli akan percaya dengan kualitas serta harga yang menguntungkan baginya, sedangkan penjual percaya pada pembelian aktual dari pembeli atau di sini
penjual percaya bahwa pembeli mendatangkan laba atau keuntungan bagi dirinya. Kepercayaan negatif yang terjadi pada hubungan antar individu dapat
memunculkan unsur kepercayaan maupun unsur ketidakpercayaan. Di dalam pasar tradisional kedekatan hubungan yang intens dalam hal ini komunikasi
maupun keterlekatan hubungan dari aktivitas ekonomi juga dapat memunculkan kepercayaan positif maupun kepercayaan negatif. Kepercayaan negatif merupakan
ketidakpercayaan dari hubungan antarindividu seperti penjual tidak percaya dengan pembeli maupun pembeli tidak percaya dengan penjual ini merupakan
kepercayaan negatif. Di dalam Pasar Simpang Limun kepercayaan negatif di sini
Universitas Sumatera Utara
70
ditunjukkan dengan ketidakpercayaan pedagang mengenai barang jualan dan harga yang ditentukan oleh pedagang-pedagang yang didatangi oleh pembeli.
Kemudian kepercayaan negatif di sini juga ditunjukkan dengan pedagang pakaian yang sengaja tidak memberikan hutang kepada konsumen atau pembeli karena
pedagang pernah dirugikan mengenai sistem hutang ini maka pedagang memutuskan untuk tidak memberikan hutang kepada pelanggannya. Menurut
penjelasan Ibu Harahap: “Saya memang memiliki pembeli yang bisa dikatakan sudah menjadi
langganan saya karena setip membeli barang yang diperlukannya selalu ketempat saya, oleh karena itu saya memberikan barang yang
terbaik diantara barang jualan saya kepada langganan saya tersebut. namun dibalik hubungan langganan kami tersebut bukan berarti saya
mau memberikan dia berutang apalagi dengan jumlah yang lumayan banyak saya tidak akan pernah memberikannya, karena sewaktu-
waktu bisa saja dia pergi dan tidak pernah lagi datang ketempat ini
dengan begitu saya juga nantinya yang akan dirugikan”. Penjelasan diatas membuktikan bahwa kepercayaan yang terjalin di Pasar
Simpang Limun tidak selamanya berdampak positif, yang dapat seutuhnya membantu setiap pembeli dan pedagang. Namun juga ada sistem kepercayaan
yang bersifat negatif. Kepercayaan juga terjalin antara pembeli dengan pedagang selain
kepercayaan antara pedagang dengan pembeli atau pedagang dengan pedagang. Ibu Harahap yang selalu berbelanja di pasar simpang Limun setelah kira-kira 40
tahun tinggal di Medan menaruh kepercayaan kepada beberapa pedagang sehingga dia tidak perlu keliling-keliling pasar untuk mendapatkan barang-barang
yang dia butuhkan karena menurut dia penjual yang selalu didapatinya setiap belanja memberikan dia kepuasan dalam berbelanja, dimana selain diberikan
Universitas Sumatera Utara
71
bonus sesekali pada saat belanja, juga setiap hari besar seperti lebaran selalu diberikan sesuatu sebagai ucapan terimakasih untuk selalu berbelanja ditempat
penjual tersebut. Penjelasan Ibu Harahap, berupa: “Saya selalu berbelanja sembako ditempat Ibu Nengsi penjual langganan
saya dan penjual lainnya yang saya anggap telah langganan juga. Namun saya akan pindah ketempat lain jika sewaktu-waktu Ibu
Nengsi tidak berjualan dipajak atau barang yang saya butuhkan sudah terjual habis atau stok nya memang tidak ada hari itu”.
Bebeda dengan Ibu Sembiring yang saya temui pada saat belanja di pasar Simpang Limun, ibu ini setiap belanja sembako dan barang lainnya tidak
memiliki satu penjual yang di percayainya untuk mendapatkan barang yang dia butuhkan, karena menurut dia setiap hari barang akan berganti misalnya sayuran,
buah-buahan dan kualitas setiap barang tersebut pasti bebeda pada setiap penjualan,, terkadang ada yang layu, masam atau kurang bagus atau terlalu mahal
dibandingkan pedagang lainnya. Hal tersebut membuat ibu Sembiring tidak setia pada satu pedagang saja. Penjelasan Ibu Sembiring, berupa:
“Setiap berbelanja di pasar Simpang Limun saya tidak pernah mengunjungi satu pedagang saja, saya selalu berkeliling pasar terlebih
dahulu untuk mendapatkan barangg yang sesuai dengan keinginan saya yaitu, bagus, segar dan lebih murah. Saya membutuhkan waktu
untuk berbelanja kira-kira 3 jam, merupakan waktu yang sangat lama memang untuk memperoleh beberapa barang saja. Namun hal ini
membuat saya puas dan tidak menyesal nantinya karena saya melakukan perbandingan kualitas dan harga barang terlebih dahulu.
Oleh karena itu saya tidak pernah setia pada satu pedagang saja, setiap belanja sering berganti-
ganti pedagang yang saya temui”.
Universitas Sumatera Utara
72
Berikut ini bagan kepercayaan yang terbentuk di antara penjual dengan pembeli:
Gambar 1. Bagan Kepercayaan antara Penjual dengan Pembeli di Pasar Simpang Limun
Dari Gambar 1 dapat diperoleh keterangan bahwa terdapat interaksi antara penjual dan pembeli, dari interaksi yang terjalin dan terjadi secara berulang, maka
penjual akan lebih mengenal pembeli hal ini terlihat dari komunikasi yang terjalin setiap harinya selama berlangsungnya penjualan atau di luar pasar, sehingga
berdasarkan hal tersebut penjual mempunyai hak untuk memutuskan akan percaya kepada pembeli atau tidak, begitu juga dengan pembeli, apabila penjual percaya
maka ia akan memberikan hutang, bonus dan lain sebagainya kepada pembeli jika pembeli tidak bisa membayar sembako atau barang lainnya secara tunai, tetapi
jika penjual tidak percaya pembeli maka ia tidak akan memberikan hutang kepada PEMBELI
PENJUAL
INTERAKSI
TIDAK PERCAYA KEPERCAYA
A
BERHUTANG
KUALITAS BARANG
Universitas Sumatera Utara
73
pembeli tersebut. Ada juga pedagang eceran yang tidak percaya akan tokenya karena kulitas barang dan harga yang ditentukan para toke sehingga pedagang
tersebut dalam membeli barang yang akan didagangkan selalu memilih-milih yang terbaik dan tidak tergantung pada satu toke saja. Kepercayaan juga terjadi
antara pembeli terhadap pedagang berupa percaya akan kualitas barang serta harga yang ditawarkan, sehingga pembeli akan berlangganan di toko penjual
tersebut. Pada kenyataannya di Pasar Simpang Limun unsur kepercayaan antara penjual maupun pembeli ini memang terjalin namun tidak semua pedagang dan
pembeli menjalin kepercayaan seutuhnya, karena banyak pedagang dan pembeli yang membandingkan barang-barang terlebih dahulu akan kualitas barang dan
harga suatu barang. Situasi pasar tradisional di kota yang semakin lama semakin tidak
terkendali, baik jumlah pedagang maupun jumlah pembeli maka diperlukan organiasi pasar untuk menetapkan aturan serta peran pemerintah untuk ikut
menetapkan kebijakan. Menurut Kherallah 2001 organisasi didefinisikan sebagai struktur peran. Struktur peran disini berhubungan satu sama lain dan saling terikat
sehingga untuk berfungsi dengan maksimal diperlukan kerjasama antara anggota organisasi tersebut Jurnal, Rinda Sofiatul 2014 . Sedangkan menurut Yustika
2010 organisasi merupakan alat yang memberikan ruang bagi individu pendirinya beserta anggotanya untuk mencapai tujuan, namun organisasi yang
telah tersusun pada pasar tradisional belum sempurna karena proses penyusunan organisasi tidak selalu melalui kesepakatan tertulis, organisasi yang terdapat pada
Universitas Sumatera Utara
74
pasar tradisional dibentuk oleh gabungan dua aturan, yakni aturan informal dan aturan formal Jurnal, Rinda Sofiatul 2014 : 4.
Organisasi merupakan unsur penting bagi terbentuknya suatu lembaga, tidak terkecuali dalam sebuah pasar. Pada sebuah pasar pasti ada suatu sistem yang
terkoordinasi baik lembaga formal maupun non formal yang berpengaruh di dalam pelaksanaan penataan pasar, hal ini yang pasti dirasakan pada setiap
pedagang. Menurut para pedagang dan petugas keamanan, kebersihan dalam pasar aturan di dalam Pasar Simpang Limun memang sudah ada dan sudah
terbentuk. Hal ini bisa terlihat melalui penjelasan para pedagang bahwa keamanan pasar Simpang Limun sangat terjaga menurut mereka dimana barang-barang
dijaga pada malam hari atau setelah berakhirnya aktivitas jualan. Keamanan pasar diserahkan para pedagang kepada preman-preman pasar, setiap harinya para
pedagang membayar Rp. 3.000pedagang. Sedangkan uang kebersihan adalah Rp. 2000pedagang
yang ditugaskan oleh LPM Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat. Namun pada kenyataannya kondisi Pasar Simpang Limun sangatlah kotor, becek, bau.
Kondisi Pasar Simpang Limun yang sangat jauh dari kata bersih membuktikan bahwa pengunjung pasar tradisional memang hanya kalangan
menengah kebawah. Padahal tidak selamanya pasar tradisional itu harus kotor. Dari kondisi yang dijumpai tersebut memang sangat sulit untuk menghilangkan
meansead bahwa pasar tradisional adalah tempat kotor, bau, becek. Padahal
barang-barang yang dijual di pasa jauh lebih segar dari pada yang dijual di super market dan juga lebih terjangkau serta bisa meningkatkan hubungan sosial antar
Universitas Sumatera Utara
75
sesama manusia, melihat pasar modren yang lebih individual dengan melayani diri sendiri pada saat berbelanja.
Namun di balik ke kotoran yang tersimpan di Pasar Simpang Limun. Pasar ini masih memberikan dampak positif yang bisa meningkatkan pendapatan
ekonomi suatu negara, tidak hanya itu sara dalam pasar ini bisa mempererat solidaritas antar pedagang, kerabat, dan masyarakat yang berkunjung ke pasar,
dimana keluarga yang jarang bertemu atau tidak ada waktu untuk bertemu karena disibukkan pekerjaan bisa sewaktu-waktu bertemu di pasar. Pertemuan tersebut
bisa mempererat hubungan kekeluargaan walau hanya menanyakan kabar atau mengobrol seadanya. Ada juga dibalik berbelanja dan berdagang para pedagang
atau pembeli menjajikan suatu pertemuan di pasar untuk mengundang pada suatu acara resmi. Sekalipun ada hand phone untuk berkomunikasi bagi sebagian
masyarakat pertemuan itu adalah sangat penting karena dianggap lebih resmi. Menurut penjelasan Ibu Sinaga:
“Banyak hal yang saya dapatkan di pasar ini disamping memperoleh barang yang saya butuhkan, di pasar ini juga saya sering bertemu
dengan keluarga saya dan menambah kawan atau saudara karena selama berbelanja dengan sangat kebetulan saya bertemu dengan satu
marga saya, oleh karena itu jika ada suatu pesta yang saya buat saya akan mengundang dia karena dia satu marga saya ataupun yang bukan
satu marga saya akan saya undang jika kami sudah dekat, juga jumlah anggota arisan kami bertambah karena kami ada membuat arisan satu
marga”. Pasar yang selalu dihindari sebagian masyarakat ternyata memberikan
banyak dampak positif bagi kehidupan masyarakat, disamping meningkatkan solidaritas dan hubungan kekeluargaan pasar juga menjanjikan bagi kehidupan
para pedagang yang berjuang keras dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Universitas Sumatera Utara
76
Para pedagang yang mencitakan organisasi akibat jalinan hubungan yang ada di pasar, seperti membuat tabungan antar pedagang dan membuat arisan antar
pedagang. Kelancaran organisasi yang mereka ciptakan tersebut adalah ditentukan oleh mereka sendiri tanpa ada keterlibatan dari pihak lain. Jula-jula yang terdapat
di pasar Simpang Limun yang beranggotakan kira-kira 50 orang dengan pengutip jula-jula satu orang yang setiap harinya pada pukul 11.00 an akan berkeliling
mengutip uang jula-jula sebesar Rp. 20.000 orang. Arisan ini berjalan dengan lancar dan sangat membantu para pedagang untuk membantu memenuhi modal
jualan mereka atau keperluan lainnya. Biasanya mereka menyisihkan uang jula- jula dari keuntungan yang mereka dapatkan setiap harinya. Ibu Tarigan yang
merupakan salah satu anggota arisan di Pasar Simpang Limun menjelaskan, berupa: selama berjualan di pasar ini saya selalu mengikuti jula-jula antar kami
pedagang dan ini sangat membantu saya untuk membeli barang jualan besok harinya karena kami yang beranggotakan luman banyak orang sehingga bisa
menutupi sebagian pembelian barang terkadang juga hasil dari penarikan jula-jula ini saya buat untuk memenuhi kebutuhan di rumah saya.
Arisan hanyalah salah satu organisasi yang terbentuk di Pasar Simpang Limun. Para pedagang juga membuat tabungan berjalan, salah satu dari mereka
akan mengutip setiap harinya minimal Rp.10.000 orang. Namun tabungan ini bisa tidak di bayar pada waktu-waktu tertentu dan akan dibayar untuk besok
harinya tergantung para penabung. Tabungan berjalan sangat membantu mereka- mereka yangg ikut di dalamnya untuk dipergunakan sesuai dengan kebutuhannya.
Menurut Ibu Simbolon yang mengikuti tabungan para pedagang ini:
Universitas Sumatera Utara
77
“saya memang selalu membayar tabungan saya setiap hari karena itu sangat membantu saya selaku yang berrumah tangga, saya memang
pernah mengikuti jula-jula antar pedagang namun saya tinggalkan karena saya berpikir memang enak saat menarik uang jula-julanya
yang tidak enaknya saat kita membayari tiap hari. Oleh karena itu saya
ikut program menabung yang kami bentuk sendiri”. Organisasi yang dibentuk oleh pelaku-pelaku pasar sangat bermanfaat baik
untuk kebutuhan rumah tangga dan keamanan serta kebersihan pasar. Dari uraian diatas menjelaskan bahwa di Pasar Simpang Limun terbentuk beberapa organisasi
yang diciptakan para pelaku pasar baik pedagang, pemerintah setempat dan pelaku pasar lainnya. Hal ini merupakan salah satu dampak yang diakibatkan
jaringan sosial yang tercipta di pasar. Dampak tersebut membawa hal yang positif bagi setiap pelaku pasar dengan terciptanya keamanan, dan pemenuhan kebutuhan
masing-masing mereka. Selain berdampak pada mereka yang terlibat dipasar juga berdampak pada negara dengan meningkatkan pembangunan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Hal ini bisa dilihat pada kutipan wawancara dengan Bapak Siagian seperti berikut:
“Apakah ada manfaat organisasi yang terbentuk di pasar ini, iya jelas ada karena hal tersebut sangat mendukung perkembangan pasar, dan
pemenuhan kebutuhan setiap orang. Setiap pelaku pasar memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Kewajibannya misalnya
membayar lapak, uang keamanan, serta kebersihan pasar ini juga”. Dapat dilihat dari penjelasan Bapak Siagian bahwa, ada aturan untuk para
pedagang di Pasar Simpang Limun, diantaranya harus membayar setiap uang kebersihan, lapak dan keamanan setiap harinya. Setiap pembayaran mempunyai
buku peda sebagai bukti hak pemakaian lokasi berdagang untuk para pedagang pakaian berjualan di Pasar Besar tersebut, dan buku peda ini akan diperpanjang
Universitas Sumatera Utara
78
tiap tahunnya. Selain aturan mengenai hak lokasi berdagang, terdapat juga aturan mengenai retribusi.
Bagaimanakah pengaplikasian sistem retribusi pasar di Pasar Simpang Limun?
Bapak Siagian “Kalau soal retribusi itu ada dua ya, retribusi
kebersihan sama retribusi berjualan. Untuk retribusi sampah itu kalau mau sesuai dengan aturan itu Rp 50meter, kalau untuk retribusi
berjualan itu dilihat dari komoditas, lokasi, tempat berjualan, jadi ada perbedaan-perbedaan jadi kayak logam mulia itu per meter Rp 500,
untuk sayuritu per meter Rp 300 kalau abrakan itu Rp 350, pedagang pakaian itu konveksi.,kalau gak salah Rp 400 meter per hari. Tapi
semua itu tidak, atau masih belum sesuai, namun kalau kita menetapkan daripada perda kita gak dapet iuran di lapangan...kalau
diterapkan sesuai dengan perda yaa mereka gak bias ya ada tawar- menawar yang penting dapet uang, seperti kita tarik 10 ribu penjual
bilang 8 ribu aja pak ya di tarik 8 ribu di lapangan rata-rata seribu
atau duaribu ke pedagang pakaian padahal itu tidak sesuai.”
Mengenai retribusi pasar dapat dilihat menurut kepala pasar terdapat retribusi untuk kebersihan maupun retribusi berjualan, setiap retribusi mempunyai
aturan tersendiri dari perda, seperti retribusi kebersihan menurut perda dengan harga Rp 50m per hari, untuk retribusi berjualan mempunyai beberapa kualifikasi
atau dibedakan untuk jenis jualannya di antaranya toko logam mulia dengan harga Rp 500m per hari, pedagang sayur Rp 300m per hari, pedagang peralatan dengan
harga Rp 350m per hari, pedagang pakaian Rp 400m per hari, tetapi pada kenyataan di lapangan harga ini masih belum sesuai, jika dipaksakan atau
disesuaikan maka petugas penarik uang di pasar tidak mendapatkan uang, maka harga ini masih bisa ditawar oleh pedagang, sehingga retribusi pasar belum sesuai
dengan aturan yang telah ditetapkan. Berkaitan dengan koordinasi antara pasar tradisional dengan pasar modern, sebetulnya koordinasi di dalam pasar tradisional
Universitas Sumatera Utara
79
itu sendiri sudah berjalan dan cukup besar, hal ini karena memang pasar tradisional Pasar Simpang Limun merupakan salah satu pasar tradisional terbesar
di kota Medan, maka koordinasi dari berbagai pihak di dalamnya diperlukan sebagai penunjang.
Dari setiap uraian diatas terlihat bahwa pada Pasar Simpang Limun memiliki organisasi, organisasi yang bertujuan untuk keamanan bersama masing-masing
organisasi memiliki koordinator supaya setiap organisasi memiliki keteraturan. Setiap koordinator dipilih oleh mereka-mereka yang terlibat juga. Seperti
koordinator jula-jula, tabungan berjalan, keamanan pasar. Dalam hal ini memudahkan pengaturan, yang sewaktu-waktu ada keperluan akan lebih mudah
untuk menjumpai koordinatornya saja.
4.4.2 Dampak Terhadap Harga